TINJAUAN PUSTAKA
1. TINJAUAN TEORI
1. ODHA
a. Pengertian
ODHA merupakan singkatan dari orang dengan HIV/AIDS, dalam hal ini
orang yang di dalam tubuhnya terdapat HIV (orang terinfeksi) setelah dilakukan
pemeriksaan darahnya baik dengan test Elisa maupun Westrn Blot (Mudjahid
dalam Wahyu, S.,dkk, 2007).
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang menyerang
system kekebalan tubuh. Perjalanan infeksi HIV di dalam tubuh menyerang sel
Cluster of Differentiation 4 (CD4) sehingga terjadi penurunan sistem pertahanan
tubuh. Replikasi virus yang terus menerus mengakibatkan semakin berat
kerusakan sistem kekebalan tubuh dan semakin rentan terhadap infeksi
oportunistik (IO) sehingga akan berakhir dengan kematian. Accuired Immune
Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan sekumpulan gejala yang timbul akibat
menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia, yang disebabkan oleh HIV. AIDS
merupakan tahap akhir dari infeksi HIV, dimana perjalanan HIV akan berlanjut
menjadi AIDS membutuhkan waktu sekitar 10 sampai 13 tahun. Individu yang
terinfeksi HIV/AIDS dikenal dengan sebutan ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS)
(Bruner & Suddarth, 2002).
Sedangkan menurut Elisa, C A (2012), ODHA adalah singkatan dari
Orang Dengan HIV/AIDS, sebagai pengganti istilah penderita yang mengarah
pada pengertian bahwa orang tersebut sudah secara positif didiagnosa terinfeksi
HIV. HIV singkatan dari human immunodeficiency virus, adalah suatu virus yang
menyerang kekebalan tubuh, yaitu suatu sistem tubuh yang secara alamiah
berfungsi melawan penyakit dan infeksi. Jika sistem kekebalan tubuh ini
melemah maka orang tersebut sangat mudah terinfeksi virus yang sebenarnya
juga bisa menyerang orang-orang lain, tetapi tidak menyebabkan gangguan
berarti pada orang yang sistem kekebalan tubuhnya normal. Orang dengan HIV
positif sangat rentan terhadap serangan virus sehingga kondisi tubuh dapat
melemah secara cepat dan berkembang menjadi AIDS (acquired immune
deficiency syndrome). Sekalipun demikian, tidak ada batasan waktu yang pasti
kapan orang dengan HIV positif akan mengalami AIDS dan diperkirakan waktu
antara terinfeksi HIV dan terbentuknya AIDS bervariasi antara 1-10 tahun,
dengan perkiraan rata-rata waktu 7-8 tahun.
b. Perjalanan Penyakit
Perjalanan klinis pasien dari tahap terinfeksi HIV sampai tahap AIDS,
sejalan dengan penurunan derajat imunitas pasien, terutama imunitas seluler dan
menunjukkan gambaran penyakit yang kronis. Penurunan imunitas biasanya
diikuti adanya peningkatan resiko dan derajat keparahan infeksi oportunistik serta
penyakit keganasan (Depkes RI, 2003). Dalam tubuh ODHA, partikel virus akan
bergabung dengan DNA sel pasien, sehingga orang yang terinfeksi HIV seumur
hidup akan tetap terinfeksi. Sebagian pasien memperlihatkan gejala tidak khas
infeksi seperti demam, nyeri menelan, pembengkakan kelenjar getah bening,
ruam, diare, atau batuk pada 3-6 minggu setelah infeksi. Perjalanan penyakit lebih
progresif pada pengguna narkoba. Lamanya penggunaan jarum suntik berbanding
lurus dengan infeksi pneumonia dan tuberkulosis. Infeksi oleh kuman lain akan
membuat HIV membelah lebih cepat. Selain itu dapat mengakibatkan reaktivasi
virus di dalam limfosit T sehingga perjalanan penyakit bisa lebih progresif
(Sudoyo, 2006 dalam Elisa, 2012).
Pembagian stadium:
1) Stadium pertama: HIV
Infeksi dimulai dengan masuknya HIV dan diikuti terjadinya perubahan
serologis ketika antibodi terhadap virus tersebut berubah dari negatif menjadi
positif. Rentang waktu sejak HIV masuk ke dalam tubuh sampai tes antibodi
terhadap HIV menjadi positif disebut window period. Lama window period
antara satu sampai tiga bulan, bahkan ada yang dapat berlangsung sampai
enam bulan.
2) Stadium kedua: Asimptomatik (tanpa gejala)
Asimptomatik berarti bahwa di dalam organ tubuh terdapat HIV
tetapi tubuh tidak menunjukkan gejala-gejala. Keadaan ini dapat berlangsung
rata selama 5-10 tahun. Cairan tubuh pasien HIV/AIDS yang tampak sehat
ini sudah dapat menularkan HIV kepada orang lain.
3) Stadium ketiga: pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata
(Persistent Generalized Lymphadenopathy), tidak hanya muncul pada satu
tempat saja, dan berlangsung lebih satu bulan.
