Anda di halaman 1dari 8

TUGAS INDIVIDU

RESUME KEPERAWATAN PALIATIF

MOTIVATIONAL INTERVIEWING

Disusun Oleh:

Nadiyah Fithriyani

1710065

S1-3A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

HANG TUAH SURABAYA


TAHUN AJARAN 2019

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat, serta penyertaanNya, sehingga resume Keperawatan Paliatif tentang
Motivational Interviewing ini dapat saya selesaikan.
Dalam penulisan resume ini saya berusaha menyajikan bahan dan bahasa
yang sederhana, singkat serta mudah dicerna isinya oleh para pembaca, khususnya
keluarga STIKES HANG TUAH SURABAYA
Saya menyadari bahwa resume ini jauh dari sempurna serta masih terdapat
kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan resume ini. maka saya berharap adanya
masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan dimasa yang akan mendatang.
Akhir kata, semoga resume ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
dipergunakan dengan layak sebagaimana mestinya.

Surabaya, 24 September 2019

Penulis
MOTIVATIONAL INTERVIEWING

A. DEFINISI

Wawancara motivasi telah diterapkan pada berbagai pengalaman klinis dan


penelitian empiris. Wawancara motivasi telah ditetapkan “Evidence-based
treatment” pada Gangguan penyalahgunaan zat. Wawancara Motivasi terfocus pada
penggalian dan pemecahan ambivalensi serta terpusat pada proses motivasi dalam
seseorang. Metode ini tidak memaksakan melainkan mendukung proses perubahan
dengan cara yang kongruen melalui nilai-nilai dan fokus seseorang itu sendiri.
Wawancara motivasi (2009) didefinisikan sebagai bimbingan kolaborasi yang
berpusat pada seseorang untuk memunculkan dan menguatkan motivasi untuk
berubah.

B. PENDEKATAN

Konsep utama Wawancara Motivasi adalah identifikasi, pemeriksaan, dan resolusi


ambivalensi tentang merubah perilaku. Wawancara Motivasi mencakup 3 elemen:

1. Percakapan mencakup tentang perubahan (konseling, terapi, konsultasi, metode


komunikasi)

2. Wawancara bersifat kolaborasi yang berpusat pada seseorang itu

3. Percakapan bersifat menggugah

C. “SPIRIT” Wawancara Motivasi:

Wawancara motivasi dicirikan dengan semangat tertentu dengan pendekatan klinis


dalam hubungan interpersonal. 3 Kata kunci dari wawancara motivasi yaitu:
kolaboratif, menggugah, menekankan otonomi pasien. Kolaborasi: membangun
kontak adekuat dan kepercayaan dalam suatu hubungan, proses terapi terfokus pada
pemahaman mutual. Menggugah: Wawancara harus bersifat menggugah sehingga
dapat memunculkan ide dan motivasi seseorang untuk berubah jadi lebih baik.
Otonomi: Pemahaman bahwa yang mampu merubah pasien adalah diri pasien itu
sendiri.

D. PRINSIP

1. Empati : mencoba mengerti permasalahan melalui mata pasien atau klien. Hal
ini akan membuat klien merasa dimengerti dan didengarkan sehingga akan lebih
jujur untuk bercerita terhadap konselor.

2. Support self-efficacy : konselor mendukung bahwa pasien atau klien dapat


menyembuhkan dengan kemampuan dirinya.

3. Roll with Resistance : tidak memaksakan kehendak agar tidak terjadi resistensi
dari klien atau pasien. Berusaha agar solusi diutarakan oleh pasien hingga tidak
ada penolakan dari klien.

4. Develop Discrepancy : menyatakan kesenjangan antara keadaan klien saat ini


dan tujuan klien di masa depan. Jika klien merasakan adanya kesenjangan, klien
akan lebih termotivasi untuk merubah diri.

E. STRATEGI OARS 

1. Open ended question : konselor harus menanyakan pertanyaan terbuka yang


jawabannya bukan hanya iya dan tidak.

2. Affirmations : konselor memuji aspek positif dari klien, sehingga walaupun


usaha untuk ebrubah pada masa lalu pernah gagal, ia akan termotivasi untuk
mencoba merubah diri.

3. Reflections : terdapat dua tujuan utama. Pertama menumbuhkan empati. Dengan


mendengarkan dan merespon secara reflektiv, pasien dapat merasakan bahwa
konselor mengerti permasalahan dari sudut pandang mereka. Diluar ini, strategi
menggunakan mendengarkan reflektiv adalah sebuah inti intervensi untuk
membimbing pasien tersebut kearah perubahan, mendukung tujuan-aspek
langsung dari MI. dalam penggunaan refleksi ini, terapis membimbing pasien
untuk menyelesaikan ambivalensi dengan fokus dengan aspek negative dari
status quo dan dari membuat perubahan positive. Ada beberapa level dari
refleksi mulai dari yang sederhana sampai yang paling kompleks. Beda tipe
refleksi , beda ketrampilan yang didemonstrasikan, sesuai dengan kesiapan
pasien untuk berubah. Contohnya, beberapa tipe refleksi sangat membantu
ketika pasien terlihat bertahan dan lainnya lebih sesuai ketika pasien
menawarkan memberikan pernyataan yang lebih mengindikasikankomitmen
untuk berubah.

4. Summaries : terapis merekap apa yang terjadi pada sesi konseling. Ringkasan
dapat menyoroti kedua sisi ambivalensi pasien tentang perubahan dan
mendorong pengembangan ketidaksesuaian dengan memilih secara strategis
informasi apa yang harus disertakan dan apa yang dapat diminimalkan atau
dikecualikan.

F. DISKUSI UNTUK PERUBAHAN

Diskusi untuk perubahan didefinisikan sebagai pernyataan oleh pasien yang


mengungkapkan pertimbangan, motivasi, atau komitmen untuk berubah. Dalam
Wawancara Motivasi, terapis berusaha membimbing pasien untuk mengungkapkan
keinginan untuk berubah. Semakin banyak orang berbicara tentang perubahan,
semakin besar kemungkinan mereka untuk berubah. Cara melakukan diskusi untuk
perubahan dapat dijelaskan dengan menggunakan DARN --- CAT .

G. PERSIAPAN

1. DESIRE : Keinginan (saya ingin berubah)

2. ABILITY : Kemampuan (saya bisa berubah)

3. REASON : Alasan (Penting untuk berubah)

4. NEED : Perlu (saya harus berubah)

H. MENERAPKAN PERUBAHAN

1. COMMITMENT : Komitmen (saya akan membuat perubahan)


2. ACTIVATION : Aktivasi (saya siap, siap, mau berubah)

3. TAKE STEPS : Mengambil Langkah (Saya mengambil tindakan khusus untuk


berubah)

I. STRATEGI UNTUK MEMULAI DISKUSI UNTUK PERUBAHAN

Terdapat strategi terapi spesifik yang dapat mendukung diskusi untuk perubahan
dalam wawancara motivasi:

1. Memulai pertanyaan : bertanya pertanyaan terbuka

2. Mendalami pro dan kontra dari putusan

3. Hal baik/ hal tidak terlalu baik : bertanya tentang hal positif dan negatif dari
prilaku yang diharapkan

4. Bertanya tentang elaborasi/contoh : ketika tema pembicaraan berubah, bertanya


hal yang lebih detail. “Dalam hal apa?” “beritahu saya lebih banyak?”
“bagaimana itu terlihat?” “kapan terakhir hal itu terjadi?”

5. Melihat kebelakang : bertanya tentang waktu sebelum prilaku yang diharapkan


muncul. Bagaimana keadaan menjadi lebih baik, apakah berbeda?

6. Melihat kedepan : bertanya apa yang mungkin akan terjadi jika keadaan
dilanjutkan dalam keadaan yang seharusnya (status seimbang). Mencoba
pertanyaan ajaib : jika kamu 100% sukses membuat perubahan yang kamu
inginkan, apa yang akan berbeda? Bagaimana ada menyukai hidup ada dalam
lima tahun dari sekarang?

7. Pertanyaan ekstrim : hal terburuk apa yang mungkin terjadi jika kamu tidak
membuat perubahan ini? Hal terbaik apa yang mungkin akan terjadi jika kamu
membuat perubahan ini?

8. Menggunakan ukuran dalam perubahan : Bertanya: “Dalam skala 1 sampai 10 ,


seberapa penting untuk kamu untuk berubah (prilaku spesifik yang diharapkan)
dimana 1 adalah tidak penting, dan 10 sangat penting? Hasil: dan bagaimana
kamu dalam ___ dan tidak ___ (angka yang rendah dan tetap)?” “ Apa yang
mungkin akan terjadi yang bisa membuat kamu berubah dari __ke (angka yang
lebih tinggi)? Alternatifnya, kamu juga bisa bertanya “ Seberapa percayadirinya
kamu bahwa kamu bisa membuat perubahan jika kamu memutuskan untuk
melakukannya?”

9. Mendalami tujuan dan hasil: tanyakan apakah bimbingan seseorang memberikan


hasil. Apa yang kamu inginkan dalam hidup ini? Menggunakan hasil dari
aktivitas yang dilakukan bisa sangat membantu disini. Tanyakan bagaimana
kelanjutan dari prilaku yang diharapkan sesuai dengan hasil dan tujuan dari
hidup seseorang. Apakah hal tersebut membantu dalam memahami pentingnya
tujuan dan hasil , apakah ada intervensinya atau tidak sesuai?

10. Come alongside : Sisi eksplisit dengan sisi negatif (dalam status imbang) dari
ambivalensi.“mungkin____itu sangat penting untuk kamu bahwa kamu tidak
akan menyerah, tidak peduli apa yang harus dikorbankan.”
DAFTAR PUSTAKA
Dart, A, Michelle. 2011. Motivational Interviewing in Nursing Practice: Empowering The
Patient. Canada : LLC.

Anda mungkin juga menyukai