Anda di halaman 1dari 8

PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR ANAK

USIA 4-5 TAHUN MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL


TAMBI-TAMBIAN
Iis Verawati Simatupang
Program Studi PAUD Program Pascasarjana
Universitas Negeri Jakarta
Email: iissimatupang@gmail.com

Received August 2018, Accepted September 2018, Published October 2018

Abstract: The aim of this research is to enhance the children’s gross motor skill through
traditional games “Tambi-tambian”. Traditional games are very useful for the basic development
of children and through it children recognize and preserving local culture. The research was
conducted among 11 children of group A at TK Nasional KPS Balikpapan. The procedures for this
action research using Kemmis and McTaggart’s model through four stages: planning, action and
observation, reflection. The data were collected using interview, observation, and documentation.
Data analysis is carried using both quantitative and qualitative analysis. The results of research
show enhancement of gross motor skill through traditional games “Tambi-tambian”. Pre-
intervensi, children’s gross motor skill is 53,41%, after the conducted action children’s gross
motor skill increasing in the 1st cycle is 68,86% and 2ndcycle is 81,59%. Traditional games
“Tambi-tambian” contributes to enhance children’s gross motor skill.

Keywords: Gross Motor Skill, Traditional Games, Children Age 4-5 Years

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan motorik kasar anak
melalui permainan tradisional “Tambi-tambian”. Permainan tradisional sangat bermanfaat bagi
perkembangan dasar anak dan melaluinya anak-anak dapat mengenali dan melestarikan budaya
lokal. Penelitian ini dilakukan pada 11 anak dari kelompok A di TK Nasional KPS Balikpapan.
Prosedur untuk penelitian tindakan ini menggunakan model Kemmis dan McTaggart melalui
empat tahap: perencanaa, tindakan dan pengamatan, refleksi. Pengumpulan data menggunakan
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan menggunakan analisis kuantitatif
dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan keterampilan motorik kasar melalui
permainan tradisional ”Tambi-tambian”. Pra tindakan, keterampilan motorik kasar anak adalah
53,41%, setelah dilakukan tindakan keterampilan motorik kasar anak meningkat pada siklus I
adalah 68,86%, dan siklus II adalah 81,59%. Permainan tradisional “Tambi-tambian”
berkontribusi untuk meningkatkan keterampilan motorik kasar anak.

Kata Kunci: Keterampilan Motorik Kasar, Permainan Tradisional, Anak Usia 4-5 Tahun

PENDAHULUAN tradisional, pada setiap daerah memiliki


Indonesia memiliki kekhasannya masing-masing. Di
keanekaragaman budaya. Budaya adalah Kalimantan Timur terdapat berbagai
identitas diri dari suatu bangsa yang macam permainan seperti Belogo,
harus dihormati, dijaga dan dilestarikan Begasing, Sembunyi-sembunyian Batu,
oleh masyarakat dengan cara Begulik, Belepuk, Beluncur, Batu Lele,
mewariskan kebudayaan dari generasi Sesarungan, Bahempas, Bebidukan,
tua ke generasi muda melalui Tambi-tambian, Ampar-ampar Pisang,
pendidikan. Lamusi. (Hamzuri & Siregar, 1998: 355-
Keanekaragaman budaya di 374). Pada penelitian ini, peneliti
Indonesia salah satunya adalah menerapkan permainan tradisional
permainan tradisional. Indonesia Tambi-tambian sebagai media
memiliki berbagai macam permainan pembelajaran untuk meningkatkan
keterampilan motorik kasar anak.

123
124 Jurnal PG-PAUD Trunojoyo : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Anak Usia Dini, Volume 5, Nomor 2, Oktober 2018, hal 123 – 130

Ismatul Khasanah, Agung memiliki kesiapan dalam memasuki


Prasetyo, dan Ellya Rakhmawati telah pendidikan selanjutnya. Hurlock (dalam
melakukan penelitian dengan Meitasari Tjandrasa dan Muslichah
menggunakan lima permainan Zarkasih) menyatakan bahwa usia dini
tradisional khas Jawa Tengah pada anak- (0-8 tahun) adalah usia yang ideal untuk
anak berusia 4-6 tahun. Hasilnya adalah anak mempelajari keterampilan motorik,
kelima permainan tradisional tersebut karena pada usia ini: 1) tubuh anak lebih
merupakan sarana dalam lentur; 2) belum banyak memiliki
mengembangkan aspek perkembangan keterampilan yang akan berbenturan
dasar anak seperti fisik-motorik, sosial- dengan keterampilan yang baru
emosi, kognitif, dan bahasa. Terlebih dipelajarinya; 3) berani mencoba sesuatu
lagi anak usia dini dapat mengenal nilai- yang baru; 4) bersedia mengulangi suatu
nilai budaya lokal yang terdapat dalam tindakan hingga otot terlatih untuk
setiap jenis permainan (Khasanah, melakukannya secara efektif; 5)
Prasetyo dan Rakhmawati, 2011: 91- memiliki waktu yang lebih banyak untuk
105). belajar menguasai keterampilan
Penelitian lain yang sebelumnya (Hurlock, 1978: 156).
dilakukan oleh Ting Liu, Michelle Keterampilan motorik kasar
Hamilton, dan Sean Smith menyatakan menurut William (dalam Zawi, Lian,
bahwa: dan Abdullah) menyatakan bahwa,
“(...) gross motor “gross motor skill refers to the
skills are shown to help with ability to use major muscles groups to
skill development, physical perform organized joint movements like
activity, and healthy life walking, running, throwing, jumping,
style. (...) gross motor climbing and catching” (Zawi, Lian,
delays are often attributed Abdullah, 2014: 242-252). Menurut
to lack of instruction, William, keterampilan motorik kasar
experience, feedback and adalah kemampuan untuk menggunakan
opportunity. This delay kelompok otot utama untuk melakukan
could negatively impact gerakan sendi yang teratur. Gallahue
their academic performance, (2006: 17) menyatakan bahwa, “gross
physical activity, and motor skills use several large muscle to
health-related fitness later perform a movement task (running,
in life”(Liu, Hamilton, dan jumping, throwing, catching)”. Dalam
Smith, 2015: 1-4). bentuk alih bahwa bahwa keterampilan
Dalam bentuk alih bahasa, motorik kasar menggunakan otot-otot
bahwa keterampilan motorik kasar anak besar untuk melakukan gerakan seperti
ditujukan untuk membantu berlari, melompat, melempar dan
pengembangan keterampilannya, menangkap. Diane E. Papalia, Sally
aktivitas fisik, dan gaya hidup sehat. (...) Wendkos Old, dan Ruth Duskin
keterlambatan motorik kasar sering Feldman (dalam A. K. Anwar) juga
dikaitkan dengan kurangnya pengajaran, menyatakan bahwa keterampilan
pengalaman, respon dan kesempatan. motorik kasar adalah keterampilan fisik
Keterlambatan ini dapat berdampak yang melibatkan otot-otot yang besar
negatif pada kinerja akademis, aktivitas (Papalia, Old, dan Feldman, 2008: 186).
fisik, dan kebugaran terkait kesehatan di Gallahue (2006:48-49) mengemukakan
kemudian hari. ada tiga aspek dalam keterampilan
Usia anak 0-8 tahun adalah usia motorik kasar, yaitu: 1) lokomotor, yaitu
yang tepat bagi anak untuk diberikan gerakan yang melibatkan perubahan
stimulasi sejak usia dini, sehingga lokasi tubuh, karena tubuh bergerak dari
aspek-aspek perkembangan anak dapat satu tempat ke tempat lainnya di atas
berkembang secara optimal dan anak permukaan tanah seperti berjalan,
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Anak
Usia Dini, Volume 5, Nomor 2, Oktober 2018, hal 123 - 130 125

berlari, melompat, meloncat, meluncur, Artikulasi berarti perangkaian, tahap ini


dan berjingkrak; 2) non-lokomotor, yaitu adalah upaya guru untuk menekankan
setiap pergerakan dengan posisi untuk koordinasi suatu rangkaian kegiatan
mendapatkan dan mempertahankan motorik atau keterampilan motorik
keseimbangan seseorang yang dengan membuat urutan yang tepat dan
berhubungan dengan gaya gravitasi. mencapai sesuatu (hasil) yang
Misalnya saja seperti: menghindari, diharapkan. Tahap kelima
mencapai, berputar, memutar; 3) pengalamiahan (naturalization).
manipulatif, yaitu gerakan yang Pengalamiahan adalah kemampuan
memberi kekuatan atau menerima tertinggi dalam pembelajaran motorik.
kekuatan dari objek, seperti melempar, Tahap ini, menuntut pendidik
menangkap, menendang dan memukul menjadikan semua keterampilan motorik
benda. yang diajarkan menjadi kebiasaan anak,
Berdasarkan uraian di atas atau menjadi keterampilan yang natural
tentang keterampilan motorik kasar, dalam diri mereka.
maka keterampilan motorik kasar adalah Berdasarkan uraian di atas,
kemampuan menggunakan otot-otot maka strategi yang tepat untuk
besar untuk dapat melakukan gerakan meningkatkan keterampilan motorik
dasar, seperti gerakan lokomotor, kasar anak adalah memberikan contoh,
gerakan non-lokomotor dan gerakan memberikan pengarahan atau petunjuk,
manipulatif. memperbaiki gerakan anak yang salah,
Hurlock (1978: 156-157) merangkai keterampilan yang sudah
menyatakan ada delapan hal penting dipelajari dengan keterampilan lainnya
dalam mempelajari keterampilan dan secara alami anak terbiasa
motorik, yaitu: 1) kesiapan belajar; 2) melakukan keterampilan motorik
kesempatan belajar; 3) kesempatan tersebut.
berpraktek; 4) model yang baik; 5) Montessori (dalam Suyadi dan
bimbingan; 6) motivasi; 7) setiap Maulidya Ulfah) menyatakan bahwa:
keterampilan motorik harus dipelajari “For the child, play is
secara individu; 8) keterampilan enjoyable, voluntary,
sebaiknya dipelajari satu demi satu. purposeful, and
Davc (dalam Richard Decaprio) spontaneously choosen
mengemukakan lima kategori titik tekan activity. it is often creative
yang bisa diklasifikasikan dalam as well involve problem
kegiatan pembelajaran motorik bagi solving, leaning new social
anak, yaitu peniruan, manipulasi, skill, new language and new
ketelitian, artikulasi dan pengalamiahan phsysical skill” (Suyadi dan
(Decaprio, 2013: 55-61). Tahap pertama, Ulfah, 2015: 34).
peniruan (imitation). Anak meniru Montessori menyatakan bahwa bagi
semua keterampilan atau gerakan anak bermain itu menyenangkan,
motorik yang dicontohkan dengan baik sukarela atau tanpa paksaan, penuh arti,
dan benar, meskipun peniruan yang dan aktivitas spontan. Permainan
dilakukan anak masih dalam bentuk memerlukan kreatif untuk
global dan tidak sempurna. Tahap kedua menyelesaikan masalah, belajar
manipulasi (penggunaan konsep). keterampilan sosial baru, bahasa baru
Pendidik memberikan pengarahan dan dan keterampilan fisik yang baru.
anak mengikuti petunjuk yang diberikan. Mayesty mengatakan bahwa bagi anak
Tahap ketiga ketelitian. Pada tahap ini bermain adalah kegiatan yang mereka
pendidik harus mencermati setiap sikap lakukan sepanjang hari karena bagi anak
dan tindakan motorik yang dilakukan bermain adalah hidup dan hidup adalah
anak berlangsung dengan proporsi. permainan (Sujiono, 2012: 86). James
Tahap keempat artikulasi (articulation). Sully menyatakan bahwa tertawa adalah
126 Jurnal PG-PAUD Trunojoyo : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Anak Usia Dini, Volume 5, Nomor 2, Oktober 2018, hal 123 – 130

tanda dari kegiatan bermain dan tertawa anak-anak yang terlibat dalam
ada di dalam aktivitas sosial yang permainan untuk mencapai satu
dilakukan bersama sekelompok teman tujuan tertentu (Tedjasaputra,
(Tedjasaputra, 2005: 15). 2005:21-24). Berdasarkan teori
Berdasarkan uraian di atas Parten, maka anak usia 4-5 tahun
tentang bermain, maka bermain berada pada tahap bermain bersama
merupakan cara alamiah anak untuk (Cooperative Play).
mempelajari dan belajar banyak hal James Danandja (dalam Keen
sehingga semua aktivitasnya dimulai Achroni) menyatakan bahwa permainan
dan diakhiri dengan bermain yang tradisional adalah salah satu bentuk yang
ditandai dengan tertawa karena rasa berupa permainan anak-anak. yang
senang. beredar secara lisan di antara anggota-
Parten (dalam Mayke S. anggota kolektif tertentu, berbentuk
Tedjasaputra) mengemukakan enam tradisional dan diwarisi turun-temurun,
tahapan perkembangan bermain pada serta banyak mempunyai variasi
anak yang tampil berurutan: (Archoni, 2012: 45). Menurut Madetaro
1. Unoccupied Play (dalam Andika Tiyas Apriliawati)
Tahap ini anak tidak benar-benar permainan tradisional adalah aktivitas
terlibat dalam kegiatan bermain, budaya yang terdiri dari unsur-unsur
anak hanya mengamati kejadian gerak, seni, nilai lokal, dan budaya yang
yang menarik di sekitarnya. tersebar di dalam masyarakat.
2. Solitary Play (Bermain Sendiri) Permainan tradisional ini sejalan dengan
Ciri anak pada tahap ini adalah tujuan pendidikan yaitu memacu
anak bersifat egosentris, tidak pertumbuhan dan perkembangan
berusaha untuk berinteraksi dengan jasmani, mental, emosional, dan sosial
anak lain dan hanya tertarik pada budaya yang selaras dalam upaya
diri sendiri dan kegiatannya sendiri. pembentukan serta mengembangkan
3. Onlooker Play (Pengamat) kemampuan dan kepribadian yang
Pada umumnya tahap ini berwawasan lingkungan (Apriliawati,
berlangsung bagi anak usia dua 2016: 524). Akbari et. al. (2009: 124)
tahun. Anak mengamati anak-anak juga menyatakan bahwa “Traditional
lain melakukan kegiatan bermain, games have humanity and cultural
dan anak berminat terhadap values, beliefs translate by these from
kegiatan anak lain yang diamatinya. one lineage to other”. Menurut Akbari
4. Paralel Play (Bermain Paralel) et. al. permainan tradisional memiliki
Anak bermain dengan anak lain nilai kemanusian dan budaya, keyakinan
dengan melakukan kegiatan yang yang diteruskan dari generasi satu ke
sama, secara sendiri-sendiri pada generasi selanjutnya.
saat yang bersamaan, namun tidak Berdasarkan uraian di atas,
ada interaksi diantara mereka. maka permainan tradisional adalah
5. Assosiative Play (Bermain kegiatan menyenangkan yang dimainkan
Asosiatif) pada daerah tertentu yang beredar secara
Bermain asosiatif ditandai dengan lisan di antara anggota-anggota
adanya interaksi dan mau saling masyarakat tertentu yang mengandung
bertukar permainan, namun nilai-nilai budaya, berbentuk tradisional
masing-masing anak tidak terlibat dan diwarisi turun-temurun, memiliki
dalam kerja sama. banyak variasi dan dapat memberikan
6. Cooperative Play (Bermain rasa puas atau senang bagi si pelaku
Bersama) serta memacu pertumbuhan dan
Bermain bersama ditandai dengan perkembangan anak.
adanya kerjasama atau pembagian Penelitian ini bertujuan untuk:
tugas dan pembagian peran antara
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Anak
Usia Dini, Volume 5, Nomor 2, Oktober 2018, hal 123 - 130 127

1. Mengetahui proses pembelajaran ditingkatkan melalui permainan


melalui permainan tradisional tradisional Tambi-tambian. Permainan
Tambi-tambian dalam meningkatkan Tambi-tambian adalah permainan
keterampilan motorik kasar anak tradisional khas kota Balikpapan.
usia 4-5 tahun pada kelompok A di Dalam penelitian ini terdapat
TK Nasional KPS Balikpapan. peningkatan keterampilan motorik kasar
2. Mengetahui hasil permainan anak di berbagai aspek, diantaranya
tradisional Tambi-tambian dalam aspek lokomotor, yaitu seperti berjalan
meningkatkan keterampilan motorik sampai di garis pelempar, berlari dengan
kasar anak usia 4-5 tahun pada cepat ketika mengejar lawan pemain,
kelompok A di TK Nasional KPS dan berlari dengan cepat sambil
Balikpapan menghindari lemparan bola dari lawan
pemain; aspek non-lokomotor, yaitu
METODE PENELITIAN seperti berdiri di belakang garis
Metode penelitian yang pelempar, membungkukan badan untuk
digunakan dalam penelitian ini adalah mengambil bola, dan menghindari
penelitian tindakan (Action Research). lemparan bola dari lawan pemain
Peneliti menggunakan desain model dengan mengubah arah tubuh; dan aspek
Kemmis dan McTaggart dimulai dari manipulatif seperti menggelindingkan
perencanaan (planning), pelaksanaan bola sampai masuk lubang dengan satu
tindakan (acting) dan pengamatan tangan di antara kedua kaki,
(observation), serta refleksi (reflecting), menggelindingkan bola sampai masuk
dan perencanaan kembali (Sudaryono, ke dalam lubang dengan satu tangan
2014: 168). Penelitian ini melibatkan 11 melalui samping badan, menangkap bola
anak pada kelompok A di TK Nasional yang menggelinding dari medan datar
KPS Balikpapan. Teknik analisis data dengan tepat, dan melempar bola tepat
yang digunakan dalam penelitian ini pada sasaran. Melalui contoh dari guru,
adalah kuantitatif deskriptif dan analisis motivasi, bimbingan, dan memberikan
data secara kualitatif. kesempatan anak untuk mempraktekkan,
maka terlihat aspek lokomotor, non-
HASIL PENELITIAN DAN lokomotor, dan manipulatif anak
PEMBAHASAN mengalami peningkatan melalui
Pada penelitian ini keterampilan penerapan permainan tradisional Tambi-
motorik kasar anak usia 4-5 tahun tambian.

90
80
70
60
50
Skor (%)

40
30
20
10
0
Lokomotor Non-Lokomotor Manipulatif
Pra Intervensi 56,06 52,27 52,27
Siklus I 70,45 68,18 68,18
Siklus II 80,3 82,57 81,81
Grafik 1
Keterampilan Motorik Kasar Pra Intervensi, Siklus I, dan Siklus II Berdasarkan aspek
Lokomotor, Non-Lokomotor, dan Manipulatif
128 Jurnal PG-PAUD Trunojoyo : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Anak Usia Dini, Volume 5, Nomor 2, Oktober 2018, hal 123 – 130

Tabel 1
Data Hasil Peningkatan Motorik Kasar Anak
Pada Pra Intervensi, Siklus I dan Siklus II
No. Nama Pra Intervensi Siklus I Siklus II
Anak Skor (%) Skor (%) Skor (%)
1. ADS 27 67,5% 32 80% 36 90%
2. DLNM 20 50% 28 70% 30 75%
3. EAS 20 50% 21 52,5% 28 70%
4. JsP 20 50% 29 72,5% 34 85%
5. JERU 24 60% 33 82,5% 35 87,5%
6. JvP 20 50% 26 65% 34 85%
7. JMS 20 50% 25 62,5% 33 82,5%
8. MNJ 21 52,5% 28 70% 32 80%
9. MFC 22 55% 29 72,5% 34 85%
10. NKACM 20 50% 24 60% 31 77,5%
11. PAI 21 52,5% 28 70% 32 80%
Rata-rata Kelas 21,36 53,41 % 27,54 68,86% 32,64 81,59%

90 81,59
80
68,86
70
60 53,41
Skor (%)

50
40
30
20
10
0
Pra Intervensi Siklus I Siklus II
Grafik 2
Hasil Penilaian Keterampilan Motorik Kasar

Berdasarkan hasil analisis yang Berdasarkan kesepakatan antara


telah dilakukan menunjukkan bahwa peneliti dengan kolabolator bahwa
adanya peningkatan rata-rata tingkat penelitian dikatakan berhasil jika 71%
capaian perkembangan keterampilan dari jumlah anak atau 8 dari 11 anak
motorik kasar anak pada kelompok A di mencapai 75% TCP maksimal atau
TK Nasional KPS Balikpapan, yaitu dari sebesar 30. Dari hasil pengamatan yang
pra intervensi sebesar 21,36 atau 53,41% dilakukan anak
mengalami peningkatan pada siklus I pada siklus I, TCP anak secara
sebesar 6,18 atau 15,45% dengan rata- keseluruhan belum mencapai TCP
rata kelas mencapai 27,54 atau 68,86%. maksimal sebesar 30, sehingga
Selanjutnya dari siklus I ke siklus II penelitian dilanjutkan pada siklus
mengalami peningkatan mencapai 5,1 selanjutnya. Pada siklus II nilai rata-rata
atau 12,73% dengan rata-rata kelas capaian perkembangan yaitu sebesar
mencapai 32,64 atau 81,59% pada 32,64 yang berada pada kategori
kategori berkembang sesuai harapan. berkembang sesuai harapan. Terdapat 10
orang anak yang mencapai TCP minimal
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Anak
Usia Dini, Volume 5, Nomor 2, Oktober 2018, hal 123 - 130 129

yaitu 30, dengan begitu penelitian ini rata kelas mencapai 27,54 atau 68,86%.
dikatakan berhasil. Selanjutnya dari siklus I ke siklus II
mengalami peningkatan mencapai 5,1
SIMPULAN atau 12,73% dengan rata-rata kelas
Berdasarkan paparan di atas, mencapai 32,64 atau 81,59% dengan
maka dapat simpulkan bahwa: a) proses kategori berkembang sesuai harapan.
pembelajaran melalui permainan 71% dari jumlah anak atau 8 dari 11
tradisional Tambi-tambian telah anak telah mencapai 75% TCP
dilaksanakan dengan baik. Guru maksimal atau sebesar 30 (10 orang
memberikan bimbingan, motivasi, anak yang mencapai TCP minimal yaitu
pengarahan, melatih satu gerakan satu 30) dengan begitu penelitian ini
demi satu secara bertahap serta dikatakan berhasil.
mengulang-ulang gerakan yang belum Berdasarkan simpulan dan
dikuasai anak sehingga anak terbiasa penelitian ini, maka peneliti mengajukan
untuk melakukannya. Kegiatan ini beberapa saran sebagai berikut: 1) guru
dilakukan sebanyak 2 siklus, siklus I dapat menyesuaikan permainan
sebanyak 6 kali pertemuan dan siklus II tradisional lainnya dengan tahapan
sebanyak 6 kali pertemuan. Guru perkembangan bermain anak yang ada di
mempersiapkan Rencana Kegiatan budaya setempat untuk meningkatkan
Harian, mengkomunikasikan dan perkembangan anak yang ingin guru
menetapkan jadwal kegiatan, tingkatkan atau perbaiki; 2) orang tua,
mempersiapkan lembar observasi anak, memberikan stimulasi kepada anak
dan mempersiapkan alat dan media yang dengan seimbang, baik perkembangan
digunakan pada saat pembelajaran. akademis, perkembangan motorik
Sebelum memulai kegiatan anak maupun perkembangan anak lainnya.
melakukan pemanasan, lalu guru Peningkatan motorik kasar anak dapat
mengenalkan permainan tradisional dilakukan orang tua bersama anak di
Tambi-tambian, menjelaskan aturan dan rumah dengan bermain permainan
prosedur bermain, dan memberikan tradisional yang dimainkan di sekolah
kesempatan kepada anak untuk atau mengenalkan sekaligus bermain
melakukan permainan ini. Guru akan permainan tradisional lainnya.
memberikan pengarahan, motivasi dan
bimbingan kepada anak ketika DAFTAR PUSTAKA
melakukan berbagai gerak seperti Achroni, K. 2012. Mengoptimalkan
berjalan, berlari, berdiri, Tumbuh Kembang Anak Melalui
membungkukan badan, menghindari Permainan Tradisional.
lemparan bola, menggelindingkan bola Jogjakarta: Javalitera, 2012.
dengan satu tangan di antara kaki dan di Akbari, H., dkk. 2009. The Effect of
samping badan, menangkap bola dan Traditional Games in
melempar bola kepada lawan pemain. Fundamental Motor Skill
Setelah waktu bermain selesai, guru Development in 7-9 Years-Old
akan menanyakan kesan anak ketika Boys. Iran Journal of Pediatrics
bermain; b) keterampilan motorik kasar 19(2). 123-129. Retrieved from
anak usia 4-5 tahun pada kelompok A di http://www.bioline.org.br/pdf?p
TK Nasional KPS Balikpapan melalui e09019.
permainan tradisional Tambi-tambian Apriliawati, A. T. 2016. Penerapan
menunjukkan adanya peningkatan rata- Permainan Tradisional dalam
rata tingkat capaian perkembangan Pembelajaran Pendidikan
keterampilan motorik kasar dari pra Jasmani, Olahraga, Kesehatan,
intervensi sebesar 21,36 atau 53,41% Terhadap Kemampuan Motorik
mengalami peningkatan pada siklus I Siswa. Jurnal Pendidikan
sebesar 6,18 atau 15,45% dengan rata- Olahraga dan Kesehatan 4(2).
130 Jurnal PG-PAUD Trunojoyo : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Anak Usia Dini, Volume 5, Nomor 2, Oktober 2018, hal 123 – 130

522-528. Retrieved from Sujiono, Y. N. 2012. Konsep Dasar


http://jurnalmahasiswa.unesa.ac. Pendidikan Anak Usia Dini.
id/index.php/jurnal-pendidikan- Jakarta: Indeks.
jasmani/article/download/19559/ Suyadi dan Ulfah, M. 2015. Konsep
17877/ISSN: 2338-798X Dasar PAUD. Bandung: PT.
Decaprio, R. 2013. Aplikasi Teori Remaja Rosdakarya.
Pembelajaran Motorik Di Tedjasaputra, M. S. 2005. Bermain,
Sekolah. Jogjakarta: DIVA Mainan dan Permainan. Jakarta:
Press. Grasindo.
Gallahue, D. L. & Ozmun, J. C. 2006. Zawi, K., dkk. 2014. Gross Motor
Understanding Motor Development of Malayasian
Development Infant, Children, Hearing Impaired Male Pre and
Adolescents, Adults Sixth Early School Children.
Edition. America: Mc Graw International Education Studies
Hill. 7(13).
Hamzuri dan Tiarma Rita Siregar. 1998. http://dx.doi.org10.5539/ies.v7n
Permainan Tradisional 13p242
Indonesia. Jakarta: Direktorat
Permuseuman dan Museum
Negeri Provinsi seluruh
Indonesia.
Hurlock, E. B. 1978. Perkembangan
Anak Jilid I Edisi Keenam,
terjemahan Meitasari Tjandrasa
dan Muslichah Zarkasih.
Jakarta: Erlangga.
Khasanah, I. dkk. 2011. Permainan
Tradisional Sebagai Media
Stimulasi Aspek Perkembangan
Anak Usia Dini. Jurnal
Penelitian PAUDIA, 1(1), 91-
105. doi:
http://dx.doi.org/10.26877/paudi
a.v1i1.261
Liu, T., Hamilton, M., dan Smith, S.
2015. Motor Proficiency of The
Head Start and Typically
Developing Children on MABC-
2. Journal of Child &
Adolescent Behavior, 3(2), 1-4.
doi: 10.4172/2375-
4494.1000198
Papalia, D. E., dkk. 2008. Human
Development Edisi Kesembilan,
terjemahan A. K. Anwar.
Jakarta: Prenadanedia Group,
2008.
Sudaryono. 2014. Classroom Action
Research Teori dan Praktek
Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Lentera Ilmu Cendekia.

Anda mungkin juga menyukai