Anda di halaman 1dari 8

PENDEKATAN KONSELING SOLUTION-FOCUS BRIEF COUNSELING (SFBC)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Konseling Post-Modern

Disusun Oleh:

1. Tamara Avrelia Damayanti (21010014035)


2. Aisyah Dzakia Alamsyah (21010014037)
3. Bagas Ryandia Ardi Saputra (21010014042)
4. Anesthesya Putri Susilowati (21010014051)
5. Hardiansyah Tri Laksono (21010014055)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2023
A. Definisi

Menurut Walter & Pelter, 1992 (dalam Corey, 2013), solution focused brief counseling
(SFBC) merupakan sebuah model konseling yang menjelaskan bagaimana individu dapat
berubah dan mampu mencapai tujuannya dengan memanfaatkan kekuatan dan sumber daya
yang dimiliki.

SFBC berfokus pada pencarian solusi untuk mengatasi masalah dan melakukan perubahan
supaya individu bisa menjadi pribadi yang berkembang. Seperti yang dikemukakan oleh de
Shazer, bahwa konseli memiliki kemampuan untuk berubah (Nugroho, Puspita &
Mulawarman, 2018).

Dalam konseling berfokus solusi ini, konseli dipandang sebagai ahli dalam menyelesaikan
masalah mereka sendiri. Dengan bantuan dan arahan konselor melalui serangkaian
pertanyaan, sehingga memunculkan kekuatan konseli dan pada akhirnya konseli dapat
menemukan solusi mereka sendiri (Kelly, Kim &Franklin, 2008:9).

Jadi dapat disimpulkan bahwa SFBC adalah sebuah pendekatan atau teori yang lebih
berfokus dalam penyelesaian sebuah masalah atau solusi daripada permasalahan tersebut dan
percaya bahwa seorang konseli bisa menyelesaikan permasalahan mereka sendiri sehingga
dapat menjadikan seorang individu menjadi pribadi yang berkembang.

B. Prinsip

Ada sejumlah prinsip yang dapat digunakan dalam terapi SFBC mengenai bagaimana konseli
harus mendekati masalah dan bagaimana melakukan konseling yang efektif (Palmer,
2011:559):

1. Jangan diperbaiki jika tidak rusak. SFBC menekankan bahwa individu memiliki
masalah, melainkan bukan individu adalah masalahnya. FSBC menghindari
pandangan bahwa konseli itu sakit atau rusak, melainkan justru mencari hal yang
sehat atau yang bisa berfungsi di dalam kehidupan mereka.
2. Perubahan kecil bisa mengakibatkan perubahan besar. Perubahan dianggap sebagai
suatu hal yang konstan dan tidak bisa dihindari. Berani mengambil langkah awal
untuk suatu perubahan adalah hal yang sangat penting, karena dengan hal itu, konseli
akan mendapat perubahan yang lebih dari titik awalnya. Dengan hal itu, konselor
dapat mendorong konseli untuk melakukan upaya agar mengalami perubahan yang
lebih besar.
3. Jika bisa berfungsi, terus lakukan. Terus dorong konseli untuk melakukan hal yang
telah bisa dilakukannya dan konseli terus melanjutkan perilaku baru sebelum ia
merasa yakin untuk bisa mempertahankannya. Apabila perilaku tersebut sudah
berfungsi, maka langkah selanjutnya adalah mempertahankan dan melanjutkan
tindakan tersebut.
4. Jika tidak berfungsi, jangan diteruskan. Dorong konseli untuk melakukan suatu
perilaku yang berbeda dari perilaku awal untuk menghindari suatu kegagalan.
5. Lakukan konseling sesederhana mungkin. Jika konselor menuntut untuk menemukan
penjelasan-penjelasan tersembunyi, seperti masalah yang telah lama terjadi, maka hal
tersebut akan menjadi hambatan dalam proses konseling.

Adapun prinsip dasar dari pendekatan terapi SFBC menurut Barry (1999:297), diantaranya
adalah:

1. Berfokus pada kemampuan yang dimiliki konseli dari pada masalahnya


2. Menemukan solusi yang unik untuk setiap orang
3. Menggunakan pengecualian untuk masalah konseli, sehingga dapat membuka potensi
dan rasa optimis konseli.
4. Menggunakan keberhasilan di masa lalu untuk menumbuhkan kepercayaan diri
5. Melihat konseli sebagai ahli dalam menyelesaikan masalah
6. Menetapkan tujuan untuk menggapai perubahan
7. Bekerjasama dengan konseli untuk perubahan

C. Tujuan

Palmer menyebutkan bahwa ada beberapa tujuan dari konseling SFBC, yaitu:

1. Mengetahui dan mengarifi potensi dan kompetensi yang konseli miliki dalam
dirinya
2. Agar konseli dapat terlibat dalam solution talk dengan harapan nantinya
permasalahan konseli dapat membuahkan hasil
3. Saat dirinya memiliki masalah, konseli dapat mengenal pengecualian dirinya
4. Membimbing konseli agar ia mengetahui solusi untuk meningkatkan konsep
dirinya
5. Memberikan kontribusi kepada konseli agar konseli fokus pada hal-hal jelas

Adapun tujuan konseling SFBC menurut Corey, yaitu diantaranya:

1. Membimbing konseli agar mengetahui tujuan utama dan hasil yang


diinginkannya
2. Membantu konseli dalam memikirkan perubahan-perubahan yang mungkin
terjadi
Selanjutnya Conte pada tahun 2009 mengatakan bahwa tujuan konseling SFBC ini
adalah membimbing konseli menetapkan tujuan proksimal dan tujuan distalnya.

D. Teknik
Berikut adalah teknik-teknik pendekatan SFBC menurut Corey (2013:407):

1. Formula First Session Task (FFST) (Teknik Memberikan Tugas pada Sesi
Utama), Terapi ini merupakan suatu terapi yang memberikan pekerjaan rumah
kepada konseli pada awal konseling maupun disesi konseling selanjutnya.
Pada teknik ini maka konseli bisa mengemabangkan dan mencari solusi
dengan melakukan suatu pengamatan tentang tujuan kedepan yang ingin dia
capai. Seperti “kalau demikian besuk bererti kamu membuat jadwal belajar
sehingga belajarmu akan teratur ?” sebagai salah satu pacu agar bisa
meningkatkan belajarnya sehingga konsep dirinya juga meningkat.
2. Therapist Feedback to Clients ( Terapi Umpan Balik Untuk Konseli), Pada
saat memberikan suatu umpan balik maka terdapat tiga hal yang perlu
disampaikan, yaitu memberikan pujian, kalimat penjembatan untuk meberikan
tugas, dan menyarankan tugas, dengan memberikan umpan balik kepada
konseli bertujuan untuk memberikan merekan kesempatan melakukan lebih
banyak hal dan melakukan hal yang berbeda untuk meningkatkan
kemungkinan-kemungkinan untuk tercapainya tujuan mereka. Seperti “luar
biasa kamu bisa menemukan solusi utuk meningkatkan konsep diri
akademikmu dengan membuat peta target belajar, dengan demikian pertemua
selanjutnya kita bahas ya target belajarmu ?”

Ada juga teknik pendekatan SFBC yang dingkapkan oleh Kelly, Kim, dan Franklin
(2008:19) menjelaskan beberapa teknik yang bisa digunakan pada pendekatan SFBT,
sebagai berikut :

1. Compliments Count (Memberikan Pujian), Pada teknik ini konselor


memberikan suatu pujian kepada konseli tentang kemajuan dan perubahan-
perubahan kecil yang telah dilakukan oleh konseli yang sesuai dengan tujuan
konseling, sehingga konseli akan bersemangat untuk melakukan suatu
perubahan-perubahan kembali. Seperti “ wah kamu hebat ternyata kamu sudah
mau mencoba untuk mengerjakan PR tepat pada waktunya”
2. Coping Questions (Mengatasi Pertanyaan), Pada teknik ini konselor bisa
memberikan pertanyaan- pertanyaan kepada konseli untuk berkolaborasi
sehingga konseli bisa mengeksplorasi sehingga bisa mengubah situasi mereka.
Dengan ini pula akan memberikan intensitas emosional pada konseli dengan
demikian bisa membantu konseli untuk menemukan solusinya sendiri.Seperti
“nah, nak mari kita bersama-sama untuk menemukan solusi sehingga kamu
bisa kembali semangat untuk belajar, nah untuk itu sekiranya hal kecil apa
yang bisa kamu lakukan ?”

E. Tahapan

Langkah-Langkah Pendekatan Solution-Focused Brief Counseling (SFBC)

Tahapan pendekatan Solution-Focused Brief Counseling (SFBC) agar bisa digunakan


dengan maksimal. Tahapan tersebut menurut Seligman (dalam Mulawarman,
2014:70) sebagai berikut :

1. Establishing Relationship (Membangun Hubungan Baik), membina hubungan


baik antara konselor dengan konseli untuk berkolaborasi, dengan
menggunakan topik netral sehingga bisa membangun kemungkinan-
kemungkinan dan kekuatan konseli untuk mebangun solusi.
2. Identifying A Solvable Complaint (Mengidentifikasi Permasalahan yang Bisa
Ditemukan Solusinya), memberikan pertanyaan kepada konseli sehingga
mengetahui penyebab konsep diri akademiknya menjadi negatif, dan
mengetahui latar belakang konseli sehingga bisa memberikan kemungkinan-
kemungkinan yang bisa digunakan sebagai solusi untuk merubah konsep diri
akademiknya menjadi positif.
3. Establishing Goals (Menetapkan Tujuan), memberikan pertanyaan keajaiban
kepada konseli seperti “seandainya kamu memilki nilai yang baik apa yang
kamu rasakan?” sehingga untuk mengetahui tujuan konseli untuk
meningkatkan konsep diri akademiknya.
4. Designing and Implementing (Merancang dan Menetapkan Intervensi), pada
tahap ini konseli diberikan intervensi untuk meningkatkan konsep diri
akademiknya, seperti dengan pengecualian situasi apa yang bisa membuat dia
bisa menemunkan solusi agar meningkatnya konsep diri akademiknya dan
dijadikan tugas untuk konseli.
5. Termination, Evaluation and Follow-up (Pengakhiran, Evaluasi, dan Tindak
Lanjut), pada tahapan ini konselor memberikan pertanyaan berskala untuk
mengetahui peningkatan konsep diri akademik siswa pada saat sebelum dan
setelah konseling. Melakukan perrjanjian konseling kebali jika tujuan
peningkatan konsep diri tersebut masih dirasa perlu.

F. Strategi

Terapi pendekatan SFBC didasarkan pada serangkaian strategi yang didesain untuk
memungkinkan para konseli mengartikulasikan dan bertindak berdasarkan cakupan
solusi paling luas terhadap masalah mereka.

Diantara strategi tersebut menurut McLeod (2010: 171), diantaranya adalah:

1) Fokus pada perubahan (focusing on change).

Fokus pada perubahan adalah suatu hal yang penting dalam konseling berfokus solusi.
Karena itu, konselor berfokus pada solusi berasumsi bahwa perubahan tersebut tidak
hanya bersifat mungkin,tetapi tidak dapat dihindari.

2) Percakapan bebas masalah (problem free talk).

Pada awal sesi, konselor akan mengajak konseli untukmembicarakan hal-hal yang
tidak berkaitan dengan masalah maupunsolusi. Seperti, membicarakan aktivitas
keseharian konseli sebagai carauntuk memberikan penghargaan atau menghargai
kemampuan dankualitas positif yang ada pada diri konseli.

3) Menemukan pengecualian (exception finding).

Memberikan pertanyaan atau pernyataan tentang waktu ataukeadaan yang bisa


membuat konseli merasakan terbebas darimasalahnya, dengan demikian bisa
membangun pengecualian yangdilakukan konseli untuk melakukan perubahan.
Pertanyaan yangdiucapkan seperti "Hal apa yang berbeda ketika masalah tidak
terjadi?".

4) Pertanyaan ajaib (miracle question).

Di awal sesi proses konseling, konselor mendorong konseliuntuk memikirkan masa


depan. Hal ini dapat dilakukan melalui pertanyaan yang mengarahkan ke arah harapan
masa depan atau lebihspesifik dengan menanyakan kepada mereka "pertanyaan ajaib".
Untuk pertanyaan ajaib, konseli diminta untuk membayangkan bahwa ketikamereka
tidur, keajaiban itu terjadi dan ketika mereka bangun, masalah mereka terselesaikan,
sehingga mereka merasa lebih baik dan memiliki harapan untuk menjalani hidupnya.

5) Pertanyaan berskala (scalling question).

Pertanyaan berskala berfungsi untuk memberikan ukuran dasar,menunjukkan tingkat


motivasi untuk perubahan, dan menilai tingkat kepercayaan bahwa perubahan akan
dipertahankan. Hal yang sangat penting, konseli dapat membuat peringkat numerik
(misalnya, pada skala nol hingga sepuluh) dari "di mana saya sekarang." Ketika
peringkat konseli menunjukkan bahwa masalah itu berat (misalnya, peringkat nol)

6) Tugas rumah (mengeksplorasi sumber daya).

Pendekatan ini menekankan bahwa sebagian besar “proseskonseling” paling baik


dihabiskan diluar sesi. Konseli di dorong untukmenerapkan apa yang telah disepakati
dalam sesi dan secara terusmenerus menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
(Kelly, Kim &Franklin, 2008:18).
DAFTAR PUSTAKA

Barry, Kristen Lawton. 1999. Brief Interventions And Brief Therapies forSubstance Abuse.
USA: CDM Group.
Corey, Gerald. 2013. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi.Bandung: PT. Refika
Aditama
Kelly, Michael S., Johnny S. Kim & Cynthia Franklin. 2008. Solution-Focused Brief Therapy
in Schools. New York : Oxford University Press.
Nugroho, Ahmad & Mulawarman. 2018. “Penerapan Solution Focused Brief Counseling
(SFBC) Untuk Meningkatkan Konsep Diri Akademik Siswa”, Jurnal Bikotetik, 2 (1). Doi:
325319937
Palmer, Stephen. 2011. Konseling dan Psikoterapi. Terjemahan oleh Haris.Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai