Anda di halaman 1dari 10

ISSN 2549-998X

Meningkatkan Kemampuan Matematika Awal Anak


Usia Dini Melalui Model Direct Instruction Kombinasi
Model Make A Match dan Pemberian Tugas

Darmiyati*& Antung Miftahul Jannah


Program Magister Pendidikan Anak Usia Dini
Universitas Lambung Mangkurat

Terima: 15-09-2017 Revisi: 19-10-2017 Daring: 30-12-2017

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan dan peningkatan hasil perkembangan
kognitif mengenal lambang bilangan dengan menggunakan kombinasi model direct instruction,
model make a match, metode pemberian tugas. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Subyek penelitian ini adalah anak kelompok A TK Aisyiyah Busthanul Atfhal 1
Banjarmasin tahun ajaran 2016/2017 semester 2. Adapun langkah-langkah pembelajaran dapat
dijelaskan sebagai berikut: fase (1) Guru menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa (DI). (2)
Guru menyiapkan beberapa kartu soal dan jawaban (MAM). (3) Guru mendemonstrasikan (DI). (4)
Guru memberikan kesempatan kepada anak mencocokan kartu soal dan jawaban (MAM). (5) Guru
menjelaskan cara mengerjakan tugas (PT). (6) Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengerjakan tugas (PT). (7) Guru mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik (DI). (8) Guru
dan anak menyimpulkan kegiatan (MAM). Hasil dari penelitian dengan menggunakan kombinasi model
direct instruction, model make a match, metode pemberian tugas ini dapat mengembangkan
pelaksanaan kualitas aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil. © 2017 j-PPras. All rights reserved

Kata kunci: Direct Instruction, Make a Match, Pemberian Tugas, Aspek Kognitif, Mengenal Lambang
Bilangan Pola

———
* Korespondensi: darmiyati@ulm.ac.id

j-PPras - Volume 1, Nomor 2, 2017 7


ISSN 2549-998X

Perkembangan kognitif anak-anak prasekolah


terkait dengan bagaimana kemampuan berpikir
A. Pendahuluan mereka berkembang, Piaget membagi pengetahuan
anak- anak dalam tiga kategori: (1) pengetahuan fisik
Pentingnya pendidikan berkuali-tas adalah (2) pengetahuan logis-matematis (3) pengetahuan
merupakan faktor yang sangat penting bagi sosial (Beaty, 2013:268-270).
peningkatan sumber daya manusia yang cerdas, Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan
berkualitas untuk terciptanya peningkatan dan pentingnya mengembangkan kemampuan konitif
kemajuan bangsa. Pendidikan pada dasarnya adalah pada anak agar anak mampu mengembangkan
upaya yang dilakukan pendidik dalam rangka pemikiran, daya persepsinya berdasarkan apa yang
menumbuh kembangkan potensi sumber daya dilihatnya, melatih daya ingat dll.
manusia peserta didik dengan cara mendorong dan Salah satu tingkat perkembangan kognitif yang
memfasilitasi kegiatan belajar mereka. harus dicapai oleh anak usia 4-5 tahun atau anak usia
Pendidikan Anak Usia Dini memegang peranan kelompok A adalah dapat mengenal lambang
yang sangat penting dan menentukan bagi sejarah bilangan, indikator capaian perkembangannya
perkembangan anak selanjutnya karena merupakan Menghubungkan lambang bilangan dengan benda-
fondasi bagi dasar kepribadian anak. benda 1 sampai 10 dan Menunjuk lambang bilangan
Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan 1-10. Namun kenyataan di lapangan pada anak
yang mendasar, dimana dapat mengembangkan kelompok A semester II tahun ajaran 2016/2017 di
beberapa aspek perkembangan anak dari kognitif, TK Aisyiyah Busthanul Atfhal 1 Banjarmasin,
bahasa, sosial emosional, agama dan moral, serta kemampuan aspek perkembangan kognitif anak
motoriknya, dimana masa itu anak berusia dari lahir dalam mengenal lambang bilangan, khusus nya
sampai enam tahun yang disebut masa Golden Age dalam Menghubungkan lambang bilangan
(Yamin, 2010:1). Fungsi pendidikan anak usia dini dengan benda-benda 1-10 dan menghubungkan
secara umum terkait dengan fungsi pendidikan secara gambar dengan lambang bilangan ternyata
nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan kemampuan anak masih rendah dimana terbukti dari
membentuk watak dalam rangka mencerdaskan kondisi dilapangan 3 tahun terakhir perkembangan
kehidupan bangsa. Pendidikan Anak Usia Dini kognitif bermasalah (pada tahun 2013/2014 ada 9
berkaitan dengan aspek perkembangan anak (Sujiono, anak yang berkembang dari 16 anak 56,25% dan
2012:52). 2014/2015 ada 10 anak yang berkembang dari 15
Komponen lain yang tidak kalah penting dan juga anak 66,67%, tahun 2015/2016 ada 8 anak yang
berperan dalam pelaksanaan pembelajaran adalah berkembang dari 13 anak 61,53% yang berkembang),
kurikulum. Kurikulum di PAUD ada beberapa aspek dan padah tahun 2016/2017 hanya 4 orang anak yang
yang harus di dikembangkan (a) Aspek memperoleh bintang ★ (25%) dari 16 orang anak,
perkembangan nilai agama dan moral, (b) Aspek sebaliknya 5 orang anak mendapat ★ ★ (31,25%),
perkembangan kognitif, (c) Aspek perkembangan dan 7 anak mendapatkan bintang ★ ★ ★ (43,75%).
bahasa, (d) Aspek perkembangan fisik-motorik, (e) Penyebabnya karena guru kurang terampil dalam
Aspek perkembangan seni. (Kurikulum Taman menggunakan model- model dan metode pmbelajaran
Kanak-Kanak, 2010:33-45). Perkembangan kognitif dan jarang nya melibatkan anak dalam pembelajaran.
ini merupakan perluasan dari kemampuan mental dan Dampaknya akan terjadi kepada anak, jika sebagian
intelektual anak. Kognisi meliputi pengenalan, proses anak belum memahami lambang bilangan 1-10 maka
dan pengaturan informasi serta penggunaan informasi akan berpengaruh di masa yang akan datang. Apabila
dengan tepat. Proses kognisi ini mencakup kegiatan semua ini dibiarkan maka yang akan terganggu tidak
mental seperti menemukan, menginterpretasi, hanya pada aspek perkembangan kognitif saja tetapi
memilah, mengelompokkan dan mengingat. berpengaruh juga terhadap semua aspek
Perkembangan kognitif adalah proses interaksi yang perkembangannya. Untuk mengatasi permasalahan
berlangsung antara anak dan pandangan ini dengan menggunakan kombinasi model Direct
perseptualnya terhadap sebuah benda atau kejadian di Intruction, Model Make a Match, Metode Pemberian
suatu lingkungan (Alien, 2010:29-30).

