(213.C.0002)
Mafni Yulianingsih
(213.C.0004)
(213.C.0006)
Ati Wulandari
(213.C.0008)
Siti Rohimah
(213.C.0013)
Lia Setiawati
(213.C.0015)
(213.C.0019)
Dimas Pratama
(213.C.0020)
(213.C.0022)
Muamar
(213.C.0027)
Nuryadi
(213.C.0028)
Ely Ferdiana
(213.C.0029)
Rina Maryatiana
(213.C.0031)
Agnes Acida
(213.C.0034)
Nelly Sulvassamawati
(213.C.0036)
(213.C.0042)
(213.C.0043)
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
laporan dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Persepsi Sensori Akibat Katarak. Laporan ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas Mata Kuliah Sistem Persepsi Sensori pada Program Studi S1
Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Mahardika
Cirebon.
Selama proses penyusunan laporan ini penyusun tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak yang berupa bimbingan, saran dan petunjuk baik berupa moril,
spiritual maupun materi yang berharga dalam mengatasi hambatan yang
ditemukan. Oleh karena itu, sebagai rasa syukur dengan kerendahan hati, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Ibu Ns. Dwiyanti Purbasari, S.Kep., M.Kep yang telah memberikan
bimbingan dan dorongan dalam penyusunan laporan ini sekaligus sebagai
dosen pengampu Mata Kuliah Sistem Persepsi Sensori.
2. Ibunda dan ayahanda kami yang tercinta serta saudara dan keluarga besar
kami yang telah memberikan motivasi/dorongan dan semangat, baik berupa
moril maupun materi lainnya.
3. Sahabat dan rekan STIKes Mahardika, khususnya Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga Allah SWT. membalas baik budi dari semua pihak yang telah
berpartisipasi membantu penyusun dalam menyusun laporan ini. Penyusun
menyadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna, untuk itu penyusun mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan penyusunan selanjutnya.
Penyusun berharap, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin
Wassalamualaikum wr.wb.
Kelompok B
ii
DAFTAR ISI
i
iii
iv
v
BAB I Pendahuluan
a. Latar Belakang ................................................................................. 1
b. Rumusan Masalah ............................................................................ 1
c. Tujuan .............................................................................................. 2
d. Manfaat ............................................................................................ 2
BAB II Tinjauan Teori
a. Definisi ............................................................................................. 3
b. Jenis-jenis Katarak ...........................................................................3
c. Stadium Katarak ...............................................................................5
d. Anatomi Fisiologi .............................................................................6
e. Etiologi ............................................................................................. 36
f. Patofisiologi ..................................................................................... 37
g. Manifestasi Klinik ............................................................................ 37
h. Komplikasi ....................................................................................... 38
i. Pemeriksaan Penunjang ................................................................... 42
j. Penatalaksanaan ............................................................................... 46
k. Konsep Nursing Care Plan .............................................................. 50
BAB III Pembahasan Kasus
a. Pengkajian ........................................................................................ 67
b. Analisa Data ..................................................................................... 69
c. Diagnosa ........................................................................................... 71
d. Nursing Care Plan ........................................................................... 74
e. Analisa kesenjangan teori dan kasus ................................................ 78
BAB IV Penutup
a. Simpulan ........................................................................................... 79
b. Saran ................................................................................................. 79
Daftar Pustaka
iii
DAFTAR TABEL
Nomor
Nama Tabel
Halaman
1
2
3
4
5
25
52
54
59
70
73
iv
DAFTAR GAMBAR
Nomor
1.
2.
Nama Gambar
Halaman
3
11
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Katarak merupakan penyebab utama gangguan penglihatan dan
kebutaan tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia. Diperkirakan lebih
dari 50% kebutaan disebabkan oleh katarak. Di Indonesia, diperlukan
operasi katarak sekitar 240.000 orang setiap tahunnya. Rata-rata operasi
katarak dilakukan terhadap 170.000 orang/tahun, itu berarti terdapat
kesenjangan sekitar 70.000 orang yang belum dioperasi dan setiap tahun
akan meningkat.
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa,
atau terjadi akibat kedua-duanya (Ilyas, 2009). Kekeruhan ini dapat
mengganggu jalannya cahaya yang melewati lensa sehingga pandangan
dapat menjadi kabur hingga hilang sama sekali. Penyebab utama katarak
adalah usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat seperti trauma,
toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok dan herediter
(Vaughan & Asbury, 2007).
Kesenjangan ini terkait dengan luasnya wilayah dan kondisi
geografis Indonesia, masih terbatasnya jumlah dan distribusi dokter
spesialis mata, dan masih rendahnya pengetahuan masyarakat terutama di
daerah terpencil bahwa kebutaan karena katarak dapat disembuhkan
dengan operasi (Depkes RI. 2015).
B.
Rumusan Masalah
Dalam penyusunan laporan ini akan dibahas mengenai kasus Katarak
yang meliputi tinjauan teori, pembahasan kasus klien dengan katarak dan
analisa kesenjangan teori dan kasus.
C.
Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui konsep teori dan asuhan keperawatan yang
diberikan pada Tn.X dengan gangguan sistem sensori persepsi akibat
Katarak.
2. Tujuan khusus
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
D.
Manfaat
Penyusunan
laporan
ini
memiliki
manfaat
sebagai
modal
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Definisi
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya
jernih dan bening menjadi keruh. Katarak berasal dari bahasa Yunani yang
berarti kattaracheis, Bahasa Inggris Catarract dan bahasa Latin Catarracta
yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular, dimana
penglihatan seperti ditutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak
dapat terjadi karena hidrasi, denaturasi protein atau keduanya (Ilyas, S.
2006).
Katarak adalah kekeruhan pada lensa. Beberapa tingkatan banyak
ditemukan pada kebanyakan lansia berusaia di atas 70 tahun. Katarak
merupakan penyebab penurunan penglihatan dan kebutaan di seluruh
dunia (Black and Hawks. 2009).
Katarak merupakan perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih
dan tembus cahaya menjadi keruh. Katarak menyebabkan penderita tidak
bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit
mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina
(Irianto, Koes 2012).
B.
Jenis-jenis Katarak
Menurut Vaughan, Dale (2000) terbagi atas :
1. Katarak terkait usia (katarak senilis)
3
sebab-sebab
spesifik.
Katarak
didapat
terutama
C.
Stadium Katarak
Katarak ini dibagi ke dalam 4 stadium, yaitu:
1. Katarak insipien, kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji
menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal)
a. Katarak subkapsular psoterior, kekeruhan mulai terlihat di
anterior subkapsular posterior, celah terbentuk, antara serat lensa
dan korteks berisi jaringan degeneratif (beda morgagni) pada
katarak insipien (Resnikoff S2008).
b. Katarak intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan
lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap air. Pada keadaan
ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung
dan daya biasnya bertambah, yang akan memberikan miopisasi
(Resnikoff S2008).
2. Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak
yang belum mengenai seluruh lapis lensa. Volume lensa bertambah
akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan degeneratif lensa. Pada
keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil,
sehingga terjadi glaukoma sekunder (Resnikoff S2008).
D.
Anatomi Fisiologis
1. Anatomi Indra Penglihatan
Menurut buku (Pearce E.C, Anatomy & Physiology for Nurse.
2006). Bentuk mata manusia hampir bulat, berdiameter 2,5 mm bola
mata terletak bantalan mata, pada sebelah depan dilindungi oleh
kelopak mata dan di tempat lain dengan tulang orbita. Bola mata
terdiri atas :
a. Dinding mata
Terdiri dari kornea dan seklera selaput koroid, kopus siliaris, iris
dan pupil.
b. Medium tempat cahaya lewat terdiri dari kornea acqueus
humour, lensa, dan viterus humour.
c. Jaringan nefrosa terdiri dari sel-sel saraf pada retina, serat saraf
yang menjalar melalui sel-sel ini.
