Anda di halaman 1dari 13

TERAPI BERMAIN LEGO

1. LATAR BELAKANG MASALAH


Anak usia prasekolah merupakan anak yang mempunyai rentang usia tiga
sampai lima tahun (Wong et al., 2009). Diusia ini anak menjadi individu yang
aktif dengan karakter yang unik, serta mempunyai kebutuhan khusus sesuai
tahap tumbuh kembangannya. Namun, anak juga rentan terhadap penyakit
yang disebabkan oleh berbagai faktor. Ketika sakit anak membutuhkan
perawatan yang kompeten untuk mencegah terjadinya komplikasi sehingga
anak akan dihospitalisasi (Susilaningrum, Nursalam & Utami, 2013).
Rawat inap (hospitalisasi) pada anak merupakan suatu proses karena suatu
alasan yang direncanakan atau darurat sehingga mengharuskan anak untuk
tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai anak dapat
dipulangkan kembali ke rumah (Putra et al., 2014). Selama anak dirawat di
rumah sakit dapat menimbulkan krisis utama yang disebabkan oleh perubahan
status kesehatan, lingkungan yang asing, dan keterbatasan mekanisme koping
dalam mengatasi masalah yang bersifat menekan (Kyle & Carman, 2014).
Reaksi anak dalam mengatasi krisis tersebut bersifat individual, pada anak usia
prasekolah yang mengalami hospitalisasi akan menunjukkan reaksi, seperti
menolak makan, sering bertanya, menangis pelan, dan tidak kooperatif dengan
tenaga kesehatan (Wulandari & Erawati, 2016). Di Amerika Serikat
diperkirakan lebih dari 5 juta anak menjalani hospitalisasi karena prosedur
pembedahan dan lebih dari 50% dari jumlah tersebut anak mengalami
kecemasan dan stres. Diperkirakan juga lebih dari 1,6 juta anak usia antara 2-
6 tahun menjalani hospitalisasi disebabkan karena injury dan berbagai
penyebab lainnya (Disease Control, National Hospital Discharge Survey
(NHDS), 2004 dalam Susanti, 2017). Angka kesakitan anak di Indonesia di
daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4 tahun sebesar 25,8%, usia 5-12
tahun sebanyak 14,91%, (Survei Kesehatan Nasional (Susenas), 2010 dalam
Susanti, 2017). Anak yang menjalani hospitalisasi akan mempengaruhi kondisi
fisik dan psikologisnya seperti mengalami kecemasan. Anak akan mengalami
kecemasan ketika berpisah dengan keluarga dan temannya, lingkungan rumah
sakit yang bising dan terasa asing, bayangan tentang rasa nyeri, citra tubuh, dan
pembatasan aktivitas (Mendri & Prayogi). Akibat dari adanya stressor tersebut
maka isyarat tersebut dikirim ke otak, kemudian otak mengirimkan informasi
ke hipotalamus sehingga menstimulasi sistem saraf otonom. Sistem saraf
otonom terdiri dari dua jenis, yaitu serabut saraf simpatik dan parasimpatik.
Serabut saraf simpatik memiliki respon untuk mengaktifkan proses tubuh
terhadap adanya tanda bahaya, sedangkan serabut saraf parasimpatik berespon
untuk melindungi tubuh (Keliat & Pasaribu, 2016). Jika kecemasan pada anak
tidak diatasi maka akan terjadi penarikan dan penolakan terhadap pelaksanaan
tindakan medis atau keperawatan, lama tinggal di rumah sakit, dan kondisi
kesehatan yang semakin memburuk (Ramdaniati, Hermaningsih & Muryati,
2016). Kecemasan juga akan mengganggu perkembangan anak sehingga
proses kematangan menjadi terhambat (Hidayat, 2005). Oleh karena itu, perlu
adanya pentalaksanaan untuk menurunkan kecemasan pada anak yang
menjalani hospitalisasi. Salah satu penatalaksanaan yang dapat diberikan
kepada anak-anak selama dirumah sakit yaitu bermain terapeutik. Di rumah
sakit, seorang tenaga kesehatan seperti perawat dapat merancang suatu
aktivitas untuk tujuan tertentu atau sebagai pelepasan dari ketegangan yang
disebut juga bermain terapeutik (Hart et al., 1992). Karakteristik permainan
pada anak usia prasekolah adalah bermain dramatik dan berimajinasi, fokus
pada pengembangan keterampilan motorik halus, memiliki koleksi-koleksi
sederhana, dan bermain dengan bahan-bahan yang dapat dibuat bangunan atau
diciptakannya (Suriadi & Yuliani, 2010). Berdasarkan karakteristik tersebut
maka peneliti ingin menerapkan permainan lego sebagai media penelitian
karena bermain lego memiliki beberapa manfaat, seperti melatih motorik halus,
kemampuan memecahkan masalah, dan kemampuan bersosialisasi (CNN,
2016).
2. TUJUAN/KEGUNAAN KEGIATAN
Tujuan Umum:
Setelah dilakukan terapi bermain diharapkan pasien mampu mengurangi
kejenuhan hospitalisasi.
Tujuan Khusus:
Setelah dilakukan terapi bermain selama 30 Menit diharapkan anak dapat :
a. Mampu bersosialisasi dengan lingkungan sekitar (pasien lain dan
perawat)
b. Mengembangkan kreativitas dan kemampuan dalam memecahkan
masalah
c. Anak mampu mengurangi kejenuhan selama dirawat dirumah sakit.
d. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi, serta ide-idenya

Manfaat
Meningkatkan kecerdasan dan kreatifitas anak

3. TEMPAT
Ruang Cempaka 3 RSUP Sanglah Denpasar
4. WAKTU
Hari/tanggal : Jumat, 22 Desembet 2017
Waktu/Durasi : Pukul 10.00-10.30 (Durasi 30 menit).
5. SASARAN
a. Anak usia prasekolah ( 3-6 tahun)
b. Jumlah peserta ± 3 Orang anak dan didampingi orang tua
c. Keadaan umum anak sudah membaik.
d. Anak dapat duduk.
e. Anak kooperatif
6. MATERI PERMAINAN LEGO

Lego adalah sejenis alat permainan balok yang terbuat dari plastic
kecil yang terkenal di dunia khususnya di kalangan anak-anak atau remaja
tidak memandang laki-laki ataupun perempuan. Balok-balok ini serta
kepingan lain bisa disusun menjadi model apa saja. Mobil, kereta api,
bangunan, kota, patung, istana, kapal terbang, rumah, semuanya bisa dibuat.
Bermain bongkar pasang balok warna alias lego memang mengasyikkan.
Permainan ini tidak mengenal batas usia. Mulai dari anak-anak sampai
orang dewasa senang bermain lego. Permainan ini menyenangkan dan bisa
meningkatkan kreativitas karena bermain membutuhkan imajinasi dandaya
pikir pemainnya. Model tertentu yang diinginkan pemain seperti
gedung,hewan, kapal, maupun bentuk lainnya menjadi buah karya yang bisa
memacudaya pikir otak. Permainan lego adalah salah satu permainan yang
paling popular di dunia anak-anak, lego adalah sebuah permainan yang tidak
hanya menikmati tetapi juga untuk mengembangkan imajinasi dan
kemampuan berpikir kreatif.

Berbagai manfaat dapat diperoleh dari kegiatan permainan lego,


antara lain: mengembangkan kemampuan anak untuk berdaya cipta
(kreatif), melatih ketrampilan motorik halus, melatih konsentrasi,
ketekunan, dan daya tahan. Apabila anak dapat melakukan permainan
tersebut dengan baik, maka dapat menimbulkan rasa puas, penghargaan
sosial (pujian dari orang lain) yang akanmeningkatkan keinginan anak untuk
bekerja lebih baik lagi. Semua anak mempunyai potensi untuk kreatif,
walaupun tingkat kreativitasnya bebeda – beda. Anak yang kreatif
menghabiskan sebagian besar waktu bermain untuk menciptakan sesuatu
yang orisinal dari mainan – mainandan alat – alat bermain, sedangkan anak
yang tidak kreatif mengikuti pola yang sudah dibuat oleh orang lain. Para
ahli menekankan fungsi ’kesenangan’ (pleasure) yang dihasilkan kegiatan
bermain lego dan juga merupakan stimulasi untuk bermain. Ketika
kemampuan fantasi anak mulai berkembang, fungsi ’kesenangan’ ini juga
semakin meluas sehingga anak merasakan adanya kenikmatan dalam
memproyeksikan serta menciptakan sesuatu yang baru dari apa yang ada
dilingkungan sekitarnya. Dengan demikian bermain lego sangat erat
kaitannyadengan kreativitas bahkan merupakan awal tumbuhnya
kreativitas. Dengan bermain gembira melalui suasana aman dan bebas, anak
tampil dengan gagasan-gagasannya yang unik dan lain dari pada yang lain,
ia berani bertanya, berani mencoba, tidak takut salah dan berani
mengekspresikan pendapat-pendapatnya. Semua ini merupakan awal dari
tumbuhnya kreativitas.

Permainan lego disini tergolong ke dalam permainan konstruktif dan


permainan konstruktif sendiri tergolong ke dalam permainan produktif.

7. METODE PELAKSANAAN
Metode pelaksanaan yaitu dengan praktik bermain langsung dengan
rancangan permainan membentuk lego. Dibagikan satu tas berisikan 50+
pieces lego kepada anak – anak, kemudian leader memimpin jalannya
permainan dengan menginstruksikan pada anak anak untuk membuat atau
membangun sesuatu dari lego sesuai yang diinginkan. Fasilitator ikut
berperan dalam pendampingan anak ketika mulai bermain, kemudian,
observer menilai jalannya permainan.
8. MEDIA
Media yang digunakan adalah lego dengan bermacam warna.
9. PEMBAGIAN KELOMPOK
a. Leader : Ni Komang Ayu Candra Monika
Co leader : Komang Yunita Pramana Putri
Tugas : Menjelaskan tujuan pelaksanaan bermain
Menjelaskan peraturan kegiatan sebelum kegiatan dimulai.
Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok
Mampu Memimpin acara dari awal sampai akhir
b. Fasiliator : Kadek Dwiki Putra Udiana
Putu Ratih Kartika Dewi Aprillianti
Tugas : Memfasilitasi anak yang kurang aktif.
Berperan sebagai role model bagi anak selama kegiatan.
berlangsung.
Membantu anak bila anak mengalami kesulitan.
Mempersiapkan alat dan tempat bermain.
c. Observer : Mila Cahyani Heryanto
Tugas : Mengobservasi jalannya / proses kegiatan
Mencatat perilaku verbal nonverbal anak selama kegiatan
berlangsung.
Memantau kelancaran acara dan perkembangan serta
karakteristik anak.
10. SETTING

Keterangan:
: Leader

: Co-Leader

: Observer

: Fasilitator

: Pasien
11. RENCANA PELAKSANAAN ACARA BERMAIN

No Waktu Kegiatan Bermain


1. 5 Menit Pembukaan
 Leader membuka kegiatan dengan
mengucapkan salam
 Leader memperkenalkan nama terapis yang lain
 Leader menjelaskan tujuan dari permainan
 Kontrak Waktu
2. 10 Menit Pelaksanaan
 Leader dibantu oleh Co leader dan pasilitator
untuk mengatur posisi duduk setiap terapis
dengan 1 orang anak
 Pasilitator membagikan lego kepada anak
 Pasilitator mengajak dan memotivasi anak
untuk mengungkapkan bentuk apa yang akan
dia buat
 Memulai membentuk lego didampingi oleh
pasilitator
 Leader dan Co leader memberi semangat pada
anak selama proses pembentukan
 Pasilitator memtovasi anak untuk memilih
warna kertas lipat yang dia inginkan
 Apabila anak tidak mau aktif libatkan orang tua
atau pendamping anak untuk membentuk lego
yang telah disediakan
3. 10 Menit Evaluasi
 Menanyakan pada anak mengenai bentuk yang
telah dibuat
 Menanyakan pada anak mengenai warna yng
dia pilih
 Menanyakan pada anak tentang perasaan anak
setelah atau selama bermain
4. 5 Menit Terminasi
 Leader menutup acara permainan
 Memberikan reward kepada seluruh peserta
 Salam penutup

12. EVALUASI
A. Evaluasi Struktur
1. Sarana yang dipersiapkan sebelum terapi bermain dilakukan yaitu ± 2
buah matras
2. Media yang akan dipakai terapi bermain sudah disiapkan 1 hari sebelum
proses kegiatan akan dilaksanakan.
3. Struktur peran sudah ditentukan yaitu Ni Komang Ayu Candra Monika
sebagai Leader, Komang Yunita Pramana Putri sebagai Co-Leader, Mila
Cahyani Heryanto Sebagai Observer, Kadek Dwiki Putra Udiana sebagai
Fasilitator dana Putu Ratih Kartika Dewi Aprillianti sebagai Fasilitator.
4. Kontrak waktu dengan keluarga dilakukan satu hari sebelum terapi
bermain yaitu tanggal 21 Desember 2017.
B. Evaluasi Proses
1. Leader memandu jalannya permainan dari permainan dimulai hingga
selesai.
2. Anak-anak dapat merespon dengan baik apa yang diberikan leader saat
bermain.
3. Anak-Anak dapat membentuk lego sesuai dengan keinginannya.
5. Kegiatan bermain lego dapat berjalan dengan lancar.
6. Masing-masing mahasiswa bekerja sesuai dengan perannya.

C. Evaluasi Hasil
1. Jangka Pendek
Anak mampu mengikuti kegiatan terapi bermain serta tidak adanya anak
yang menangis ataupun ingin meninggalkan kegiatan terapi bermain
sebelum selesai.
2. Jangka Panjang
Anak dapat meningkatkan kreatifitas, imajinasi dan keterampilannya
dalam bermain lego yang telah disediakan.

HALAMAN PENGESAHAN
Denpasar, Desember 2017
Mahasiswa,
Ketua Kelompok
( )

Mengetahui,

Nama Pembimbing/CI Nama pembimbing/CT

( ) ( )

DAFTAR NAMA PESERTA TERAPI BERMAIN

NO NAMA PESERTA UMUR


Mengetahui,

Nama Pembimbing/CI Nama pembimbing/CT

( ) ( )

DAFTAR PUSTAKA

Hurlock., Elizabeth. 1998. Perkembangan Anak Jilid 1. Edisi Keenam. Jakarta:


McGraw-Hill.

Hildayani, dkk. 2001. Materi pokok PGTK2104/4SKS/Modul.1-12. Psikologi


Perkembangan
Anak.

Andrewongso, Artikel Motivasi dan Cerita Motivasi, diunduh 16 April 2010 dari

http://www. Andriewongso.com/awartikel-1553-Tahukah_Anda-Lego.

Bong Yiong Ling, dkk, “Mencetak Anak Kreatif”, NAKITA, Cet I, (Jakarta: PT
Sarana

Kinasih Setya Sejati, Agustus 2003)

Ismail. 2006. Education Games. Yogyakarta: Pilar Media.

Munandar, Kreativitas Sepanjang Masa , (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1988).

Sudono, Anggani. 2000. Sumber Belajar dan Alat Permainan. Jakarta: Grasindo.

Heru Basuki, MPsi. 2005. Keterbakatan, Intelektual dan Faktor-Faktor Pendukung


dalam

Pengembangannya. Jakarta: Gunadarma.

Pamilu. (2007). Mengembangkan kreativitas dan kecerdasan anak. Yogyakarta:


Citra Media.

Gagan. (1988). Laporan penelitian standarisasi tes kreativitas. Jakarta:UI

Munandar, U. (1988). Kreativitas sepanjang masa. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Mayke S. Tedjasaputra (2003). Bermain, Mainan dan Permainan. Jakarta: PT.


Grasindo.

Patmonodewo, S. (2003). Pendidikan anak prasekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta


xiii
Suratno. (2005). Pengembangan kreativitas Anak Usia Dini. Jakarat: Departemen
Pendidikan

Nasional.

Anda mungkin juga menyukai