Anda di halaman 1dari 12

BAB II

Pembahasan

2.1 Aplikasi Radiasi Nuklir di Berbagai Bidang


Pemanfaatan teknik nuklir dimasa sekarang ini telah digunakan secara luas dalam
berbagai bidang oleh masyarakat Indonesia. Diantaranya dalam bidang kesehatan,
bidang pangan, bidang industri, dan bidang pengolahan lingkungan.

2.1.1 Bidang Kesehatan


Aplikasi teknik nuklir dalam bidang kesehatan telah memberikan sumbangan yang
sangat berharga dalam menegakkan diagnosis maupun terapi berbagai jenis penyakit.
Selain itu, teknik nuklir berperan pula dalam kajian dan penelitian untuk lebih
memahami proses anatomi, fisiologi, patofisiologi, dan metabolik dari kelainan
mulai dari tingkat selluler sampai dengan molekuler yang terjadi pada berbagai organ
tubuh manusia. Berbagai disiplin ilmu kedokteran seperti ilmu penyakit dalam, ilmu
penyakit syaraf, ilmu penyakit jantung, anak, onkologi, urologi dan lainnya telah
memanfaatkan teknik nuklir ini. Selama ini kita hanya mengenal radiasi yang
dimanfaatkan di bidang radiologi, prinsip dasar radiasi di sini merupakan proses
ionisasi sehingga dikenal sebagai radiasi pengion, menggunakan sumber radiasi
tertutup, dan hasil yang terlihat lebih banyak memberikan informasi mengenai
anatomi, dengan peralatan seperti; Sinar X, CT scan baik dalam bentuk 64, 128
maupun 256 slices, USG (non radiasi namun hasil dalam bentuk anatomi) dan lainnya.
Pada saat ini teknik nuklir juga banyak dimanfaatkan dalam bidang kesehatan antara
lain untuk pengaweta; bank jaringan seperti placenta untuk luka bakar, bone graft
untuk menutupi bekas tindakan operasi pada tumor di tulang termasuk juga untuk
menambal rahang di bagian gigi dan mulut, untuk sterilisasi peralatan instrumentasi
kedokteran dan bahan- bahan obat serta makanan.

