Abstrak: Perkembangan fisik pada sebagian anak tunagrahita mengalami keterhambatan. Keterhambatan
fisik ini mengakibatkan masalah pada keterampilan geraknya. Karenanya membutuhkan praktik-praktik
yang dapat mengembangkan kemampuan fisik motorik kasar anak usia dini tunagrahita. Metode penelitian
menggunakan penelitian tindakan kelas yang dilalui dalam dua siklus dengan empat kali pertemuan.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 di SLBN Kelapa Lima Kota Kupang. Partisipan
penelitian sebanyak tiga orang yang berusia dini yaitu tujuh sampai dengan sembilan tahun. Teknik
pengumpulan data menggunakan observasi serta tes. Indikator peningkatan kemampuan fisik motorik
dilihat berdasarkan kemampuan melompat satu kaki, melompat dua kaki, menjaga keseimbangan tubuh
saat memungut “era”, melempar “era” tepat dalam kotak, serta kemampuan menggenggam “era” dengan
baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan fisik motorik kasar anak usia
tuna grahita dengan peningkatan rerata dari pra siklus 38% meningkat 23 % menjadi 61% di siklus 1.
Dari siklus I ke siklus 2 meningkat lagi 43% sehingga kondisi setelah pelaksanaan siklus 2 adalah 95%.
Berdasarkan hasil evaluasi maka direkomendasikan kepada guru agar peka terhadap kondisi anak yang
mudah terbagi konsentrasi, menggunakan sistem hadiah untuk menarik perhatian anak, harus lebih sering
memuji, membuat variasi tepukan untuk mengembalikan konsentrasi anak, mengurangi aktivitas-aktivitas
yang memicu perilaku ramai muncul, menggunakan bahasa yang sederhana, pemenggalan kalimat yang
jelas dan tidak panjang, mengulang-ulang permainan karena anak tunagrahita mudah lupa.
Kata Kunci: tunagrahita, permainan tradisional Sikodoka, motorik kasar, anak usia dini
Keywords: intellectual disability, Sikodoka traditional game, gross motor, young children
Jurnal Ilmiah VISI PPTK PAUDNI - Vol. 11, No. 2, Desember 2016 73
Meningkatkan Kemampuan Motorik ...
PENDAHULUAN
Perkembangan fisik pada sebagian menunjukkan bahwa ada perubahan anak ketika
anak tunagrahita mengalami keterhambatan. menggenggam, memindahkan barang, menjumput
Keterhambatan fisik ini mengakibatkan masalah benda dengan jarinya. Penelitian lain berjudul media
pada keterampilan geraknya (Utari & Indahwati, pembelajaran interaktif keterampilan membatik
2015). Menurut Delphie (2007), anak tunagrahita untuk anak tunagrahita ringan pada sekolah luar
pada umumnya mempunyai kelemahan pada biasa di semarang yang dilakukan oleh Fitriana
segi keterampilan gerak, fisik yang kurang sehat, (2013). Hasil penelitian memperlihatkan membatik
koordinasi gerak, kurangnya perasaan dirinya adalah media yang menyenangkan dan mudah serta
terhadap situasi dan keadaan sekelilingnya, dapat diterapkan sebagai media pembelajaran bagi
dan kurang keterampilan gross motor (motorik anak tunagrahita dan juga dapat mengembangkan
kasar) dan fine motor (motorik halus). Anak usia kemampuan fisik motorik anak tunagrahita.
dini tunagrahita ringan mengalami kesulitan Salah satu permainan yang perlu dieksplorasi
dalam melakukan aktivitas jasmani/gerak dasar adalah permainan tradisional. Permainan tradisional
seperti berlari, melompat, meloncat dan juga juga merupakan media yang tidak kalah fungsinya
kurang dapat atau masih kesulitan melakukan dengan permainan edukatif lainnya. Ardiyanto dan
gerakan manipulasi sebuah benda (melempar, Sukoco (2014) dalam penelitiannya menggunakan
menangkap). Mereka dapat mengikuti aktivitas delapan permainan tradisional sebagai model
bermain tetapi dengan arahan yang sederhana yang dikembangkan yaitu permainan, yaitu (1)
(Auxter, Pyfer, Huettig, dalam Ardiyanto & Sukoco, balap sarung, (2) lempar karet, (3) dorong ban,
2014). Karenanya membutuhkan praktik-praktik (4) engkling, (5) pukul balon, (6) layang-layang,
yang dapat mengembangkan kemampuan fisik (7) lompat tali, dan (8) pesawat terbang. Delapan
motorik. Bermain merupakan salah satu cara yang permainan ini telah diujicoba dan dianggap layak
ideal terkait praktik tersebut. untuk diijadikan model pengembangan motorik kasar
Bermain, sama halnya dengan belajar, bagi anak tunagrahita. Uji coba skala kecil model
adalah hidup dan pekerjaan anak (Samuelsson & dilakukan di Sekolah Luar Biasa (SLB) Tunas Kasih
Clarsson, 2008). Terlepas apakah anak tersebut Turi dan uji coba skala besar di SLB Tunas Kasih
bermasalah atau tidak, normal ataupun kebutuhan Donoharjo.
khusus. Bermain memiliki fungsi sebagai jendela Permainan engklek (Asih, 2014) dilakukan
ke dalam jiwa anak dan merupakan aktivitas favorit untuk melihat bagaimana manfaatnya bagi
anak dan dianggap sebagai kendaraan terbaik untuk perkembangan motorik kasar anak tunagrahita.
memfasilitasi perkembangan anak. Bermain sebagai Hasil menunjukkan bahwa permainan engklek
tempat ekspresi diri, komunikasi, perkembangan dapat bermanfaat bagi perkembangan melompat
hubungan dengan orang lain dan perkembangan anak tunagrahita. Penelitian terbaru tahun 2015
kapasitas diri baik untuk anak pada umumnya mengenai engklek dilakukan oleh Sari (2015)
maupun pada anak berkebutuhan khusus (Luby, tentang peningkatan kemampuan pengenalan
2006). Kajian Odom dan Wolery (2003) menyebutkan bilangan bagi anak tunagrahita sedang di SLB
bahwa anak usia dini dengan disabilitas termasuk Payahkumbuh, kelas DIII menemukan bahwa ketika
tunagrahita akan belajar banyak melalui bermain dan kotak-kotak dalam engklek tersebut diberi angka,
mengobservasi lingkungan mereka. maka terjadi peningkatan pengenalan angka bagi
Sudah banyak penelitian-penelitian yang anak tunagrahita sedang. Penelitian lain dari Alfiza
menjelaskan mengenai manfaat media permainan dkk. (2014) membahas permainan lompat tali dan
dalam proses pembelajaran bagi anak berkebutuhan mencoba melakukan PTK untuk mencari tahu
khusus tunagrahita. Penelitian yang dilakukan oleh apakah ada peningkatan kemampuan motorik kasar
Sekarwati dan Riyanto (2015) yakni penelitian anak tuna grahita dalam hal ini melompat bagi anak
tindakan kelas (PTK) untuk melihat kemampuan kelas II (umur 11 tahun) dengan tunagrahita ringan
motorik halus anak tunagrahita dan apakah dapat di Painan. Hasilnya menunjukkan bahwa dengan
berkembang ketika anak diberi permainan maze bermain lompat tali dapat melatih kemampuan
matching sebagai tindakannya. Hasil peneltian melompat anak tuna grahita menjadi lebih baik.
74 Jurnal Ilmiah VISI PPTK PAUDNI - Vol. 11, No. 2, Desember 2016
Meningkatkan Kemampuan Motorik ...
Jurnal Ilmiah VISI PPTK PAUDNI - Vol. 11, No. 2, Desember 2016 75
Meningkatkan Kemampuan Motorik ...