Selain itu, anatomi mata manusia terbagi menjadi 2 bagian
yaitu bagian luar dan bagian dalam :
1. Bagian luar
a. Bulu mata
Merupakan rambut-rambut halus yang terdapat di tepi
kelopak mata, bulu mata berfungsi untuk melindungi mata
dari benda-benda asing (Syaifuddin, H., 2006).
b. Alis mata (supersilium)
Yaitu rambut-rambut halus yang terdapat diatas mata
yang berfungsi mnecegh masuknya air atau keringat dari
dahi ke mata (Syaifuddin, H., 2006).
c. Kelopak mata (palpebra)
Merupakan dua buah lipatan atas dan bawah kulit
yang terletak di depan bulbus okuli, berfungsi pelindung
mata sewaktu-waktu kalau ada gangguan mata dapat
menutup dan membuka mata (Syaifuddin, H., 2006).
d. Kelenjar air mata
Berguna untuk selalu membasahi permukaan kornea
agar tetap bening yang berfungsi untuk menghasilkan air
mata yang bertugas untuk menjaga mata agar tetap lembab
(Syaifuddin, H., 2006).
2. Bagian Dalam
a. Konjungtiva
Merupakan tipis bening yang melapisi permukaaan
bagian dalam kelopak mata dan menutupi bagian depan
seklera kecuali kornea, konjungtiva mengandung banyak
sekali pembuluh darah dan berfungsi untuk melindungi
kornea dari gesekan, memberikan perlidungan pada
seclera dan memberi pelumasan pada bola mata (Bruce
James dkk, 2005).
b. Seclera
Seclera merupakan jaringan ikat yang kuat yang
berada pada lapisan terluar mata yang berwarna putih
kemudian berfungsi melindungi bola mata dari kerusakan
Organ fokus utama, yang membiaskan berkasberkas cahaya yang terpantul dari benda-benda yang
dilihat, menjadi bayangan yang jelas pada retina. Lensa
berada dalam sebuah kapsul yang elastik yang di kaitkan
pada korpus siliare koroid oleh ligamentum suspensorium.
Lensa
berfungsi
memfokuskan
pandangan
dengan
reseptor
(fotoreseptor).
Berfungsi
untuk
bening ini
terletak
dibelakang
lensa.
obluques
okuli
superior,
fungsinya
10
11
12
kebutaan
jika
keadaan
ini
tidak
diatasi.
(Sherwood, 2011)
3. Iris pengontrol jumlah cahaya yang masuk
Tidak semua cahaya yang melewati kornea mencapai
fotoreseptor peka cahaya, karena adanya iris, suatu otot polos
berpigmen yang membentuk struktur mirip cincin di aqueus
humor. Pigmen di iris memberi warna mata. Berbagai bercak,
garis, atau nuansa lain pada iris bersifat unik bagi setiap orang
sehingga iris menjadi dasar identifikasi bagi tekhnologi terkini
(Sherwood, 2011).
13
mensarafi
otot
radial
penyebab
dilatasi
pupil
(Sherwood, 2011).
4. Mata membiaskan cahaya yang masuk untuk memfokuskan
bayangan di retina
Sinar/ cahaya merupakan suatu radiasi elektromagnetik
yang terdiri dari paket-paket energi mirip partikel yang dinamai
foton yang berjalan dalam bentuk gelombang. Jarak antara dua
puncak gelombang dikenal sebagai panjang gelombang. Panjang
gelombang dalam spektrum elektromagnetik berkisar dari 1014 m
(seperkuadriliun meter). Fotoreseptor dimana hanya peka terhadap
panjang gelombang antara 400 dan 700 nanometer (nm;
sepermilyar meter) karena itu, cahaya tampak hanyalah sebagian
kecil dari spektrum elektromagnetik total. Sinar dari berbagai
14
memiliki
intensitasnya,
panjang
yaitu
gelombang
amplitudo
atau
bervariasi
tinggi
dalam
gelombang
15
Kekuatan
lensa
bergantung
pada
bentuknya,
yang
16
stimulasi
simpatis
menyebabkan
relaksasi
dan
stimulasi
nukleus
dan
organelnya
sewaktu
dalam
untuk
mengakomodasi
bayangan
benda
dekat.
17
18
mata,
menghadap
ke
sel
bipolar.
