Anda di halaman 1dari 12

IREDHO FANI PSIKIS-Jurnal Psikologi

REZAEfektivitas Islami Vol.


Pelaksanaan 1 No.
Ibadah 1 (2015)
dalam 105-115
Upaya… |105

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN IBADAH


DALAM UPAYA MENCAPAI KESEHATAN MENTAL

Iredho Fani Reza

Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Jalan. Ir. Haji Juanda No. 95 Ciputat Tanggerang Selatan 15412
iredhofanireza@gmail.com

Abstrak

Kajian penelitian ini membuktikan bahwa individu yang memahami dan menghayati pelaksanaan
ibadah, mampu mengatasi permasalahan kehidupan yang sedang dialami, sehingga cenderung
memiliki kesehatan mental yang baik. Kajian penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya dari
Christian Zwingmann, Larson dan Dadang Hawari yang menyatakan bahwa pendekatan agama
berperan dalam mengatasi masalah-masalah psikologis dan fisik individu.Kajian penelitian ini
berbeda dengan pendapat beberapa tokoh besar seperti Sigmund Freud, Richard Dawkins dan
Nietzsche yang memandang agama sebagai sisi negatif terhadap kesehatan jiwa individu. Individu
yang beragama dianggap sebagai penderita neurosis, menderita delusi dan ide tentang Tuhan hanya
akan menghambat kreativitas manusia. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan
rancangan grounded theory. Populasi dalam penelitian ini, merupakan Jema’ah di salah satu Masjid
di daerah Kota Tanggerang Selatan,.Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini,
menggunakan teknik pusposive sampling. Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian
ini bersumber dari data primer dan data sekunder. Adapun data primer dalam penelitian ini meliputi
metode wawancara dan metode observasi, yang berpedoman pada teori dari Audah dan Mursa yang
mengungkapkan indikator kesehatan mental yang terdiri dari: 1) Dimensi spiritual; 2) Dimensi
Psikologis; 3) Dimensi Sosial; 4) Dimensi Biologis.Sedangkan data sekunder meliputi metode
dokumentasi.Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data Model Miles
and Huberman yang terdiri dari tahap reduction, displaydan verification.

Kata Kunci: Pelaksanaan Ibadah, Kesehatan Mental

Pendahuluan kesehatan mental pada masyarakat di


Dimasamodern sekarang ini, banyak beberapa daerah Republik Indonesia. Menurut
perubahan dalam pelbagai aspek Badan Kesehatan Dunia (WHO), kesehatan
kehidupan.Mulai dari aspek ekonomi, mental adalah kemampuan adaptasi seseorang
pendidikan, tradisi dan budaya, yang semakin dengan dirinya sendiri dan dengan alam
maju pesat. Tidak jarang, dapat membuat sekitar secara umum, sehingga merasakan
sebagian orang yang tidak mampu beradaptasi senang, bahagia, hidup dengan lapang,
terhadap kemajuan zaman, maka terganggu berperilaku sosial secara normal, serta mampu
kesehatan mentalnya. Berdasarkan hasil riset menghadapi dan menerima pelbagai
yang dilakukan oleh Balitbangkes RI (2013) kenyataan hidup (Dalam Utsman Najati,
menunjukkan bahwa ada indikasi penuruan 2008).
106| PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 1 No. 1 Juni 2015

