php/gjik
Gladi : Jurnal Ilmu Keolahragaan 10 (02) 2019, 99-111
Permalink/DOI: https://doi.org/10.21009/GJIK.102.04
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran Atletik berbasis permainan di
Sekolah Dasar (SD), guna memperoleh data hasil efektivitas Pengembangan Model pembelajaran Atletik berbasis
permainan pada anak usia Sekolah Dasar. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan menggunakan Research
and Development dari Sugiono. Subjek Penelitian adalah anak Sekolah Dasar usia 7 s.d 12 tahun di Kota
Palembang. Berdasarkani hasil uji coba skala kecil dilakukan kepada 20 anak subjek. Sedangkan pada hasil uji
coba skala besar dilakukan kepada 40 anak subjek. Sedangkan pada hasil uji efektivitas produk utama dilakuan
kepada 80 anak. Permainan secara keseluruhan dinyatakan layak dan efektif dalam mengembangkan gerak dasar
atletik melalui permainan kecil untuk anak usia 7 s.d 12 tahun. Produk hasil penelitian berupa buku pedoman
gerak dasar atletik berbasis permainan kecil dan tradisional. Hasil penelitian membuktikan bahwa, Pengembangan
model pembelajaran gerak dasar atletik berbasis permainan, untuk anak usia 7 s.d 12 tahun telah dinyatakan valid
oleh ahli belajar motorik, ahli aktifitas fisik dan praktisi pendidikan anak usia Sekolah Dasar (SD). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran gerak dasar berbasis permainan kecil dan tradisonal
terbukti 85% dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar atletik sekaligus meningkatkan motivasi, mebangun
rasa percaya diri serta keberanian.
Abstract. This study aims to develop a game-based Athletic learning model in Elementary School (SD), in order
to obtain data on the effectiveness of the development of a game-based Athletic learning model in elementary
school age children. This research is a development study using Research and Development from Sugiono.
Research subjects were elementary school children aged 7 to 12 years in the city of Palembang. Based on the
results of small-scale trials conducted on 20 subject children. Whereas the results of large-scale trials were
conducted on 40 subject children. Whereas the results of the main product effectiveness test were carried out on
80 children. The game as a whole was declared feasible and effective in developing basic athletic motion through
small games for children aged 7 to 12 years. The product of the research was in the form of a basic athletics
manual based on small and traditional games. The results of the research prove that, the development of a game-
based athletic basic motion learning model, for children aged 7 to 12 years has been declared valid by motor
learning experts, physical activity experts and education practitioners of elementary school age children. Thus it
can be concluded that the basic learning model of motion based on small and traditional games is proven to be
85% able to increase the ability of basic athletic movements while increasing motivation, building self-confidence
and courage.
Sekolah Dasar harus dilakukan melalui pertumbuhan anak perempuan pada usia 12
bentuk-bentuk permainan yang disesuaikan tahun tinggal 11,6%.
dengan karater anak. Hal tersebut Berdasarkan rumus tersebut, maka
mengindikasikan bahwa guru SD maupun untuk meningkatkan pertumbuhan anak
orang tua murid menyadari kebutuhan perlu dirangsang melalui gerak tubuh yang
untuk mengenalkan pada anak, melalui berkaitan dengan ketangkasan melalui
lingkungan bermain. Adapun bentuk- berbagai permainan anak, untuk
bentuk permainan yang digunakan adalah mempercepat pertumbuahan, dimulai pada
permainan tradisional sebagai kearifan usia 6 sampai dengan 12 tahun. Untuk
lokal, yang selama ini sudah membumi memaksimalkan pertumbuhan anak agar
ditengah-tengah masyarakat setempat, lebih meningkat, maka perlu dilakukan
seperti hijau hitam, bentengan gobag sodor melalui gerakan-gerakan yang efektif,
dan lainnya. seperti melalui bentuk-bentuk permainan
Permainan kecil dan permainan yang memerlukan ketangkasan guna
tradisonal sangat tepat diberikan pada anak merangsang tulang anak, yang digerakan
usia Sekolah dasar, karena permainan oleh otot, merangsang persendian melalui
merupakan dunia anak. Balesteros (1998) bonggol sendi, maka tulang akan tumbuh
menyatakan bahwa, anak usia 7 s.d 12 memanjang akibat rangsangan tersebut.
tahun sangat tepat diberikan latihan Sehingga membantu pertumbuhan anak
ketangkasan (bentuk-bentuk permainan). lebih maksimal pertumbuhannya
Bentuk-bentuk permain yang (meninggi), baik anak perempuan maupun
mengutamakan gerak fisik juga akan laki-laki
membantu percepatan pertumbuhan anak. Untuk itu guru pendidikan jasmani
Dimana pertumbuhan anak lakii-laki pada dalam pelaksanaan KBM (Kegiatan Belajar
usia Sekolah Dasar (SD) 7 s.d 12 tahun Mengajar) atletik lebih menekankan pada
sudah mencapai 81, %. Sedngkan bentuk-bentuk permainan yang dinamis.
pertumbuhan anak laki-laki terhenti pada Balesteros dikutif (Sukirno, 2017)
usia 20 tahun, jadi pertumbuhan anak lakii- menyatakan bahwa anak usia 7 s.d 12 tahun
laki pada usia 12 tahun pertumbuhannya perlu diberikan latihan ketangkasan.
tinggal 19%. Pertumbuhan anak perempuan Karena permainan yang menekankan
pada usia 12 tahun sudah mencapai 88,4%. kinerja fisik dengan gerakan explosif, akan
Dimana pertumbuhan anak perempuan meningkatkan (mempercepat)
terhenti pada usia 19 tahun. Jadi pertumbuhan anak, juga menanamkan
Gladi Jurnal Ilmu Keolahragaan, 10 (2), Oktober - 102
Putri Cicilia Kristina, Reza Resah Pratama
pada anak usia 7 s.d 12 tahun melalui model ini adalah menggunakan alat-alat
aktivitas jasmani, seperti berjalan, belari, yang sederhana, yang tersedia di
melompat, melempar serta kegiatan lingkungan sekitar. Misalnya penggunaan
bermaina lainnya yang menggunakan otot- kardus bekas, ring rotan ring besi, bola
otot besar dan kecil (Schmidt & Wrisberg, plastik, ban bekas, tongkat, pita bola tenis,
2004; 64). bendera, dan alat lainnya yang dapat
Dengan demikian pembelajaran fisik- dimanfaatkan sebagai peralatan atau media
motorik anak usia Sekolah Dasar sebagai pembelajaran, kemudian dikombinasikan
salah satu satu stimulus/ rangsangan kepada dengan permainan yang akan
anak agar anak dapat bergerak aktif dikembangkan.
berdasarkan usia dan tahap Dalam pengembangan model
perkembangannya. Rangsangan permainan tersebut menggunakan konsep
pertumbuhan dan perkembangan pada anak model Sugiyono. Kelebihan dari Sugiono
usia 7 s.d 12 tahun dapat dilakukan dengan mudah dipahami dan sangat akurat karena
bermain. Konsep permainan anak usia 7 s.d setiap tahap uji coba selalu dilakukan
12 tahun diterapkan dengan konsep evaluasi secara menyeluruh, bahkan uji
permainan yang meberikan kesempatan cobanya dilakukan dengan beberapa tahap-
kepada anak untuk bergerak bebas. Konsep tahap yang dimulai dari tahap subjek paling
dari perkembangan model pembelajaran kecil sampai kepada subjek yang paling
gerak dasar berbasis permainan adalah besar. Maka dengan melalui proses
menggunakan permaian yang ada pada pengembangan seperti ini produk yang
masyarakat setempat sebagai kearipan dihasilkan tidak diragukan lagi
lokal, yang dijadikan sebagai salah satu kebermaknaannya.
alat/ media dalam proses permainan. Hakikat Gerak Dasar
Perminan kecil dan permainan Gerak fundamental merupakan dasar
tradisonal digunakan sebagai media yang gerak manusia yang terus berkembang
baik dalam merangsang perkembangan sesuai dengan pertumbuhan, pengalaman,
anak, baik itu dalam membangun adaptasi dan kematangan seorang individu.
kepercayaan diri, keterampilan motorik, Dalam buku Sport New Zealand dijelaskan
koordinasi mata tangan, dan meningkatkan bahwa (Sport New Zealand, 2012, p. 3)
kebugaran, termasuk penanaman nilai “This resource groups skills and activities
under three fundamental movement skill
karakter yang terdapat di dalam permainan
categories:
tersebut. Konsep dari pengembangan
Gladi Jurnal Ilmu Keolahragaan, 10 (2), Oktober - 105
Putri Cicilia Kristina, Reza Resah Pratama
1) Locomotor skills involve the body moving terjadi, dimana gerakan tersebut
in any direction from one point to
memindahkan posisi badan dari satu
another.Locomotor skills in this resource
include walking, running, dodging, tempat ketempat lain, dengan arah gerak
jumping, hopping and skipping.
baik itu gerak horizontal maupun gerak
2) Stability skills involve the body balancing
either in one place (static) or while in vertical. Seperti berjalan, berlari, melonjat
motion (dynamic). Stability skills in this
dan melompat. Sedangkan gerak non
resource include landing, balance (static
and dynamic) and rotation. lokomotor gerakan yang dilakukan dimana
3) Manipulative skills involve handling and
poisi tubuh tetap tidak berpindah tempat,
controlling objects with the hand, the foot
or an implement (stick, bat or racquet). seperti meliukan badan, membungkuk,
Manipulative skills in this resource include
menegadah dan jongkok. Gerakan
throwing and catching, striking with the
hands, feet and an implement (e.g. kicking, menipulatif menggabungkan beberapa
volleying, batting and dribbling).”
gerakan menjadi satu rangkain gerak,
Pernyataan di atas menjelaskan seperti melakukan lempar tangkap bola,
bahwa fundamental skill merupakan menendang bola. Jadi dapat disimpulkan
kemampuan gerak dasar yang terdiri dari bahwa gerak dasar merupakan gerak yang
gerak lokomotor, non lokomotor (stability) terdiri dari gerak lokomotor, non-
dan manipulatif. Gerak lokomotor terdiri lokomotor, dan manipulative.
dari walking, running, dodging, jumping, 4. Hakikat Belajar Gerak
hopping and skipping. Gerak non Belajar gerak pada dasarnya adalah
lokomotor terdiri dari landing, balance suatu proses belajar yang memiliki tujuan
(static and dynamic) and untuk mengembangkan berbagai
rotation.sedangkan gerak manipulatif keterampilan gerak yang optimal secara
terdiri dari throwing and catching, striking efektif dan efisien. Edward mengatakan
with the hands, feet and an implement. bahwa belajar gerak itu adalah belajar
Gallahue menyatakan bahwa keterampilan motorik adalah suatu proses dalam
gerak dasar lokomotor, yaitu: memperoleh keterampilan motorik. Dalam
“Total body movement in wich the body is mempelajari keterampilan motorik ini
propelled in an upright posture from one
melalui pertumbuhan dan perkembangan
point to the onother in a roughly horizontal
or vertical direction, movement such yang normal.
walking, running, hopping, galloping,
Banyak faktor yang mempengaruhi
leaping, sliding and jumping” (Gallahue &
Ozmun, 2006, p. 13) keterampilan motorik dan dapat
Maksudnya dari keterampilan dasar
diklasifikasikan menjadi tiga kategori,
lokomotor adalah gerakan tubuh yang
yaitu (1) pelajar/subjeknya, (2)
Gladi Jurnal Ilmu Keolahragaan, 10 (2), Oktober - 106
Putri Cicilia Kristina, Reza Resah Pratama
keterampilan yang akan dipelajari, dan (3) Secara fisiologis, intensitas pengulangan
kondisi dimana keterampilan yang gerak akan menentukan masa ketetapan
dipelajari. Ketiga faktor tersebut hubungan antara dendrit dan axon pada
memainkan peran penting dalam sistem saraf yang merupakan penghubung
meningkatkan kemampuan motorik reseptor dengan efektor.
(Edwards, 2011, pp. 9–10) Dapat disimpulkan bahwa, tahap
Menurut (Magill, 2011, p. 3) belajar akhir proses pembelajaran motorik adalah
motorik merupakan studi tentang tahap otonomi. Ciri khas tahap otonomi,
kemampuan motorik, peningkatan kinerja yaitu sudah terbentuk gerak otomatis
belajar keterampilan motorik untuk karena pelaku gerak telah menguasai
meningkatkan pengalaman gerak, atau keterampilan gerak. Pemikiran urutan
memperoleh kembali keterampilan yang gerak yag harus dilakukan sudah tidak
sulit untuk dilakukan atau tidak dapat diperlukan sehingga pelaku gerak dapat
dilakukan karena cedera, penyakit dan menerima tugas lain. Keterampilan gerak
sejenisnya, yang menarik adalah perubahan masih memiliki kemungkinan untuk
perilaku dan/atau neurologis yang terjadi ditingkatkan. Latihan tetap diperlukan pada
pada se-seorang saat mempelajari tahap otonomi untuk meningkatkan kualitas
keterampilan motorik dan variabel lain gerak.
yang mempengaruhi perubahan tersebut Hakikat Pembelajaran
Proses belajar motorik yang terjadi Pembelajaran anak usia Sekolah
antara lain: (1) tahap menerima dan Dasar pada hakikatnya adalah
memproses masukan, (2) proses kontrol pembelajaran yang berorientasi pada
dan keputusan, dan (3) unjuk kerja kegiatan bermain (belajar sambil bermain
keterampilan motoric (Gallahue & Ozmun, dan bermain sambil belajar), pembelajaran
2006, p. 10). Pelaku gerak sedang yang berorientasi pada pembelajaran, yang
mempelajari cara melakukan suatu tugas lebih banyak memberi kesempatan kepada
gerak. Tahap latihan merupakan tahap anak untuk dapat belajar dengan cara-cara
mengekspresikan pola gerak yang telah yang tepat yang sesuai dengan kebutuhan
terbentuk dalam sistem memori. Ekspresi anak. Dimana pembelajaran tersebut
gerak yang ditampilkan secara bertahap menggunakan pendekatan yang berpusat
akan mengalami peningkatan efektivitas pada anak.
dan stabilitas apabila terus dilatih dengan Menurut (Majid, 2014, p. 15)
frekuensi, intensitas, dan tempo yang tepat. pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu
Gladi Jurnal Ilmu Keolahragaan, 10 (2), Oktober - 107
Putri Cicilia Kristina, Reza Resah Pratama
proses interaksi antara anak dengan anak, digunakan dengan tepat. Model
anak dengan sumber belajar, dan anak pembelajaran merupakan rangkaian
dengan pendidik. Kata pembelajaran komponen-komponen strategi
merupakan terjemahan dari “instruction”, pembelajaran yang terintegrasi dalam
yang banyak dipakai dalam dunia beberapa komponen diantaranya yaitu: (1)
pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini pentahapan dan urutan ide isi materi; (2)
banyak dipengaruhi oleh aliran Psikologi, penggunaan contoh; (3) penggunaan
yang menempatkan anak sebagai sumber praktik; dan (4) penggunaan strategi yang
dari kegiatan (Sanjaya, 2011, p. 3). berbeda-beda.
Pembelajaran adalah suatu proses interaksi Hakikat Permainan
anak dengan pendidik dengan sumber Menurut Santrock permainan adalah
belajar pada suatu lingkungan bagian mutlak dari kehidupan anak dan
belajar(Rahyubi, 2012, p. 4). permainan merupakan bagian integral dari
Menurut (Rosdiani, 2013, p. 45) proses pembentukan kepribadian anak
mendefinisikan “pembelajaran adalah (Santrock, 2007, p. 35). Selanjutnya
proses interaksi anak dengan (Furqon, 2006, p. 12) menyatakan, bahwa
lingkungannya, sehingga terjadi perilaku ke permainan ada dua pengertian. Pertama,
arah yang lebih baik. sedangkan menurut prmainan adalah sebuah aktifitas bermain
(Dwiyogo, 2010, p. 45) menyatakan bahwa, yang murni mencari kesenangan tanpa
pembelajaran merupakan “bagian dari mencari menang atau kalah. Kedua,
pendidikan dan spesifik, proses dimana permainan diartikan sebagai aktifitas
lingkungan seseorang dengan sengaja bermain yang dilakukan dalam rangka
dikelola, agar ia dapat belajar atau mencari kesenangan dan kepuasan, namun
melibatkan diri dalam perilaku yang ditandai pencarian menang-kalah.
spesifik dengan kondisi tertentu ataupun Menurut (Andang, 2009, p. 34)
mereka dapat memberikan respons menyatakan bahwa, definisi permaina
terhadap situasi yang spesifik. adalah usaha olah diri (olah pikiran dan
Pengembangan model pembelajaran olah fisik) yang sangat bermanfaat bagi
merupakan salah satu bentuk dari peningkatan dan pengembangan motivasi,
penerapan pedekatan sistem dalam kegiatan kinerja, dan prestasi dalam melaksanakan
pembelajaran yang notabene adalah suatu tugas dan kepentingan organisasi dengan
proses sistematis yang menghasilkan suatu lebih baik. Lain halnya dengan
sistem pembelajaran yang siap untuk (S.Tedjasyaputra, 2006, p. 26)
Gladi Jurnal Ilmu Keolahragaan, 10 (2), Oktober - 108
Putri Cicilia Kristina, Reza Resah Pratama
dari SD. Negeri 115 (4) Subyek uji coba ditarik kesimpulan bahwa variasi model
lapangan adalah 60 anak dari dua sekolah, pembelajaran gerak dasar berbasis
SD. Negeri 116 dan SD Negeri 117 (5) permainan layak dan dapat digunakan dan
subjek uji utama pada uji efektifitas adalah mengahasilkan 20 variasi model
80 anak dari tiga sekolah, SD Negeri 115, pembelajaran.
SD Negeri 116 dan SD Negeri 117. Pada Setelah mendapatkan hasil analisis
uji efektifitas tes yang digunakan adalah kebutuhan dan temuan di lapangan, langkah
penilaian gerak dasar. selanjutnya adalah tahap perencanaan
model (Setyantoko, Widiastuti, &
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hernawan, 2019). Langkah selanjutnya
Hasil Peneliti melakukan penelitian setelah 20 model mengalami revisi dari ahli
awal atau analisis kebutuhan berdasarkan maka di lanjutkan dengan uji kecil terbatas
observasi dan wawancara dapat diketahui dengan menggunakan subjek penelitian
bahwa; Pada waktu wawancara sebanyak 20 anak yang berasal dari Taman
berlangsung, peneliti menanyakan kanak-kanak di kota Palembang
tanggapan guru kelas apabila diadakan Berdasarkan evaluasi uji coba terbatas yang
pengembangan model pembelajaran dilakukan dapat disimpulkan: 1)
pengembangan gerak dasar atletik dengan penyusunan tingkat kesulitan dimulai dari
ketentuan guru kelas sebagai pengajar. gerakan dan permainan dari yang mudahke
Terdapat dua macam jawaban dari total 15 yang sulit, dari hal yang ringan ke berat,
guru yang berasal dari tiga sekolah, yaitu; dan sederhana ke komplek. 2)
setuju dan tidak setuju. (1) pertama jawaban pengoptimalan waktu pelaksanaan dan
tidak setuju diberikan oleh 3 guru (20%), keamanan. 3) pengembangan gerak dasar
sedangkan 12 guru (80%) menjawab setuju. dari pengembanan jalan, lari, lompat dan
Alasan ketiga guru tidak setuju karena guru lempar dilakukan melalui 20 permainan
tidak memiliki keterampilan dalam penjas. yang dilakukan oleh anak.
Setelah melakukan tahap Langkah selanjutnya setelah 20
pengumpulan data dan pembuatan draf permainan mengalami revisi dari ahli maka
model pembelajaran, langkah selanjutnya di lanjutkan dengan uji coba utama dengan
adalah dengan melakukan uji ahli. Pendapat menggunakan subjek penelitian sebanyak
ahli dikumpulkan dengan meggunakan 30 anak yang berasal dari Sekolah Dasar
angket yang berisi pertanyaan dan saran. Menurut pendapat dari para ahli pada
Berdasarkan uji ahli yang dilakukan dapat pengembangan model pembelajaran yang
Gladi Jurnal Ilmu Keolahragaan, 10 (2), Oktober - 110
Putri Cicilia Kristina, Reza Resah Pratama
telah diujicobakan dalam uji coba utama atletik berbasis permainan untuk anak usia
(field testing), ternyata penggunaan model 7 s.d 12 tahun. Diberikan selama 5 lima kali
yang telah dikembangkan tidak ada yang pertemuan.
perlu direvisi karena semua aspek sudah Berdasarkan hasil uji statistik nilai
memenuhi standar untuk digunakan rata-rata hasil skor tes berdasarkan
sehingga dapat dilaksanakan uji coba observasi sebelum diberikan model
produk dengan menguji efektifitas dan pembelajaran gerak dasar berbasis
efisiensi dalam proses pembelajaran permainan air untuk anak usia 7 s.d 12
Langkah selanjutnya Uji Coba tahun adalah 7.2850 sebelum postest dan
operasional (uji coba efektivitas) uji ini setelah diberikan perlakuan peningkatan
melibatkan khalayak lebih luas. Tujuan menjadi 9.5750. Percentase sebelum
utama langkah ini yaitu: seberapa perlakuan 15% (12 anak) yang dapat
efektifkah hasil penerapan desain model mengikuti tes, sedangkan sesudah
tersebut terhadap tujuan penelitian. perlakukan 85% (68 anak) yang berhasil
Penelitian pada tahap ini menggunakan mengikuti tes. Hal ini membuktikan bahwa
pendekatan kuantitatif, dengan rancangan model pembelajaran gerak dasar berbasis
penelitian pra-eksperimen berbentuk the permainan dapat mendekati sasaran yang
one group pretest-postest design. telah ditentukan dan tujuan dari permainan
ini tercapai.
Tabel 1. Desain Penelitian dalam Uji
KESIMPULAN
Efektifitas Model
Berdasarkan hasil uji coba lapangan
Post-
Subyek Pre-test Perlakuan dan pembahasan hasil penelitian model
test
R O1 P O2
pembelajaran pengembangan gerak dasar
berbasis permainan pada anak usia 7 s.d 12
Hasil uji efektifitas model yang tahun disimpulkan sebagai berikut:
dilakukan dalam penelitian ini adalah 1. Penelitian ini telah menghasilkan
dengan melakukan tes unjuk kerja terhadap sebuah produk berupa panduan model
3 Sekolah Dasar (SD) yaitu: SD Negeri pembelajaran pengembangan gerak dasar
115, SD Negeri 116 dan SD Negeri 17, atletik berbasis permainan pada anak usia
yang total berjumlah 80 anak diberikan 7s.d 12 tahun
perlakuan dengan menggunakan model 2. Berdasarkan hasil uji efektifitas
pembelajaran pengembangan gerak dasar model pembelajaran pengembangam gerak
Gladi Jurnal Ilmu Keolahragaan, 10 (2), Oktober - 111
Putri Cicilia Kristina, Reza Resah Pratama
dasar aletik berbasis permainan , terbukti Magill, R. A. (2011). Motor Learning and
Control concepts and application
bahwa hasil produk memiliki efektifitas
(9thed). New York: Mc Graw Hill.
yang sangat baik sesudah perlakuan. Hal Majid, A. (2014). Pembelajaran Tematik
Terpadu. Bandung: PT Remaja
ini dapat terlihat dari hasil persentase
Rosdakarya Offset.
keberhasilan sebesar 85% artinya 68 anak Rahyubi. (2012). Teori-teori Belajar dan
Aplikasi Pembelajaran Motorik.
berhasil dalam tes yang diberikan. Hal
Bandung: Nusa Media.
tersebut juga dapat ditunjukkan dengan Rosdiani, D. (2013). Model Pembelajaran
Langsung dalam Pendidikan Jasmani
hasil uji-t menunjukkan adanya
dan Kesehatan. Bandung: Alfabeta.
peningkatan yang sangat signifikan. S.Tedjasyaputra, M. (2006). Bermain,
Mainan, dan Permainan: Untuk
3. Pada umumnya anak memiliki semagat
Pendidikan Usia Dini. Jakarta: PT.
tinggi untuk melakukan bentuk-bentuk Grasindo.
Sanjaya, W. (2011). Strategi
pengembangan gerak dasar atletik berbasis
Pembelajaran: Berorientasi Standar
pada permainan Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Predana Media.
4. Pada umumnya anak sangat menyenangi
Santrock, J. W. (2007). Perkembangan
pembelajaran atletik berkaitan dengan Anak. Boston: Mc Graw Hill.
Setyantoko, M., Widiastuti, W., &
pengembangan gerak dasar berbasis
Hernawan, H. (2019). The Game-
permainan. Based ABC Running Exercise Model
for Children Ages 6-12 Years.
5. Jadi, model pengembangan pembelajaran
Budapest International Research and
gerak dasar atletik berbasis permainan Critics in Linguistics and Education
(BirLE) Journal, 2(3), 506–518.
untuk anak usia 7 s.d 12 tahun sangat
https://doi.org/10.33258/birle.v2i3.42
efektif. 2
Sport New Zealand. (2012). Fundamental
Movement Skills among children in
DAFTAR PUSTAKA
New Zealand. Wellington: Sport New
Zealand.
Andang, I. (2009). Educations Games.
Sukirno. (2017). Dasar-Dasar Atletik dan
Yogyakarta: Pro-U Media.
Latihan Fisik Menuju Prestasi Tinggi.
Dwiyogo, W. (2010). Dimensi Teknologi
Palembang: Unsri Press.
Pengembangan Pendidikan Jasmani
Tangkudung, J. (2016). Macam-Macam
& Olahraga. Malang: Wineka Media.
Metodologi Penelitian Uraian dan
Edwards, W. H. (2011). Motor Learning
Contohnya. Jakarta: Lensa Media
and Control From Theory to Practice.
Pustaka Idonesia.
USA: Wadsworth.
Furqon, M. H. (2006). Mendidik Anak
dengan Bermain. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Gallahue, & Ozmun. (2006).
Understanding Motor Development,
6th ed. New York: Mc Graw Hill.