Bagian
ini
19
20
21
(mengalami
hiperpolarisasi
oleh
cahaya)
dan
potensial
membran
dan
kecepatan
pelepasan
22
peneliti
kini
sedang
mengembangkan
chip
23
24
Sel kerucut
Penglihatan warna
Sensitivitas tinggi
Sensitivitas rendah
Ketajaman rendah
Ketajaman tinggi
Penglihatan malam
Penglihatan siang
Terkonsentrasi di fovea
(Sherwood, 2011)
25
26
vitamin
A,
maka
agar
fotopigmen
dapat
terus
cahaya.
Benda-benda
tertentu
dilingkungan
misalnya
27
Berkas
cahaya
yang
dipantulkan
inilah
yang
bermacam-macam
panjang
gelombang.panjang
28
29
mencapai
otak,
lapisan-lapisan
neuron
retina
kuat
disekitarnya
menekan
yang
aktivitas
mengalami
jalur-jalur
eksitasi
sel
lemah.
krucut
Hal
ini
lain
dalam
pemrosesan
diretina
adalah
30
(yaitu ketika donat itu sendiri yang menyala). Hal ini bermanfaat
untuk meningkatkan perbedaan dalam tingkat cahaya antara satu
daerah kecil dibagian tengah medan reseftip dan pencahayaan
daerah
disekitarnya.
Dengan
meningkatkan
perbedaan
sesuatu
wajah
sampai
zat-zat
tersebut
31
pertama
diotak
untuk
informasi
dijalur
32
retina
titik
demi
titik.
Seperti
korteks
33
b.
terhadap
rangsangan
yang
semakin
kompleks.
34
35
Etiologi
Menurut Mansjoer (2000), penyebab terjadinya katarak bermacammacam. Umumnya adalah usia lanjut (katarak senil), tetapi dapat terjadi
secara kongenital akibat infeksi virus di masa pertumbuhan janin, genetik,
dan gangguan perkembangan. Dapat juga terjadi karena traumatik, terapi
kortikosteroid metabolik, dan kelainan sistemik atau metabolik, seperti
diabetes mellitus, galaktosemia, dan distrofi miotonik. Rokok dan konsumsi
alkohol meningkatkan resiko katarak.
Selain itu penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Anak
dapat mengalami katarak yang biasanya merupakan penyakit yang
diturunkan, peradangan didalam kehamilan, keadaan ini disebut sebagai
katarak kongenital. Berbagai faktor dapat mengakibatkan tumbuhnya
katarak
lebih
cepat.
Faktor
lain
dapat
mempengaruhi
kecepatan
36
F.
Patofisiologi
(terlampir)
G.
Manifestasi Klinis
Penglihatan kabur, kadang diplopia monocular (penglihatan ganda),
fotofobia (sensitive terhadap cahaya), dan haio terjadi karena opasitas lensa
menghalangi penerimaan cahaya dan bayangan oleh retina, klien biasanya
melihat lebih baik pada cahaya yang remang-remang ketika pupil dalam
keadaan dilatasi yang menyebabkan cahaya dapat menembus sekeliling
opasitas lensa. Nyeri sering klai tidak dikeluhkan . lensa keruh sering dapat
dikenali. Katarak sebaiknya diduga ketika refleks berwarna kemerahan pada
pemeriksaan oftalmoskop mulai tampak tidak cemerlang atau hilang walau
katarak dapat diidentifikasi dengan mudah pada pemeriksaan oftalmoskopi
37
direk. Perlu ditentukan determinasi tipe katarak dan tahap perubahan lensa
dengan pemeriksaan slit-lamp (Black and Hawks, 2009).
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. biasanya,
pasien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan, silau, dan gangguan
fungsional . katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi
virus pada saat hamil muda. Delapan gejala yang biasanya terjadi pada
seseorang yang mengalami katarak (Ilyas, 2006).
1. Terjadi pada usia lanjut sekitar usia 50 tahun ke atas
2. Gatal-gatal pada mata
3. Sering keluar air mata
4. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu
5. Penglihatan kabur pada malam hari
6. Tidak dapat menahan sinar lampu atau kilau cahaya yang langsung
menembus mata
7. Penderita akan merasa seperti melihat awan di depan penglihatannya,
menutupi lensa mata
8. Bila sudah mencapai tahap akhir atau stadium lanjut penderita katarak
akan kehilangan penglihatannya
Kecepatan terjadinya gangguan penglihatan akibat katarak pada
seseorang tidak dapat diprediksi, karena katarak pada setiap individu
berbeda. Tanda yang jelas terlihat pada katarak yang telah lanjut adalah
adanya kekeruhan atau warna keputih putihan pada pupil. Pemeriksaan mata
bagian dalam dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop (Ilyas, 2006).
H.
Komplikasi
Menurut Bare & Suzanne, 2002 komplikasi yang sering timbul
akibat katarak adalah:
1. Glaukoma
Sebuah katarak senilis, yang terjadi pada usia lanjut, pertama
kali akan terjadi keburaman dalam lensa, kemudian pembengkakan
lensa dan penyusutan akhir dengan kehilangan transparasi seluruhnya.
38
Selain itu,
39
(vitrektomi).
Pemasangan lensa
Keadaan ini
Suzanne, 2002).
c. Endoftalmitis. Komplikasi infektif ekstraksi katarak yang
serius
40
Fakoemulsifikasi
tanpa
jahitan
menghindarkan komplikasi
melalui
insisi
yang
kecil
menyebabkan penurunan
pembedahan
beberapa bulan
residu bermigrasi
3. Kebutaan
Katarak dapat mengakibatkan kebutaan yang tetap bila tidak
dilakukan pengobatan yang tepat. Dengan tekhnik pembedahan modern
41
I.
Pemeriksaan Penunjang
Ahli mata dapat mengamati daerah berawan pada lensa dengan
pemeriksaan
fisik,
bahkan
sebelum
katarak
mulai
mengganggu
42
43
untuk
mendiagnosa
tentang
infeksi.
Slitlamp
44
posisi
klien
pasca
oprasi
memaksimalkan
efek
45
J.
Penatalaksanaan
1. Farmakologi
Tidak ada terapi lain untuk mencegah atau mengurangi
pembentukan katarak selian dengan pembedahan. Terdapat tetes mata
46
penglihatan
sudah
menurun
sedemikian
rupa
sehingga
katarak
intrakapsular
(EKIK)
yaitu
katarak
intrakapsular
ini
tidak
boleh
47
katarak
ekstrakapsular
(EKEK)
yaitu
48
aktivitas
pascaoperasi
dapat
bergam
melakukan
49
untuk
memberikan obat tetes mata pada mata secara tepat. Tanya ulang
rasioanal dan jadwal pemberian obat pada klien dan keluarganya
rasa tidak nyaman pascaoperasi berkisar antara ringan sampai
sedang dan biasanya mengalami sensasi gatal setelah pembedahan
katarak. Intruksikan klien untuk melaporkan nyeri yang dirasakan.
Review manifestasi klinis infeksi dan peningkatan tekanan
intraokulator pada klien dan keluarganya (Black & Hawks, 2009).
Lakukan rujukan untuk perawatan dirumah apabila ada
indikasi, tergantung umur klien, kemampuan ,dan ketersediaan
bantuan. Adaptasi pada perubahan penglihatan klien juga
bervariasi (Black & Hawks, 2009).
K.
50
kesehatan
dahulu
pasien
diambil
untuk
inflamasi
sebelumnya
atau
kerusakan
iris
51
Bagaimana
manajemen
pasien
dalam
memelihara
Mandi
Berpakaian / Berdandan
Eliminasi
Mobilisasi di tempat tidur
Pindah
Ambulasi
Naik tangga
Belanja
Memasak
Merapikan rumah
52
53
2. Analisa Data
DATA
DS:
ETIOLOGI
Faktor usia,faktor pekerjaan,riwayat DM
Klien
mengatakan,
MASALAH
Gangguan
sensori
perseptual
Perubuhan fisik dan kimia lensa
DO:
Distorsi penglihatan
DS:
54
Bayangan semu
Mata
akomodasi
mata menurun
klien
pada pupil
Klien
pengaburan dalam
pandangan
memakai
kacamata
foto fobia
DS:
Klien
mengatakan
Ansietas
tidak
berhasil
dalam
menjalankan operasinya,
Rencana pembedahan
55
DO:
Ansietas
Post OP
NO
DATA
DS:
ETIOLOGI
Penurun tajam penglihatan
MASALAH
Nyeri akut
DO:
Prosedur pembedahan
Tanda-tanda vital
Nadi: 84x/menit
Respirasi: 24x/menit
Suhu:37,4OC
Respon post op
Nyeri akut
Skala nyeri 6
56
Klien
terlihat
merintih
kesakitan
3
DS:
berhubungan dengan
gatal
DO:
Prosedur pembedahan
prosedur invasif.
Resiko infeksi
Resiko infeksi
57
3. Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa Pre Operasi
1) Gangguan sensori perseptual berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori, lingkungan secara terapetik dibatasi.
2) Resiko tinggi cidera berhubungan dengan peningkatan tekanan intra okular, perdarahan intra okuler, kehilangan
3) Ansietas berhubungan dengan kurang terpaparnya terhadap informasi vitreous.
b. Diagnosa Post Operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intra okuler pembedahan
2) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
58
PRE-OP
No
1
Diagnosa
NOC
Keperawatan
NIC
Gangguan sensori
perseptual
selama 3 x 24 jam
berhubungan
dengan gangguan
penerimaan
hasil:
sensori, lingkungan
Cognitif Abilyty :
secara terapetik
Orientasi
dibatasi.
Konsentrasi
Perhatian
Mendemonstrasikan berbagai
pilihan pengawasan dan situasi
Cognitif Orientation :
penglihatanya.
7. Jangan memindahkan barang-barang yang ada di
ruangan klien tanpa memberi tahu pasien.
8. Membantu klien untuk mementapkan rencana untuk
bagaimana mendengar dengan cara merasakan sesuatu.
59
benar
Environmental Management
Resiko tinggi
peningkatan
kriteria hasil:
tekanan intra
Risk Control :
okular, perdarahan
intra okuler,
kehilangan
vitreous.
Fall Prevention
1. Mengidentifikasi status kognitif dan fisik klien yang
mungkin meningkatkan resiko jatuh.
2. Mengidentifikasi karakteristik klien yang berpotensial
meningkatkan resiko jatuh pada pasien.
3. Monitor gerakan-gerakan yang tidak teratur
(keseimbangan, kelemahan waktu beraktifitas).
Berpartisipasi dalam
60
lingkungan.
Ansietas
berhubungan
selama 3 x 24 jam
Anxietas Reduction :
1. Mempersiapkan klien menghadapi kemungkinan krisis
61
dengan kurang
terpaparnya
terhadap informasi.
hasil:
perkembangan situasional.
2. Meminimalkan kekhawatiran, ketakutan, prasangka, atau
ansietas.
Mendiskripsikan proses
penyakitnya.
62
diperlukan.
dari penyakitnya.
Teaching: Procedur/Treatment
tindakan.
tindakan.
dilaksanakan.
setiap prosedur.
Nyeri berhubungan
Pain Management :
63
dengan
selama 3 x 24
peningkatan
tekanan
pencetus nyeri.
intra okuler
Pain Level :
pembedahan.
4.
Pain Control :
timbulnya nyeri.
Environmental Management :
farmakologik.
64
Resiko infeksi
berhubungan
selama 3 x 24 jam
dengan prosedur
invasif.
Risk Detection :
meningkatkan resiko.
resiko infeksi.
Infection Protection
Wound Care
mendapatkan informasi.
Risk Control
lingkungan.
Infection Control
pasien.
65
mengurangi resiko.
pelayanan kesehatan.
status kesehatanya.
66
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
A.
Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama
: Tn. X
Umur
: 56 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tanggal Pengkajian
: 20 Februari 2016
Diagnosa Medis
: Katarak Senilis
2. Keluhan Utama
Tn X mengeluh bahwa penglihatan kabur seperti berawan.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tn X mengeluh penglihatan kabur seperti berawan, padahal
sudah menggunakan kacamata plus 1 dan minus 2,5 pada mata
kanan dan kiri.
b. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Dua tahun yang lalu klien dinyatakan menderita Diabetes
Melitus dan menjalankan pengobaan secara teratur.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak terdapat data dalam kasus.
67
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Orientasi
: Baik
Kesadaran
b. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah
: 140/90 mmhg
Nadi
: 84 x/menit
Suhu
: 37,4O C
Respirasi
: 24 x/menit
c. Mata
Terdapat selaput putih di kornea pada saat pemeriksaan
fisik dengan opthalmoscope.
7. Pemeriksaan Penunjang
GDS : 210 mg/dl
68
B.
Analisa Data
Tabel 5 Analisa Data Berdasarkan Kasus
Data-data
(Subjektif Objektif)
DS:
Masalah Keperawatan
Etiologi
matanya silau.
berbayang-bayang/menjadi 2
bayangan
DO:
Distorsi penglihatan
Usia 56 tahun.
69
DS:
Risiko Cedera
Bayangan semu
sampai keretina
akomodasi
mata menurun
bayang/menjadi 2 bayangan.
DO:
Usia 56 tahun.
pengaburan dalam
ketajaman menurun.
pandangan
foto fobia
keluhannya.
DS: -
Risiko ketidakseimbangan
kadar gula darah
DO:
Hiperglikemik
Dua
tahun
yang
lalu
klien
70
dinyatakan
menderita
Diabetes
secara teratur.
Pengobatan rutin
C.
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori
2. Risiko cedera berhubungan dengan faktor resiko disfungsi sensorik
3. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah dengan faktor resiko ketidakefektifan management medikasi
71
72
1.
Diagnosa
NOC
Keperawatan
Gangguan
persepsi sensori
berhubungan
dengan
gangguan
penerimaan
Cognitif Abilyty :
sensori
NIC
Rasional
Communication Visual:
Visual Defisit
1. Mengetahui kapan
penurunan penglihatan
berlangsung.
2. Memberikan respon
Orientasi
Konsentrasi
Perhatian
memperbaiki kondisi
Mendemonstrasikan
penglihatanya.
percayaan diri.
berbagai pilihan
pengawasan dan situasi
Cognitif Orientation :
pada klien.
4. Mendorong klien untuk
3. Memberikan informasi
73
Mengidentifikasi diri
sendiri
Mengidentifikasi tempat
dengan benar
Mengidentifikasi hari
dengan benar
Environmental Management
1. Ciptakan lingkungan yang aman
bagi klien.
2. Pindahkan barang-barang yang
berbahaya bagi klien.
3. Hindarkan lingkungan yang
berbahaya bagi klien.
kebingungan.
4. Memberikan motivasi
yang kuat membuat klien
berkeinginan untuk
memperbaiki
penglihatannya.
5. Agar klien tidak merasa
2.
Risiko tinggi
Fall Prevention
Fall Prevention
74
cedera dengan
faktor resiko
teratur dapat
disfungsi
mengakibatkan
sensorik
Risk Control :
Berpartisipasi dalam
mengidentifikasi faktor
meningkatkan jatuh.
resiko.
ketidakseimbangan saat
melakukan aktivitas.
2. Membantu berpindah
tempat untuk
mengurangi resiko jatuh.
3. Mencegah resiko injury.
4. Mendorong keluarga
berpindah tempat.
anggota keluarganya.
5. Membantu memudahkan
Memonitor dan
mengungkapkan status
aktivitas.
kesehatanya.
Safety Behavior: Fall Prevention
75
Menggunakan penghalang
untuk mencegah jatuh.
Menggunakan obat-obatan
untuk pencegahan
peningkatan resiko jatuh.
Resiko
Hiperglikemi management :
Hiperglikemi management:
ketidakstabilan
kadar glukosa
darah dengan
faktor resiko
ketidakefektifan
management
medikasi
Gds (
76
Medication management :
77
78
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari analisis kasus Tn. X, didapatkan bahwa Tn.X mengalami
gangguan penglihatan, sehingga memunculkan masalah keperawatan yang
lebih kompleks, oleh karena itu muncul beberapa tindakan keperawatan
yang dapat dilakukan perawat dalam kasus tersebut. Dengan membuat
kajian literartur kembali sebagai tolok ukur dalam membuat nursing care
plan yang sesuai dengan klien.
B.
