Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan matan?
2) Apa perbedaan matan dengan sanad?
3) Bagaimana Kualitas matan yang sempurna?
4) Bagaimana pembagian hadist berdasarkan kualitas matan?
C. Tujuan
1) Mengetahui apa itu matan
2) Mengetahui perbedaan matan dan sanad
3) Mengetahui ciri-ciri kuliatas matan yang sempurna
4) Mengetahui pembagian hadist berdasarkan kualitas matan
BAB II
PEMBAHASAN
Pembagian Hadist Menurut Kualitas Matan
A. Pengertian Matan.
Matan secara bahasa artinya sesuatu yang menjulang dan tinggi di atas tanah.
Secara istilah, matan adalah suatu kalimat tempat berakhirnya sanad. Secara
singkatnya matan adalah isi dari sebuah hadist. Matan sendiri bukan penentu sebagai
keshohihan suatu hadist,namun penentu shohih atau tidak suatu hadist tergantung
kepada sanad dan rawi,jika sanad dan Rawinya sempurna maka mantannya pun bisa
diamalkan. Disamping itu pula matan pun memiliki syarat tertentu untuk dijadikan
sebagai penguat atas keshohihan hadist,agar dapat dipahami oleh pembaca dan tidak
memiliki kekeliruan makna dari suatu hadist. Berikut adalah contoh sanad, matan,dan
rawi yang sempurna:
سلَّ َم
َ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو
َ ي ِِّ َع ِن النَّ ِب،َ َع ْن أَ ِبي ه َُري َْرة، َع ْن أ َ ِبي ِه،س َه ْي ٍل
ُ ام ٍر أَبُو
ِ َحدَّثَنَا نَافِ ُع ْبنُ َما ِل ِك ب ِْن أ َ ِبي َع:َ قَال،َج ْعفَ ٍر
َو ِإذَا اؤْ ت ُ ِمنَ خَان،ف َ
َ َ َو ِإذَا َو َعدَ أ ْخل،ب َ ََّث َكذ
َ ِإذَا َحد:ث ٌ َق ثَال ُ
ِ ِ آيَة ال ُمنَاف:َقَال
Telah menceritakan kepada kami Sulaiman Abu ar Rabi’ berkata, telah menceritakan
kepada kami Isma’il bin Ja’far berkata, telah menceritakan kepada kami Nafi’ bin
Malik bin Abu ‘Amir Abu Suhail dari bapaknya dari Abu Hurairah dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Tanda tanda munafik ada tiga; jika
berbicara dusta, jika berjanji mengingkari dan jika diberi amanat dia khianat.” (HR.
Bukhari).
Hadits tersebut memiliki rawi dan sanad yang sempurna, sehingga matannya
dapat sahabat muslim imani. Matannya menjelaskan tentang ciri-ciri orang munafik,
yaitu orang yang suka berbohong, ingkar janji, dan khianat. Rasullah
menerangkannya secara jelas, bahwa orang munafik adalah orang yang tidak pernah
bisa memegang ucapannya sendiri.
3. Diriwayatkan melalui Jalan Lain Jika hadits mengandung syadz dan tertuduh
dusta, kemudian matannya diriwayatkan melalui jalan lain, maka hadits
tersebut dianggap hasan dan bukan shohih. Maksud jalan lain di sini, yaitu
banyak perawi yang meriwayatkannya. Bahkan bisa terdiri dari 2 rangkaian
sanad sekaligus, sehingga keshohihannya dapat dipertimbangkan.
2. Matan
"Matan" atau "al-matn" menurut bahasa adalah mairtafa'a min al-ardi
atau tanah yang meninggi. Sedangkan menurut istilah adalah "kalimat tempat
berakhirnya sanad". Berkenaan dengan matan atau redaksi hadits.
maka ada beberapa yang perlu dipahami:
a) Ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung pada Nabi
Muhammad atau bukan.
b) Matan hadits itu sendiri dalam hubungan dengan hadits lain yang lebih
kuat sanadnya (apakah ada yang melemahkan atau menguatkan) dan
selanjutnya dengan ayat dalam Al-Qur'an (apakah ada yang bertolak
belakang).
Cara kedua inilah yang menyebabkan timbulnya perbedaan kandungan matan hadits.
Banyak sekali hadits yang ada di dalam kitab-kitab karya para perawi yang ditulis
dengan redaksi yang sedikit banyak berbeda redaksi kalimatnya, meskipun makna
yang dikandung sama.
Sedangkan menurut jumhur ulama, tanda-tanda matan hadits yang palsu adalah:
a) Susuanan bahasanya rancu
b) Kandungan pernyataannya bertentangan dengan akal sehat dan sulit
diinterpretasikan secara rasional
c) Kandungan penyataannya bertentangan dengan tujuan pokok ajaran Islam
d) Kandungan pernyataannya sunnatullah hukum alam
e) Kandungan pernyataanya bertentangan dengan fakta sejarah
f) Kandungan pernyataanya bertentangan dengan petunjuk Al Quran ataupun
hadits mutawatir yang telah mengandung petunjuk pasti
g) Kandungan pernyataanya berada diluar kewajaran diukur dari petunjuk umum
ajaran Islam.
Salahuddin al Adlabiy menyimpulkan bawa tolak ukur untuk meneliti matan ada
empat macam, yaitu:
a) Tidak bertentangan dengan petunjuk Al Quran
b) Tidak bertentangan dengan hadits yang lebi kuat
c) Tidak bertentangn dengan akla sehat, indra dan sejarah
d) Susunan pernyataannya tidak menunjukkan ciri-ciri sabda kenabian.
1. Hadits Shahih
Hadits shahih ialah hadits yang sanadnya bersambung, diriwayatkan
oleh perawi yang berkualitas dan tidak lemah hafalannya, di dalam sanad dan
matannya tidak ada syadz dan illat. Mahmud Thahan dalam Taisir Musthalahil
Hadits menjelaskan hadits shahih adalah:
ما اتصل سنده بنقل العدل الظابط عن مثله إلى منتهاه من غير شذوذ وال علة
2. Hadist Hasan
Hadits hasan hampir sama dengan hadits shahih, yaitu hadits yang
rangkaian sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang adil dan
dhabit, tidak terdapat syadz dan ‘illah. Perbedaan dari kedua jenis hadits ini
adalah kualitas hafalan perawi hadits hasan tidak sekuat hadits shahih. Ulama
hadits sebenarnya berbeda-beda dalam mendefenisikan hadits hasan. Menurut
Mahmud Thahhan, defenisi yang mendekati kebenaran adalah definisi yang
dibuat Ibnu Hajar. Menurut beliau hadits hasan ialah:
هو ما اتصل سنده بنقل العدل الذي خف ضبطه عن مثله إلى منتهاه من غير شذوذ وال علة
3. Hadist Dhoif
Hadits dhaif ialah hadits yang tidak memenuhi persyaratan hadits shahih dan
hadits hasan. Dalam Mandzumah Bayquni disebutkan hadits hasan adalah: