Anda di halaman 1dari 10

Makalah Ullumul Hadist

Pembagian Hadist Menurut Kualitas Matannya

Disusun oleh kelompok 7:


● Iqbal Rizky Pratama
● M. Lukmanul hakim
● Ela Perlina Sari
● Fani Fadilla Damayanti Lestari
● Halim
● Yola Maulidya
● Nur Anisa Diniyah
● Rika Amelia

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH SIROJUL FALAH


STIT-SIFA BOGOR
Jl. Karadenan no.6 Cibinong Kota Bogor Jawa Barat
Kata Pengantar

Assalamualaikum warohmatullah wabarakatuh


Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah swt.yang telah memberikan limpahan
rahmat ,taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
solawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada nabi Muhammad yang telah menunjukkan
jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.
Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas makalah Ullumul Hadist. Makalah ini kami
susun dengan segala kemampuan kami dan sekaksimal mungkin. Namun , kami menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidak sempurna dan masih banyak kesalahan
serta kekurangan. Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan
pesan dari semua yang membaca makalah ini.
wa’alaikumussalam warohmatullah wabarakatuh

Bogor, 21 Oktober 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hadist adalah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Saw,baik berupa


perkataan,perbuatan,taqrir(diamnya maupun sifatnya. Tidak asing lagi kita sebagai
umatnya Nabi Saw mendengar kata hadist,bahkan di sekolah ataupun diacara
pengajian seringkali orang-orang membacakan satu atau dua hadist Nabi Saw,untuk
dijadikan pembahasan,sandaran,acuan kita dalam musahabah diri,petujuk hidup
setelah Al-qur'anul Karim. Namun terkadang orang-orang Islam sendiri masih sulit
untuk membedakan mana hadist shahih,Hasan,dhaif,ataupun maudlu,terlebih ia yang
sangat awam dan sama sekali tidak mengenyam pendidikan di pesantren atau lembaga
keagamaan. Hadist itu sendiri banyak sekali macam-
macamnya,tingkatannya,keshahihannya dan sebagainya. Untuk itu agar kita tidak
tersesat dengan hadist yang palsu (maudlu( kita perlu mengetahui sanad dan
sebagainnya untuk suatu matan itu dikatakan benar,agar tidak salah untuk dijadikan
sunnahnya. Perawi-perawi hadist yang Masyur dikenal dikitab-kitab yang membahas
ilmu hadist sendiri,saling berhujjah untuk membuktikan apakah hadist tersebut
shahih,Hasan,dhaif bahkan maudlu. Semuanya tidak terlepas dari sejarah dan
perjalanan para perawi hadist itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan matan?
2) Apa perbedaan matan dengan sanad?
3) Bagaimana Kualitas matan yang sempurna?
4) Bagaimana pembagian hadist berdasarkan kualitas matan?

C. Tujuan
1) Mengetahui apa itu matan
2) Mengetahui perbedaan matan dan sanad
3) Mengetahui ciri-ciri kuliatas matan yang sempurna
4) Mengetahui pembagian hadist berdasarkan kualitas matan
BAB II
PEMBAHASAN
Pembagian Hadist Menurut Kualitas Matan

A. Pengertian Matan.
Matan secara bahasa artinya sesuatu yang menjulang dan tinggi di atas tanah.
Secara istilah, matan adalah suatu kalimat tempat berakhirnya sanad. Secara
singkatnya matan adalah isi dari sebuah hadist. Matan sendiri bukan penentu sebagai
keshohihan suatu hadist,namun penentu shohih atau tidak suatu hadist tergantung
kepada sanad dan rawi,jika sanad dan Rawinya sempurna maka mantannya pun bisa
diamalkan. Disamping itu pula matan pun memiliki syarat tertentu untuk dijadikan
sebagai penguat atas keshohihan hadist,agar dapat dipahami oleh pembaca dan tidak
memiliki kekeliruan makna dari suatu hadist. Berikut adalah contoh sanad, matan,dan
rawi yang sempurna:

‫سلَّ َم‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫ي‬ ِِّ ‫ َع ِن النَّ ِب‬،َ ‫ َع ْن أَ ِبي ه َُري َْرة‬،‫ َع ْن أ َ ِبي ِه‬،‫س َه ْي ٍل‬
ُ ‫ام ٍر أَبُو‬
ِ ‫ َحدَّثَنَا نَافِ ُع ْبنُ َما ِل ِك ب ِْن أ َ ِبي َع‬:َ‫ قَال‬،‫َج ْعفَ ٍر‬
‫ َو ِإذَا اؤْ ت ُ ِمنَ خَان‬،‫ف‬ َ
َ َ‫ َو ِإذَا َو َعدَ أ ْخل‬،‫ب‬ َ َ‫َّث َكذ‬
َ ‫ ِإذَا َحد‬:‫ث‬ ٌ َ‫ق ثَال‬ ُ
ِ ِ‫ آيَة ال ُمنَاف‬:َ‫قَال‬

Telah menceritakan kepada kami Sulaiman Abu ar Rabi’ berkata, telah menceritakan
kepada kami Isma’il bin Ja’far berkata, telah menceritakan kepada kami Nafi’ bin
Malik bin Abu ‘Amir Abu Suhail dari bapaknya dari Abu Hurairah dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Tanda tanda munafik ada tiga; jika
berbicara dusta, jika berjanji mengingkari dan jika diberi amanat dia khianat.” (HR.
Bukhari).
Hadits tersebut memiliki rawi dan sanad yang sempurna, sehingga matannya
dapat sahabat muslim imani. Matannya menjelaskan tentang ciri-ciri orang munafik,
yaitu orang yang suka berbohong, ingkar janji, dan khianat. Rasullah
menerangkannya secara jelas, bahwa orang munafik adalah orang yang tidak pernah
bisa memegang ucapannya sendiri.

Berikut adalah syarat-syarat matan untuk penguat keshohihan hadist:

1. Tidak Tertuduh Dusta.


Rawi yang adil menjadi syarat utama dalam hadits shohih, karena
kekuatan hafalan dan kejujuran menjadi hal yang penting dalam menyampai
kan sebuah hadits. Jika matan tertuduh dusta atau bohong, maka apa yang
diriwayatkan oleh rawi tidak bisa lagi menjadi sebuah hadits yang dapat
dipercaya.

2. Tidak Mengandung Syadz.


Syadz dalam hadits yaitu kejanggalan, jika matan hadits mengandung
kejanggalan maka keshohihannya tidak ada. Kejanggalan ini biasanya terjadi
karena kurang hafalan atau lemahnya ingatan rawi, sehingga apa yang
disampaikan kepada rawi lainnya menjadi samar dan tidak jelas, dan terjadilah
kejanggalan hadits yang biasanya menjadi perdebatan ulama.

3. Diriwayatkan melalui Jalan Lain Jika hadits mengandung syadz dan tertuduh
dusta, kemudian matannya diriwayatkan melalui jalan lain, maka hadits
tersebut dianggap hasan dan bukan shohih. Maksud jalan lain di sini, yaitu
banyak perawi yang meriwayatkannya. Bahkan bisa terdiri dari 2 rangkaian
sanad sekaligus, sehingga keshohihannya dapat dipertimbangkan.

B. Perbedaan Sanad dan Matan.


1. Sanad
Sanad menurut bahasa adalah sandaran atau tempat bersandar.
Sedangkan sanad menurut istilah adalah jalan yang menyampaikan kepada
jalan hadits. Dikutip dalam buku "Memahami Ilmu Hadits" oleh Asep Herdi,
secara historis, penggunaan sanad sudah dikenal sejak sebelum datangnya
Islam. Akan tetapi mayoritas penerapan sanad digunakan dalam mengutip
hadits hadits Nabawi, yaitu segala hal yang disandarkan (idlafah) kepada Nabi
SAW.

2. Matan
"Matan" atau "al-matn" menurut bahasa adalah mairtafa'a min al-ardi
atau tanah yang meninggi. Sedangkan menurut istilah adalah "kalimat tempat
berakhirnya sanad". Berkenaan dengan matan atau redaksi hadits.
maka ada beberapa yang perlu dipahami:
a) Ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung pada Nabi
Muhammad atau bukan.
b) Matan hadits itu sendiri dalam hubungan dengan hadits lain yang lebih
kuat sanadnya (apakah ada yang melemahkan atau menguatkan) dan
selanjutnya dengan ayat dalam Al-Qur'an (apakah ada yang bertolak
belakang).

C. Perbedaan Kandungan Matan Hadist.


Periwayatan matan hadits dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1) Riwayat bi al-lafdzi, adalah menyampaikan kembali kata-kata Nabi
dengan redaksi kalimat yang sama dengan apa yang disabdakan Nabi.
Dengan periwayatan ini, maka tidak ada perbedaan antara perawi satu
dengan perawi lainnya dalam menyampaikan hadits Nabi.
2) Riwayat bi al-ma’na, periwayatan dengan makna yang terkandung dalam
hadits namun redaksinya berbeda dengan yang diucapkan Nabi.

Cara kedua inilah yang menyebabkan timbulnya perbedaan kandungan matan hadits.
Banyak sekali hadits yang ada di dalam kitab-kitab karya para perawi yang ditulis
dengan redaksi yang sedikit banyak berbeda redaksi kalimatnya, meskipun makna
yang dikandung sama.

D. Sebab-sebab Terjadinya Perbedaan Kandungan Matan


Yang dimaksud dengan “kandungan matan” di sini adalah teks yang terdapat
di dalam matan suatu Hadits mengenai suatu peristiwa, atau pernyataan, yang
disandarkan kepada Rasul SAW. Atau, tegasnya, kandungan matan adalah redaksi
dari matan suatu Hadits.
Penyebab utama terjadinya perbedaan kandungan matan suatu Hadits adalah
karena adanya periwayatan Hadits secara makna (riwayat bi al-ma’na), yang telah
berlangsung sejak masa Sahabat, meskipun di kalangan para Sahabat sendiri terdapat
kontroversi pendapat mengenai periwayatan secara makna tersebut. Untuk lebih
jelasnya, berikut ini akan diuraikan mengenai penyebab utama terjadinya perbedaan
kandungan matan Hadits tersebut.

E. Ciri- Ciri Matan Yang Sempurna


Tolak ukur penelitian matan yang dikemukakan oleh para ulama tidak seragam.
Menurut Al Khatib al Baqdadiy, suatu matan hadits barulah dinyatakan sebagai maqbul
(diterima karena kualitas shahih) apabila:
a) Tidak bertentangan dengan akal sehat
b) Tidak bertentangan dengan hukum Al Qur’an yang telah muhkam (ketentuan
hukujm yang telah tetap)
c) Tidak bertentangn dengan hadits mutawatir
d) Tidak bertentangan dengan amalan yang telah menjadi kesepakatan ulama masa
lalu
e) Tidak bertentangan dengan dalil yang telah pasti
f) Tidak bertetangan dengan hadits ahab yang kualitas kesahihannya lebih kuat

Sedangkan menurut jumhur ulama, tanda-tanda matan hadits yang palsu adalah:
a) Susuanan bahasanya rancu
b) Kandungan pernyataannya bertentangan dengan akal sehat dan sulit
diinterpretasikan secara rasional
c) Kandungan penyataannya bertentangan dengan tujuan pokok ajaran Islam
d) Kandungan pernyataannya sunnatullah hukum alam
e) Kandungan pernyataanya bertentangan dengan fakta sejarah
f) Kandungan pernyataanya bertentangan dengan petunjuk Al Quran ataupun
hadits mutawatir yang telah mengandung petunjuk pasti
g) Kandungan pernyataanya berada diluar kewajaran diukur dari petunjuk umum
ajaran Islam.

Salahuddin al Adlabiy menyimpulkan bawa tolak ukur untuk meneliti matan ada
empat macam, yaitu:
a) Tidak bertentangan dengan petunjuk Al Quran
b) Tidak bertentangan dengan hadits yang lebi kuat
c) Tidak bertentangn dengan akla sehat, indra dan sejarah
d) Susunan pernyataannya tidak menunjukkan ciri-ciri sabda kenabian.

F. Pembagian Hadist Berdasarkan Kualitas Matan


Hadits adalah setiap perkataan, perbuataan, atau ketetapan yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam bahasa lain, hadits ialah setiap informasi yang
disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Misalnya, ketika kita mengatakan
“Rasulullah SAW pernah berkata” atau “Rasulullah SAW pernah melakukan..”,
secara tidak langsung pernyataan tersebut sudah bisa dikatakan hadits.
Dalam memelajari hadits, yang sering menjadi persoalan adalah tentang kebenaran isi
serta sumbernya. Benarkah Rasul pernah melakukan atau mengucapkannya? Sebab
itu, mengetahui kebenaran sebuah informasi yang mengatasnamakan Rasulullah
(hadits) sangatlah penting. Para ulama hadits membagi hadits berdasarkan kualitasnya
dalam tiga kategori, yaitu hadits shahih, hadits hasan, hadits dhaif.

1. Hadits Shahih
Hadits shahih ialah hadits yang sanadnya bersambung, diriwayatkan
oleh perawi yang berkualitas dan tidak lemah hafalannya, di dalam sanad dan
matannya tidak ada syadz dan illat. Mahmud Thahan dalam Taisir Musthalahil
Hadits menjelaskan hadits shahih adalah:

‫ما اتصل سنده بنقل العدل الظابط عن مثله إلى منتهاه من غير شذوذ وال علة‬

Setiap hadits yang rangkaian sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh


perawi yang adil dan dhabit dari awal sampai akhir sanad, tidak terdapat di
dalamnya syadz dan ‘illah.

2. Hadist Hasan
Hadits hasan hampir sama dengan hadits shahih, yaitu hadits yang
rangkaian sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang adil dan
dhabit, tidak terdapat syadz dan ‘illah. Perbedaan dari kedua jenis hadits ini
adalah kualitas hafalan perawi hadits hasan tidak sekuat hadits shahih. Ulama
hadits sebenarnya berbeda-beda dalam mendefenisikan hadits hasan. Menurut
Mahmud Thahhan, defenisi yang mendekati kebenaran adalah definisi yang
dibuat Ibnu Hajar. Menurut beliau hadits hasan ialah:

‫هو ما اتصل سنده بنقل العدل الذي خف ضبطه عن مثله إلى منتهاه من غير شذوذ وال علة‬

Hadits yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi adil, namun


kualitas hafalannya tidak seperti hadits shahih, tidak terdapat syadz dan
‘illah.

3. Hadist Dhoif
Hadits dhaif ialah hadits yang tidak memenuhi persyaratan hadits shahih dan
hadits hasan. Dalam Mandzumah Bayquni disebutkan hadits hasan adalah:

‫ فهو الضعيف وهو اقسام كثر‬# ‫وكل ما عن رتبة الحسن قصر‬


Setiap hadits yang kualitasnya lebih rendah dari hadits hasan adalah dhaif
dan hadits dhaif memiliki banyak ragam.
Dilihat dari definisinya, dapat dipahami bahwa hadits shahih adalah hadits yang kualitasnya
paling tinggi, kemudian di bawahnya adalah hadits hasan. Para ulama sepakat bahwa hadits
shahih dan hasan dapat dijadikan sebagai sumber hukum. Sementara hadits dhaif ialah hadits
yang lemah dan tidak bisa dijadikan sebagai sumber hukum. Namun dalam beberapa kasus,
menurut ulama hadits, hadits dhaif boleh diamalkan selama tidak terlalu lemah dan untuk
fadhail amal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Matan secara bahasa artinya sesuatu yang menjulang dan tinggi di atas tanah.
Secara istilah, matan adalah suatu kalimat tempat berakhirnya sanad. Secara
singkatnya matan adalah isi dari sebuah hadist. Matan sendiri bukan penentu sebagai
keshohihan suatu hadist,namun penentu shohih atau tidak suatu hadist tergantung
kepada sanad dan rawi,jika sanad dan Rawinya sempurna maka mantannya pun bisa
diamalkan. Disamping itu pula matan pun memiliki syarat tertentu untuk dijadikan
sebagai penguat atas keshohihan hadist,agar dapat dipahami oleh pembaca dan tidak
memiliki kekeliruan makna dari suatu hadist

syarat-syarat matan untuk penguat keshohihan hadist:


1. Tidak Tertuduh Dusta.
2. Tidak Mengandung Syadz.
3. Diriwayatkan melalui Jalan Lain Jika hadits mengandung syadz dan tertuduh
dusta,
Perbedaan Sanad Dan Matan Adalah Sanad menurut bahasa adalah sandaran atau
tempat bersandar Sedangkan Matan adalah mairtafa'a min al-ardi atau tanah yang
meninggi. Sedangkan menurut istilah adalah "kalimat tempat berakhirnya sanad"
Ciri- Ciri Matan Yang Sempurna Yaitu :
a) Tidak bertentangan dengan akal sehat
b) Tidak bertentangan dengan hukum Al Qur’an yang telah muhkam (ketentuan
hukujm yang telah tetap)
c) Tidak bertentangn dengan hadits mutawatir
d) Tidak bertentangan dengan amalan yang telah menjadi kesepakatan ulama
masa lalu
e) Tidak bertentangan dengan dalil yang telah pasti
f) Tidak bertetangan dengan hadits ahab yang kualitas kesahihannya lebih kuat
DAFTAR PUSTAKA
https://semilicity.wordpress.com/2008/12/28/klasifikasi-hadits-berdasrkan-matannya/
https://www.scribd.com/doc/92221946/Pembagian-Hadits-Dari-Segi-Kualitas-Rawi-Sanad-
Matan-Hadits-Bersambung-Terputus-Sanad-Dan-Kehujahan
https://sahabatmuslim.id/pengertian-matan-syarat-contoh/
http://guntursatriajati.blogspot.com/2015/01/pembagian-hadis-berdasarkan-kualitas.html
https://ponpes.alhasanah.sch.id/pengetahuan/macam-macam-hadits-berdasarkan-kualitasnya/

Anda mungkin juga menyukai