Menurut Maslow dan Mitelmann, bio-psiko-sosio-spiritual (Dalam Dadang


individu yang normal dengan mental yang Hawari, 1997).
sehat memiliki kriteria diantaranya: 1) Akan tetapi, ada sebagian tokoh yang
Memiliki perasaan aman; 2) Memiliki menganggap bahwa peranan agama dalam
penilaian diri dan wawasan rasional; 3) kehidupan manusia merupakan aspek negatif.
Memiliki spntanitas dan emosionalitas yang Menurut Sigmund Freud, ide tentang Tuhan
tepat; 4) Mempunyai kontak dengan realitas merupakan satu versi tentang citra Bapak, dan
secara efisien; 5) Memiliki dorongan- keyakinan keagamaan yang bersifat kekanak-
dorongan dan nafsu-nafsu jasmaniah yang kanakan dan neurotis. Agama yang otoriter
sehat, serta memiliki kemampuan untuk tidak memiliki fungsi apa-apa dan hanya
memenuhi dan memuaskanya; 6) Mempunyai mengalienasi manusia dari dirinya
pengetahuan diri yang cukup; 7) Mempunyai sendiri.Lebih lanjut menurut Audah dan
tujuan hidup yang adekuat; 8) Memiliki Mursa, bahwa spirit yang memiliki iman
kemampuan untuk belajar dari pengalaman kepada Allah dan aktivitas ibadah kepada-
hidupnya; 9) Ada kesanggupan untuk Nya merupakan indikator penting untuk
memuaskan tuntutan-tuntutan dan kebutuhan- menunjukkan bahwa seseorang telah berhasil
kebutuhan dari kelompoknya; 10) Ada sikap meraih kesehatan mental (Dalam Utsman
emansipasi yang sehat terhadap kelompoknya Najati, 2008).
dan terhadap kebudayaan; 11) Ada integrasi Akan tetapi, ada tokoh besar psikologi
dalam kepribadiaannya (Dalam Kartini dan kontemporer lainnya lainnya yang
Kartono, 2009). memandang bahwa agama memiliki peranan
Dari pengertian dan kriteria yang positif dalam kehidupan manusia, yaitu
disebutkan, belum memasukan unsur William James.Pendapat James menyatakan
spiritualitas atau agama sebagai bagian dari bahwa tidak ragu lagi bahwa terapi yang
kesehatan mental. Sebagaimana menurut terbaik bagi keresahan jiwa adalah keimanan
Daradjat, kesehatan mental ialah terwujudnya kepada Tuhan.Keimanan kepada Tuhan
keserasiaan yang sungguh-sungguh antara adalah salah satu kekuatan yang harus
fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya dipenuhi untuk membimbing seseorang dalam
penyesuaian diri antara manusia dengan hidup (Dalam Djamaluddin Ancok dan Fuad
dirinya sendiri dan lingkungannya, Nashori Suroso, 2011).
berlandaskan keimanan dan ketakwaan, seta Selanjutnya, berdasarkan studi
bertujuan untuk mencapai hidup yang pendahuluan yang dilakukan oleh
bermakna dan bahagia di dunia dan di akhirat peneliti.Terdapat sebuah fenomena yang
(Dalam Ramayulis, 2013). dalam pandangan peneliti unik dan layak
Pada tahun 1959, Organisasi untuk diungkap.Peneliti melakukan observasi
Kesehatan Dunia (WHO) belum memasukan terhadap salah seorang yang bekerja sebagai
dimensi spiritual/religius sebagai salah satu tukang ojek.Yang menarik dari tukang ojek
indikator kesehatan mental.Akan tetapi, pada ini, setelah dilakukan observasi, individu
tahun 1984, perhatian terhadap agama mulai tersebut rajin dan rutin melaksankan
ditunjukkan sebagai salah satu indikator serangkaian ibadah di salah satu satu Masjid
kesehatan mental. Menurut WHO, yang di Kota Tanggerang Selatan.Serangkaian
dimaksud sehat adalah tidak hanya sehat pelaksanaan ibadah yang dilakukan seperti
dalam arti fisik, psikologik, dan sosial, tetapi seperti pelaksanaan salat, zikir, membaca
juga sehat dalam arti spiritual/agama yang alquran dan mengikuti ceramah agama
dihimpun dalam empat dimensi sehat yaitu (Observasi pada tanggal 10 Maret 2014).

ISSN: 2502-728X
IREDHO FANI REZAEfektivitas Pelaksanaan Ibadah dalam Upaya…|107

Adapun yang menjadi pertanyaan Landasan Teori


besar dalam benak peneliti, mengapa individu Dekonstruksi Kebenaran: Kritik Terhadap
tersebut rutin menjalani serangkaian Pandangan Tokoh
pelaksanaan ibadah di Masjid. Apakah hanya Dalam perkembangan historis,
sekedar kewajiban formalitas ajaran agama ? pendekatan agama terhadap kesehatan mental
Atau sebuah kebiasaan ? Atau ada motiv lain tidak mudah diterima begitu saja oleh
yang terkait. Sedangkan, ruang lingkup kalangan ilmuwan psikologi.Terjadi dualisme
keseharian dari individu tersebut, cenderung pandangan terhadap penggunaan pendekatan
“tidak bernuansa religius”.Dari observasi keagamaan.Ada sebagian ilmuwan yang
yang dilakukan, terlihat bahwa ruang lingkup menyetujui bahkan sebagai pelopor pemerhati
kesehariannya, terindikasi untuk terganggu pendekatan agama dalam aspek kehidupan
mentalnya.Seperti, ruang lingkup orang-orang manusia.Akan tetapi, disisi lain, ada juga
yang cenderung memiliki tingkat perilaku sebagian ilmuwan psikologi dan ilmuwan
menyimpang.Rekan sekerja yang memakai lainnya, yang memandang negatif terhadap
tato dan terdapat beberapa oknum yang peranan agama dalam aspek kehidupan
memalak orang-orang disekitar (Observasi manusia.
dilakukan secara simultan dari tanggal 10 -12 Diantara beberapa tokoh yang
Maret 2014).Sebagaimana menurut memandang negatif peranan agama adalah
Gottesman, bahwa kegoncangan psikologik, Sigmund Freud, yang menyamakan antara
terutama berkenaan dengan pikiran sakit dan aktivitas terperinci dan berulang-ulang yang
histeria, kebanyakannya berasal dari faktor- dilakukan oleh orang yang menderita obsesi
faktor lingkungan (Dalam Hasan Langgulung, dan memiliki perhatian secara detil terhadap
1992). sesuatu, dengan watak repetitive ritual-ritual
Audah dan Mursa menyatakan keagamaan. Menurut Freud, keduanya
indikator kesehatan mental diantaranya memperlihatkan suatu kualitas talismatik
dimensi spiritual, dimensi Psikologis, dimensi (jimat) dan pada dasarnya memiliki sifat
Sosial dan dimensi Biologis.Lanjut menurut protektif. Maka baginya, agama harus dilihat
Audah dan Mursa, bahwa spirit yang sebagai suatu neurosis obsessional universal
memiliki iman kepada Allah dan aktivitas dan neurosis obsessional dilihat sebagai suatu
ibadah kepada-Nya merupakan indikator sistem kegamaan privat (Dalam Peter
penting untuk menunjukkan bahwa seseorang Connoly, 2012).
telah berhasil meraih kesehatan mental Selain itu, kajian yang dilakukan
(Dalam Utsman Najati, 2008). Richard Dawkins (2006) yang menyimpulkan
Berdasarakan kerangka teoritis dan bahwa Tuhan merupakan sebuah delusi, yaitu
memperhatikan permasalahan yang ada, dapat sebuah khayalan yang merusak.Selanjutnya,
di identifikasi beberapa permasalahan seperti Nietzsche mengungkapkan pandangan tentang
mengenai pelaksanaan ibadah, perdebatan “kematian Tuhan”. Bahwasannya manusia
komunitas akademik mengenai peranan tidak lagi dilibatkan oleh dunia transenden,
agama dalam kehidupan manusia, serta tidak lagi berlindung di bawah naungan
sinergi antara agama dengan kesehatan Tuhan. Hal ini dikarenakan, ide Tuhan dalam
mental.Maka penelitian ini difokuskan untuk agama menurut Nietzsche, memusuhi dan
melihat efektivitas pelaksanaan ibadah memerangi kehidupan dan alam, mengibiri
terhadap kesehatan mental. daya-daya vital manusia. Bahwa dengan
“kematian Tuhan” daya kreativitas dan
kemerdekaan manusia terbuka dengan seluas-
108| PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 1 No. 1 Juni 2015

luasnya untuk berkembang penuh (Dalam F. argumen peneliti sebelumnya mengenai


Budi Hardiman,2011). peranan agama.
Akan tetapi tidak semua tokoh
memandang negatif peranan agama dalam Kesehatan Mental: Menuju ManusiaSehat
kehidupan manusia.William James Psikis dan Fisik
mengatakan bahwa tidak ragu lagi bahwa Sebagai seorang manusia, pasti
terapi yang terbaik bagi keresahan jiwa adalah mengalami yang namanya cobaan dalam
keimanan kepada Tuhan.Keimanan kepada menjalani kehidupannya. Apabila seseorang
Tuhan adalah salah satu kekuatan yang harus tidak dapat mengendalikan atau melepaskan
dipenuhi untuk membimbing seseorang dalam diri dari cobaan yang datang terhadap dirinya,
hidup (Dalam Djamaluddin Ancok dan Fuad cenderung akan menggagu kesehatan mental
Nashori Suroso, 2011). individu. Menurut el-Quussiy (1986)
Penelitian yang dilakukan oleh kesehatan mental ialah keserasian yang
Zwingmann dkk (2006) terhadap pasien sempurna atau integrasi antara fungsi-fungsi
penderita kangker payudara di Jerman.Hasil jiwa yang bermacam-macam, disertai
penelitia menunjukkan bahwa antara kemampuan untuk menghadapi kegoncangan-
pemecahan masalah melalui agama dapat kegoncangan jiwa yang ringan, yang biasa
mengatasi depresi pada pasien penderita terjadi pada orang, di samping secara positif
kangker payudara di jerman.Selanjutnya dapat merasakan kebahagiaan.Sebagaimana
penelitian yang dilakukan oleh Larson, yang diterangkan dalam firman Allah dalam
menunjukkan bahwa ada hubungan antara QS.ali-Imran ayat 186:
komitmen agama dengan penyakit

kardiovaskuler.Dalam studi yang dilakukan
Larson disebutkan bahwa, kelompok yang
menjalankan ibadah keagamaan secara rutin, 
memiliki resiko lebih rendah untuk terkena
kardiovaskuler (Dalam Dadang Hawari, 
1997).
Artinya:
Pentingnya peranan agama dalam
“Kamu sungguh akan di uji terhadap
kesehatan mental, hal ini dikarenakan agama
hartamu dan dirimu, dan kamu sungguh-
memiliki nilai-nilai yang terkandung di
sungguh akan mendengar dari orang-orang
dalamnya.Hawari mengemukakan,
yang diberi kitab sebelum kamu dan dari
bagaimanapun perubahan-perubahan sosial
orang-orang yang mempersekutukan Allah,
budaya tersebut terjadi, maka pendidikan
gangguan yang banyak menyakitkan hati.Jika
agama hendaknya tetap diutamakan.Sebab
kamu bersabar dan bertakwa, maka
agama terkandung nilai-nilai moral, etik dan
sesungguhnya yang demikian itu termasuk
pedoman hidup sehat yang universal (Dalam
urusan yang patut diutamakan”.
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, 2009).
Selanjutnya Jahoda mengatakan
Berdasarkan penjelasan mengenai
kesehatan mental tidak hanya terbatas pada
pendapat pelbagai tokoh mengenai peranan
absenya seseorang dari gangguan kejiwaan
agama.Terlihat bahwa telah terjadi perdebatan
dan penyakitnya. Akan tetapi, orang yang
komunitas akademik.Dimana setiap kelompok
sehat mentalnya memiliki karakter utama
memiliki paradigma dan bukti secara
sebagai berikut: 1) Sikap kepribadian yang
ilmiah.Oleh karena itu, perlu penelitian
baik terhadap diri sendiri dalam arti dapat
lanjutan untuk menemukan atau memperkuat

ISSN: 2502-728X
IREDHO FANI REZAEfektivitas Pelaksanaan Ibadah dalam Upaya…|109

mengenal diri sendiri dengan baik; 2) “Dan Sungguh akan kami berikan
Pertumbuhan, perkembangan, dan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
perwujudan diri yang baik; 3) Integrasi diri kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-
yang meliputi keseimbangan mental, kesatuan buahan, dan berikanlah berita gembira kepada
pandangan, dan tahan terhadap tekanan- orang-orang yang sabar”.
tekanan yang terjadi; 4) Otonomi diri yang Dari beberapa pemahaman terhadap
mencangkup unsur-unsur pengatur kelakuan kesehatan mental, penulis memfokuskan
dari dalam atau kelakuan-kelakuan bebas; 5) pendapat dari Daradjat yang mengungkapkan
Persepsi mengenai realitas, bebas dari kesehatan mental merupakan terwujudnya
penyimpangan kebutuhan, serta memiliki keserasiaan yang sungguh-sungguh antara
empati dan kepekaan sosial; 6) Kemampuan fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya
untuk menguasai lingkungan dan berintegrasi penyesuaian diri antara manusia dengan
(Dalam A.F. Jaelani, 2001). dirinya sendiri dan lingkungannya,
Magarius mengatakan kesehatan berlandaskan keimanan dan ketakwaan, seta
mental adalah kesediaan seseorang menerima bertujuan untuk mencapai hidup yang
kesanggupannya secara realistik, kesanggupan bermakna dan bahagia di dunia dan di akhirat
seseorang menikmati hubungan-hubungan (Dalam Ramayulis, 2013).
sosialnya, kejayaan seseorang dalam Menurut Arcius, indikator kesehatan
pekerjaanya dan kerelaannya terhadap kerja mental diantaranya: 1) Menerima keadaan
tersebut, kegembiraan hidup secara umum, diri; 2) Menumbuhkan interaksi sosial yang
kesanggupan menghadapi kekecewaan- baik; 3) Mampu menyelesaikan pekerjaan
kekecewaan hidup sehari-hari, luasnya dengan sukses dan merasa puas dengan
horizon kehidupan psikologis, kesanggupan karyanya; 4) Mampu menghadapi kehidupan
memuaskan kebutuhan-kebutuhan dan motiv- dan mampu mencari sisi positif dari
motiv, ketetapan sikap, kesanggupan memikul kehidupan tersebut; 5)Merasa berkecukupan;
tanggung jawab pekerjaan dan keputusan dan 6) Berani bertanggung jawa; 7) Memiliki
keseimbangan emosi (Dalam Hasan ketegaran dan kestabilan siri; 8) Mampu
Langgulung, 1992). memnuhi kebutuhan biologis dan psikologi
Hawari mengatakan kesehatan jiwa secara proporsional; 9) Berperan serta dalam
menurut paham ilmu kedokteran adalah satu kegiatan sosial; 10) Memiliki pedoman hidup
kondisi yang memungkinkan perkembangan (Dalam Utsman Najati, 2008).
fisik, intelektual, dan emosional yang oprimal Selanjutnya, tokoh yang menetapkan
dari seseorang dan perkembangan itu berjalan indikator kesehatan mental dengan
selaras dengan keadaan orang lain (Dalam memasukan unsur agama diantaranya,
Dadang Hawari, 1997).Selanjutnya dalam Daradjat menetapkan indikator kesehatan
QS.al-Baqarah ayat 155 disebutkan bahwa mental dengan memasukan unsur keimanan
manusia memang akan menerima cobaan dan ketakwaan diantaranya: 1) Terbebas dari
kehidupan dari Allah Swt: gangguan dan penyakit jiwa; 2) Terwujudnya
keserasiaan antara unsur-unsur kejiwaan; 3)

Mempunyai kemampuan dalam
menyesuaikan diri secara fleksibel dan
 menciptakan hubungan yang bermanfaat dan
menyenangkan antar individu; 4) Mempunyai
Artinya:
kemampuan dalam mengembangkan potensi
diri serta memanfaatkannya untuk dirinya dan
110| PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 1 No. 1 Juni 2015

orang lain; 5) Beriman dan bertakwa kepada adalah individu yang sesuai dimensi spiritual,
Allah dan selalu berupaya merealisasikan psikologis, sosial, biologis.
tuntutan agama dalam keidupan sehari-hari Begitu banyak faktor-faktor yang
sehingga tercipta kehidupa yang bahagia di mempengaruhi aspek kehidupan manusia.
dunia dan di akhirat (Dalam Ramayulis, Akan tetapi dalam kajian ini, akan
2013). diterangkan beberapa pendapat dari tokoh dan
Al-Ghazali menetapkan indikator beberapa hasil penelitian mengenai faktor-
kesehatan mental didasarkan kepada seluruh faktor kegoncangan psikologis yang
aspek kehidupan manusia berupa habl min mempengaruhi kesehatan mental. Penelitian
Allah, habl min al-nas, dan habl min al-alam. yang dilakukan oleh Gottesman,
Adapun indikator kesehatan mental menggunakan alat ukur diagnostic yaitu
diantaranya: 1) Keseimbangan yang terus Minnesota Multiphasic Personality Inventory,
menerus antara jasmani dan rohani dalam yaitu suatu ukuran diagnostic yang banyak
kehidupan manusia; 2) Memiliki kemuliaan digunakan dalam klinik-klinik sebagai alat
akhlak dan kezakiyahan jiwa, atau memiliki bantu dalam diagnostik terhadap beberapa
kualitas iman dan takwa yang tinggal; 3) kumpulan kembar siam. Penelitian ini
Memiliki makrifat kepada Allah (Dalam menghasilkan beberapa temuan diantaranya
Ramayulis, 2013). adalah bahwa kegoncangan-kegoncangan
Selanjutnya menurut Az-Zahrani psikologik, terutama berkenaan dengan
indikasi kesehatan jiwa diantaranya: 1) Sisi pikiran sakit dan histeria, kebanyakannya
Spiritualitas; 2) Sisi Sosial; 3) Sisi biologis berasal dari faktor-faktor lingkungan.
(Dalam Ramayulis, 2013). Menurut Faraj Sedangkan pengaruh faktor-faktor keturunan
indikator kesehatan mental diantaranya: 1) Nampak pada kasus-kasus kerisauan
Merasa aman dan tentram; 2) Bila menerima patologis, depresi psikologis, dan was-was
diri sendiri; 3) Mampu menguasai diri secara (Dalam Hasan Langgulung, 1992).
proporsional ketika dituntut melakukan hal Selanjutnya, penelitian yang dilakukan
yang spontan dan memiliki kemampuan untuk oleh Baron dari Institute of Personality
memulai sesuatu; 4)Mampu menumbuhkan Studies and Measurement. Hasil dari
interaksi aktif dan memuaskan pihak lain; penelitian ini menyatakan bahwa yang
5)Memiliki pandangan yang realistis dalam menjadi faktor-faktor yang mempengauhi
menjalani kehidupan dan bisa menghadapi kesehatan mental diantaranya faktor keluarga
berbagai problem dengan wajar (Dalam yang bersifat tentram, tenteram sosial, tentram
Utsman Najati, 2008). dari segi emosi, dan tentram dari segi
Dari pelbagai macam pendapat ahli ekonomi (Dalam Hasan Langgulung, 1992).
tentang indikator kesehatan mental, penulis Menurut Kartono (2009) usaha untuk
memfokuskan indikator kesehatan mental mencapai mental yang sehat dan penyesuaian
berdasarkan pendapat Audah dan Mursa diri serta adaptasi pada lingkungan ialah
Menurut Audah dan Mursa, indikator struktur kepribadian individu yaitu bagaimana
kesehatan mental diantaranya: 1) Dimensi bentuk respon-responnya yang alami dan
spiritual; 2) Dimensi Psikologis; 3) Dimensi respon-respon pribadi berkat latihan, serta
Sosial; 4) Dimensi Biologis. Sebagaimana cara individu memasak pengalaman-
yang telah disebutkan sebelumnya pada pengalaman hidupnya. Keadaan individu
pendahuluan (Dalam Utsman Najati, tersebut sangat ditentukan oleh faktor-faktor:
2008).Berdasarkan pendapat Audah dan 1) Kondisi dan konstitusi fisik; 2)
Mursa bahwa orang yang sehat mentalnya, Kematangan taraf pertumbuhan dan

ISSN: 2502-728X
IREDHO FANI REZAEfektivitas Pelaksanaan Ibadah dalam Upaya…|111

perkembangan; 3) Determinan (pengalaman sendiri, sehingga menghasilkan perasaan


individu); 4) Kondisi lingkungan dan alam bahagia.
sekitar; 5) Adat istiadat. Populasi dalam penelitian ini,
Berdasarkan penjelasan mengenai merupakan Jema’ah di salah satu Masjid di
kesehatan mental menuju manusia yang seha daerah Kota Tanggerang Selatan,
secara psikologi dan fisik.Untuk mendapatkan Indonesia.Penelitian ini dilakukan dari
kesehatan mental, diperlukan keseimbangan tanggal 17 Maret 2014 sampai 27 Maret 2014.
antara aspek fisik, psikologis, sosial dan Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
spiritual pada diri individu manusia. Dalam ini, menggunakan teknik pusposive sampling,
hal ini, peneliti menekankan pentingnya aspek yaitu dilakukan dengan cara mengambil
spiritual yang berasal dari pelaksanaan ibadah subjek bukan didasarkan atas strata, random
sebagai salah satu cara mendapatkan atau daerah tetapi didasarkan atas adanya
kesehatan mental. tujuan tertentu (Arikunto, 2010). Jumlah
sampel yang berhasil di dapatkan dalam
Metodologi Penelitian penelitian ini berjumlah tiga orang, ditentukan
Penelitian ini merupakan jenis berdasarkan karekteristik yang telah
penelitian kualitatif dengan rancangan ditentukan sebelumnya. Penentuan
grounded theory, yaitu prosedur penelitian karakteristik sampel penelitian, selain diamati
kualitatif yang sistematik, dimana peneliti secara langsung oleh peneliti, dikonsultasikan
melakukan generalisasi satu teori yang juga dengan pengurus harian di Masjid tempat
menerangkan konsep, proses, tindakan, atau penelitian. Adapun karakteristik sampel
interaksi mengenai suatu topik pada level dalam penelitian ini adalah:
konseptual yang luas. Prosedur grounded ini 1) Jemaah yang melaksanakan ibadah seperti
untuk mengembangkan suatu teori yang salat berjema’ah dan mengikuti aktivitas
pengumpulan datanya terutama diperoleh dari keagamaan lainnya di salah satu Masjid di
wawancara, mengembangkan dan Tanggerang selatan.
menghubungkan kategori-kategori (atau tema- 2) Jema’ah yang memiliki usiaantara 23 tahun
tema) informasi, dan mengkomposisi satu sampai 60 tahun.
figur yang menggambarkan teori tersebut 3) Jema’ah dengan jenis kelamin laki-laki
(Alsa, 2010). (hal ini untuk mempermudah proses
Adapun yang dimaksud pelaksanaan pengumpulan data dan mempertimbangkan
ibadah dalam penelitian ini didefinisikan masalah etika dan moral).
sebagai serangkaian perilaku beragama dalam 4) Jema’ah yang bersedia, sehat secara psikis
konteks agama Islam, yang dilakukan dan fisik pada saat penelitian berlangsung.
individu untuk mendekatkan diri kepada Metode pengumpulan data yang
Allah.Ibadah yang dimaksud seperti dipakai dalam penelitian ini bersumber dari
pelaksanaan salat, zikir, membaca alquran dan data primer dan data sekunder.Menurut
mengikuti ceramah agama.Sedangkan Lofland dan Lofland, sumber data utama
kesehatan mental dalam penelitian ini dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan
didefinisikan sebagai terwujudnya keserasian tindakan, selebihnya adalah data tambahan
seluruh potensi kejiwaan yang ditampakkan seperti dokumen dan lain-lain (Dalam
melalui perilaku berlandaskan keimanan dan Moleong, 1991).Adapun data primer dalam
ketakwaan, serta terciptanya penyesuaian diri penelitian ini meliputi metode wawancara dan
terhadap lingkungan sosial dengan diri metode observasi, yang berpedoman pada
teori dari Audah dan Mursa yang
112| PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 1 No. 1 Juni 2015

mengungkapkan indikator kesehatan mental Hasil dan Pembahasan


yang terdiri dari: 1) Dimensi spiritual; 2) Pelaksanaan ibadah dalam konteks
Dimensi Psikologis; 3) Dimensi Sosial; 4) agama Islam, seperti salat berjemaah, berzikir,
Dimensi Biologis (Dalam Utsman Najati, membaca Al-Qur’an, biasanya dilaksanakan
2008).Sedangkan data sekunder meliputi di tempat ibadah yaitu seperti Masjid,
metode dokumentasi. Mushola, dan Surau.Masjid merupakan pusat
Metode analisis data dalam penelitian ibadah, dalam pengertian luas juga
ini, dimulai dengan mengecek validitas dan mencangkup kegiatan muamalat (Rukmana,
reliabilitas data penelitian yang telah 2002). Berdasarkan hasil wawancara peneliti
dikumpulkan.Untuk mengukur validitas dan di tempat penelitian, sebagai salah satu
reliabilitas data yang didapatkan dalam Masjid di kota Tanggerang Selatan, kegiatan
penelitian ini, digunakan teknik triangulasi, peribadahan yang dilakukan terbagi menjadi
menurut Sugiyono, teknik triangulasi lima kegiatan yaitu: 1) Kegiatan harian dengan
merupakan pengecekan data dari pelbagai menyelenggarakan salat berjema’ah lima
sumber dengan pelbagai cara, dan pelbagai waktu; 2) Kegiatan mingguan dengan
waktu (Sugiyono, 2013). mengadakan kajian agama; 3) Kegiatan bulanan
Selanjutnya setelah data yang dengan mengadakan kuliah subuh dan ramah
didapatkan teruji validitas dan realibilitasnya, tamah dua minggu sekali; 4) Kegiatan tahunan
maka langkah selanjutnya melakukan teknik dengan mengadakan perayaan hari besar Islam;
analisis data.Menurut Miles dan Huberman, 5) Seminar dan pelatihan dalam bidang
analisis data kualitatif dilakukan secara keagamaan. Berdasarkan pengamatan yang
interaktif dan berlangsung secara terus dilakukan, terlihat bahwa yang rutin mengikuti
menerus sampai tuntas, sehingga datanya aktivitas beribadah di Masjid, merupakan
sudah jenuh. jemaah yang berusia ± 25 tahun, bahkan ada
Rangkaian proses analisis data dalam yang telah masuk usia lanjut (Wawancara
penelitian ini dilakukan dengan tiga tahapan dengan pengurus Masjid di Kota Tanggerang
dengan menggunakan analisis data Model Selatan pada tanggal 19 Maret 2014 pukul
Miles and Huberman. Pertama, dilakukan 13.15 Wib).
reduction, yaitu merangkum, memilih hal Berdasarkan pengamatan yang
yang pokok, memfokuskan pada hal yang dilakukan, aktivitas pelaksanaan ibadah di
penting, dicari tema dan polanya.Dengan Masjid tempa penelitian tergolong aktif. Baik
demikian data yang telah direduksi, ibadah yang wajib seperti salat lima waktu
memberikan gambaran yang lebih jelas dan (subuh, zuhur, ashar, maghrib, dan isha), juga
mempermudah peneliti untuk melakukan dilaksanakannya aktivitas ibadah seperti
pengumpulan data selanjutnya, dan seminar keagamaan, kajian keagamaan, serta
mencarinya bila diperlukan.Kedua, setelah kegiatan keagamaan lainnya (Observasi
data direduksi, maka langkah selanjutya terhadap jemaah dari tanggal 17 Maret-24
adalah display data, yaitu menyajikan data Maret 2014. Observasi dilakukan secara
dalam bentuk uraian singkat, bagan, simultan, ketika peneliti turut serta dalam
hubungan antar kategori, dan serangkaian aktivitas beribadah di Masjid).
sejenisnya.Langkah ketiga, dilakukan Berdasarkan wawancara yang
verification, yaitu penarikan kesimpulan dan dilakukan dengan beberapa jemaah di Masjid,
verifikasi (Dalam Sugiyono, 2013). rata-rata jawaban jemaah mengenai motif
pelaksanaan ibadah adalah untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan, melalui

ISSN: 2502-728X
IREDHO FANI REZAEfektivitas Pelaksanaan Ibadah dalam Upaya…|113

serangkaian perilaku ibadah seperti salat dan program pendidikan yang bertujuan untuk
zikir. Hal ini dilakukan mengingat, pandangan merealisasikan keseimbangan antara dimensi
dari jemaah, ibadah merupakan kewajiban material dan dimensi spiritual dalam pribadi
seorang muslim sebagai sarana bersyukur atas manusia, diantaranya: 1) Berkonsentrasi
apa yang telah di dapatkan (Wawancara menguatkan dimensi spiritual dalam diri
dilakukan terhadap tiga orang jemaah Masjid. manusia dengan cara beriman dan bertakwa
Waktu pelaksanaan tentatif pada tanggal 17 kepada Allah, dan menjalankan berbagai
Maret 2014 sampai 29 Maret 2014). Hal ini ritual ibadah; 2) Berkonsentrasi untuk
senada dengan pendapat James menegaskan mengendalikan dimensi material dalam diri
bahwa, selama manusia masih memiliki naluri manusia (hawa nafsu); 3) Berkonsentrasi pada
cemas dan mangharap, selama itu pula pengajaran yang meliputi semua aspek tradisi
manusia akan beragama (berhubungan dengan untuk kematangan emosi dan sosial.
Tuhan). Itulah sebabnya mengapa perasaan Dari hasil pengamatan dan wawancara
takut merupakan salah satu dorongan yang yang telah dilakukan, terlihat bahwa
terbesar untuk beragama (Dalam Shihab, cenderung jemaah yang rutin melaksanakan
1996). ibadah memiliki tingkat kesehatan mental
Lebih lanjut, berdasarkan observasi yang baik.Hal ini dikarenakan, ibadah yang
yang dilakukan terhadap beberapa jemaah, dilakukan sebagai proteksi diri dalam
bahwa terlihat jemaah cenderung memiliki menghadapi pelbagai macam tekanan
kesehatan mental yang baik.Terlihat dengan hidup.Hal ini senada dengan penelitian yang
seimbangnya antara aktivitas bekerja dengan dilakukan oleh Zwingmann dkk (2006)
aktivitas pelaksanaan ibadah (Observasi terhadap pasien penderita kangker payudara
terhadap beberapa jemaah dengan bidang di Jerman.Hasil penelitian menunjukkan
pekerjaan berbeda-beda seperti dagang dan bahwa antara pemecahan masalah melalui
ojek (Jemaah yang terjangkau oleh peneliti agama dapat mengatasi depresi pada pasien
untuk diamati) tentatif pada tanggal 17 Maret penderita kangker payudara di jerman.
2014 sampai 29 Maret 2014). Selanjutnya hasil penelitian ini
Selain itu, berdasarkan wawancara didukung oleh penelitian Larson yang
yang dilakukan dengan beberapa orang menunjukkan bahwa ada hubungan antara
jemaah, aktivitas ibadah yang dilakukan komitmen agama dengan penyakit
membuat jemaah merasa beban dalam kardiovaskuler.Dalam studi yang dilakukan
kehidupan ini lebih ringan, seperti setelah Larson disebutkan bahwa, kelompok yang
melaksanakan salat (Wawancara terhadap menjalankan ibadah keagamaan secara rutin,
salah satu jemaah di Masjid pada tanggal 24 memiliki resiko lebih rendah untuk terkena
Maret 2014).Berdasarkan hasil wawancara kardiovaskuler (Dalam Dadang Hawari,
terhadap salah satu jemaah, mengatakan 1997).Pentingnya peranan agama dalam
bahwa, bila mengingat kebutuhan di dunia ini, kesehatan mental, hal ini dikarenakan agama
terutama masalah ekonomi, banyak yang memiliki nilai-nilai yang terkandung di
tidak cukupnya.Akan tetapi, bila bersyukur dalamnya.Hawari mengemukakan,
dengan yang telah di dapatkan, semua terasa bagaimanapun perubahan-perubahan sosial
cukup (Wawancara terhadap salah satu budaya tersebut terjadi, maka pendidikan
jemaah di Masjid pada tanggal 19 Maret agama hendaknya tetap diutamakan.Sebab
2014). agama terkandung nilai-nilai moral, etik dan
Senada dengan pendapat Utsman pedoman hidup sehat yang universal (Dalam
Najati (2008) bahwa dalam Islam terdapat Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan,
114| PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 1 No. 1 Juni 2015

2009).Berdasarkan hasil analisis data pemahaman terhadap pengetahuan keagamaan


kualitatif yang di dapatkan.Dalam hal ini, semampunya.Sehingga melalui pelaksanaan
penulis menyimpulkan ada kecenderungan ibadah, dapat menciptakan kesehatan mental
pengaruh positif antara pelaksanaan ibadah yang baik.
terhadap kesehatan mental.

Kesimpulan dan Saran Referensi


Berdasarkan Kajian penelitian ini
membuktikan bahwa individu yang Alsa, Asmadi. (2010). Pendekatan Kuantitatif
memahami dan menghayati pelaksanaan dan Kualitatif dalam Penelitian
ibadah, mampu mengatasi permasalahan Psikologi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
kehidupan yang sedang dialami, sehingga Cet ke IV.
cenderung memiliki kesehatan mental yang
Ancok, Djamaludin dan Fuad Nashori
baik. Pelaksanaan ibadah dalam konteks
Suroso.(2011). Psikologi Islami;
agama Islam seperti pelaksanaan salat, zikir,
Solusi Islam atas Probem-Problem
membaca Al-Qur’an dan ibadah lainnya,
Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
dapat menjadi cara dalam mendapatkan
Pelajar, Cetakan VIII.
kesehatan mental.
Setiap penelitian, pasti memiliki Arikunto, Suharsimi (2005). Manajemen
kekurangan dan kelemahan.Begitupun dalam Penelitian, Jakarta, Rineka Cipta.
penelitian ini memiliki kekurangan dan
Connoly, Peter. Aneka Pendekatan Studi
kelemahan. Seperti penentuan jumlah sampel
Agama, terjm. Hedi Fajar, judul asli:
yang dirasa masih belum representatif,
Approaches to The Study of Religion.
metodologi penelitian yang digunakan, waktu
(2012). Yogyakarta: LKiS Group.
pelaksanaan penelitian, keterbatasan peneliti
sendiri dalam pelbagai aspek. Oleh karena itu, El-Quussiy, Abdul Aziz. Pokok-Pokok
peneliti memberikan rekomendasi untuk Kesehatan Jiwa/Mental, terjm. Zakiah
penelitian lebih lanjut. Daradjat, judul asli: Ususus Shihhah
Diaharapkan untuk peneliti An-Nafsiyyah. (1986). Jakarta: Bulan
selanjutnya dapat mencari subjek penelitian Bintang.
yang lebih representatif dari segi jumlah,
Hawari, Dadang. (1997). Al-Qur’an; Ilmu
kondisi dan lain sebagainya.Sehingga hasil
Kedoteran Jiwa dan kesehatan Jiwa.
penelitian lebih memiliki kaya
Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, Cet.
data.Selanjutnya diharapkan menggunakan
III.
penelitian kombinasi (mix method) kuantitatif
dan kualitatif.Penelitian ini hanya Jaelani, A.F. (2001). Penyucian Jiwa
menggunakan penelitian kualitatif, sehingga (Tazkiyat Al-Nafs) dan Kesehatan
untuk menentukan hubungan atau pengaruh Mental.Jakarta: Amzah.
kurang dapat memungkinkan.Oleh karena itu,
Kartono, Kartini. (2009). Psikologi Abnormal
disarankan untuk menggunakan penelitian
dan Abnormalitas Seksual.Bandung:
kuantitatif.
Mandar Maju.
Selanjutnya penulis menyarankan
kepada setiap umat Muslim termasuk peneliti Langgulung, Hasan. (1992). Teori-Teori
sendiri, diharapkan mempertahankan aktivitas Kesehatan Mental. Jakarta: Pustaka
pelaksanaan ibadah dan meningkatkan Al-Husna.

ISSN: 2502-728X
IREDHO FANI REZAEfektivitas Pelaksanaan Ibadah dalam Upaya…|115

Moleong, Lexy J. (1991).Metodologi Keserasian al-Qur’an Volume 6.


Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Jakarta: Lentera Hati, Cetakan I..
Karya.
Sugiyono.(2013). Metode Penelitian
Najati, Muhammad Utsman. The Ultimate Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi
Psychology: Psikologi Sempurna ala (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.
Nabi Saw, terjm. Hedi Fajar. judul
Yusuf, Syamsu dan A. Juntika
asli: al-Hadits an-Nabawi wa Ilm an-
Nurihsan.(2009). Landasan
Nafs. (2008). Bandung: Pustaka
Bimbingan dan Konseling. Bandung:
Hidayah.
Rosda.
Ramayulis.(2013). Psikologi Agama. Jakarta:
Zwingmann, Christian, Markus Wirtz,
Kalam Mulia.
Claudia Muller, Jurgen Korber, and
Rukmana, Nana. (2002). Masjid dan Dakwah; Sebastian Murken.(2006). Positive and
Merencanakan, Membangun, dan Negative Religious coping In German
Mengelola Masjid Mengemas Breast Cancer Patients.Journal of
Substansi Dakwah; Upaya Pemecahan Behavioral Medicine, Vol. 29, No. 6,
Krisis Moral dan Spiritual. Jakarta: Springer Science+Business Media,
Al-Mawardi Prima. Inc.

Shihab, M. Quraish. (2002). Tafsir Al-


Mishbah; Pesan, Kesan, dan
106| PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 1 No. 1 Juni 2015

ISSN: 2502-728X

Anda mungkin juga menyukai