4) Stadium keempat: AIDS
Keadaan ini disertai adanya bermacam-macam penyakit, antara lain
penyakit konstitusional, penyakit syaraf, dan penyakit infeksi sekunder.
c. Diagnosis HIV/AIDS
Diagnosis HIV pada orang dewasa mengikuti prinsip-prinsip khusus. Baik
diagnosis klinik maupun laboratorium dikembangkan untuk menentukan
diagnosis negatif atau positif. Tanda dan gejala pada infeksi HIV awal bisa sangat
tidak spesifik dan menyerupai infeksi virus lain yaitu: latergi, malaise, sakit
tenggorokan, mialgia (nyeri otot), demam, dan berkeringat. Pasien mungkin
mengalami beberapa gejala, tetapi tidak mengalami keseluruhan gejala tersebut di
atas. Pada stadium awal, pemeriksaan laboratorium merupakan cara terbaik untuk
mengetahui apakah pasien terinfeksi virus HIV atau tidak (Elisa, 2012).
Dalam hal ini pasien bisa didiagnosis berdasarkan gejala klinis yaitu
berdasarkan tanda dan gejala mayor dan minor. Menurut WHO, dua gejala mayor
di tambah dua gejala minor didefinisikan sebagai infeksi HIV simptomatik yang
dapat berujung menjadi AIDS.
1) Gejala Mayor
Pasien umumnya mengalami penurunan berat badan 10%, Demam
memanjang atau lebih dari 1 bulan, Diare kronis dan Tuberkulosis.
2) Gejala Minor
Terdapat kandidiasis orofaringeal, Batuk menetap lebih dari satu bulan,
Kelemahan tubuh, Berkeringat malam, Hilang nafsu makan, Infeksi kulit
generalisata, Limfadenopati generalisata, Herpes zoster, Infeksi Herpes
simplex kronis, Penumonia ataupun Sarkoma kaposi.
2. KONSEP DIRI
Konsep diri (self-concept) merupakan bagian masalah kebutuhan psikososial
yang tidak didapat sejak lahir, akan tetapi dapat dipelajari sebagai hasil dari
pengalaman seseorang terhadap dirinya. Konsep diri ini berkembang secara bertahap
sesuai dengan tahap perkembangan psikososial seseorang (Hidayat, 2012).
Konsep diri sangat erat kaitannya dengan diri individu, baik secara fisik
maupun psikis. Kondisi fisik dan psikis seseorang salah satunya didukung oleh
konsep diri yang baik. Konsep diri merupakan hal-hal yang berkaitan dengan individu
untuk membina hubungan interpersonal dalam kehidupan bermasyarakat. Konsep diri
tidak secara otomatis ada sejak individu dilahirkan, tetapi secara bertahap terbentuk
mengikuti pertumbuhan, perkembangan dan pengalaman individu (Priyanto, 2009).
Individu yang memiliki konsep diri positif akan memandang dirinya dengan
kacamata yang positif, yaitu mampu menerima kelemahan dan kelebihan yang
dimiliki serta mampu menanggapi kegagalan yang dialami sebagai pelajaran yang
berharga. Sedangakan individu yang memiliki konsep diri negatif, individu tidak
mampu melihat kelebihan yang dimiliki dan tidak mampu menerima kelemahan yang
dimiliki, serta tidak mau mencoba hal-hal yang baru karena takut mengalami
kegagalan (Miraningsih, 2013).
a. Pengertian Konsep Diri
Secara umum, konsep diri merupakan semua tanda, keyakinan dan
pendirian yang merupakan suatu pengetahuan individu tentang dirinya yang dapat
mempengaruhi hubungannya dengan orang lain, termasuk karakter, kemampuan,
nilai, ide, dan tujuan (Hidayat, 2012). Sedangkan menurut para ahli, konsep diri
adalah semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui seseorang
mengenai dirinya sendiri serta dapat mempengaruhi orang dalam berhubungan
dengan orang lain ( Stuart dan Sudeen , 1998 dalam Priyanto, 2009).
Konsep diri menurut Prayitno (2006) dalam Wahyu (2012) ialah sebagai
pendapat seseorang tentang dirinya sendiri baik yang menyangkut fisik (materi
dan bentuk tubuh), maupun psikis (sosial, emosional, moral, pribadi, keluarga dan
kognitif) yang dimiliki seseorang. Selanjutnya dijelaskan juga konsep diri dapat
diidentifikasi melaluibody image, yaitu kesadaran tentang tubuhnya (subjectif
self), yaitu bagaimana orang melihat dirinya sendiri, ideal self, yaitu
bagaimana cita-cita dan nilai tentang dirinya, dan social self, yaitu bagaimana
orang lain melihat dirinya (Mudjiran dalam Wahyu, S.,dkk, 2007).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa konsep
diri adalah persepsi tentang diri sendiri yang meliputi aspek fisik, sosial,
psikologis, serta penilaian mengenai apa yang pernah dicapai yang didasarkan
pada pengalaman dan interaksi dengan orang lain.