Ummatan Muslimatan
Secara bahasa ummatan muslimatan berarti masyarakat yang beragama islam atau
masyarakat yang senantiasa tunduk pada hukum syariat, ummatan muslimatan ini
disebutkan dalam al-qur'an surat al-baqoroh ayat 128
َر َّبَنا َو ٱْج َع ْلَنا ُم ْس ِلَم ْيِن َلَك َوِم ن ُذ ِّرَّيِتَنٓا ُأَّم ًة ُّم ْس ِلَم ًة َّلَك َو َأِرَنا َم َناِس َكَنا َو ُتْب َع َلْيَنٓاۖ ِإَّنَك َأنَت ٱلَّتَّواُب ٱلَّر ِح يُم
Artinya: Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada
Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada
Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji
kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang.
Ayat tersebut merupakan salah satu doa' yang di bacakan nabi Ibrohim A S dalam
ayat tersebut mengandung suatu harapan bagi nabi ibrohim agar keturunannya
dijadikan ummatan muslimatan yaitu masyarakat yang senantiasa tunduk dan
patuh akan perintah allah dan menjauhi segala larangannnya.
Dalam ayat tersebut jelas dikatakan bahwa ummatan muslimatan memiliki makna
masyarakat yang tunduk kepada allah.
Ummatan wahidah
َوَم ا َك اَن الَّناُس ِآاَّل ُاَّم ًة َّواِح َد ًة َفاْخ َتَلُفْو ۗا َو َلْو اَل َك ِلَم ٌة َسَبَقْت ِم ْن َّرِّبَك َلُقِض َي َبْيَنُهْم ِفْيَم ا ِفْيِه َيْخ َتِلُفْو َن
Artinya :Manusia itu dahulunya hanya umat yang satu (dalam ketauhidan), lalu
mereka berselisih. Seandainya tidak karena suatu ketetapan yang telah ada dari
Tuhanmu, pastilah di antara mereka telah diberi keputusan (azab di dunia) tentang
apa yang mereka perselisihkan itu.
Dalam menerangkan ayat ini, Hamka berpendapat bahwa manusia
pada dasarnya adalah umat yang satu, meskipun warna kulitnya tidak
sama, bahasa yang digunakan tidak sama, tinggal di tempat yang berbeda
benua dan pulau, tetapi manusia adalah umat yang satu, baik karena satu
kepercayaan meyakini adanya sang Maha Pencipta atas alam raya ini, satu
keinginan suka kebaikan dan benci keburukan. Tetapi, setelah pergaulan manusia
meluas, adabya perebutan kepentingan, timbullah perselisihan di
manusia tidak mau menerimanya atau merasa dirinya paling benar. Melalui
ayat ini pelajaran yang dapat diambil adalah manusia senantiasa selalu
1
hadis riwayat al-Bukhari, bahwa konteks manusia dalam ayat ini ialah
bangsa Arab. Hal ini didasarkan bahwa pada mulanya bangsa Arab
mempunyai satu akidah saja, yakni ajaran tauhid Nabi Ibrahim a.s. Namun,
hanya diperuntukkan bagi orang Arab saja. Namun dapat diartikan dengan
14
bahwa pada mulanya manusia ialah umat yang satu, yakni satu agama
tauhid yang meyakini bahwa Allah itu ada, karena ketika lahir di dunia telah
15
manusia dalam konteks ayat ini adalah orang Arab yang mengikuti ajaran
2
manusia.
3.ummatan wasathan
Islam adalah agama yang memiliki ajaran moderat. Sebab, Islam mengajarkan
umatnya untuk bersikap adil, berimbang, dan proporsional. Ajaran moderat ini
meliputi seluruh aspek kehidupan muslim, baik dalam beribadah, bermuamalah,
maupun bekerja. Sebagai contoh, Islam melalui Al-Qur’an memerintahkan
pemeluknya untuk mencari karunia Allah di akhirat, namun pada saat yang sama
mereka juga harus memperhatikan kehidupan dunia. Dalam surat Al-Baqoroh ayat
143 Allah berfirman:
َو َك ٰذ ِلَك َجَع ْلٰن ُك ْم ُاَّم ًة َّوَس ًطا ِّلَتُك ْو ُنْو ا ُش َهَد ۤا َء َع َلى الَّناِس َو َيُك ْو َن الَّرُسْو ُل َع َلْيُك ْم َش ِهْيًداۗ َوَم ا َجَع ْلَنا اْلِقْبَلَة اَّلِتْي ُكْنَت َع َلْيَهٓا ِااَّل
ِلَنْع َلَم َم ْن َّيَّتِبُع الَّرُسْو َل ِمَّم ْن َّيْنَقِلُب َع ٰل ى َعِقَبْيِۗه َوِاْن َكاَنْت َلَك ِبْيَر ًة ِااَّل َع َلى اَّلِذ ْيَن َهَدى ُهّٰللاۗ َوَم ا َك اَن ُهّٰللا ِلُيِض ْيَع ِاْيَم اَنُك ْم ۗ ِاَّن
َهّٰللا ِبالَّناِس َلَرُءْو ٌف َّر ِح ْيٌم
Artinya: Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ”umat
pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul
(Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat
yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar Kami mengetahui
siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh,
(pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk
oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha
Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia.
kitab Tafsir al-Kabir (hlm. 145)atau yang lebih dikenal Tafsir Muqatil bin
Sulayman karya Muqatil bin Sulayman bin Bashīr al-Balkhī al-Marūzī al-
Khurāsānī (w. 150 H/767 M). Kitab ini dianggap sebagai kitab tafsir tertua di
kalangan muslim. Dalam tafsirnya, Muqatil mengartikan ummatan wasathan
dengan makna umat yang adil (‘adlan). Keadilan di sini maksudnya adalah umat
nabi Muhammad merupakan saksi yang adil di antara manusia di akhirat kelak.
khusus dalam kitab tafsir yang dituliis oleh M. Qurais Shihab, tetapi dalam
a. Ummatan wasathan ialah umat yang memiliki keimanan, yakni beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya. Hal ini terlihat dalam penafsiran M. Quraish Shihab bahwa
Q.S. al-Baqarah ayat 143 menyebutkan posisi atau kedudukan umat Islam sebagai
3
ummatan wasathan. Umat Islam adalah umat yang beriman kepada Allah SWT
dan
Rasul-Nya, dengan iman yang benar sehingga atas dasarnya mereka percaya dan
b. Ummatan wasathan adalah umat yang memiliki keteguhan, hal ini terlihat dari
peristiwa peralihan kiblat umat Islam. Sebelumnya, Nabi Muhammad dan kaum
muslimin mendapatkan ejekan dari kaum yang menolak Ka’bah sebagai arah
kiblat dan mencela umat Islam yang mengarah atau tawaf di Ka’bah. Mereka
menganggap bahwa apa yang dilakukan oleh Rasulullah dan pengikutnya itu
menjadi sia-sia belaka dan tidak ada ganjarannya. Timur maupun barat, keduanya
itu sama saja dalam hal kepemilikan, otoritas kekuasaan, dan pengaturan Allah.
Maka, ke mana saja setiap orang menghadap, pasti menemui Tuhannya. Dengan
demikian, dalam pribadi ummatan wasathan harus ada keteguhan sikap dalam
c. Ummatan wasathan adalah umat yang memiliki kekuatan akal dan bijaksana.
Makkah berada pada posisi tengah (wasat) dan tepat. Sebagaimana diisyaratkan
dalam Q.S. al-Baqarah ayat 143, bahwa Allah memposisikan umat Islam sebagai
4
tengah. Menurut Quraish Shihab, tujuan dari menghadap kiblat itu adalah agar
e. Ummatan wasathan adalah umat yang adil. Hal ini dapat dilihat dalam
penjelasan
untuk berbuat adil. Kedudukan umat Islam sebagai ummatan wasathan dalam arti
adil, menuntut umatnya supaya menjunjung tinggi keadilan setiap saat, kapan
f. Ummatan wasathan adalah umat yang teladan. Hal ini dapat dilihat dari
penjelasan
oleh pihak mana saja, walaupun pada posisi yang berbeda-beda, dan posisi tengah
itu juga menjadikannya dapat menyaksikan siapa saja dan di mana saja. Pada saat
yang sama ia dijadikan teladan oleh pihak mana pun. Oleh sebab itu, umat Islam
umat yang lain. Akan tetapi, hal ini tidak dapat dilakukan kecuali umat Islam
saksi yang menyaksikan kebenaran sikap dan perbuatan kaum muslimin dan
Rasulullah SAW pun akan disaksikan oleh umatnya, yaitu menjadikan beliau
g. Ummatan wasathan adalah umat yang seimbang dalam menjalankan ajaran dan
tuntunan Islam. Hal ini dapat dilihat sebagaimana Shihab menuturkan bahwa
Islam mayakini wujud Tuhan, namun tidak menganut paham politeisme. Dalam
Islam, Tuhan Maha Wujud dan Maha Esa. Di samping itu, Quraish Shihab
menuturkan bahwa dalam pandangan Islam, kehidupan itu tidak sebatas di dunia
5
h. Ummatan wasathan adalah umat yang inklusif (terbuka). Hal ini sebagaimana
pihak, baik itu agama, budaya, maupun peradaban. Sebab, bagaimana mereka
dapat menjadi saksi atau berlaku adil jika seandainya mereka tertutup atau
menutup diri dari lingkungan dan perkembangan global.
