MU’TAZILAH
STIT-SIFA BOGOR
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas Ilmu Kalam kelas 1C dari Bapak
Ahmad Sofyan, M. Si . Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah
wawasan kepada pembaca tentang Pengertian sampai Sekte - sekte yang terkandung
dalam Mu'tazilah
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan
ketaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap
adanya kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah
ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aliran mu'tazilah lahir pada tahun 120 H, pada abad permulaan kedua
hijriyah di kota Basrah dan mampu bertahan sampai sekarang, aliran ini telah
muncul pada pertengahan abad pertama hijriyah yakni di istilahkan pada para
sahabat yang memisahkan diri atau bersikap netral dalam peristiwa politik
yakni peristiwa meletusnya perang jamal dan perang sifik,yang kemudian
mendasari sejumlah sahabat yang tidak mau terlibat dalam konflik tersebut
dan memilih untuk menjauhkan diri mereka dan memilih jalan tengah.
Doktrin Ajaran, Di sisi lain yang melatar belakangi munculnya aliran
mu'tazilah adalah sebagai respon persoalan teologis yang berkembang
dikalangin hawarij dan mu'tazilah akibat adanya peristiwa tahkim.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Pengertian Mu'tazilah !
2. Jelaskan Secara Rinci Istilah Dari Mu'tazilah !
3. Siapa saja tokoh - tokoh yang terlibat dalam Mu'tazilah ?
4. Apa saja Sekte sekte dalam Mu'tazilah ?
5. Apa saja Ajaran yang ada di dalam Mu'tazilah ?
C. Tujuan
1. Pembaca mampu Menjelaskan pengertian dari Mu'tazilah
2. Pembaca mampu Menjelaskan istilah yang terkandung dalam Mu'tazilah
3. Pembaca mampu menjelaskan sejarah dari Mu'tazilah
4. Pembaca mampu menyebutkan dan menjelaskan perjalanan hidup tokoh
dari Mu'tazilah
5. Pembaca mampu menjelaskan dan menyebutkan ajaran - ajaran yang
terkandung dalam Mu'tazilah
BAB II
PEMBAHASAN
MU'TAZILAH
A. Istilah Mu'tazilah
Istilah Mu'tazilah berasal dari kata i'tizal yang berati memisahkan diri,
asl usulnya nama ini diberikan oleh orang dari luar yang namanya, Washil
bin Atha'karna tidak sependapat dan memisahkan diri dari gurunya, Hasan al-
Bashri kemudian disetujui oleh pengikut Mu'tazilah dan digunakan sebagai
nama dari bagi aliran teologi mereka. Sejarah munculnya aliran mu'tazilah
oleh para kelompok pemuja dan aliran mu'tazilah tersebut muncul di kota
Bashrah (Iraq) abad 2 Hijriyah, tahun 105 -- 110 H, masa pemerintahan
khalifah Abdul Malik Bin Marwan dan khalifah Hisyam Bin Abdul Malik.
Pelopornya penduduk Bashrah mantan murid Al-Hasan Al-Bashri yang
bernama Washil bin Atha' AlMakhzumi Al-Ghozzal ini adalah,. Jika Tuhan
dikatakan Maha Mengetahui maka itu bukan sifat-Nya tapi Dzat-Nya.
2) Al-'Adl
Ajaran pokok al-Muktazilah yang kedua adalah al-'adl yang berarti
keadilan Tuhan. Al-'Adl adalah konsep yang mengandung arti bahwa
segala sesuatu yang dilakukan oleh Tuhan adalah baik dan Dia tidak
melakukan yang buruk. Tuhan juga tidak akan meninggalkan sesuatu
yang wajib dikerjakannya. Jika ternyata ada sesuatu yang terjadi di
alam ini yang buruk, maka dibalik itu semua ada hikmah yang baik,
karena Tuhan tidak menginginkan pemandangan.
Washil bin Atha’ mulai belajar dan mendalami agama Islam di Madinah.
Ketika ia tumbuh dewasa, pengaruh Islam di bawah pemerintahan Khalifah al-
Walid I (86-96 H/705-715 M) sedang meluas hingga mencapai Andalusia. Saat
dewasa, ia bermukim di Bashrah. Di kota tersebut, Washil berhubungan dan
menimba ilmu dari banyak tokoh intelektual muslim, terutama Hasan al-Basri.
Selama hidupnya, Washil bin Atha’ memperoleh julukan al-Gazzal (penenun).
Sebab, dia gemar sekali berkeliling dalam pasar tenun dan memberikan
sumbangan kepada buruh-buruh melarat di kilang-kilang tenun. Sejumlah
kitab berpengaruh juga lahir dari pemikiran Washil bin Atha’. Misalnya, kitab
Tabaqat al-Murji'ah, Tabaqat al-'Ulama wa al-Juhala, Kitab al-Taubah, Kitab
Manzilah bain al-Manzilatain, dan Khutbah al-Tauhid wa al-Adl.
Pada mulanya, Washil bin Atha' adalah murid ulama terkenal, Hasan Al-
Bashri. Namun, Washil bin Atha' kemudian mengembangkan paham teologi
tersendiri sehingga menentang pendapat gurunya tersebut. Alkisah, suatu kali
Hasan Al-Bashri menjelaskan pokok-pokok ajaran Khawarij yang
memfatwakan bahwa pelaku dosa besar dihukum kafir. Hasan Al-Bashri
mengomentari bahwa pelaku dosa besar tidak bisa digolongkan sebagai orang
kafir, tetapi masin berstatus mukmin sepanjang ia beriman.
4. Al-Jahiz
Al- Jahiz Abu Usman bin Bahar mengemukakan kepercayaan akan
hukum alam yang oleh aliran Mu'tazilah disebut Sunatullah. Ia menjelaskan
bahwa perbuatan-perbuatan manusia terwujud sepenuhnya oleh manusia itu
sendiri, melainkan ada pengaruh hukum alam.
5. Al-Jubba'i
Al-Jubba'I adalah menemukan guru Abu Hasan al- Asy'ari para pendiri
aliran Asy'ariah. Pendapatnya yang masyhur adalah mengenai kalam Allah,
sifat Allah, kewajiban manusia, dan daya akal. Ia mengatakan bahwa Allah
tidak memiliki sifat.
Ajaran Mu'tazilah pada dasarnya adalah lebih dari akal pada wahyu,
sehingga mereka mengandalkan rasionalitas. Dan pada faktanya didalam diri
aliran mereka sendiri banyak sekali perbedaan pandangan pokok. Dan itu
salah satu bukti bahwa dokktrin dan pandangan mereka bisa dikatakan sesat
dan menyesatkan. Seperti pandangan bahwa semua perbuatan manusia tidak
ada sangkut pautnya dengan Tuhan.
2) Aliran Bagdad
Tokoh-Tokoh yang terdapat pada aliran Ini Yaitu :
a) Bisyr Bin al-Mu'tamar (Wafat 210 H.)
b) Abu Musa al-Murdar (Wafat 226 H.)
c) Sumamah Bin al-Asyras (Wafat 213 H.)
d) Ahmad Bin Abi Du'ad (Wafat 240 H.)
D. Rasionalisme Mu'tazilah
Mu'tazilah adalah suatu Aliran pemikiran dalam Islam yang berusaha membahas
masalah dasar-dasar agama dengan cara filosofis dan menjauhi kemusyrikan dan
menyesuaikan kepercayaan agama dengan akal pikiran. Aliran ini di Indonesia belum
begitu dikenal karena tidak pernah didiskusikan dengan cara yang baik, karena
dianggap mempunyai pendapat-pendapat yang menyimpang dari ajaran agama Islam
yang benar. Anggapan salah ini muncul karena banyaknya pembaca yang membaca
buku dari karangan orang-orang Ahlussunnah yang dianut oleh sebagian besar umat
Islam di Indonesia. Dengan cara tegas penulis mengatakan bahwa Aliran Mu'tazilah di
Indonesia tidak ada, karena Aliran Mu'tazilah mempunyai ushulul khamsah ( Hanafi,
1979, hal 47 ). yaitu : At-tauhid, Al 'adl, Wa'id, Al Mazilatu Bainal Manzilataini dan
Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Wawancara Penulis dengan Harun Nasution tanggal 21
September 1988 ). Belum tentu pokok-pokok ajaran dasar Mu'tazilah itu cocok untuk
umat muslim di Indonesia, tetapi cara berpikir yang Rasional dibawa Aliran Teologi
Mu'tazilah itu cocok untuk kita (Umat Islam di Indonesia), dan pemikiran Rasional
memang sudah berjalan dikalangan kaum terpelajar. Di Indonesia mempunyai dasar
Negara Pancasila, kita mesti mengakui yang lima sila itu. Kalau hanya satu sila
namanya belum Pancasilais, begitu pula, Mu'tazilah, kalau hanya mengakui satu sila
disebut dengan Mu'tazilah.
Jadi yang diperlukan bagi umat Islam di Indonesia yang sedang giat membangun
adalah pemikiran Rasional yang dibawa Mu'tazilah. Bukan Mu'tazilahnya (Ushulul
Khamsah) tetapi Teologi yang dinamis, yaitu percaya pada kekuatan akal manusia,
percaya pada ilmu pengetahuan dan percaya pada, hukum alam ini yang penting.
Perlunya memperkenalkan paham Teologi Rasional yang dibawa Mu'tazilah di
Indonesia adalah agar pemikiran Rasional Mu'tazilah itu dipahami orang, karena umat
Islam zaman lampau itu dipahami orang, karena umat Islam zaman lampau itu maju
disebabkan memakai paham Rasional, orang eropa sekarang maju karena memakai
paham Rasional. Teologi Rasional itu akal kuat, manusia mempunyai
kebebasan, ilmu pengetahuan diakui dan hukum alam diakui. Ini yang membawa
kepada kemajuan, tetapi kalau Teologi Tradisional yang kuat berpegang pada tradisi
kita tidak maju, karna terikat pada tradisitradisi dan adat istiadat dan pikiran lama.
Tetapi kalau umat Islam Indonesia ingin maju, pakailah Teologi Rasional dalam
memahami Al Qur'an dan Hadits Nabi SAW. Untuk menghadapi perkembangan-
perkembangan IPTEK sekarang ini umat Islam Indonesia pakailah Teologi Rasional,
jangan pakai Teologi Tradisional, karena kalau kita, pakai Teologi rasional kita mudah
menghadapi permasalahan yang sedang kita, hadapi sekarang ini dalam mengikuti
lajunya perkembangan dunia, tetapi kalau kita memakai Teologi Tradisional kita, akan
kacau dan static hingga umat Islam dianggap menghambat pembangunan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah Mu'tazilah berasal dari kata i'tizal yang berati memisahkan diri.
Secara umum, kemunculan al-Muktazilah memiliki dua versi yang berbeda, versi
pertama mengatakan bahwa kemunculan Muktazilah berawal dari Perang Shiffin
antara Ali dan Muawiyah. Golongan yang menghindar dari ke dua orang tersebut
disebut al-Muktazilah. Versi yang kedua adalah pada saat pengajian Hasan al-Bashri
di Bashrah, yang mana Washil Bin Atha' memisahkan diri dari Hasan al-Bashri karena
Washil berbeda pendapat tentang posisi seorang muslim yang bersalah besar, sehingga
ia al-Muktazilah. Jadi menurut penulis kata al-Muktazilah mungkin sudah digunakan
pada saat Ali dan Muawiyah berselisih, namun belum berbentuk aliran, karena
golongan tersebut memisahkan diri dari keduanya dalam masalah politik, dan bukan
masalah keagamaan. Aliran al-Muktazilah dalam artian aliran muncul pada versi yang
kedua.
Secara Garis Besar, Sekte Al-Muktazilah Terbagi Dua :
1. Aliran Bashrah
2. Aliran Baghdad.
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/aminatulfitriyah6158/5ba
c382112ae9450da1987c2/pengertian-mu-tazilah
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Muktazilah
https://www.google.com/amp/s/amp.tirto.id/sejarah-mutazilah-tokoh-aliran-
pemikiran-dan-doktrin-ajarannya-gixq
https://pecihitam.org/tokoh-tokoh-aliran-mutazilah-dan-pemikirannya/
https://youchenkymayeli.blogspot.com/2015/04/mengenal-aliran-
muktazilah.html?m=1