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian melompat menggunakan 1 kaki, melempar “era”
kuantitatif dengan pendekatan Penelitian Tindakan masuk dalam kotak sambil menjaga keseimbangan
Kelas. Kelas yang menjadi sasaran penelitian adalah tubuh dan kemampuan menggenggam “era”.
kelas 1 Sekolah Dasar karena tidak ada kelas PAUD Penelitian ini dilalui dalam dua siklus dengan
untuk anak berkebutuhan khusus. Selain itu juga jumlah pertemuan sebanyak empat pertemuan.
kelas 1 SD terdapat murid yang masih dikategorikan Siklus pertama, hari pertama dilakukan permainan
usia dini yaitu 7-9 tahun. Partisipan penelitian dan hari kedua dilakukan tes. Begitu juga dengan
adalah anak kelas 1 SD berjumlah tiga orang, dua siklus dua. Setiap siklus dilalui dalam empat tahapan
orang perempuan (E berumur 9 tahun, W berumur yaitu: (1) persiapan: menyiapkan RPPH, diskusi
6 tahun) dan 1 orang laki-laki (R berusia 8 tahun). dengan guru, menyiapkan alat dan bahan bermain
Tempat penelitian dilakukan di SLBN Kelapa Lima Sikodoka; (2) pelaksanaan: guru menerapkan
Kota Kupang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan tahapan bermain Sikodoka; (3) observasi: observasi
Agustus 2016. dilakukan terhadap pelaksanaan kegiatan, perilaku
Teknik pengumpulan data menggunakan yang muncul saat bermain serta observasi terhadap
observasi dan tes. Observasi dilakukan terhadap peningkatan kemampuan motorik halus. Penilaian
proses pembelajaran, juga perilaku yang muncul saat terhadap kemampuan ini dilakukan melalui tes; dan
pembelajaran sedangkan tes dilakukan di akhir setiap (4) refleksi: refleksi ini dilakukan untuk memberikan
siklus. Instrumen penilaian tes adalah kemampuan motivasi untuk terus bersemangat mengikuti
fisik motorik kasarnya, yaitu melompat dua kaki, pembelajaran yang menyenangkan.
76 Jurnal Ilmiah VISI PPTK PAUDNI - Vol. 11, No. 2, Desember 2016
Meningkatkan Kemampuan Motorik ...
diulang kembali dan lagu “kalau kau suka hati”. sendiri. Siapa yang berhasil melompat mengelilingi
Gerak dan lagu ini dilakukan untuk mencairkan kotak-kotak seperti yang dicontohkan, akan diberi
suasana karena pada pertemuan pertama, anak sebuah bintang. Setiap anak diberi kesempatan dua
masih menunjukkan perilaku malu-malu dan diam kali bermain.
pasif, enggan mengikuti perintah serta gerak dari Berdasarkan hasil catatan observasi terhadap
lagu yang dinyanyikan. Ini dikarenakan, anak baru proses pembelajaran, perilaku malu-malu anak
pertama kali bertemu dengan tim peneliti. berkurang, justru anak semakin ramai, berteriak-
Setelah terlihat perilaku aktif, maka peneliti berteriak, melompat-lompat kegirangan, masih
melanjutkan ke kegiatan inti yaitu perkenalan berlari-lari jika bukan giliran bermainnya, dan mudah
permainan Sikodoka kepada anak. Dimulai dengan berganti fokus. Peneliti sendiri menyederhanakan
membuat pola yang sudah disiapkan di atas karpet bahasa yang dipakai dan juga lebih sering
dan menjelaskan tentang aturan lalu memberi contoh memuji anak, lebih banyak menggunakan variasi
bagaimana memainkannya. Kemudian, mengajak tepukan untuk mengembalikan fokus anak. Di
anak untuk melakukan aktivitas seperti melompat. akhir sesi dilakukan tes untuk melihat apakah ada
Pada aktivitas inti juga anak masih terlihat pasif dan peningkatan kemampuan anak dalam hal melompat
mudah berganti konsentrasi, mereka tertarik dengan satu kaki, melompat dua kaki, serta menjaga
hal lain di dalam kelas, menolak bermain, serta keseimbangan tubuh saat memungut, melempar
berlari-lari dalam kelas. Guru sendiri mengalami dan menggenggam. Berdasarkan hasil tes diperoleh
kesulitan dalam mengajak anak untuk memainkan diperoleh rerata kemampuan fisik motorik anak usia
permainan Sikodoka. Hal ini disebabkan karena dini tunagrahita sebesar 0.61 atau 61%. Angka ini
beberapa hal yaitu anak masih belum kenal dan belum memenuhi kriteria ketuntasan pembelajaran.
akrab dengan tim, bahasa yang digunakan tim untuk Untuk itu pelaksanaan siklus dilanjutkan ke siklus
menerangkan tahapan bermain masih kompleks kedua.