Saran
1. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam
pembuatan asuhan keperawatan yang baik dan benar.
2. Bagi Pendidikan
Bagi dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih
baik dalam pembuatan asuhan keperawatan selanjutnya.
3. Bagi Kesehatan
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya
untuk mahasiswa keperawatan agar mengetahui bagaimana asuhan
keperawatan
pada
klien
dengan
gangguan
pendengaran.
79
80
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Mansjoer, dkk.,. 2000.Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Medica Aesculpalus, FKUI,
Jakarta.
Bruce James dkk, 2005. Lecture Notes Oftamologi. terj: Asri Dwi Rachmawati. Edisi. 9.
Semarang: Erlangga.
Corwin, E. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Depkes
Dwi
RI.
2015.
Katarak
dapat
http://www.depkes.go.id/article/view/15060300002/katarak-dapatdisembuhkan.html.Diaksespadatanggal 21 Maret 2016.
disembuhkan.
R.
Mahardhyka
Kuswara.
2016Patofisiologi-Katarak,
2012 by
https://id.scribd.com/doc/106258276/78627762-PatofisiologiKatarak(Diakses pada tanggal 21 maret 2016)
Berlangsung di
Segmen luar
Depolarisasi membran
(Menyebar ke ujung
sinaps)
Berlangsung di
ujung sinaps
Pelepasan transmitter
inhibitorik
Cahaya
Pengaktifan fotopigmen
Pengaktifan transdusin
Berlangsung di
segmen luar
(Melalui jenjang
reksi)
Penurunan GMP statik
Penutupan saluran
Na+ di segmen luar
Hiperpolarisasi membran
(potensial reseptor)
(Menyebar ke ujung
sinaps)
Berlangs
ung di
retina
PATHWAY KATARAK
Faktor usia
sistemik
Proses
penuaan
Terputusny
a protein
lensa
normal
Protein lensa
menjadi water
absolute
Gangguan
Sistemik
Nelayan, terpapar
sinar matahari
terang
Hiperglikemi
a
Glukosa meningkat
pada aquos humor
Perubahan fisik
dan kimia lensa
Influks air
ke lensa
Faktor
Pekerjaan
Paparan komulatif
sinar UV dalam
waktu lama
Penurunan densitas
epitalia dan diferensiasi
aberan dari serat lensa
Kematian
apoptotik lensa
Akumulasi dari
serpihan kecil
epitel
Masuk ke lensa
melalui proses difusi
Mengenai lensa
Kadar glukosa dalam
darah meningkat
Menghasilkan 3-HKG
(hydroxyknueninu) yang
melekat pada protein
Molekul glukosa
diubah oleh reduktase
Terbentunya
protein dengan
berat molekul
tinggi
Perubahan
index retraxsi
lensa
Gangguan
pembentukan
serat lensa dan
homeostatis
Hilangnya
kejernihan lensa
Tekanan osmotik
Merubah warna
protein secara
perlahan
Mempengaruhi
fisiologis lensa
Pembentukan
pigmen pada
nukleus lensa
Kehilangan
fungsi
akomodasi
Koagulasi pada
lensa
Cahaya tidak
jatuh tepat
pada lensa
Lensa mata
kekurangan air
dan menjadi
lebih padat
Warna lensa
menjadi kuning
keruh\coklat
keruh
Pembengkakan
serat-serat lensa
Mempengaryhi
akomodasi
lensa
Jalan cahaya ke
retina
terhambat
Daya
akomodasi
menurun
Distorsi
penglihatan
Bayangan semu
sampai ke
retina
sensitivitas
cahaya
menurunnya
Potopobia
Gangguan persepsi
perseptual
Resiko Cedera
Pengaburan dalam
pandangan
Penurunan tajam
penglihatan
Stadium matur
katarak
Rencana
pembedahan
Prosedure operasi
Rangsangan nosiseptor
Stimulasi prostaglandi
Resiko Infeksi
ditransmisikan oleh
serabut saraf aferen
impuls diterima
oleh kornu dorsalis,
menuju korteks
serebri
melanjutkan rangsang ke
terminal medula spinalis
naik ke batang
otak dan talamus
Nyeri Akut
Ansietas