TAWADHU
Pendapat ahli
Para ulama memberikan beberapa pengertian dalam mendefinisikan sikap Tawadhu,
diantaranya :
1. menurut Imam Al–Ghozali, dalam kitabnya ihya Ulumuddin beliau berpendapat bahwa
setiap akhlaq dan budi pekerti mempunyaai dua ujung dan pertengahan. Ujung yang
satu condong kepada kelebihan yang dinamakan Takabbur atau sombong. Sedangkan,
ujung satunya lagi condong kepada kekurangan yang dinamakan rasa hina diri dan
rendah jiwa. Dan pertengahan antara kedua ujung tersebut dinamakan Tawadhu atau
merendahkan hati.
2. Menurut Imam Ibnu Atho’ilah dalam kitabnya syarah Al-Hikam, beliau mengatakan
bahwa hakekat orang yang tawadhu’ itu adalah apa yang dia lakukan itu timbul karena
melihat kebesaran Allah dan kejelasan sifat-sifatnya Allah. Selama seseorag tidak mau
memperlihatkan dan ingat kepada siifat-sifat Allah, kebesaran-NYA dan kekuasaan-
NYA. Maka selama itu pula dia merasa besar dan sombong.
Pendapat Imam Al-Ghozaly dan Imam Ibnu Atho’ilah memiliki perbedaan dalam
mendefinisikan Tawadhu. Imam Al-Ghozaly berpendapat bahwa Tawadhu merupakan
sifat yang berada di antara sifat Sombong dan rendah diri (merasa diri hina), sedangkan
Imam Ibnu Atho’ilah berpendapat bahwa Tawadhu merupakan sikap seseorang yang
selalu merasa kekuasaan Allah diatas segala-galanya.
3. Menurut Al-Junayd, beliau berpendapat bahwa Tawadhu’ adalah mengembangkan
sayap perlindungan terhadap semua makhluk-NYA dan bersikap lapang dada kepada
mereka.
4. Sedangkan menurut Sahl Tawadhu’ adalah penyempurnaan dzikir kepada Allah yaitu
perenungan dan penyempurnaaan kerendahan hati dengan menerima kebenaran dari
kebenaran dan demi kebenaran. Dan kerendahan hati adalah hati yang merendahkan diri
dihadapan Allah SWT.
Pendapat Al-Junayd dan Sahl memiliki perbedaan dalam mengartikan Tawadhu.
Al-Junayd berpendapat bahwa Tawadhu merupakan sifat Lapang dada. Sedangkan, Sahl
berpendapat bahwa Tawadhu itu kerendahan hati atau merendahkan diri dihadapan
Allah SWT.
5. Syeikh Salim bin Ied Al-hilaly dalam bukunya Hakikat Tawadhu dan Sombong
menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, mendefinisikan bahwa tawadhu yaitu tunduk dan
patuh kepada otoritas kebenaran, serta menerima kebenaran itu dari siapapun, baik
dalam keadaan ridho maupun tidak ridho.
6. Menurut Fudhayl bin ‘Iyadh, Tawadhu adalah tunduk kepada kebenaran dan
mengikutinya serta mau menerimanya dari orang yang mengatakannya.
Sedangkan, Pendapat Syeikh Salim bin Ied Al-hilaly dan Fudhayl bin ‘Iyadh
memiliki kesamaan dalam mendefinisikan Ketawadhuan, yaitu sama-sama mengacu
KOSIM NUR ISKANDAR |2
kepada Kebenaran yang datang dari Allah SWT. Dan mampu menerima kebenaran yang
datang dari makhluk (Manusia).
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan, bahwa Tawadhu adalah rasa rendah
hati yang tunduk atau patuh terhadap kebenaran yang datang dari sang kholiq. Serta selalu
Berlapang dada kepada segala sesuatu yang datang dari Allah SWT dan sesama Manusia.
Jarang 2 Jarang 4
Tidak pernah 1 Tidak pernah 5
Tabel.3: PERNYATAAN/PERTANYAAN
VARIABEL TAWADHU’
Melengkapi instrumen dengan petunjuk pengisian dan kata pengantar.
KARAKTERISTIK RESPONDEN:
Nama :
Kelas :
Sekolah :
Tanggal :