8 http://www.j-ppras.org
ISSN 2549-998X

Tugas dimana anak dapat mencocokan kartu soal dan • Pengertian pendidikan Anak Usia Dini
kartu jawab yang berisi lambang bilangan.
Pada bab 1 pasal 1 ayat 14 Pendidikan anak
Model Direct Intruction (Pembelajaran Langsung)
usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang
adalah model pembelajaran yang di rancang khusus
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan
untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan
usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
dengan pengetahuan baik yang dapat di ajarkan
rangsangan pendidikan untuk membantu
dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
selangkah. Istilah lain dari pembelajaran langsung
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
adalah training model, active teaching model,
pendidikan lebih lanjut (Sujiono, 2012:6-8).
mastery teaching, explicit instruction (Shoimin,
Pendidikan Anak Usia Dini adalah Pendidikan yang
2014:63-63). Model Make a Match (mencari
diberikan pada anak sejak lahir sampai usia enam
pasangan) teknik yang dikembangkan oleh Lorna
tahun, di mana pendidikan tersebut dapat
Curran model ini adalah siswa mencari pasangan
membantu pertumbuhan dan perkembangan anak
sambil belajar mengenal suatu konsep atau topik
berupa koordinasi motorik halus dan kasar,
dalam suasana yang menyenangkan (Aqib, 2013:23).
intelegensi, sosial emosional, bahasa, untuk
Sedangkan metode Pemberian Tugas merupakan
mengembangkan potensi anak. Karena usia dini
tertentu yang dengan sengaja harus dikerjakan oleh
merupakan masa peka dan usia emas (Golden Age)
anak yang mendapat tugas. Di PAUD tugas yang di
bagi anak dan pendidikan tersebut sebagai bekal
berikan dalam bentuk kesempatan melaksanakan
kehidupan anak dimasa yang akan datang. Sehingga
kegiatan sesuai dengan petunjuk langsung guru.
peran pendidikan anak usia dini (PAUD) sangat
Dengan Pemberian Tugas, anak dapat melaksanakan
penting untuk diberikan kepada anak. Pendidikan
kegiatan secara nyata dan menyelesaikannya sampai
tersebut dapat dilaksanakan baik melalui jalur formal
tuntas. Tugas dapat diberikan secara kelompok atau
dan non formal dan informal.
perorangan (Isjoni, 2014:93).
Alasan peneliti memilih model pembelajaran ini,
• Pengertian dan Karakteristik Anak Usia Dini
karena model Direct Instruction terdapat penekanan
pada pencapaian akademik, cara yang efektif untuk Anak usia dini adalah masa yang sangat
mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual dan menentukan bagi perkembangan dan pertumbuhan
terstruktur, cara yang paling efektif untuk anak selanjutnya karena merupakan masa peka dan
mengajarkan konsep dan keterampilan - keterampilan masa emas dalam kehidupan anak. Masa ini
yang eksplisit kepada siswa berprestasi atau rendah merupakan masa yang sangat tepat untuk
sekalipun, model Make a Match dimana suasana meletakkan dasar-dasar pengembangan kemampuan
kegembiraan akan tumbuh dalam proses fisik, bahasa, sosial emosional, konsep diri, seni,
pembelajaran, terwujud nya kerjasama siswa dan dan agama dan moral. Sehingga upaya
metode Pemberian Tugas adalah pengetahuan anak perkembangan seluruh potensi anak usia dini harus
didik yang di peroleh dari Hasil Perkembangan di mulai agar pertumbuhan dan perkembangan anak
sendiri akan dapat diingat lebih lama. tercapai secara optimal (Yamin & Sanan, 2010:4-5).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang
Hasil perkembangan anak dalam mengembangkan menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat
aspek kognitif mengenal lambang bilangan dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya . Pada
menggunakan kombinasi model Direct Instruction, masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan
model Make a Match dan metode Pemberian Tugas dalam berbagai aspek sedang mengalami masa
kelompok A TK Aisyiyah Busthanul Atfhal 1 yang cepat dalam perkembangan hidup manusia.
Banjarmasin. Proses pembelajaran sebagai bentuk perilaku yang
diberikan pada anak harus memperhatikan
karakteristik yang dimiliki setiap tahapan
B. Tinjauan Pustaka pekembangan anak (Sujiono, 2012:6).
Menurut para ahli anak yang berada pada anak
Hakikat Anak Usia Dini. usia dini tersebut di katakan sebagaimana masa

j-PPras - Volume 1, Nomor 2, 2017 9


ISSN 2549-998X

emas (Golden Age), karena pada masa ini anak akan berjalan dengan lancar, adapun peran guru
sedang berkembang dengan pesat dan luar biasa, sebagai berikut: (a) Guru sebagai pendidik yang
sejak anak dilahirkan, sel-sel otaknya berkembang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para
secara luar biasa dengan membuat sambungan peserta didik, dan lingkungannya. (b) Guru
antarsel (Susanto, 2015:43). Hurlock dalam Susanto sebagai pengajar. (c) Guru sebagai pembimbing. (d)
(2015:44) menyebut anak usia dini (terutama usia Guru sebagai pelatih. (e) Guru sebagai penasehat. (f)
2-6 tahun) disebut sebagai periode sensitif atau Guru sebagai pembaharu (Inovator). (g) Guru sebgai
masa peka, yaitu masa dimana fungsi-fungsi tertentu model dan teladan. (h) Guru sebagai pribadi. (i)
perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak Guru sebagai peneliti. (j) Guru sebagai pendodrong
menghambat perkembangannya. kreatifitas. (k) Guru sebagai evaluator (Aunurrahman,
Ada beberapa kajian yang dapat di cermati 2009:7).
tentang karakteristik anak usia dini: (a) Unik, yaitu
sifat anak itu berbeda satu dengan yang lainnya. (b) Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini.
Egosentris, (c) Aktif dan energik. (d) Rasa ingin
Piaget dalam Woolfolk membagikan tahapan
tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal.
perkembangan kognitif ke dalam empat tahap,
(e) Eksploratif dan berjiwa petualang. (f) Spontan.
yaitu: sensori motor (0-2 tahun); pra operasional (2-7
(g) Senang dan kaya dengan fantasi. (h) Masih
tahun); operasional konkret (7-14 tahun); dan formal
mudah frustasi. (i) Masih kurang pertimbangan
operasional (14 tahun-dewasa). Dilihat dari tahapan
dalam melakukan sesuatu. (j) Daya perhatian yang
meurut Piaget, anak usia TK berada pada tahapan
pendek. (k) Bergairah untuk belajar dan banyak
pra- operasional, yaitu tahapan di mana anak
belajar dari pengalaman. (l) Semakin menunjukkan
belum menguasai operasi metal secara logis. Tahap
minat terhadap teman (Masitoh, 2014:1.14-1.16).
Pra Operasional (2-7 tahun) : a) Penguasaan bahasa
Anak usia dini adalah individu yang sedang
yang sistematis, b)Permainan simbolis, c) Imitasi
mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan
(tidak langgsung), d) Bayangan dalam mental, e)
yang sangat pesat. Karakteristik anak usia dini Usia
Berpikir egosentris, f) Centeralize (memusat), g)
4-6 tahun adalah: (1) Berkaitan dengan
Irreversible (tidak dapat dibalik), h) Terarah statis.
perkembangan fisik anak sangat aktif melakukan
Menurut Piaget perkembangan merupakan suatu
berbagai kegiatan. (2) Perkambangan bahasa juga
proses yang bersifat kumulatif artinya,
semakin baik. (3) Perkembangan kognitif (daya
perkembangan terdahulu akan menjadi dasar bagi
fikir sangat pesat, ditunjukan dengan rasa ingin
perkembangan selanjutnya, dengan demikian
tahu anak yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar
apabila terjadi hambatan pada perkembangan
(Isjoni, 2014:24-26).
terdahulu maka selanjutnya akan memperoleh
Dari pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan
hambatan.
bahwa anak usia dini adalah anak dari usia 0-6
Menurut Piaget, perkembangan manusia melalui
tahun,masa ini merupakan masa keemasan sekaligus
tahapan dalam memahami dunia, dan dua
masa kritis dalam kehidupan anak selanjutnya.
diantaranya dimasa anak-anak. Adapun empat
Masa keemasan anak ini merupakan waktu yang
tahapan menurut piaget adalah sebagai berikut:
sangat tepat untuk meletakkan dasar-dasar
• Tahap Sensorimotor dimana usia anak 0-2 tahun.
pengemba-ngan kemampuan seluruh aspek Bayi memperoleh pengetahuan tentang dunia
perkembangan, demikian juga dengan potensi- dari tindakan-tindakan fisik yang mereka
potensi yang dimilik anak, pada masa ini lakukan. Bayi mengkoordinasikan pengalaman-
hendaknya anak diberikan stimulasi-stimulasi yang pengalaman sensorik dengan tindakan- tindakan
dapat meningkatkan seluruh potensi yang ada pada fisik. Seorang bayi berkembang dari tindakan
diri anak. refleksif, instigtif pada saat kelahiran hingga
berkembang-nya pemikiran simbolik awal
Peran Guru dalam Pembelajaran. pada akhir tahapan ini.
• Tahapan Pra-operasional dimana usia anak 2-7
G u r u sangat berperan saat dalam pembelajaran
tahun. Anak mulai menggunakan gambar-
di kelas, tampa guru pembelajaran di kelas tidak
gambar mental untuk memahami dunianya.

10 http://www.j-ppras.org
ISSN 2549-998X

Pemikiran- pemikiran simbolik, yang pembelajaran langsung adalah training model, active
direfleksikan dalam penggunaan kata-kata dan teaching model, mastery teaching, explicit
gambar-gambar mulai digunakan dalam instruction (Shoimin, 2014:63-63). Karakteristik
penggambaran mental, yang melampaui model Direct Intruction adalah (1) adanya tujuan
hubungan informasi sensorik dengan tindakan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa
fisik. Akan tetapi, ada beberapa hambatan termasuk prosedur penilaian belajar. (2) sintaks
dalam pemikiran anak pada tahapan ini, seperti atau pola keseluruhan dan alur kegiatan
egosentrisme dan sentralisasi. pembelajaran. (3) sistem pengelolaan dan
• Tahap Operasional konkret usia anak 7-11 tahun. lingkungan belajar yang memerhatikan variabel-
Anak mampu berpikir logis mengenai kejadian-
veriabel lingkungan, yaitu fokus akademik, arahan,
kejadian konkret, memahami konsep
dan kontrol guru, harapan yang tinggi untuk
percakapan, mengorganisasikan objek menjadi
kemajuan siswa, waktu, dan dampak netral dari
kelas-kelas hierarki (klasifikasi) dan
menempatkan objek-objek dalam urutan yang pembelajaran.
teratur (serialisasi). Kelebihan dari model Direct Intruction adalah (1)
• Tahap Operasional Formal usia anak 11- guru lebih mengendalikan isi materi dan urutan
dewasa. Remaja berpikir secara lebih abstrak, informasi yang di terima oleh siswa sehingga dapat
idealis, dan logis (Sujiono, 2014:3.6). mempertahankan fokus mengenai apa yang harus
dicapai oleh siswa. (2) merupakan cara yang
Pengelompokkan/Mencocok-kan lambang bilangan paling efektif untuk mengerjakan konsep dan
keterampilan- keterampilan yang eksplisit kepada
Lambang bilangan adalah lambang yang siswa yang berprestasi rendah sekalipun. (3) dapat
digunakan untuk menyatakanlambang bilangan yang digunakan untuk membangun model pembelajaran
dimaksudkan disini adalah: 0,1,2,3,4 dan seterus dalam bidang studi tertentu. (4) menekankan
nya lambang bilangan disebut juga dengan kegiatan mendengarkan (melalui ceramah dan
angka.Anak diharapkan mampu mengenal lambang keegiatan mengamati (melalui demonstrasi)
bilangan sesuai dengan jumlah benda-benda, sehingga membantu siswa yang cocok belajar
pengenalan bentuk lambang dan dapat mencocokkan dengan cara-cara ini). (5) memberikan tantangan
sesuai dengan lambang bilangannya. untuk mempertimbangkan kesenjangan antara teori
Mencocokkan adalah memban-dingkan untuk (hal yang harusnya) dan observasi (kenyataan
mengetahui cocok atau tidaknya sesuatu. Memasuki yang terjadi). (6) dapat di terapkan secara efektif
usia 3-4 tahun anak mulai memiliki pemahaman dalam kelas maupun kelas yang kecil. (7) siswa
tentang konsep berhitung, dengan konsep berhitung dapat mengetahui tujuan-tujuan pembelajaran
yang telah dimiliki, anak akan mampu dengan jelas. (8) waktu untuk berbagi kegiatan
mengembangkan konsep mencocokkan. Anak pembelajaran dapat di kontrol dengan ketat (9)
mampu mencocokkan bentuk, warna, ukuran, dalam model ini terdapat penekanan pada pencapaian
bilangan, pola dan lain-lain. Misalnya dalam sebuah akademik. (10) kinerja siswa dapat di pantau secara
kotak terdapat 3 bunga mawar, anak dapat cermat (11) umpan balik bagi siswa berorientasi
mencocokkan gambar 3 bunga dalam kotak tersebut akademik. (12) dapat digunakan untuk
dengan lambang bilangan 3. menekankan poin-poin penting atau kesulitan-
kesulitan yang mungkin di hadapi siswa. (13) dapat
Model Pembelajaran menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan
informasi dan pengetahuan faktual dan terstruktur.
Model Direct Instruction Adapun langkah langkah dari model Direct
Model Direct Intruction (Pembelajaran Intruction adalah: 1) m e n y a m p a i k a n tujuan dam
Langsung) adalah model pembelajaran yang di mempersiapkan siswa, 2) presentasi/Demonstrasi
rancang khusus untuk menunjang proses belajar pengetahuan atau keterampilan, 3) latihan Terbimbing
siswa yang berkaitan dengan pengetahuan baik (membimbing latihan), 4) mengecek Pemahaman dan
yang dapat di ajarkan dengan pola kegiatan yang Memberikan Umpan Balik, 5) memberikan
bertahap selangkah demi selangkah. Istilah lain dari kesempatan penerapan (Sholmin, 2014:67).

j-PPras - Volume 1, Nomor 2, 2017 11


ISSN 2549-998X

Model Make a Match langsung guru. Dengan Pemberian Tugas, anak dapat
melaksanakan kegiatan secara nyata dan
Model Make a Match (mencari pasangan)
menyelesaikannya sampai tuntas. Tugas dapat
model ini dimana siswa mencari pasangan sambil
diberikan secara kelompok atau perorangan (Isjoni,
belajar mengenal suatu konsep atau topik dalam
2014:93).
suasana yang menyenangkan (Aqib, 2013:23).
Pemberian Tugas yang diberikan secara teratur,
Karakteristik model Make a Match adalah memiliki
berkala, akan menanamkan kebiasaan dan sikap
hubungan yang erat dengan karakteristik siswa yang
belajar yang posisif yang pada gilirannya dapat
gemar bermain. Pelaksanaan model Make a Match
memotivasi anak untuk belajar sendiri, berlatih
harus didukung dengan keaktifan siswa untuk
sendiri, mempelajari kembali sendiri.
bergerak mencari pasangan dengan kartu yang
Kelebihan metode Pemberian Tugas sebagai
sesuai dengan jawaban atau pertanyaan dalam kartu
berikut:
tersebut. Siswa yang pembelajanya dengan model
Make a Match aktif dalam mengikuti • Pengetahuan anak didik peroleh dari Hasil
Perkembangan sendiri akan dapat di ingat lebih
pembelajaran sehingga dapat mempunyai pengalaman
lama.
belajar yang bermakna.
Kelebihan model Make a Match adalah (1) • Anak didik berkesempatan memupuk
suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses perkembangan dan keberanian mengambil
inisiatif, bertanggung jawab, dan berdiri sendiri.
pembelajaran. (2) kerja sama antara siswa terwujud
Peran Guru dalam metode Pemberian Tugas
dengan dinamis. (3) munculnya dinamika gotong
adalah untuk mengecek penguasaan siswa terhadap
royong yang merata di seluruh siswa. Peran Guru
bahan yang telah diajari dan untuk membuat siswa
dalam model Make a Match yaitu, guru membuat
aktif belajar (Isjoni, 2014:90). Adapun langkah-
beberapa pertanyaan sesuai d e n g a n materi yang
langkah metode Pemberian Tugas adalah: 1)
di pelajari (jumlahnya tergantung tujuan
mengkomonikasikan tujuan dan tema, 2) membagikan
pembelajaran), buatlah kunci jawaban dari
alat dan bahan, 3) menjelaskan cara Memecahkan
pertanyaan-pertanyaan yang telah anda buat, buatlah
Soal, 4) membimbing anak Memecahkan Soal
aturan yang berisi penghargaan bagi siswa yang
(Moeslichatoen, 2004:197).
berhasil, sediakan lembar untuk mencatat pasangan-
Adapun langkah-langkah kombinasi dari model
pasangan yang berhasil sekaligus untuk penskoran
Direct Instruction, Model Make a Match dan
presentasi (Aqib, 2013:21).
Metode Pemberian Tugas adalah:
Adapun langkan model Make a Match: 1) Guru
menyiapkan beberapa kartu yang berisi soal dan • Guru menyampaikan tujuan dan mempersiapkan
jawaban, 2) Setiap siswa mendapatkan satu buah siswa (DI).
kartu, 3) Tiap siswa m e m i k i r k a n jawaban/soal • Guru menyiapkan beberapa kartu soal dan
dari yang cocok dengan kartunya (soal jawaban), 4) jawaban (MAM).
Setiap siswa yang dapat memcocokan kartunya • Guru mendemonstrasikan (DI).
sebelum batas waktu diberi poin, 5) Setelah siswa • Guru memberikan kesempatan kepada anak
yang mendapat mencocokan kartunya sebelum mencocokan kartu soal dan jawaban (MAM).
batas waktu diberi poin, 6) Setelah satu babak • Guru menjelaskan cara mengerjakan tugas (PT).
kartu dikocik lagi agar tiap siswa mendapat kartu • Guru memberikan kesempatan kepada anak
yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya, untuk mengerjakan tugas (PT).
7) Kesimpulan/penutup (Aqib, 2013:24). • Guru mengecek pemahaman dan memberikan
umpan balik (DI).
Metode Pemberian Tugas • Guru dan anak menyimpulkan kegiatan (MAM)
Pengertian Pemberian Tugas adalah merupakan
pekerjaan tertentu yng dengan sengaja harus di
kerjakan oleh anak yang mendapat tugas. Di PAUD
tugas diberikan dalam bentuk kesempatan
melaksanakan kegiatan sesuai dengan petunjuk

12 http://www.j-ppras.org
ISSN 2549-998X

C. Metodologi Hasil observasi aktivitas anak, yaitu mengamati


aktivitas anak dalam hal Perhatian anak dalam
Metodologi merupakan pedoman dalam kegiatan pembelajaran saat guru mendemonstrasikan.
mencapai tujuan penelitian (Dalle, 2010). Penelitian Berani anak dalam kegiatan memasangkan kartu soal
ini menggunakan pendekatan kualitatif dan dan jawaban. Memecahkan Soal anak dalam
kuantitatif. Pendekatan ini bersifat deskriptif karena memasangkan kartu soal dan jawaban. Mengerjakan
hanya mendeskripsikan tentang keadaan tugas, dalam kegiatan mengerjakan soal.
pengembangan aspek kognitif mengenal lambang Hasil observasi kemampuan kognitif anak, yaitu
bilangan menggunakan kombinasi model Direct mengamati kemampuan anak dalam melaksanakan
Intruction, model Make a Match dan Metode kegiatan melalui model Direct Instruction, Model
Pemberian Tugas, aktivitas guru serta aktivitas Make a Match, Metode Pemberian Tugas. Data yang
anak di TK Aisyiyah Busthanul Athfal 1 telah terkumpul dari lembar observasi yang sudah
Banjarmasin. disediakan kemudian dianalisis, yaitu diolah dan
Penelitian yang digunakan adalah Penelitian diinterpretasikan sehingga data itu memberikan
Tindakan Kelas yang merupakan satu penelitian informasi yang berarti dalam proses perbaikan
dengan sendirinya mempunyai berbagai aturan dan kualitas pembelajaran. Analisis data dalam
langkah yang harus diikuti. Penelitian tindakan kelas penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
merupakan terjemahan dari Classroom Action analisis kualitatif. Analisis data kualitatif digunakan
Research, yaitu satu Action Research yang untuk menentukan peningkatan proses pembelajaran
dilakukan di kelas, adapun pengertian penelitian khususnya berbagai tindakan yang dilakukan guru.
tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh Untuk menentukan keberhasilan dan
guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, keefektifan penelitian ini, maka dirumuskan
dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya indikator kinerja yang digunakan sebagai acuan
sebagai guru, sehingga hasil perkembangan siswa keberhasilan.
menjadi meningkat. Penelitian tindakan kelas yang • Aktivitas Guru yaitu tindakan perbaikan ini
menggunakan siklus atau putaran minimal dua dinyatakan berhasil apabila guru dapat
kali. Setiap putaran melalui empat tahap, yaitu mengolah pembelajaran dengan kriteria baik
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi dengan skor (20-26). Menilai kemampuan guru
(Arikunto, 2014:194). dapat dilakukan dengan melalui format penilaian
Lokasi/tempat penelitian dilaksanakan di TK observasi pada setiap kegiatan.
Aisyiyah Busthanul Athfal 1 Kota Banjarmasin • Aktivitas Anak yaitu tindakan perbaikan ini
d i kelompok A (anak usia 4-5 tahun) yang dinyatakan berhasil apabila anak dapat
terletak di jalan Sungai Miai Luar RT 4 No 76 melakukan rangkaian kegiatan dan diamati
oleh guru pada aspek kognitif pengamatan
Banjarmasin. Sumber data dalam penelitian ini
aktivitas anak dalam mengenal lambang
adalah sumber subjek dari mana data diperoleh,
bilangan. Hal ini dapat ditujukan dengan
yaitu anak-anak kelompok A TK Aisyiyah
indikator anak minimal aktif dengan skor (63-
Busthanul Athfal 1 Kota Banjarmasin yang 81).
berjumlah 16 orang yang terdiri dari 6 laki-laki dan • Hasil Perkembangan yaitu tindakan perbaikan
10 perempuan dan guru peneliti yang diamati ini dinyatakan berhasil apabila anak mampu
observer. mencocokan lambang bilangan pada
Jenis data kuantitatif, yaitu data tentang Hasil perkembangan kognitif anak. Hal ini
Perkembangan anak. Jenis data kualitatif, yaitu data ditujukan dengan indikator sekurang-
tentang aktifitas guru dan aktifitas anak dalam kurangnya 80% anak telah mencapai bintang
kegiatan belajar mengajar. ★ ★ ★ (anak berkembangn sesuai harapan)
Hasil observasi kegiatan guru di kelas, yaitu hasil atau bintang ★ ★ ★ ★ (anak berkembang sangat
pengamatan dari aktivitas guru selama proses baik).
pembelajaran berlangsung di kelas dari kegiatan awal,
inti dan akhir melalui model Direct Instruction, Model
Make a Match, Metode Pemberian Tugas.

j-PPras - Volume 1, Nomor 2, 2017 13


ISSN 2549-998X

D. Hasil dan Pembahasan guru yang peduli dan berkompeten (Sujiono, 2012:
171).
Berdasarkan hasil analisis data pada penelitian Aktivitas anak mengalami peningkatan di setiap
ini, ditemukan bahwa kegiatan pembelajaran pertemuan dapat dilihat dari grafik berikut ini:
dengan menggunakan kombinasi model Direct
Instruction model Make a Match, metode Pemberian Hasil Aktivitas Anak
Tugas terjadi peningkatan. Peningkatan ini ternyata
dapat menciptakan proses pembelajaran yang 100%
80% 87%
menyenangkan dan dapat meningkatkan aktivitas 75%
guru, aktivitas siswa dan hasil perkembangan 60%
anak. 40% 44% Hasil
Peningkatan aktivitas kualitas pelaksanaan 20% Aktivitas
0% Anak
pembelajaran oleh guru tersebut dapat digambarkan
Pert. 1 Pert. 2 Pert. 3
sebagai berikut:
Hasil Aktivitas Guru
Grafik 2. Hasil Aktivitas Anak
35
30 30 Hasil aktivitas anak pada setiap pertemuan
25 24 26 mengalami peningkatan, pada siklus 1 pertemuan 1
20
15 Hasil memperoleh skor 44% dan pertemuan 2 memperoleh
10 Aktivit
5 skor 75% dan meningkat pada siklus 2 pertemuan 3
0 as…
menjadi 87%. Cara belajar anak usia dini di
Pert. 1 Pert. 2 Pert. 3
dalamnya memiliki kekhasan tersendiri. Kegiatan
pembelajaran di TK mengutamakan bermain sambil
belajar dan belajar sambil bermain.
Grafik 1. Hasil Aktivitas Guru Hasil perkembangan anak dapat dilihat pada grafik
Hasil aktivitas guru pada setiap siklus 1 pertemuan dibawah ini
1 memperoleh skor 24 dan pertemuan 2 memperoleh
Hasil Perkembangan Anak
skor 26 dan meningkat pada siklus 2 pertemuan 3
menjadi 30. 100.00%
Dalam hal ini, guru memiliki peranan yang 80.00% 81.25%
sangat penting dalam melak-sanakan proses 60.00% 56.25%
Hasil
pembelajaran di kelas. Berdasarkan hasil 40.00%
37.50% Perkembangan
penelitian dengan menggunakan kombinasi model 20.00% Anak
Direct Instruction model Make a Match, metode 0.00%
Pemberian Tugas dimana aktivitas guru mengalami Pert. 1 Pert. 2 Pert. 3
peningkatan di setiap pertemuannya. Peningkatan
ini disebabkan karena, guru telah mempersiapkan Grafik 3. Hasil Perkembangan Anak
perangkat pembelajaran dengan baik dan selalu Hasil perkembangan anak pada setiap pertemuan
menyempurnakan pelaksanaan langkah mengalami peningkatan, pada siklus 1 pertemuan 1
pembelajaran di setiap pertemuannya melalui memperoleh skor 37,5% dan pertemuan 2
kegiatan refleksi yang dilakukan berdasarkan hasil memperoleh skor 56,25% dan meningkat pada siklus
diskusi dengan guru kelompok dan dilakuakan 2 pertemuan 3 menjadi 81,25%. Peningkatan
secara terus menerus. Hal ini sesuai dengan Guru perkembangan ini juga disebabkan semakin
terbaik bagi anak usia dini melakukan dan baiknya proses pembelajaran yang dirancang dan
mengembangkan pelajaran yang berkelanjutan. Guru dilaksanakan oleh guru hal ini diperkuat oleh
harus Menyadari bahwa awal mula pengalaman Sujiono (2013:88) suasana pembelajaran yang
pendidikan memberikan pondasi untuk menjadi menyenangkan akan memusatkan perhatian anak

14 http://www.j-ppras.org
ISSN 2549-998X

secara penuh pada belajar sehingga waktu curah menciptakan suasana yang menyenangkan dan
perhatiannya tinggi, tingginya perhatian anak membuat anak lebih aktif karena model Direct
terbukti dapat meningkatkan hasil perkembangan. Instruction, Model Make a Match, Metode
Berdasarkan fakta hasil penelitian diatas, Pemberian Tugas merupakan bagian dari model-
penggunaan model Direct Instruction, model Make model kooperatif.
a Match, metode Pemberian Tugas di TK Aisyiyah Berdasarkan obsevasi aktivitas anak mengikuti
Busthanul Atfhal 1 Banjarmasin, terlihat dari skor pembelajaran pertemuan 1, pertemuan 2,
yang terus meningkat mulai dari interprentasi pertemuan 3, terlihat perbandingan hasil observasi
pertemuan 1 (24) dengan katagori baik, Pertemuan 2 kegiatan pembelajaran diatas diketahui bahwa
(26) dengan katagori baik, dan Pertemuan 3 (30) aktivitas anak dari siklus I sampai siklus II semakin
dengan katagori sangat aktif. meningkat dilihat dari nilai katagori pada pertemuan
Semakin adanya peningkat-an aktivitas guru 1 dengan kategori 59% termasuk katagori Cukup
tersebut karena adanya refleksi aktivitas guru Aktif, pada Pertemuan 2 dengan katagori 71,1%
disetiap akhir pertemuan secara maksimal. yang aktif, dan pada Pertemuan 3 dengan katagori
Peran guru anak usia dini lebih sebagai mentor 82,0% yang termasuk kreteria sangat aktif, dengan
atau fasilitator, dan bukan pentransfer ilu ini dapat dikatakan bahwa aktivitas anak dalam
pengetahuan semata, karena ilmu tidakan dapat pembelajaran menggunakan model Direct
ditransfer dari guru kepada anak tampa keaktifan Instruction, model Make a Match, metode Pemberian
anak itu sendiri (Sujiono, 2012:13). Proses Tugas dapat meningkatkan aktivitas anak.
pembelajar-an guru dituntut untuk menciptakan Peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran
suasana yang menyenangkan agar anak aktif, tersebut terjadi karena dalam model Direct
bereksplorasi, bertanya, mempertanyakan, dan Instruction, model Make a Match, metode
mengemukakan gagasan. Hakikat belajar Pemberian Tugas anak tidak hanya mendengarkan
merupakan proses aktif dari anak didik dalam penjelasan guru namun anak dilatih menghubungkan
membangun pengetahuan (Mulyasa, 2012:64). Guru soal jawaban atau memecahkan masalah secara
terbaik bagi anak usia dini melakukan dan berpasangan. Model ini juga membuat adanya
mengembangkan pelajaran yang berkelanjutan. Guru interaksi bekerja sama antar anak.
harus menyadari bahwa awal mula pengalaman Belajar merupakan suatu proses aktif dari si
pendidikan memberik-an pondasi untuk menjadi pembelajar dalam membangun pengetahuan-nya,
guru yang peduli dan berkompeten (Sujiono, 2012: bukan proses pasif yang hanya menerima informasi
171). Seorang pembimbing atau guru satuan atau pengetahuan dari guru belaka (Suriansyah,
pendidikan anak usia dini dengan sendirinya perlu 2014: 220). Pendidikan kognitif berhubungan
memiliki beberapa karakteristik tertentu, diantaranya dengan intelegensi. Kognitif lebih pasif atau statis
yaitu sabar, penuh kasih sayang, penuh perhatian, yang merupakan potensi atau daya untuk
ramah, toleransi terhadap anak, empati, penuh memahami sesuatu, sedangkan intelegensi lebih
kehangatan menerima anak apa adanya, adil, bersifat aktif yang merupakan aktualisasi atau
memahami perasaan, pemaaf terhadap anak, perwujudan dari daya atau potensi tersebut yang
menghargai anak, member kebebasan terhadap anak, berupa aktivitas atau perilaku. Proses kognitif
menciptakan hubungan akrab dengan anak berhubungan dengan tingkat kecerdasan
(Susanto, 2011:195). (intelegensi) yang mencirikan seseorang dengan
Hal ini juga dapat berpengaruh pada peningkatan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada
aktivitas guru yaitu strategi pengajaran yang ide-ide dan belajar (Sujiono, dkk, 2005:1.2).
dilakukan oleh guru, tentu hal tersebut harus dipilih Hasil penilaian proses pembela-jaran yang
medel pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dilaksanakan pada pertemuan 1, pertemuan 2,
yang ingin dicapai, upaya yang dilakukab guru pertemuan 3 dapat dilihat dengan hasil peningkatan
dalam memilih model untuk penelitian kelas ini yaitu pengembangan kognitif anak. P e n i n g k a t a n
model Direct Intruction, model Make a Match, perkembangan ini juga disebabkan semakin baiknya
metode Pemberian Tugas. Selain untuk melatih proses pembelajaran yang dirancang dan
perkembangan kognitif anak pembelajaran ini akan dilaksanakan oleh guru sehingga anak lebih

j-PPras - Volume 1, Nomor 2, 2017 15


ISSN 2549-998X

memahami materi yang diberikan. Peningkatan Beaty, J. J. (2013). Observasi perkembangan anak usia dini.
Jakarta: Kencana
perkembangan anak secara klasikal mengalami Dalle, J. (2010). Metodologi umum penyelidikan reka bentuk
peningkatan setiap pertemuan hal ini menyatakan bertokok penilaian dalaman dan luaran: Kajian kes sistem
bahwa pembelajaran mengunakan model Direc pendaftaran siswa Indonesia. Thesis PhD Universiti Utara
Malaysia.
Intruction, model Make a Match, metode Pemberian Isjoni. (2014). Model pembelajaran anak usia dini. Bandung:
Tugas dapat meningkatkan Hasil Perkembangan anak. Alfabeta
Kasbolah, K. ( 2012). Penelitian tindakan kelas (ptk). Malang:
Universitas Negeri Malang
Kemendknas. ( 2010). Kurikulum taman kanak-kanak. Jakarta:
E. Simpulan Kemendiknas
Kunandar. (2008). Penelitian tindakan kelas. Jakarta: PT Raja
Berdasarkan hasil penelitian tindakan, refleksi Grafindo Persada
Kunandar. (2010). Penelitian tindakan Kelas. Jakarta: PT Raja
dan pembahasan pada pertemuan 1, pertemuan 2, Grafindo Persada
pertemuan 3 dapat disimpulkan bahwa: Moeslichatoen, R. (2004). Metode mengajar di taman kanak-
• Aktivitas guru dalam mengembangkan aspek kanak. Jakarta: Bumi Renika Cipta
Sanjaya, Wina.2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: kencana
kognitif mengenal lambang bilangan dengan Prenada Media Group
menggunakan kombinasi Model Direct Shoimin, A. (2014). 68 model pembelajaran inovasi dalam
Intruction, Model Make a Match, Metode kurikulum 2013. Jakarta: Ar-Ruzz Media
Pemberian Tugas di TK Aisyiyah Busthanul Sujiono, Y. N. (2009). Konsep perkembangan
kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka
Athfal 1 Banjarmasin mengalami peningkatan Suriansyah. A., & Aslamiah. (2014). Strategi pembelajaran
pada setiap siklus baik dari pertemuan 1 dan anaka usia dini. Banjarmasin, Comdes
pertemuan 2 dengan kriteria Baik, dan Susanto, A. (2015). Perkembangan anak usia dini. Jakarta:
pertemuan 3 mengalami peningkatan dengan Kencana.
Yamin, M., & Sanan, J. S. (2010). Panduan pendidikan anak usia
kriteria Sangat Baik. dini. Jakarta: Gaung Persada
• Aktivitas anak dalam mengem-bangakan aspek
kognitif mengenal lambang bilangan dengan
menggunakan kombinasi Model Direct
Intruction, Model Make a Match, Metode
Pemberian Tugas di TK Aisyiyah Busthanul
Athfal 1 Banjarmasin mengalami peningkatan
pada setiap pertemuan, pertemuan 1 kriteria
Cukup aktif, pada Pertemuan 2 dengan dengan
kriteria Aktif, dan Pertemuan 3 dengan kriteria
Sangat Aktif.
• Hasil perkembangan anak dalam
mengembangkan aspek kognitif mengenal
lambang bilangan dengan menggunakan
kombinasi Model Direct Intruction, Model
Make a Match, Metode

Daftar Rujukan
Alien, K. E. ( 2010). Profil perkembangan anak (pra kelahiran
hingga usia 12 tahun, edisi 5). Jakarta: PT. Indeks.
Aqib, Z. (2013). Model, media dan strategi pembelajaran
kontekstual (inovatif). Bandung : Cv Ymana Widya
Arikunto, S. (2014). Penelitian tindakan kelas. Jakarta: PT. Bumi
aksana
Aunurrahman, (2009). Penelitian pendidikan SD 4 SKS.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian
Pendidikan Nasional.

16 http://www.j-ppras.org

Anda mungkin juga menyukai