6
perjalanan (untuk memudahkan perjalanan)" (QS 9:60). Kategori-kategori ini
termasuk kesejahteraan sosial dalam pengertian luas
Tanggung jawab
ُكْنُتْم َخ ْيَر ُاَّمٍة ُاْخ ِرَج ْت ِللَّنا ِس َتْأُم ُرْو َن ِبا ْلَم ْع ُرْو ِف َو َتْنَهْو َن َع ِن اْلُم ْنَك ِر َو ُتْؤ ِم ُنْو َن ِبا ِهّٰللۗ َو َلْو ٰا َم َن َاْهُل اْلِكٰت ِب َلَكا َن َخ ْيًرا
َّلُهْم ۗ ِم ْنُهُم اْلُم ْؤ ِم ُنْو َن َو َا ْكَثُرُهُم اْلٰف ِس ُقْو َن
"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena
kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi
mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah
orang-orang fasik."
Ayat di atas dengan sangat jelas menegaskan bahwa umat Islam disebut khairu
ummah. Khairu ummah ini ukhrijat linnas (menyandang misi khusus) untuk
menghumanisasi, meliberasi, dan mentransendensi umat manusia.
7
sehingga setiap warga merasakan kesetaraan, keadilan, kesamaan dalam hukum,
dsb. Liberasi (pembebasan) dicapai dengan cara menjaga dan melindungi
masyarakat dari hal-hal destruktif. Sementara transendensi diikhtiarkan untuk
mengarahkan hidup masyarakat supaya hidup secara bermakna berbasis nilai-nilai
ketuhanan. Nilai-nilai ketuhanan ini mengarahkan masyarakat menemukan nilai-
nilai luhur kemanusiaan. Penemuan nilai-nilai luhur kemanusiaan ini akan
mengantarkan masyarakat menuju nilai-nilai ketuhanan.
a.
Humanisasi
amar al-ma’ruf,
yang makna asalnya adalah menganjurkan atau menegakkan kebajikan. Amar al-
ma’ruf dimaksudkan untuk mengangkat dimensi dan
Karenanya, humanisasi tidak dapat dipahami secara utuh tanpa memahami konsep
transendensi yang menjadi dasarnya.11
karena itu starting point dari proses pendidikan berawal dari pemahaman teologis-
filosofis tentang manusia, yang pada akhirnya manusia diperkenalkan keberadaan
dirinya sebagai khalifah Allah di
muka bumi. Jika pendidikan lepas dari dasar-dasar ini, maka pada
8
karena humanisasi12 adalah proses manusia untuk memanusiakan
b. Liberasi
masa kini biaya sosialnya terlalu mahal, sehingga umat Islam hanya
Muhammad Arkoun, bahwa kebebasan merupakan data khas Islam, karena agama
Islam adalah agama yang memproklamirkan
9
berperan sebagai praktek pembebasan.15
c. Transendensi
menjadi dasar dari dua unsur lainnya; humanisasi dan liberasi. Oleh
karena itu, ketiga unsur (pilar) tersebut tidak dapat dipisahkan satu
tu’minuna bi Allah
(beriman kepada Allah), atau bisa juga istilah dalam teologi (misalnya
10
persoalan Ketuhanan, mahluk-mahluk gaib).
yang tertulis dalam kitab Al-Qur’an surat Al-baqarah ayat 3-4 yang
berbunyi;
c.
Transendensi
terkandung dalam Ilmu Sosial Profetik dan sekaligus menjadi dasar dari dua unsur
lainnya; humanisasi dan liberasi. Oleh karena itu, ketiga unsur (pilar) tersebut
tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Yang dimaksud dengan transendensi dalam
kepada Allah), atau bisa juga istilah dalam teologi (misalnya persoalan
Ketuhanan,
mahluk-mahluk gaib).18 Hal tersebut seperti yang tertulis dalam kitab Al-Qur’an
surat
11
12
13
14
15
16
Artinya : (
17
menafkahkan sebahagian rezki yang kami anugerahkan
beriman kepada Kitab (Al Quran) yang Telah diturunkan kepadamu dan kitab-
kitab yang
kenabian yakni
dan tabligh
diantaranya :
18
ini merupakan cerminan nilai humanistik. Nilai humanisasi ini juga tercermin
dalam ayatayat al-Qur’an, dimana Allah memuliakan bani adam (anak keturunan
adam), bahkan
Artinya : (
kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab EAl QuranF yang
Dari pemaparan
konsep filisofis
pendidikan
profetik, yang
19