dan sulit dipahami anak, peneliti masih bingung Berdasarkan hasil catatan observasi maka
mengatasi perilaku anak yang mudah berganti dilakukan perbaikan pembelajaran melompat
fokus. Untuk memotivasi anak agar terlibat dan satu kaki, menjaga keseimbangan tubuh dan
menikmati pembelajaran, peneliti mengajarkan melempar karena ketiga indikator ini yang tidak
tepukan motivasi yaitu Tepuk Bisa. Setelah ketiga mengalami banyak peningkatan. Perbaikan lain
anak berhasil mencontoh permainan Sikodoka, adalah menyempurnakan RPP berdasarkan
peneliti mengakhirinya dengan Tepuk Hore dan masukan pada pelaksanaan siklus I, mempersiapkan
pemberian bros bintang lalu di akhiri dengan berdoa. hadiah, kali ini diganti berupa makanan biskuit
Berdasarkan hasil catatan pengamat ada beberapa gandum, dan memindahkan permainan keluar kelas
catatan perbaikan untuk pertemuan kedua yaitu yang sepi. Untuk lebih jelasnya, hasil tes siklus 1
guru harus membagi perhatian kepada semua anak, tersaji pada tabel 2.
harus memuji sesering mungkin, serta menggunakan
bahasa yang sederhana dan singkat. Tabel 2. Hasil Tes Siklus I
Pertemuan kedua dilakukan pada keesokan
harinya. Guru langsung menyerahkan proses A B C D E Total
pembelajaran kepada tim peneliti. Hari kedua E 3 3 2 3 3 14
dimulai dengan doa dan menyanyi untuk mencairkan R 3 3 2 2 3 13
suasana. Lalu tim melakukan sedikit tanya jawab W 2 2 2 2 2 10
untuk mengetahui apakah mereka mengingat Jumlah Total 37
aktivitas pada pertemuan pertama. Anak yang Rerata 0.61
berani menjawab akan diberi bros bintang. Anak
terlihat bingung saat dilakukan tanya jawab. Peneliti Siklus II
harus memberi contoh dan menunjukkan gambar Siklus II dilakukan seminggu setelah siklus I
sebagai kisi-kisi aktivitas pada pertemuan pertama. dengan jumlah pertemuan sebanyak dua kali. Pada
Anak mampu mengingat kembali walaupun tidak siklus II akan difokuskan pada latihan keseimbangan
tepat. Setelah tanya jawab, anak diajak bermain dan melempar. Permainan dilakukan di luar kelas
Sikodoka. Tetapi kali ini anak harus memainkan di sebuah lapangan yang tidak banyak dilalui anak-
Jurnal Ilmiah VISI PPTK PAUDNI - Vol. 11, No. 2, Desember 2016 77
Meningkatkan Kemampuan Motorik ...
anak lain. Pada pertemuan pertama, kegiatan dapat dilihat dinamika peningkatan kemampuan fisik
dimulai dengan doa dan mencairkan suasana motorik kasar anak usia dini dengan tunagrahita
dengan menyanyi. Awalnya anak masih malu- ringan disajikan pada Gambar 1.
malu, tetapi setelah menyanyi, anak mulai akrab
kembali dengan tim peneliti. Kegiatan inti dimulai
dengan penjelasan aturan bermain yaitu siapa yang
mampu menyelesaikan satu putaran permainan
tanpa diulang akan diberi hadiah berupa biskuit
gandum dan siapa yang paling banyak mendapatkan
“rumah” adalah pemenangnya. Kemudian anak-
anak kembali diperkenalkan alat bermain berupa
era dan bentuk Sikodoka juga cara bermain. Hal ini
dilakukan agar anak usia dini tunagrahita mengingat
kembali permainan Sikodoka. Setelah itu, permainan
dilakukan. Saat bermain, anak tampak kegirangan
senang dan beberapa kali melompat-lompat dan
juga berlari-lari. Anak kelihatan sudah mengetahui
permainan Sikodoka tetapi masih belum memahami Gambar 1. Grafik peningkatan kemampuan
aturan bermain. Siklus diakhiri dengan pemberian motorik kasar AUD dengan tunagrahita ringan
hadiah biskuit bagi yang berhasil dan doa selesai.
Berdasarkan hasil catatan observasi proses Hasil penilaian terhadap fisik motorik
kegiatan, terdapat beberapa hal untuk diperbaiki kasar anak tunagrahita dilihat dari beberapa lima
pada pertemuan kedua yaitu mengurangi kegiatan- indikator yaitu kemampuan melompat dua kaki,
kegiatan yang menstimulus perilaku senang kemampuan melompat satu kaki, kemampuan
berlebihan seperti variasi tepukan “hore” atau menjaga keseimbangan, kemampuan melempar,
memberi motivasi dengan tepuk tangan karena anak dan kemampuan menggenggam. Hasil simulasi yang
terpicu untuk kegirangan berlebihan dengan tepuk dilakukan pada pra siklus untuk melihat kemampuan
tangan yang ramai. awal anak usia dini tunagrahita menunjukkan tingkat
Pertemuan kedua diawali dengan doa dan kemampuan fisik motorik kasar anak masih rendah,
dilakukan tes. Tes ini untuk melihat peningkatan dengan rerata nilai 0.38. Dengan pelaksanaan
kemampuan fisik motorik kasar anak usia dini tindakan permainan tradisional Sikidoka maka terjadi
tunagrahita setelah dilakukan siklus II. Tes yang peningkatan rerata menjadi 0.61. Karena belum
dilakukan berupa tes kemampuan melompat satu mencapai 75 % maka berdasarkan hasil evaluasi
kaki, melompat dua kaki, melempar, menggenggam, maka tindakan diulangi lagi pada siklus II. Terjadi
dan menjaga keseimbangan tubuh. Hasil tes peningkatan kemampuan setelah pelaksanaan
menunjukkan rerata nilai tes pada siklus dua 0.95 tindakan diulangi lagi pada siklus II. Rerata capaian
atau 95%. Ini berarti ada terjadi peningkatan sebesar kemampuan fisik motorik kasar anak meningkat
0.34 atau 34% dari siklus I. Untuk lebih jelasnya, menjadi 0.95. Angka ini menunjukkan bahwa
hasil tes siklus 1 tersaji pada tabel 3. kemampuan ketiga anak usia dini tunagrahita sudah
memenuhi standar kompetensi yang diharapkan yaitu
Tabel 2. Hasil Tes Siklus II 75%. Artinya, juga bahwa kemampuan melompat
dengan dua kaki, kemampuan dengan menggunakan
A B C D E Total satu kaki, kemampuan menjaga keseimbangan,
E 4 3 3 3 4 17 kemampuan melempar dan menggenggam anak
R 4 3 3 2 4 16 sudah sesuai tahapan perkembangan. Peningkatan
W 3 3 2 2 4 14 kemampuan fisik motorik kasar anak ini dapat
Jumlah Total 57 dicapai karena pelaksanaan tindakan permainan
Rerata 0.95 tradisional Sikidoka yang dimainkan sesuai kondisi
kebutuhan khusus anak, seperti aturan main yang
Berdasarkan hasil pelaksanaan siklus maka disederhanakan, perintah pelaksanaan permainan
78 Jurnal Ilmiah VISI PPTK PAUDNI - Vol. 11, No. 2, Desember 2016
Meningkatkan Kemampuan Motorik ...
yang singkat dan jelas, serta pemberian motivasi terungkap juga bahwa peningkatan kemampuan anak
seperti pujian terus menerus, durasi waktu bermain tunagrahita dapat terjadi dikarenakan beberapa hal
yang tidak panjang, yaitu penyederhanaan permainan tradisional yang
Hasil penelitian di atas mempertegas hasil- ingin dimainkan, penggunaan bahasa sederhana dan
hasil penelitian sebelumnya. Penelitian serupa singkat, mengulang-ngulang permainan beberapa
tentang pemanfaatan permainan tradisional kali dan selalu memberi motivasi pada saat anak
untuk meningkatkan kemampuan lokomotor anak malu-malu dan tak mampu, serta memberi reward
tunagrahita. Kemampuan gerak lokomotor anak saat anak berhasil.
tunagrahita meningkat secara signifikan setelah Selain memperkuat hasil penelitian
diberi permainan tradisional memindahkan barang sebelumnya, penelitian ini memberikan eviden baru
dan engkleng gunung (Utari & Nanik, 2015). mengenai penerapan permainan tradisional untuk
Permainan sikidoka ternyata juga mempengaruhi meningkatkan kemampuan motorik kasar anak usia
perkembangan lain selain perkembangan motorik dini tunagrahita. Kebutuhan perkembangan anak
maupun gerak lokomotor anak usia dini tuna grahita. usia dini yang berbeda dengan anak yang lebih
Penelitian Sari (2015) menunjukkan peningkatan tua diharapkan dapat difasilitasi dengan permainan
kemampuan mengenal bilangan yang signifikan pada tradisional Sikodoka seperti sudah dibuktikan
anak tunagrahita ketika menggunakan permainan di penelitian ini. Langkah selanjutnya adalah
engklek atau sikodoka ini. Permainan ini dimodifikasi mentransfer pengetahuan ini untuk diterapkan
dengan memberi angka di tiap kotak yang ada. Dari di kegiatan sekolah maupun di rumah untuk
hasil-hasil penelitian di atas dan hasil penelitian ini memaksimalkan aplikasi ilmu.
PENUTUP
Kesimpulan tunagrahita apalagi anak usia dini. Selain itu orangtua
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan juga perlu mempertimbangkan untuk mendorong
bahwa permainan tradisional Sikodoka efektif dalam anak bermain tradisional di kehidupan bermain
meningkatkan kemampuan motorik kasar anak sehari-hari anak. Permainan Sikodoka dapat menjadi
usia dini tunagrahita. Eviden baru dalam konteks salah satu alternatif aktivitas anak untuk menstimulus
anak usia dini tunagrahita ini bisa bermanfaat untuk kemampuan motorik kasar anak. Agar permainan
kegiatan sekolah maupun di rumah demi menunjang dapat berjalan dengan baik, perlu disesuaikan
perkembangan anak. Eviden ini juga seharusnya dengan tahapan perkembangan anak tunagrahita.
bisa meyakinkan para praktisi perkembangan dan Guru dan orangtua perlu memperhatikan aturan
pendidikan anak untuk beralih dari metode-metode mainnya, harus dibuat lebih mudah dan singkat agar
konvensional dalam belajar dan memanfaatkan dapat dipahami anak usia dini tunagrahita. Guru
permainan tradisional untuk anak usia dini. Diseminasi dan orangtua juga harus menggunakan bahasa
hasil lebih lanjut serta sosialisasi dibutuhkan untuk yang sederhana dan jelas serta perlu menyiapkan
mewujudkan hal tersebut. hadiah baik berupa pujian, tos ataupun sepotong
Saran biskuit (biskuit gandum). Diseminasi yang konsisten
Adapun beberapa hal yang direkomendasikan mengenai hasil penelitian ini dan hasil penelitian
antara lain adalah bagi guru merencanakan permainan serupa diperlukan untuk mendukung perubahan di
tradisional sebagai media dalam pembelajaran anak perilaku masyarakat dan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Alfiza, Y., Martias, Z., Fatmawati. (2014). Motorik Kasar Anak Tunagrahita Ringan.
Meningkatkan keterampilan melompat melalui Jurnal Keolahragaan, (2) 2. 119-129.
permainan tradisional lompat tali bagi anak Asih L.S. (2014). Pengaruh Permainan Tradisional
tunagrahita ringan kelas II di SDLB 35 Painan. Engklek Terhadap Kemampuan Motorik Kasar
E-JUPEKhu, 3 (1), 299-307. Melompat Anak Tunagrahita Ringan (Single
Ardiyanto, A & Sukoco, P. (2014). Pengembangan Subject Research (SSR). Pada Siswa Slb
Model Pembelajaran Berbasis Permainan Bina Sejahtera ). Skripsi. Tidak diterbitkan.
Tradisional Untuk Meningkatkan Kemampuan Bandung: PPS UPI Http://Repository.Upi.
Jurnal Ilmiah VISI PPTK PAUDNI - Vol. 11, No. 2, Desember 2016 79
Meningkatkan Kemampuan Motorik ...
80 Jurnal Ilmiah VISI PPTK PAUDNI - Vol. 11, No. 2, Desember 2016