Anda di halaman 1dari 6

MODEL KONSELING SFBT (SOLUTION FOCUS BRIEF THERAPHY)

NO LINGKUP DASAR KETERANGAN


1. Latar Belakang  Dipelopori oleh Steve De Shazer dan Insoo Kim
Berg (direktur eksekutif dan peneliti senior di
lembaga yang disebut Brief Family Therapy
Center (BFTC) di Milwauke, USA).
 Berkembang pada era 1970-1980an dengan
kolaborasi dengan banyak tokoh lain seperti:
Hawa Lipchik, Yohanes Welter, Jane Peller,
Michelle Weinner-Davis dan Bill O’Hanlon.
 Banyak pendekatan konseling yang memberikan
kontribusi penting pada pengembangan teori
SFBT, seperti Brief psychodynamic
psychoterapy, Cognitive-Behavioral, Single
Session Therapy, dan Family therapy.
 Secara filosofis pendekatan SFBT didasari
pandangan bahwa sejatinya kebenaran dan
realitas bukanlah suatu yang absolute namun
dapat dikontruksikan.
2. Konsep Dasar Model  Menghindari penjelasan dan eksplorasi masalah
sehingga fokus pada tindakan daripada
pembahasan sehingga bukan pertanyaan ápa yang
meyebabkan masalah itu muncul” namun lebih
kepada pertanyaan “apa yang berbeda ketika
masalah itu tidak muncul dan Anda merasa lebih
baik”.
 Tidak ada masalah yang terjadi setiap saat, selalu
ada jeda dimana masalah itu tidak muncul dan
bisa kita manfaatkan.
 Strategi konseling yang efektif adalah untuk
menemukan exception (saat-saat individu bebas
pada belitan masalah) dan menjadi solusi (if isn’t
broken, don’t fix it; if it works, do more it: if not
working, do something defferent)
 Perubahan kecil berdampak pada berubahan yang
lebih besar.
 Konseli yang ingin berubah mempunyai kapasitas
untuk berubah dan mengerjakan yang terbaik.
 Klien adalah ahli sehingga hubungan kolaboratif
lebih ditekankan.
 Bahasa yang digunakan merumuskan tujuan
berbeda dengan bahasa pembahasan masalah.
 Individu mampu mendefinisikan tujuan terapi
dan memahami sumber-sumber yang dapat
digunakan dalam rangka penyelesaian masalah.
 Fokus pada masa sekarang dan mendatang serta
membuat tujuan.
 Karakteristik tujuan konseling yang baik yakni:
produktif, positif, proses, saat sekarang, praktis,
spesifik, kendali konseli, bahasa konseli.
 Membicarakan tentang solusi sebagai ganti
membicarakan tentang masalah.
3. Asumsi Tingkah Laku Pribadi yang sehat :
yang Sehat dan  Manusia pada dasarnya kompeten, memiliki
Bermasalah kapasitas untuk membangun, merancang/
mengkontruksikan solusi-solusi sehingga mampu
menyelesaikan masalahnya.
 Tidak berkutat pada masalah, tetapi fokus pada
solusi dan bertindak mewujudkan solusi yang
diinginkan.
Pribadi yang bermasalah :
 Mengkonstruk kelemahan diri. Dengan cara
mengkonstrukcerita yang diberi label “masalah”
dan meyakini bahwa ketidakbahagiaan
berpangkal pada dirinya.
 Berkutat pada masalah dan merasa tidak mampu
menggunakan solusi yang dibuatnya.
4. Hakikat Manusia dan Hakikat Manusia :
Tujuan Konseling  Manusia akan mengkonstruksikan
relaitas/kebenaran sesuai apa yang dipersepsikan
oleh manusia itu sendiri.
 Manusia adalah makhluk yang sehat yang
memiliki kemampuan, kekuatan dan potensi.
 Manusia tidak selalu berkutat dengan masalah.
 Manusia tidak perlu terpaku pada masalah,
namun ia lebih berfokus pada solusi.
 Klien dipandang sebagai orang yang ahli, dapat
mengatasi masalahnya sendiri.
Tujuan Konseling :
 SFBT merupakan salah satu pendekatan
konseling Postmodern dengan mengedepankan
keberdayaan konsi untuk mencari jalan keluar
atau solusi sehingga konseli akan memilih sendiri
tujuan yang hendak ia capai.
 Tujuan konseling : bersifat praktis, mengandung
proses, merangkum gagasan tentang kurun waktu
kini, berusaha untuk merumuskan tujuan se-
spesifik mungkin dan adanya kendali di tangan
konseli dengan meggunakan bahasa konseli.
5. Peran dan Fungsi 1. Sebagai pemandu konseli untuk mengeksplorasi
Konselor kekuatan-kekuatan yang dimilikinya dan
membangun solusi.
2. Berkolaborasi antara konselor dengan konseli
untuk membangun solusi.
3. Konselor menggunakan posisi “not knowing”
(tidak mengetahui) untuk memposisikan konseli
sebagai ahli tentang kehidupannya sendiri.
4. Konselor sebagai ahli tentang proses dan struktur
konseling, namun bukan untuk merumuskan
solusi.
5. Konselor aktif dalam memindahkan fokus
secepat mungkin dari masalah kepada solusi.
6. Konselor mendukung inisiatif konseli, melihat
kemungkinan-kemunkinan yang ada.
6. Tahap-Tahap 1. Konselor mendengarkan pemaparan masalah
Konseling konseli dengan penuh perhatian dan cermat.
2. Konselor bekerja dengan konseli dalam
membangun tujuan-tujuan yang dibentuk secara
spesifik dengan baik secepat mungkin.
3. Konselor menanyakan konseli tentang “kapan
dan dimana saat masalah-masalah tersebut terasa
agak ringan” . Konseli dibantu untuk
mengekspor pengecualian ini dengan penekanan
khusus pada apa yang mereka lakukan untuk
membuat peristiwa tersebut terjadi.
4. Diakhir setiap sesi konseli membangun solusi-
solusi (solution building), sementara konselor
memberikan umpan balik (feedback),
memberikan dorongan-dorongan, dan
menyarankan apa yang konseli dapat amati atau
lakukan sebelum sesi berikutnya untuk
menyelesaikan masalahnya..
5. Bersama-sama dengan konseli, konselor
mengevaluasi kemajuan yang telah didapat dalam
mencapai solusi-solusi yang telah direncanakan.
Evaluasi dapat dengan menggunakan rating
scale.
7. Teknik-Teknik Spesifik  Pertatanyaan pengecualian (Exception Question)
 Pertanyaan keajaiban (Miracle Question)
 Pertanyaan berskala (Scalling Question)
 Problem free talk
 Pre therapy change
 Rumusa tugas sesi pertama (Formula Fis Session
Task)
 Umpan balik positive (Possitive feedback)
 Compliment
 Coping question
8. Kelebihan dan Kelebihan :
Kelemahan  Berfokus pada solusi.
 Fokus treatment pada hal yang spesifik dan jelas.
 Penggunaan waktu yang efektif.
 Berorientasi pada waktu yang sekarang (here and
now).
 Bersifat fleksibel dan praktis dalam penggunaan
teknik-teknik intervensi.
Kelemahan :
 Pendekatan ini hampir tidak memperhatikan
riwayat konseli.
 Pendekatan ini kurang memfokuskan pencerahan.
 Pendekatan ini menggunakan tim, setidaknya
beberapa praktisi sehingga membuat perawatan
ini mahal.
 Terapi bertujuan tidak secara tuntas
menyelesaikan masalah klien.
 Keterbatasan waktu yang menjadi orientasi
penggunaannya.
 Dalam penerapannya menuntut keterampilan
konselor dalam penggunaan bahasa.
 Menggunakan teknis-teknis ketermpilan berikir
(Mind-Skills)
Sumber :

Erford,Bradley T.2017. 40 Teknik yang Harus Diketahui Setiap Konselor. Jakarta:Pustaka


Pelajar
Gladding, Samuel T. 2012. Counseling a Comprehensive Profession, sixth edition
(terjemahan). Jakarta Barat: PT Indeks.

Pebrianti, Dewi dan Budi Purwoko.2017.Studi Kepustakaan Mengenai Landasan Teori dan
Praktik Solution-Focused Brief Theraphy (SFBT).Universitas Negeri Surabaya.
Jurnalmahasiswa.unesa.ac.id>view
Pratiwi, Manis Anggara dan Wiryo Nuryono.2014. Penerapan Solution Focused Brief
Therapy (SFBT) untuk Meningkatkan Harga Diri Siswa Kelas XI Bahasa SMA Al-
Islam Krian. Jurnal Bimbingan dan Konseling.Volume 04 Nomor 03 Tahun 2014,1-7

Anda mungkin juga menyukai