Anda di halaman 1dari 2

Tantangan dalam Anamnesis

1. Pasien yang tertutup


Anamnesis akan sulit dilakukan bila pasien membisu dan tidak mau menjawab pertanyaan-
pertanyaan dokternya. Keadaan ini dapat disebabkan pasien merasa cemas atau tertekan,
tidak leluasa menceritakan keluhannya atau dapat pula perilakunya yang demikian karena
gangguan depresi atau psikiatrik. Tergantung masalah dan situasinya kadang perlu orang lain
(keluarga atau orang-orang terdekat) untuk mendampingi dan menjawab pertanyaan dokter
(heteroanamnesis), tetapi kadang pula lebih baik tidak ada seorangpun kecuali pasien dan
dokternya. Bila pasien dirawat di rumah sakit maka anamnesis dapat dilanjutkan pada hari-
hari berikutnya setelah pasien lebih tenang dan lebih terbuka.

2. Pasien yag terlalu banyak keluhan


Sebaliknya tidak jarang seorang pasien datang ke dokter dengan begitu banyak keluhan dari
ujung kepala sampai ujung kaki. Tugas seorang dokter untuk memilah-milah keluhan mana
yang merupakan keluhan utamanya dan mana yang hanya keluh kesah. Diperlukan kepekaan
dan latihan untuk membedakan mana yang merupakan keluhan yang sesungguhnya dan mana
yang merupakan keluhan mengada-ada. Apabila benar-benar pasien mempuyai banyak
keluhan harus dipertimbangkan apakah semua keluhan itu merujuk pada satu penyakit atau
kebetulan pada saat tersebut ada beberapa penyakit yang sekaligus dideritanya.

3. Hambatan bahasa dan atau intelektual


Seorang dokter mungkin saja ditempatkan atau bertugas disuatu daerah yang mayoritas
penduduknya menggunakan bahasa daerah yang belum kita kuasai. Keadaan semacam ini
dapat menyulitkan dalam pelaksanaan anamnesis. Seorang dokter harus segera belajar bahasa
daerah tersebut agar dapat memperlancar anamnesis, dan bila perlu dapat meminta bantuan
perawat atau petugas kesehatan lainnya untuk mendampingi dan membantu menerjemahkan
selama anamnesis. Kesulitan yang sama dapat terjadi ketika menghadapi pasien yang karena
intelektualnya yang rendah tidak dapat memahami pertanyaan atau penjelasan dokternya.
Seorang dokter dituntut untuk mampu melakukan anamnesis atau memberikan penjelasan
dengan bahasa yang sangat sederhana agar dapat dimengerti pasiennya.

4. Pasien dengan gangguan atau penyakit jiwa


Diperlukan satu tehnik anamnesis khusus bila seorang dokter berhadapan dengan penderita
gangguan atau penyakit jiwa. Mungkin saja anamnesis akan sangat kacau, setiap pertanyaan
tidak dijawab sebagaimana seharusnya. Justru di dalam jawaban-jawaban yang kacau tersebut
terdapat petunjuk-petunjuk untuk menegakkan diagnosis. Seorang dokter tidak boleh bingung
dan kehilangan kendali dalam melakukan anamnesis pada kasus-kasus ini.

5. Pasien yang cenderung marah dan menyalahkan


Tidak jarang dijumpai pasien-pasien yang datang ke dokter sudah dalam keadaan marah dan
cenderung menyalahkan. Selama anamnesis mereka menyalahkan semua dokter yang pernah
memeriksanya, menyalahkan keluarga atau orang lain atas masalah atau keluhan yang
dideritanya. Umumnya ini terjadi pada pasien-pasien yang tidak mau menerima kenyataan
diagnosis atau penyakit yang dideritanya. Sebagai seorang dokter kita tidak boleh ikut
terpancing dengan menyalahkan sejawat dokter lain karena hal tersebut sangat tidak etis.
Seorang dokter juga tidak boleh terpancing dengan gaya dan pembawaan pasiennya sehingga
terintimidasi dan menjadi takut untuk melakukan anamnesis dan membuat diagnosis yang
benar.

Source: Jonathan, Gleadle, (2007), Anamnesis Dan Pemeriksaan Fisik, Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai