Anda di halaman 1dari 14

GADJAH MADA JOURNAL OF PSYCHOLOGY (GAMAJOP)

VOLUME 5, NO. 1, 2019: 83-96


ISSN: 2407-7798
DOI: 10.22146/gamajop.47969

Adversity Quotient pada Pelaku Startup di Yogyakarta: Kegigihan di


Tengah Masalah

Akbar Verezha Bintang Ibrahim1 & Sumaryono2


Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

Abstract. The purpose of this research was to understand the adversity quotient among
startup founders in Yogyakarta. Phenomenology was the approach and analyzed by Miles
and Huberman interactive model. The data collection method in this research was semi-
structured interview. Respondents in this study consisted of three startup founders with these
criteria: 1) aged 18-24 years old, 2) age of startup at least 1 year, 3) based in Yogyakarta, 4)
willing to be interviewed. This study found two forms of adversity quotient on startup
founders: 1) coping strategies and 2) characters. Coping strategies encompassed immediate
problem solving, having goals and visions, taking lessons from problems, and finding
solutions. While the characters consisted of concepts such as responsibility, learning from
experience, having strong principles, persistence, and optimism.

Keywords : adversity quotient; character; coping strategy; persistence; startup

Abstrak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana adversity quotient pelaku startup
di Yogyakarta. Pendekatan yang digunakan adalah fenomenologi dan dianalisis dengan
model interaktif Miles dan Huberman. Metode pengambilan data menggunakan wawancara
semi terstruktur dengan pedoman wawancara yang dibuat oleh peneliti. Berdasarkan hasil
penelitian, ditemukan dua bentuk adversity quotient pada pelaku startup, yaitu strategi coping
dan karakter. Strategi coping mencakup menyelesaikan masalah dengan segera, memiliki
tujuan dan visi, mengambil hikmah, dan mencari solusi. Karakter pada pelaku startup
mencakup beberapa konsep seperti bertanggung jawab, belajar dari pengalaman, teguh pada
prinsip, pantang menyerah, dan optimis.

Kata kunci : adversity quotient; karakter; kegigihan; startup; strategi koping

Perusahaan rintisan atau biasa dikenal tertinggi di Asia Tenggara. Jumlah startup
dengan startup saat ini menjadi salah satu di Indonesia diperkirakan akan meningkat
fokus Pemerintah Indonesia agar tidak jumlahnya hingga 13.000 pada tahun 2020
tertinggal dengan negara-negara lain (Kure, 2016).
(Budiman, 2016). Startup adalah Startup bisa menjadi salah satu upaya
perusahaan yang baru saja dijalankan dan alternatif pemerintah dalam mengurangi
usianya belum genap 5 tahun (Sari & angka pengangguran (Shohib, 2013).
Sitepu, 2016). Tercatat jumlah startup di Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh
Indonesia di tahun 2016 berkisar di angka Global Entrepreurship Monitor di tahun
2.000. Jumlah tersebut merupakan yang 2014 menunjukkan bahwa generasi muda

1 Korespondensi mengenai isi artikel ini dapat


dilakukan melalui verezha@gmail.com
2 atau melalui sumaryono.cendix@ugm.ac.id

E-JOURNAL GAMAJOP 83
IBRAHIM & SUMARYONO

di Indonesia sudah memiliki keinginan Dampak dari kegagalan startup


untuk membuat startup. Sebesar 41% dapat berakibat buruk bagi sang pendiri.
responden perempuan dan 34,3% Mendapatkan tekanan besar seperti itu
responden laki-laki bahkan sudah dapat menyebabkan depresi. Banyak dari
memiliki startup sendiri di usia antara 25 – mereka yang tidak mengutarakan ini
34 tahun. Mayoritas di Indonesia, orang- karena merasa takut akan kegagalan
orang memutuskan untuk memulai (Harbison, 2014). Kegagalan dapat
sebuah startup setelah menyelesaikan menyebabkan pengalaman emosional dan
Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan traumatis (Cope, 2011). Apabila harga dari
persentase laki-laki 59,1% dan perempuan kegagalan yang didapat (keuangan, sosial,
56,2% (Nawanglupi et al., 2015). dan psikologis) terlalu besar dibandingkan
Sebagai suatu usaha yang sedang dari pelajaran yang didapat dari
dirintis, startup rentan akan kegagalan. kegagalan, para pelaku startup memilih
Startup kerap menghadapi masa-masa untuk tidak melanjutkan aktivitas dalam
kritis pada usia 1-5 tahun petama (Sari & dunia usaha (Ucbasaran et al., 2013).
Sitepu, 2016). Administrasi U. S Sm all Dikutip dari website Business Insider
Business menunjukkan bahwa sebesar 71% (Shontell, 2013), seorang pendiri startup
bisnis gagal dalam waktu empat tahun dan Ecomom bernama Jody Sherman
85% gagal di tahun kelima (Sine, ditemukan bunuh diri setelah startup
Haveman, & Tolbert, 2005). Tidak jauh miliknya tersebut bangkrut. Kegagalan
berbeda dengan di Indonesia, Hari Jody Sherman menjalankan startup-nya
Sungkari sebagai Deputi Bidang tersebut diketahui karena ketidak-
Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif, mampuannya mengatur keuangan
menjelaskan tingkat kegagalan startup di (Shontell, 2013).
Indonesia mencapai angka 90% (Yusuf, Untuk menghadapi tantangan dan
2016). tekanan akan kegagalan dibutuhkan
Echdar menjelaskan bahwa faktor- kekuatan untuk menghadapinya, Stoltz
faktor internal yang dapat menyebabkan (2000) berpendapat bahwa salah satu
kegagalan dalam menjalankan startup kekuatan yang dibutuhkan adalah
antara lain kurangnya komitmen untuk seberapa jauh individu mampu bertahan
mencapai kesuksesan dalam diri pendiri menghadapi tekanan dan kemampuan
startup, perencanaan yang kurang matang, untuk mengatasinya atau disebut dengan
pengelolaan uang yang kurang baik, dan adversity quotient. Stoltz (2000) menjelaskan
manajemen yang tidak tegas (dalam Sari & adversity quotient adalah daya juang
Sitepu, 2016). Selain itu, faktor eksternal seseorang dalam menghadapi kesulitan
seperti peran pemerintah juga memiliki atau ketahanan seseorang menghadapi
andil dalam kegagalan startup. Contohnya situasi yang menekan. Jika tidak memiliki
di Yogyakarta, kurangnya pemahaman adversity quotient yang tinggi maka
dan perhatian tentang startup berbasis dikhawatirkan para pendiri startup mudah
digital membawa efek negatif. Untuk bisa mengalami frustasi saat mengalami masa-
mengembangkan startup berbasis digital, masa sulit menjalankan startup (Shohib,
dibutuhkan dukungan lebih dari 2013). Hal terpenting ketika mereka gagal,
infrastruktur seperti koneksi internet yang mereka tidak hanya belajar dari kegagalan,
memadai dan peraturan perlindungan namun juga tetap positif dan termotivasi
pada startup lokal agar bisa bersaing melalui adversity quotient yang kuat
dengan produk luar negri (Fathin, (Markman & Baron, 2003). Adversity
Achidsti, & Priambodo, 2016). quotient telah terbukti berkontribusi dalam

84 E-JOURNAL GAMAJOP
ADVERSITY QUOTIENT, KEGIGIHAN, STARTUP

keberhasilan berwirausaha (dalam 3.) startup berdomisili di Yogyakarta, 4.)


penelitian ini adalah startup) karena bersedia dengan sukarela dan tanpa
memungkinkan para pelaku startup paksaan mengikuti penelitian dari awal
bertahan dalam usaha tersebut (Overall & hingga akhir.
Wise, 2016). Melalui ketekunan mereka, Metode yang digunakan untuk
para pelaku startup dapat belajar dari mengumpulkan data dalam penelitian
kegagalan yang dialami dan membantu kualitatif bisa melalui wawancara,
mereka dalam usaha yang dijalankan observasi, dokumentasi, dan trianggulasi
berikutnya (Huovinen & Tihula, 2008). data (Sugiyono, 2008). Metode yang
Terlibat dalam dunia startup yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penuh dengan risiko, membutuhkan wawancara. Wawancara adalah proses
ketahanan dan adversity quotient yang baik memperoleh informasi dengan cara tanya
untuk bisa meraih kesuksesan. Bahkan jawab sambil bertatap muka antara pencari
Harbison (2014) menyebutkan bahwa informasi dengan responden atau
kegagalan adalah hal yang hampir pasti narasumber, dengan atau tanpa pedoman
dilalui dalam dunia startup. Mereka yang pertanyaan wawancara (Bungin, 2001).
mudah menyerah akan mengalami Menggunakan wawancara dalam
kegagalan, namun bagi mereka yang gigih penelitian kualitatif maka peneliti dapat
dan mampu menghadapi masa-masa sulit memahami dunia dari sudut pandang
dapat terus melanjutkan startup-nya. Oleh responden, membuka arti dari
karena itu, hal ini mendorong peneliti pengalaman hidupnya, dan juga untuk
untuk mencari tahu adversity quotient pada membuka kehidupannya lewat kacamata
penlaku startup dalam menghadapi ilmiah (Brinkmann & Kvale, 2015).
masalah-masalah selaman menjalankan Wawancara yang digunakan dalam
startup. penelitian ini adalah semi terstruktur. Ciri-
ciri dari wawancara semi-terstruktur
Metode adalah pertanyaan terbuka namun ada
batasan pada tema dan alur pembicaraan,
Responden penelitian dipilih dengan kecepatan wawancara dapat diprediksi,
metode purposive sam pling. Purposive dan ada pedoman wawancara yang dapat
sam pling dipilih karena merupakan teknik dijadikan patokan dalam alur, serta
yang berdasarkan pada ciri-ciri yang tujuannya adalah untuk memahami suatu
dimiliki oleh responden yang dipilih, fenomena (Herdiansyah, 2015).
karena ciri-ciri tersebut sesuai dengan Teknik analisis data yang digunakan
tujuan penelitian yang akan dilakukan. dalam penelitian ini adalah model
Strategi yang digunakan dalam purposive interaktif menurut Miles & Huberman
sam pling adalah typical sam pling yang (1994). Tahapan-tahapan beserta alur
merupakan strategi untuk kasus-kasus teknis analisis model interaktif menurut
bersifat unik atau khas atau indiviu- Miles & Huberman adalah 1)
individu yang memiliki karakteristik unik pengumpulan data, 2) reduksi data, 3)
(Herdiansyah, 2015). Adapun kriteria penyajian data, dan 4) kesimpulan atau
inklusivitas responden yang verifikasi.
dipertimbangkan dalam penelitian ini Pada saat peneliti melakukan
yaitu; 1.) berusia 18 – 24 tahun, 2.) usia pendekatan dan berkomunikasi dengan
startup berbasis digital yang dijalankan responden, melakukan observasi,
minimal satu tahun dan masih aktif membuat catatan lapangan, itu semua
berjalan hingga penelitian ini dilakukan, merupakan proses pengumpulan data

E-JOURNAL GAMAJOP 85
IBRAHIM & SUMARYONO

yang nantinya akan diolah. Sepanjang Terdapat enam tema besar yang
penelitian dilakukan, maka sepanjang itu ditemukan dalam diri responden KR, yaitu
pula proses pengumpulan data dilakukan. penyebab masalah dalam menjalankan
Reduksi data merupakan startup, dampak masalah pada responden,
penggabungan dan penyeragaman data strategi coping, strategi dalam
yang diperoleh menjadi satu bentuk mengembangkan startup, dukungan sosial,
tulisan yang akan dianalisis. Pada dan karakter. Selama lebih dari satu tahun
penelitian ini maka hasil wawancara akan menjalankan startup, KR menceritakan
diolah menjadi verbatim wawancara. bahwa ia mendapatkan berbagai masalah
Setelah data-data yang diperoleh yang harus dihadapinya. Masalah tersebut
telah diformat atau diubah sesuai dengan menurutnya disebabkan oleh banyak
instrumen pengumpul data dan telah faktor. Bisa disebabkan oleh dirinya
berbentuk tulisan, langkah berikutnya sendiri, faktor internal tim, dan faktor
adalah penyajian data. Penyajian data eksternal. Dampak masalah yang dihadapi
yaitu mengolah data setengah jadi yang oleh KR berpengaruh pada perasaan dan
sudah seragam ke dalam matriks tenaganya. KR menjelaskan bahwa ketika
kategorisasi sesuai tema-tema yang sudah menghadapi permasalahan tim internal
dikelompokkan dan dikategorikan, serta yang sempat bergonta-ganti anggota,
akan memecah tema-tema tersebut ke dirinya merasa sedih. Masalah ekternal
dalam bentuk yang lebih konkret dan yang muncul dari program inkubasinya
sederhana yang disebut dengan sub-tema, juga membuat perasaanya tak menentu.
yang diakhiri pemberian kode dari sub- Selain itu ia juga merasakan lelah fisik
tema tersebut. karena ritme jadwal yang tidak bekerja
Kesimpulan dalam rangkaian sebagaimana mestinya. KR menjelaskan ia
analisis ini secara esensial berisi tentang beberapa kali kelelahan menghadapi
uraian dari seluruh sub-kategorisasi tema masalah-masalah tersebut.
yang tercantum pada tabel kategorisasi Dalam menghadapi masalah-
dan koding yang sudah diselesaikan. masalah tersebut, KR melakukan strategi-
strategi, baik strategi menyelesaikan
Hasil masalah maupun strategi untuk
mengembangkan startupnya. Strategi ini
Terdapat tiga responden dalam penelitian merupakan perwujudan aspek dari
ini, yaitu KR, AM, dan RF. KR menjadi adversity quotient berupa control dan
responden pertama yang peneliti temui endurance. Saat menghadapi masalah
untuk pengambilan data, tepatnya tanggal berupa anggota tim yang silih berganti, KR
24 Mei 2017. KR merupakan seorang memutuskan untuk langsung menawari
perempuan yang menjadi CEO sebuah teman-temannya bergabung di timnya.
startup yang sudah berjalan sekitar dua Selain itu KR juga merasa penting untuk
tahun. RF merupakan seorang laki-laki mengajak berdiskusi jika menghadapi
yang menjadi CEO sebuah startup yang masalah. Sebelum berdiskusi pun biasanya
sudah berjalan sekitar dua tahun. AM KR juga sudah menyiapakan solusi untuk
merupakan responden laki-laki yang ditawarkan.
menjadi CTO sebuah startup yang sudah Perwujudan adversity quotient KR
berjalan sekitar satu tahun. Peneliti juga dilihat dari karakter. KR memiliki
melakukan pengambilan data berupa karakter bertanggung jawab, optimis,
wawancara masing-masing 3 kali pada tiap mampu belajar dari pengalaman, dan bisa
responden. memotivasi diri sendiri. Sebagai seorang

86 E-JOURNAL GAMAJOP
ADVERSITY QUOTIENT, KEGIGIHAN, STARTUP

CEO, KR memiliki rasa tanggung jawab strategi koping, strategi mengembangkan


yang tinggi atas apa yang ia kerjakan dan startup, dan karakter. Selama menjalankan
juga atas nasib dari teman-temannya. KR startup, AM merasakan banyak masalah
menyadari dirinya mengemban tugas yang yang dialami. Hal itu terkait dengan
lebih besar sebagai seorang pemimpin masalah dalam tim itu sendiri, masalah
sehingga besar pula tanggung jawab yang finansial, masalah eksternal, dan juga
ia punya. KR juga optimis dengan masalah yang datang dari dirinya sendiri.
kemampuannya untuk membawa startup- AM menyoroti masalah dalam timnya
nya lebih baik. Ia merasa yakin dengan yang muncul karena kurangnya
dirinya sendiri. Walaupun ia kekompakan masing-masing anggota. AM
mengutarakan belum tentu mengetahui melihat tiap anggota kurang menunjukkan
cara yang tepat unutk menyelesaikan komitmen pada startup, seperti sulit
masalah, setidaknya ia merasa mampu dihubungi, pekerjaan tidak selesai tepat
dulu. KR juga memiliki pengalaman usaha waktu, dan juga sulit untuk ditemui.
sebelumnya yang kemudian hal tersebut Menurut AM hal itu dikarenakan masing-
memberikan pengaruh baginya dalam masing anggota punya kesibukan yang
menentukan keputusan dan kebijakan lain. Bagi AM masalah ini jelas
yang harus ia ambil. KR menyadari bahwa menghambat kinerja tim.
ia banyak belajar dari pengalaman usaha Dampak dari masalah sangat
sebelum menjalankan startup. KR juga dirasakan oleh AM. Masalah yang terjadi
memotivasi dirinya ketika ada masalah. Ia membuat merasa pesimis dengan
menjelaskan ketika dia memiliki tujuan keberlangsungan startup-nya. Ia menyoroti
dan visi yang jelas, ia termotivasi untuk kekompakan timnya yang dianggap masih
menghadapi masalah. kurang. Ia tidak begitu yakin kalo startup-
Selain itu, dukungan sosial nya ini bisa berjalan dengan baik ke
memberikan pengaruh bagi KR. depannya. Ditambah lagi menurutnya ia
Dukungan sosial pertama datang dari tim belum menemukan model bisnis yang
inernalnya. Walaupun sempat beberapa tepat. Ia juga merasakan kecemasan
kali berganti anggota, KR merasa saat ini dengan kondisi startup-nya yang seperti
timnya lebih menunjukkan komitmen dan itu. AM juga mengakui bahwa aktivitas
kesngguhan. KR juga mendapatkan lain di luar startup menjadi terganggu.
fasilitas tempat dan wifi dari program Aktivitas tersebut yang dimaksud adalah
inkubasi tempatnya bernaung. Dengan kuliah. AM memang memprioritaskan
begitu KR memiliki kantor tetap untuk sebagian besar waktunya untuk startup,
startup-nya. Hal ini menguntungkan bagi oleh karena itu ia merasa intensitas
KR karena dapat meningkatkan rasa aktivitas yang lain menjadi menurun.
percaya konsumen kepada startupnya. Untuk menyelesaikan masalah-
Dukungan juga datang dari instansi masalah tersebut, AM melakukan cara-
pemerintahan. KR menceritakan bahwa cara atau strategi yang merupakan
startupnya diajak bekerjasama perwujudan dari adversity quotient. AM
menciptakan sebuah program. KR merasa merasa bahwa masalah yang dihadapi
hal ini dapat memberikan keuntungan bagi harus segera diselesaikan. Hal ini ia
dirinya dan startupnya. jelaskan bahwa dirinya sebisa mungkin
Terdapat lima tema besar yang segera menyelesaikan tugas-tugas agar
ditemukan pada diri responden AM, yaitu tidak menjadi masalah baru nantinya. Ia
peenyebab masalah dalam menjalankan tidak mau jika nanti tugasnya menjadi
startup, dampak masalah pada responden, terbengkalai dan menghambat kerja

E-JOURNAL GAMAJOP 87
IBRAHIM & SUMARYONO

anggota lain. Selain itu menceritakan sebagai seorang pemimpin di startup-nya


bahwa ia menjaga komunikasi dengan yang mana ia memikul tugas yang lebih
anggota lain saat ada masalah. Selain itu ia berat dan kompleks.
menceritakan bahwa tim startup lain juga Dampak dari masalah-masalah yang
membantunya memberi saran. Hal ini dihadapi RF diraskan pada aktivitas,
karena startup lain juga pernah mengalami pikiran, dan perasaannya. Tanpa
masalah serupa. AM juga menceritakan menyebutkan permasalahannya, RF
bahwa timnya juga rutin mengadakan menjelaskan bahwa masalah yang
evaluasi kinerja tim. Selain itu, ada juga dihadapi cukup mengganggu aktivitas di
evaluasi menyeluruh setiap tiga bulan. luar startup-nya. RF menyatakan bahwa ia
Perwujudan adversity quotient AM menjadi kepikiran pada masalah yang
juga dilihat dari karakternya. AM adalah dihadapi saat sedang mengerjakan hal lain.
orang yang belajar dari pengalaman, Alhasil RF harus memompa semangat
khususnya saat menghadapi masalah. Ia yang lebih untuk menjalani aktivitasnya
menceritakan pengalaman menghadapi yang lebih. FR menceritakan bahwa karena
masalah yang membuatnya belajar dan masalah yang dihadapinya, ia merelakan
merasa semakin mampu untuk aktivas yang lain tidak berjalan sesuai
menyelesaikan masalah. AM juga rencana. Selain itu, RF juga merasa bahwa
merupakan orang yang bertanggung waktu dan tenaga yang ia curahkan untuk
jawab. Meskipun AM bukan berposisi startup-nya masih belum sepadan dengan
sebagai CEO, ia merasa juga memiliki hasilnya. RF merasa kadang ia tidak
tanggung jawab ikut menyelesaikan bersamangat ketika apa yang
masalah. Baginya apabila ia bisa menangi diusahakannya tidak sebanding dengan
sendiri masalahnya, ia tak perlu bantuan hasilnya sementara ia melihat temannya
dari orang lain.AM juga menunjukkan lain secara usaha lebih kecil dengan bekerja
karakter tidak takut gagal. AM memang di kantor namun mendapatkan hasil yang
memiliki pengalaman gagal dengan startup lebih baik.
sebelumnya. AM melihat apabila nantinya Dalam menyelesaikan masalah-
startup yang sekarang ini gagal, itu bukan masalahnya, RF menunjukkan adversity
menjadi masalah baginya. Menurut AM quotient yang terwujud dalam strategi
yang terpenting ia bisa mengambil coping. RF melakukan beberapa cara untuk
pelajaran dan pengalaman. Ia juga menyelesaikan masalah atau untuk
menambahkan bahwa memang startup menenangkan dirinya. Ketika RF
yang sekarang bukan merupakan tujuan mengetahui masalah berupa anggota tim
akhir. yang sering berganti, ia mencoba untuk
Terdapat lima tema besar yang mempertahankan mereka. Proses tersebut
ditemukan pada diri responden RF, yaitu dilakukan dengan menanyakan kembali
penyebab masalah dalam menjalankan alasan, tujuan, dan visi mereka berada di
startup, dampak masalah pada responden, startup tersebut. Bagi RF, memiliki tujuan
strategi coping, dukungan sosial, dan dan visi penting untuk menjaganya tetap
karakter. Selama dua tahun menjalani bersemangat. Ketika RF merasa down dan
startup, RF menemui masalah yang muncul tidak bersemangat, ia mengingat kembali
dari dalam dirinya sendiri, tim internal, apa tujuan dan visinya. Hingga sejauh ini
dan juga lingkungan keluarga. Masalah RF merasa belum bisa merealisasikannya
yang dihadapi karena bersumber dari sehingga ia tidak mau mudah menyerah
dirinya sendiri menurutnya sering ia dan patah semangat.
alami. Hal ini tak lepas dari peranannya

88 E-JOURNAL GAMAJOP
ADVERSITY QUOTIENT, KEGIGIHAN, STARTUP

Wujud lain dari adversity quotient RF berbagai pihak. Ia pernah mendapat


adalah karakter. RF menyadari bahwa ia kesempatan oleh pihak kampusnya untuk
orang yang memiliki jiwa sosial yang melakukan konfrensi pers untuk launching
tinggi. Hal ini merupakan buah dari startup-nya. Selain itu ia juga mendapatkan
didikan orangtuanya. Memiliki jiwa sosial fasilitas tempat berupa kantor yang bisa ia
ini juga menjadi awal mula ide startup gunakan untuk startup-nya. Selain itu, RF
miliknya. RF menjelaskan bahwa ia ingin juga aktif mengikuti acara-acara seputar
berguna dan memberi manfaat bagi orang startup. Melalui acara tersebut, RF
lain. Ingin bermanfaat bagi orang lain mengaku bahwa ia mendapat dukungan
merupakan alasannya mendirikan startup. dengan ditawari pendanaan oleh beberapa
Hal itu pula yang membuat dirinya tidak investor.
mau mudah menyerah menjalankan
startup-nya. RF juga memiliki pandangan Diskusi
jauh ke depan. Ia sudah merencanakan
untuk menjual startup-nya atau Menjalankan sebuah startup bukanlah hal
menawarkan diakuisisi saat lima tahun yang mudah karena usaha yang dirintis
yang akan datang. Hal inilah yang tersebut pasti akan menemui kendala atau
membuatnya bersemangat untuk masalah dalam proses berkembangnya.
membesarkan startup-nya dalam lima Dibutuhkan kegigihan dan kemauan
tahun ini. RF memberikan alasan ingin untuk mengatasi masalah-masalah yang
menjual startup karena ada hal yang masih dihadapi agar startup dapat terus berjalan.
ingin ia raih. Meskipun sebenarnya saat ini Stoltz menyebutkan bahwa adversity
sudah ada beberapa pihak yang tertarik quotient atau daya juang disebut sebagai
untuk mengakuisisi startup-nya, RF masih kunci kesuksesan untuk mengatasi
menolak. Sebagai seorang CEO, RF merasa masalah-masalah yang dialami.
memiliki tanggung jawab atas timnya. Hal Pembahasan ini bertujuan untuk
itu ia jelaskan dengan rasa ingin mengetahui bagaimana adversity quotient
memberikan gaji bagi timnya. Ia ingin bisa pada pelaku startup.
memberikan penghasilan bagi orang- Peneliti menemukan kesamaan
orang yang selama ini sudah bekerja bentuk adversity quotient yang
bersamanya. Menurutnya itulah tanggung diperlihatkan ketiga responden. Bentuk
jawab seorang CEO. Selain itu RF juga adversity quotient tersebut tertuang dalam
menyadari batas kemampuannya. Ia karakter diri dan cara coping responden
menjelaskan bahwa ia tidak tertarik terhadap masalah. Karakter pada ketiga
dengan bidang manajamen operasional. Ia responden yang ditemukan pada peneliian
merasa itu bukan keahliannya. Namun ini adalah bertanggung jawab, belajar dari
mengetahui bahwa startup-nya sedang pengalaman, teguh pada prinsip, pantang
menuju hal yang lebih komplek dan menyerah, dan optimis. Strategi coping
membutuhkan hal yang berkaitan dengan yang muncul pada ketiga responden
operasional, ia memutuskan untuk adalah segera menyelesaikan masalah,
mempelajarinya. Walaupun baginya hal memiliki tujuan dan visi, mengambil
tersebut bukan hal yang disenanginya, ia hikmah dari masalah, dan mau mencari
mau belajar. solusi. Sebelum lebih dalam pembahasan
Perwujudan adversity quotient RF terkait bentuk adversity quotient, peneli
dipengaruhi oleh dukungan sosial. RF terlebih dahulu akan membahas faktor-
menceritakan bahwa selama menjalankan faktor lain yang memengaruhi
startup ia menerima dukungan dari terbentuknya adversity quotient.

E-JOURNAL GAMAJOP 89
IBRAHIM & SUMARYONO

Ketiga responden memiliki kemampuan dan keahlian dalam hal


kesamaan yaitu masalah yang dihadapi tertentu. KR menjelaskan bahwa masalah
dalam menjalankan startup. Dalam yang datang dari dirinya sendiri adalah
menjalankan startup memang tidak akan kesalahan yang ia buat dalam memilih
lepas dari kendala atau kesulitan, baik keputusan, sehingga progres startup-nya
yang muncul dari dalam internal tim terasa lambat dalam setahun ke belakang.
maupun di luar tim. faktor masalah dalam Perannya sebagai seorang CEO
menjalankan startup. Masalah bisa membuatnya memiliki kewenangan lebih
bersumber dari beberapa pihak. Pertama, untuk mengambil keputusan dan
ketiga responden merasa penyebab kebijakan, namun peran tersebut masih
masalah muncul dari faktor tim internal terkendala keterbatasan kemampuan pada
atau tim startup itu sendiri. KR dirinya. Sementara AM menjelaskan
menjelaskan masalah yang dialaminya bahwa masalah yang muncul dari dirinya
disebabkan oleh anggota tim nya beberapa adalah keterbatasan pengetahuan
kali mengalami pergantian sehingga menggunakan teknologi. Teknologi
membuat kinerja tim menjadi terhambat. memang sudah menjadi tanggung jawab
Selain itu, KR juga kehilangan figur Chief AM karena dirinya adalah seorang CTO.
Technology Officer (CTO) sehingga proses Keterbatasan pemahaman itu yang
startup-nya masih belum maksimal. membuat pekerjaan jadi lambat dikerjakan
Sementara AM menjelaskan bahwa dan menghambat pekerjaan anggota yang
penyebab masalah muncul dari tim startup- lain. Bagi RF, meskipun tak menjelaskan
nya saat ini dirasa kurang kompak dan lebih detail tentang apa masalah yang
kurang menujukkan komitmen sehingga muncul dari dirinya sendiri, namun ia
kinerja jadi begitu lamban bahkan mengaku bahwa ia juga tak lepas dari
beberapa pekerjaan terbengkalai. Menurut kesalahan terlebih lagi posisinya sebagai
AM, penyebab ini yang masih menjadi seorang CEO yang memikul peran yang
pekerjaan rumah paling besar bagi startup- lebih besar. Masalah-masalah yang
nya. Sementara RF juga menjelaskan disebabkan dari dalam diri sendiri tersebut
penyebab munculnya masalah terjadi dijelaskan oleh Everett dan Watson (1998)
karena perbedaan visi dan tujuan di dalam bahwa penyebab masalah atau kegagalan
timnya sehingga beberapa kali terjadi startup itu muncul karena kurangnya
pergantian tim. Selain itu menurut RF keterampilan manajemen.
masalah juga muncul karena sulitnya Selain masalah yang muncul dari
mengatur ego masing-masing anggota, dalam diri startup itu sendiri, hasil temuan
ditambah lagi kurangnya pemahaman juga menunjukkan ketiga responden
pembagian peran job desc.. Penyebab dari mendapatkan masalah yang disebabkan
masalah-masalah internal dalam startup ini dari luar startup. Bagi responden KR dan
seperti yang sudah disampaikan oleh AM, keduanya menyebutkan bahwa
Fredland & Morris (1976) yaitu masalah masalah disebabkan dari tugas yang
pada startup dapat disebabkan dari faktor diberikan oleh program inkubasi tempat
endogen seperti urusan internal dalam startup mereka bernaung. Tugas yang
mengelola tim.. diberikan tersebut dirasa kurang sejalan
Ketiga responden juga menilai dengan progres startup itu sendiri sehingga
bahwa diri mereka sendiri mempunyai membuat jadwal yang berbenturan. KR
kontribusi sebagai penyebab terjadinya menceritakan bahwa konsentrasinya
masalah. Masalah yang muncul dari terpecah untuk mengerjakan dua kegiatan
sendiri ini tak terlepas dari keterbatas sekaligus, yaitu tugas dari program

90 E-JOURNAL GAMAJOP
ADVERSITY QUOTIENT, KEGIGIHAN, STARTUP

inkubasi dan tujuan yang ingin dicapai kegiatan lain di luar startup. Dampak
startup-nya. Tak jauh berbeda dengan KR, tersebut dirasakan pada segi fisik, pikiran,
AM merasa bahwa tugas dari program dan perasaan. KR menjelaskan bahwa
inkubasi sangat menyita waktu. Tujuan dampak masalah yang dihadapinya
yang ingin dicapai startup-nya bahkan menimbulkan perasaan yang jadi tak
disebutkan sampai terbengkalai dan tidak menentu, antara emosi positif dan negatif.
berhasil karena sibuk menyelesaikan tugas Selain itu ia juga merasakan fisiknya
tersebut. Sementara RF mengalami menjadi lelah dan letih karena harus
masalah dari lingkungan keluarganya menyelesaikan masalah-masalah tersebut.
yang menuntut RF untuk mendapatkan Namun baginya, ia tetap mampu fokus
penghasilan lebih baik. Hal Ini karena RF beraktivitas di luar startup karena adanya
sebelumnya pernah memiliki pekerjaan faktor lain seperti pengalaman
yang mendapat penghasilan yang lebih terdahulunya. Bagi AM, dampak masalah
baik dari sekarang. Masalah-masalah yang yang dirasakannya ia menjadi pesimis
disebabkan oleh faktor eksternal yang dengan startup-nya. Ia ragu usia startup-
dialami oleh ketiga responden juga nya dapat berumur panjang dikarenakan
dijelaskan oleh Fredland & Morris (1976) kurang kompaknya tim internal. AM juga
bahwa masalah startup juga dapat muncul menjelaskan bahwa aktivita di luar startup-
dari luar kendali individu atau biasa nya menjadi terganggu, karena saat ini ia
disebut dengan faktor eksogen. juga sedang mengerjakan skripsi. Hal ini
Selain masalah internal, diri sendiri, dikarenakan AM meluangkan sebagian
dan eksternal, responden AM menjelaskan besar waktunya untuk startup, sehingga
bahwa salah satu masalah utama yang aktivitas lain menjadi di kesampingkan.
dialam startup-nya disebabkan oleh Sementara RF, merasakan dampak
masalah finansial. AM menjelaskan hingga maasalah seperti aktivitas dan pikirannya
kini startup mereka masih terus berusaha terganggu. Ini juga dikarenakan RF
dengan uang masing-masing. Hal ini yang meluangkan sebagian besar waktunya
menurutnya dirasa akan memberatkan untuk startup, sehingga ketika startup-nya
karena ada yang hidupnya sudah tidak mengalami kendala, hal tersebut
dibiyai orangtuanya lagi. Masalah berdampak pada aktivitas lain. Dampak-
finansial seperti ini juga dijelaskan oleh dampak masalah yang dirasakan oleh
Everett dan Watson (1998) bawah modal responden merupakan perwujudan atau
yang tidak memadai dapat menimbalkan bentuk dari dimensi reach (jangkauan)
masalah. Berbeda dengan kedua dalam adversity quotient. Stoltz (2000)
responden yang tidak mengalami masalah menjelaskan bahwa reach menunjukkan
secara finansial. KR sendiri di luar startup- sejauh mana kesulitan yang dihadapi
nya juga memiliki pekerjaan lain sehingga responden merambah pada aktivitas lain.
baginya finansial bukan masalah pada saat Dari pembahasan sebelumnya ditemukan
ini. Begitupula dengan RF yang memiliki hasil bahwa masalah pada startup
project lain di luar startup-nya. RF sendiri memberikan dampak khusus bagi aktivitas
menjelaskan bahwa startup-nya tidak responden di luar startup.
terkendala dana karena sudah beberapa Cara menyikapi atau strategi coping
kali ditawarkan investasi oleh beberapa pada masalah merupakan bentuk dari
investor. adversity quotient yang dimiliki oleh
Masalah-masalah yang dihadapi responden KR, AM, dan RF. Menghadapi
oleh ketiga responden memberikan masalah internal berupa anggota tim yang
dampak kurang baik pada aktivitas dan beberapa kali berganti, disikapi KR dengan

E-JOURNAL GAMAJOP 91
IBRAHIM & SUMARYONO

baik. Saat ditinggal oleh beberapa Masalah dalam mendapatkan


anggotanya, KR bergerak untuk merekrut konsumen yang sesuai dengan produk
anggota baru dengan cara mengajak juga direspon dengan baik oleh responden
teman-teman dari startup lain yang startup- KR, AM, dan RF. Mereka menunjukkan
nya tidak berjalan. KR menunjukkan bahwa mereka memiliki kendali dan
bahwa ia memiliki kendali atas mampu untuk merespon masalah. KR
masalahnya dan tau bahwa ia harus segera menyikapi masalah dengan terus mencoba
menyelesaikannya. RF saat menghadapi mendatangi calon-calon konsumen.
situasi anggota yang memilih untuk Meskipun ia sudah beberapa kali gagal, ia
keluar, ia menjelaskan bahwa ia mencoba masih terus mencoba. AM menjelaskan
untuk mempertahankan anggotanya cara yang ia lakukan dengan terjun ke
terlebih dahulu. Ia ingin mengingatkan lapangan untuk mengetahui apa yang
lagi apa tujuan, visi, dan alasan diperlukan dan seperti apa kondisi dari
anggotanya berada di startup. Ia masih konsumen. RF melakukan perubahan-
mengusahakan agar anggotanya bertahan. perubahan strategi agar produknya bisa
Walaupun pada akhirnya RF tidak bisa menberi nilai lebih untuk konsumen.
memaksakan untuk menahan anggotanya Ketiga responden menunjukkan
karena tidak mungkin berjalan dengan bahwa mereka memiliki kendali atau
perbedaan tujuan. respon pada masalah yang dihadapi
KR dan RF menunjukkan aspek dengan cara yang berbeda-beda.
kendali yang baik dalam adversity quotient. Responden KR menyikapi masalah
Sebagai seorang CEO, KR dan RF eksternal yang datang dari program
menujukkan perilaku yang baik dalam inkubasi dengan cara membuat peraturan
mengendalikan tim. Berbeda dengan AM sendiri untuk bisa lebih menentukan sikap.
yang merupakan seorang CTO. Ia juga menyikapi masalah dengan
Menurutnya kekompakan tim yang perasaan tenang karena menurutnya
kurang adalah tugas seorang CEO. masalah justru membuat perjalanan
Walaupun begitu ia tetap membantu startupnya lebih seru. Ia juga menjadikan
menjaga keutuhan dan kelancaran tim. AM masalah sebagai pembelajaran dan
mencoba untuk tidak memperburuk pengalaman yang baik untuk dirinya ke
masalah yang terjadi dengan segera depan. AM menjelaskan ia dan timnya
menyelesaikan apa yang menjadi sering mengadakan evaluasi ruitin untuk
tugasnya. Dengan begitu ia tidak membahas kinerja timnya. Hal ini untuk
menghambat pekerjaan anggota lain. Ini membahas dan memperbaiki kekompakan
menunjukkan kendali AM dalam tim. Meskipun menurut peneliti ini bukan
menghadapi masalah. Stoltz (2000) sepenuhnya kendali yang dilakukan oleh
menjelaskan bahwa aspek adversity quotient AM karena evaluasi adalah agenda tim,
adalah kendali (control) yang artinya bukan muncul dari perseorangan. RF
menunjukkan respon individu meghadapi menyikapi masalah dengan selalu ingat
masalah. Individu yang merasa punya bahwa ia memiliki tujuan yang hendak
kendali atau bisa merespon situasi yang dicapai. Ini yang membuatnya tidak
sulit menujukkan ia memiliki adversity mudah menyerah menghadapi masalah.
quotient yang tinggi. Dalam temuan ini, KR RF juga mencoba melihat sisi positif dari
dan RF lebih menujukkan kendali yang masalah dengan mengambil hikmah.
lebih tinggi atas masalah ketimbang AM. Selain cara-cara itu, RF juga biasanya
Perbedaan kendali yang ditunjukkan AM berdiam diri atau jalan-jalan untuk
karena peran dan posisi AM berbeda. menenangkan diri. Terlihat dari ketiga

92 E-JOURNAL GAMAJOP
ADVERSITY QUOTIENT, KEGIGIHAN, STARTUP

responden memiliki kendali atas masalah daya juang pada responden dalam
yang dihadapi meskpipun dengan cara menjalankan startup.
yang berbeda. Perbedaan kendali atau Berdasarkan penjabaran di atas maka
respon yang diberikan ini wajar karena peneliti menyimpulkan bahwa ketiga
situasi dan masalah yang dialami responden memiliki bentuk adversity
ketiganya tidak sama dan juga untuk quotient yang baik berupa strategi coping
merespon suatu masalah bisa dilakukan dan karakter diri. Ketiga responden
dengan beragam cara. menunjukkan strategi coping berupa
Perbedaan sikap dan cara dalam tindakan untuk menyelesaikan masalah.
menyelesaikan masalah dapat dipengaruhi Memiliki respon dalam menyelesaikan
oleh dukungan sosial yang diterima oleh masalah merupakan bagian paling penting
responden Bagi KR dan RF, keduanya dalam adversity quotient yang juga
menjelaskan mendapatkan dukungan memengerahui aspek-aspek lain. Selain itu
sosial yang membuat mereka lebih gigih ketiga responden juga memiliki bentuk
dalam menjalankan startup. KR merasakan adversity quotient berupa karakter-karakter
bahwa dukungan sosial ia rasakan dari tim yang saling bersinergi dengan strategi
internalnya yang kian padu dan menjadi coping. Karakter-karakter ini memberikan
semangatnya dalam menyelesaikan andil positif bagi responden dalam
masalah. Selain itu ia juga merasakan menyelesaikan masalah. Karakter-karakter
mendapat dukungan dari pihak lain di luar seperti bertanggung jawab, belajar dari
startup yang membantunya dalam segi pengalaman, teguh pada prinsip, pantang
fasilitas dan kerja sama demi menyerah, dan optimis membantu
keberlangsungan startup-nya. Dukungan responden dalam menghadapi masalah.
yang dirasakan oleh KR tersebut Selain kedua bentuk adversity quotient
berdampak bagi bagaimana KR menyikapi tersebut, temuan lain dalam penelitian ini
masalah-masalahnya. Sementara RF adalah penyebab masalah yang dialami
merasakan bahwa startup-nya sangat responden serta dampaknya bagi
bernilai ketika ia mendapat tawaran responden, dan juga bagaimana dukungan
pendanaan dari beberapa pihak. Bentuk sosial memengaruhi bentuk adversity
dukungan seperti itulah yang kemudian quotient pada responden.
menyadarkannya bahwa apa yang ia
usahakan ini tidak sia-sia dan layak Kesimpulan
diperjuangkan. Oleh karena itulah RF
menjadi lebih gigih dalam menjalankan Adversity quotient pada pelaku startup di
dan menyelesaikan masalah startup-nya Yogyakarta menunjukkan bahwa
Selain strategi coping, bentuk responden memiliki kendali atau respon
adversity quotient pada diri responden juga atas permasalahan yang terjadi selama
dapat terlihat dari karakternya. Karakter menjalankan startup. Kendali atau cara
tersebut adalah bertanggung jawab, belajar yang digunakan untuk menyelesaikan
dari pengalaman, teguh pada prinsip, permasalahan ini menjadi bagian yang
pantang menyerah, dan optimis. Karakter- paling menonjol dalam adversity quotient
karakter yang muncul pada diri responden pelaku startup. Mereka menyadari dan juga
merupakan bentuk positif yang mana memiliki kemampuan untuk
menunjukkan adversity quotient yang baik menyelesaikan masalah yang dihadapi.
pada responden. Karakter-karakter ini Karakter juga merupakan bentuk
kemudian saling bersinergi dengan dari adversity quotient yang muncul dalm
strategi coping sehingga menghasilkan penelitian ini. Karakter memiliki pengaruh

E-JOURNAL GAMAJOP 93
IBRAHIM & SUMARYONO

dengan adversity quotient pada pelaku Saran


startup. Responden menunjukkan rasa Kesimpulan yang dipaparkan pada
tanggung jawab pada startup-nya, pada penelitian ini dapat digunakan untuk
jabatan yang diemban, dan nasib anggota membantu memetakan faktor-faktor
lain. Tanggung jawab ini terlihat dari penghambat maupun pendukung dalam
bagaimana sikap responden terhadap proses menjalankan startup, sehingga para
perkembangan startup-nya. Responden pelaku startup dapat memaksimalkan
juga memiliki semangat dan pantang kemampuan diri dalam hal menyelesaikan
menyerah dalam menyelesaikan masalah- masalah, persepsi terhadap masalah, dan
masalah. Walaupun selama menjalankan menyadari dampak masalah yang dialami.
startup, masalah datang silih berganti, Peneliti selanjutnya diharapkan lebih
responden menunjukkan kegigihan untuk detail lagi dalam mennggali data adversity
tetap memperjuangkan startup-nya. quotient pada pelaku startup dan bisa
Selain itu, masalah yang dialami menggunakan skala adversity quotient
memberi dampak pada aktivitas di luar sebelum melakukan wawancara untuk
startup. Dampak tersebut tidak terlalu mengetahui tingkatan adversity quotient
besar hingga mengganggu aktivitas yang pada responden sehingga hasilnya akan
lain. Meski memberi dampak, responden diketahui fakor-faktor dominan pada diri
masih bisa mengatasinya. Beberapa hal responden.
yang menyebabkan dampak masalah tidak
terlalu mengganggu adalah responden Kepustakaan
memiliki kendali atas masalah yang terjadi
sehingga punya cara untuk Brinkmann, S., & Kvale, S. (2015).
menyelesaikannya. Interviews learning the craft of
Masalah yang dialami selama qualitative research interviewing. New
menjalankan startup muncul dari tiga hal, York: Sage Publications.
yaitu diri sendiri, tim internal, dan pihak Budiman, A. (2016, April 27). Jokowi
luar. Diri sendiri menjadi penyebab "pusing" perkembangan "startup"
masalah karena keterbatasan kemampuan. Indonesia tertinggal dari negara lain.
Tim internal menjadi penyebab masalah Kompas Online. Diunduh dari
karena kerangka tim yang masih sering http://bisniskeuangan.kompas.com/r
berubah-ubah dan belum terlalu kompak. ead/2016/04/27/114500026/Jokowi.Pu
Pihak luar menjadi penyebab masalah sing.Perkembangan.Startup.Indones
karena memiliki tuntutan-tuntutan ia.Tertinggal.dari.Negara.Lain
tertentu kepada tim. Sumber-sumber Bungin, B. (2001). Metodologi penelitian
masalah ini bisa dikatakan sebagaimana sosial. Surabaya: Airlangga
mestinya dan tidak mengada-ngada. University Press.
Dalam menjalankan startup, Cope, J. (2011). Entrepreneurial learning
responden juga mendapatkan dukungan from failure: an intrepretative
yang menjadikannya tetap gigih. phenomenological analysis. Journal of
Dukungan itu muncul dari dari dalam tim Business Venturing, 26(6), 604-623.
internal maupun pihak luar yang doi: 10.1016/j.jbusvent.2010.06.002
bekerjasama. Keberadaan pihak yang Everett, J., & Watson, J. (1998). Small
mendukung tersebut membuat responden business failure and external risk
bersemangat dengan startup-nya. factors. Sm all Business Econom ics,
11(4), 371-390. doi:
10.1023/A:1008065527282

94 E-JOURNAL GAMAJOP
ADVERSITY QUOTIENT, KEGIGIHAN, STARTUP

Fathin, C. A., Achidsti, A., & Priambodo, D. sourcebook (Edisi kedua). Thousand
I. (2016). Analysis of three actors: Oaks, CA, US: Sage Publications, Inc.
Roles of government, private sector, Nawanglupi, C. B., Pawitan, G., Gunawan,
and university toward startup A., Widyarini, M., Bisowarno, B. H.,
growth in Yogyakarta. Jurnal & Iskandarsjah, T. (2015). Global
Kebijakan & Adm inistrasi Publik, 20, entrepreneurship m onitor 2014
38-55. Indonesia report. Bandung: UNPAR
Fredland , E., & Morris, C. (1976). A cross Press.
section analysis of small business Overall, J., & Wise, S. (2016). The
failure. Am erican Journal of Sm all antecedents of entrepreneurial
Business, 1(1), 7-18. doi: success: A mixed method approach.
10.1177%2F104225877600100102 Journal of Enterprising Culture, 24(3),
Harbison, N. (2014, Agustus 6). Startups 209-241. doi:
and depression: The dark side of 10.1142/S0218495816500096
entrepreneurship. The Guardian Sari, F. D., & Sitepu, S. N. (2016). Peran
Online. Diunduh dari faktor insternal dan faktor eksternal
https://www.theguardian.com/techn pada keberlangsungan startup bisnis
ology/2014/aug/06/entrepreneurship kota Surabaya. Jurnal Manajem en
-startups-depression Teori dan Terapan, 9, 12-22.
Herdiansyah, H. (2015). Metodologi Shohib, M. (2013). Adversity quotient
penelitian kualitatif untuk ilm u dengan minat entrepreneurship. Jurnal
psikologi. Jakarta: Salemba Ilm iah Psikologi Terapan, 1, 32-39.
Humanika. Shontell, A. (2013, April 4). The story of a
Huovinen, J., & Tihula, S. (2008). failed startup and a founder driven to
Entrepreneurial learning in the suicide. Business Insider. Diunduh
context of portfolio dari
entrepreneurship. International http://www.businessinsider.com/jod
Journal of Entrepreneurial Behavior & y-sherman-ecomom-2013-
Research, 14, 152-171. doi: 4?IR=T&r=US&page=3
10.1108/13552550810874673 Sine, W., Haveman, H., & Tolbert, P. (2005).
Kure, E. (2016, Oktober 7). 2020, Jumlah Risky business? Entrepreneurship in
startup di Indonesia capai 13.000. the new independent power sector.
Berita Satu Online. Diunduh dari Adm inistrative Science Quarterly,
http://www.beritasatu.com/pelangi- 50(2), 200-232. doi:
ramadan-2016/digital-life/391066- 10.2189/asqu.2005.50.2.200
2020-jumlah-startup-di-indonesia- Stoltz, P. G. (2000). Adversity quotient
capai-13000.html m engubah ham batan m enjadi peluang.
Markman, G., & Baron, R. (2003). Person– Jakarta: Grasindo.
entrepreneurship fit: why some Sugiyono. (2008). Metode penelitian
people are more successful as kuantitatif, kualitatif, dan R&D.
entrepreneurs than others. Hum an Bandung: Alfabeta.
Resources Managem ent Review, 13(2), Ucbasaran, D., Shepherd, D., Lockett, A., &
281-301. doi: 10.1016/S1053- Lyon, J. (2013). Life after business
4822(03)00018-4 failure: The process and
Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1994). consequences of business failure for
Qualitative data analysis: An expanded entrepreneurs. Journal of

E-JOURNAL GAMAJOP 95
IBRAHIM & SUMARYONO

Managem ent, 39, 163-202. doi: Yusuf, O. (2016, April 6). Startup banyak
10.1177/0149206312457823 yang gagal, Bekraf siapkan BEK-UP.
Kompas Online. Diunduh dari
http://tekno.kompas.com/read/2016/04/06/
09454647/Startup.Banyak.yang.Gagal.Bekr
af.Siapkan.BEK-UP

96 E-JOURNAL GAMAJOP

Anda mungkin juga menyukai