2.1.1.1 Kedokteran Nuklir


Kedokteran Nuklir adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan sumber radiasi
terbuka dari disintegrasi inti radionuklida buatan (radiofarmaka) untuk tujuan
diagnostik, terapi (kuratif: untuk kanker tiroid, nodul tiroid, hipertioid (dengan
NaI-131), haemangioma rubra, rekuren pleuritis (dengan P-32), osteoartritis (dengan
Re-186) kanker hati (dengan Y-90), paliatif (dengan Sr-89, P-32, Sm-153)
berdasarkan perubahan fisiologi, anatomi, biokimia, metabolisme dan molekuler dari
suatu organ atau sistem dalam tubuh. Pada kedokteran nuklir, penunjang diagnostik di
dibagiatas in-vivo (non- iamging dan imaging) dan in-vitro menggunakan radioisotop
tertentu sebagai perunut (tracer). Untuk penunjang diagnostik in- vivo radioisotop
dimasukan kedalam tubuh dapat melalui suntikan, peroral maupun inhalasi, dan
farmaka (bahan obat non radiasi) yang digunakan untuk target organ tertentu harus
dicampurkan dengan radiosiotop. Sedangkan penunjang diagnostik in-vitro juga
menggunakan radioisotop (sebagai antigen) yang dicampurkan dengan sampel darah
atau urin pasien (antibodi) di laboratorium dengan prinsip dasar reaksi antigen dan
antibodi. Dosis radiasi yang diterima oleh pasien setelah pemberian radiofarmaka
ditentukan oleh sifat fisik dan biologik (metabolisme) dari radionuklida, dalam tubuh
pasien, serta jumlah aktivitas yang diberikan. Besar radioaktivitas yang terdapat
dalam tubuh pasien akan mengikuti sistem aliran pembuluh darah (biodistribusi) yang
berakhir pada kandung kemih. Kalau berbicara mengenai radisi sumber terbuka
dengan energi keV kita juga berbicara mengenai waktu paro (T1/2 atau half life) dari
radionuklida yang diberikan ,pada umumnya yang banyak digunakan adalh Tc-99m,
juga dapat menggunakan Tl-201, In-111, Ga-67, I-131 dan lain sebagainya
bergantung dari jenis pemeriksaan yang akan dilakukan.
Pemeriksaan kedokteran nuklir banyak membantu dalam menunjang diagnostik
berbagai penyakit dari sisi fisiologik, patofisiologik, metabolik maupun tingkat
selluler seperti kelainanpada otak, jantung, paru, kelenjar liur, tiroid, paratiroid,
saluran air mata, hati dan limpa, hepatobilier, traktus gastrointestinal, lokasi
perdarahan, traktus urinarius, payudara, testis, kelenjar limfe, tulang, sumsum tulang
dan kasus kanker, infeksi spesifik (TBC) dan aspesifik, inflamasi, fraktur dan lain
sebagainya. Sesuai dengan perkembangan fasilitas perangkat kerasnya mulai dari non
imaging untuk penilaian fungsi ginjal (renograf), tiroid (tiroid uptake), helicobacter
pyloric (heli probe), sampai yang imaging menggunakan kamera gamma tunggal, dual
dan triple head baik palnnar maupun SPECT/ SPET (Single Photon Emission
Tomography) yang pada saat ini sudah dikombinasikan dengan CT scan maupun
NMRI yang sedang dikembangkan, fasilitas lain yang menjadi trend saat ini adalah
PET (positron emission tomography) untuk menilai fungsi organ dalam
skalametabolik maupn selluler secara monoklonal antibodi, perangkat keras ini juga
telah dimodifikasi dalam bentuk PET+ CT + NMRI atau SPECT+ CT+ PET.
Prinsip dasar perangkat keras di kedokteran nuklir adalah pencacahan (count)
berdasarkan jumlah aktivitas nuklida (radiasi sumber terbuka) yang digunakan dan
waktu (lama pemeriksaan). Perangkat keras sendiri tidak menghasilkan suatu bentuk
radiasi, melainkan menangkap (uptake) radiasi dari tubuh pasien yang telah diberikan
radioisotop (in-vivo) atau pada sampel darah/ urine yang dicacah (in-vitro). Hasil citra
yang diperoleh berdasarkan jumlah akumulasi/ terkumpulnya radiofarmaka pada
organ tertentu dengan melihat pada skala warna atau skala hitam putih. Data disimpan
dalam komputer (dapat di olah kembali), film, kertas printer maupun CD/ DVD.

Prisip dasar pencitraan:

Berbagai varian kamera gamma:

Varian kamera: SPECT + CT + PET

Pada penunjang diagnsotik in-vivo menggunakan PET perluadanya suatu pernagkat


keras siklotrone untuk menghasilkan radinuklida sebagai bahan baku pemeriksaan
seperti F-18 DG (fluoro dioksi glukosa), C-11, N-13, O-15, Cu-62, Ga-68, Rb-82
termasuk juga dapat dihasilkan Tl-201 dan In-111.
Pada penunjang diagnsotik in vitro, dari tubuh pasien diambil sejumlah tertentu bahan
biologis yang kemudian direaksikan dengan suatu zat yang telah ditandai dengan
radioisotop I-125. Pemeriksaannya dilakukan dengan bantuan gamma counter yang
dirangkai dengan suatu sistem instrumentasi dikenal sebagai RIA (radio immuno
assay)atau dapat juga dengan perangkat keras IRMA (imino radio metricassay). Studi
semacam ini biasanya dilakukan untuk mengetahui kandungan hormon-hormon
tertentu dalam darah pasien seperti hormon tiroid (T3, FT3, T4, FT4, TSHs), hormon
reproduksi (estrogen, estradiol, testosteron), infeksi (hepatitis, HIV)maupun petanda
tumor (tumor marker seperti: CEA, CA.15-3, CA.27-29, CA.125, PSA, PAP,
Chromogranin A, Tiroglobulin) dan lain sebaginya. Juga dari urine pasien untuk
MAU (mikro albumin uri) menilai ada tidaknya mikro albumin pada air kemih yang
biasanya untuk deteksi dini kasus diabetes melitus, maupun pada gangguan ginjal
lainnya.
Perangkat keras RIA
Radioisotop yang digunakan sebagai perunut di dalam tubuh mempunyai waktu paro
fisik maupun biologik yang singkat untuk menunjang diagnostik dan terapi, antara
lain I-131 (8.2 hari), Tc-99m (6 jam) biasanya dalam bentuk generator
yangdidalamnya terdapat Mo-99 yang harus di elusi (diperah)setiap hari digunakan
pemerahan ini untui 7- 8 hari masa kerja. Tl-201, Ga-67 (68.3 menit), In-111, F18
(110 menit), C-11 (20.4 menit), N-13 (10 menit), O-15 (2.2 menit), Cu-62 (9.2 menit),
Rb-82 (1.25 menit) dan I-125. Radioisotop ini yang telah dikemas dengan bahan obat
(farmaka) tertentu untuk mencapai organ target sesuai keinginan, disebut dengan
radiofarmaka. Bahan obat non radioaktif atau yang disebut dengan kit ini antara lain
MDP, DTPA, MAG3, MIBI, Tetrofosmin, ECD, IDA, mebrofenin, dan Sulfur
koloid, nano colloid, ethambutol, siprofloksasine/ infecton, ubiquisin, hynic folat,
stannous, HMPAO, EC, hippuran dan lain sebagainya
Bila untuk keperluan diagnostik, radioisotop yang diberikan dalam dosis yang sangat
kecil, maka dalam terapi radioisotop sengaja diberikan dalam dosis yang besar untuk
mematikan sel penyusun kanker. Tindakan terapi pada kedokteran nuklir dikenal
sebagai terapi radiasi interna antara lain terutama digunakan terhadap kanker tiroid,
nodul tiroid dan hipertiroid menggunakan NaI-131 (diminumkan), kanker
hati dengan Y-90 (disuntikan), Anak sebar di tulang dengan P-32, Sr-89, dan
Sm-153 (disuntikan) dan osteoartritis dengan Re-186 (disuntikan intra synovial
dikenal sebagai radiosinovektomi).
Ada beberapa modalitas terapi yang juga digunakan sumber radiasi (netron) yang
diaktifkan terlebih dahulu dikenal sebagai BNCT (boron netron capture therapy) yang
digunakan untuk terapi kanker pada otak, disini boron terlebih dahulu disuntik
kemudian dengan generator netron dimana berkas di arahkan ke otak yang terdapat
kelainan, karena boron telah mencapai organ target sehingga setelah terkena berkas
boron akan memancarkan partikel alfan. Selain hal tersebut partikel alfa lainnya juga
dapat digunakan untuk kanker kulit. Modalitas terapi yang lainnya yang sedang dalam
perkembangan adalah HIMAC (heavy ion medical accelerator di chiba) yang
dikembangkan untuk pengobatan berbagai kanker pada saat ini masih dalam sekala uji.
Untuk bidang kedokteran nuklir senter instalasi kedokteran nuklir di Indonesia
terdapat lebih kurang 20senter yang pada umumnya berada dikota besar khususnya di
Jakarta. Bidang pendidikan spesialisasi ilmu kedokteran nuklir sudah dibuka sejak
1998 di Unpad bekerjasama dengan RSUP Hasan Sadikin Bandung dengan masa
pendidikan 7 smester, 1- 2 smester terakhir digunakan untuk pembuatan penelitian,
tesis dan stase dibagian radiologi dan penyakit dalam. Sampai dengan tahun 2010 ini
sudah menghasilkan 14orang spesialis kedokteran nuklir yang sebarannya tidak
merata, dan hampir setengah dari lulusan ilmu kedokteran unpad ini 50% sudah usia
mendekati pensiun kendala ini akan terasa dengan jumlah senter yang akan
bertambah, sesuai dengan perka bapeten dan permenkes untuk pelayanan di instalasi
kedokteran nuklir diwajibkan mempunyai minimal spesialis kedokteran nuklir 1 orang,
radiofarmasis, fisikawan medis, operator khusus, analisis khusus dan perawat khusus
(tersertifikasi), juga petugas proteksi radiasi. Diharapkan banyak dari dokter umum
masuk ke jenjang pendidikan ini untuk mengantisipasi kesenjangan tersebut dan
mencegah bila sudah benar- beanr memmasuki perdagangan bebas. Sementara dari
penelitian dan pengembangan sendiri dan juga pelayanan negara kitsa Indonesia
tercinta ini sudah sangat tertinggal di kawasan ASEAN.
Radiofarmaka untuk keperluan diagnostik sebagai target organ

Radiofarmaka untuk keperluan terapi radiasi interna sebagi target organ

2.1.1.2 Radiodiagnostik
Prinsip dasar digunakannya penunjang diagnostik di bidang radiologi adalah
penggunaan pesawat radiologi sebagai sumber tertutup (Tungsten), dengan energi
yang besar (kV) untuk menghasilkan sinar x (sinar pengion) yang mengenai tubuh
pasien. Transmisi radiasi yang mengenai tubuh tersebut bergantung dari kepadatan
organ yang dilalui, makin padat akan memberikan gambaran putih (opakue) hal ini
juga dapat ditimbulkan dengan pemberian kontras bubur barium pada pemeriksaan
traktus intestinal (saluran cerna), juga pada pemeriksaan traktus urinarius (saluran
kemih). Sedangkan sebaliknya akan memberikan warna hitam (lusence). Penggunaan
kontras ini harus menggunakan persyaratan yang cukup ketat karena sifat alergik yang
mungkin timbul pada diri pasien, sehingga diperlukan uji alergi dan juga ada kontra
indikasi tertentu yang dipersyaratankan pada diagnsotik menggunakan kontras. Hasil
pencitraan dalam bentuk gambaran anatomi. Pesawat sinar x ini juga dapat
dimanfaatkan untuk menentukan umur suatu fosil maupun mummi, juga digunakan di
bandara, industri dengan berbeda radiasi pengion yangdihasilkan. Hasil pencitraan
pada saat ini mengikuti perkembangan teknologi sehingga dapat direkam dalam film,
kertas printer maupun dalam bentuk CD maupun DVD.

Beberapa modalitas radiodiagnostik lain yang berdasarkan pada teknologi sinar-x


adalah mammography untuk mendeteksi keberadaan kanker payudara, fluoroskopi
(x-ray “movie”) untuk mengamati citra sinar-x dari tubuh pasien melalui monitor
secara langsung dan dinamik dengan paparan sinar-x secara kontinyu pada pasien, dan
Computed Tomography (CT) Scan. Pencitraan dengan pesawat CT-scan memberikan
gambaran tentang sifat morfologik berdasarkan perubahan atau perbedaan transmisi
radiasi melalui organ atau bagian tubuh yang diperiksa.

Alat mammography beserta mammogram yang menunjukkan adanya lesi/kanker


payudara.

Fluoroscopy
CT Scan
2.1.1.3 Three Dimensional Conformal Radiotheraphy (3d-Crt)
Terapi Radiasi dengan menggunakan sumber radiasi tertutup atau pesawat
pembangkit radiasi telah lama dikenal untuk pengobatan penyakit kanker.
Perkembangan teknik elektronika maju dan peralatan komputer canggih dalam dua
dekade ini telah membawa perkembangan pesat dalam teknologi radioterapi. Dengan
menggunakan pesawat pemercepat partikel generasi terakhir telah dimungkinkan
untuk melakukan radioterapi kanker dengan sangat presisi dan tingkat keselamatan
yang tinggi melalui kemampuannya yang sangat selektif untuk membatasi bentuk
jaringan tumor yang akan dikenai radiasi, memformulasikan serta memberikan
paparan radiasi dengan dosis yang tepat pada target.
Dengan memanfaatkan teknologi 3D-CRT ini sejak tahun 1985 telah berkembang
metoda pembedahan dengan menggunakan radiasi pengion sebagai pisau bedahnya
(gamma knife). Dengan teknik ini kasus-kasus tumor ganas yang sulit dijangkau
dengan pisau bedah konvensional menjadi dapat diatasi dengan baik oleh pisau
gamma ini, bahkan tanpa perlu membuka kulit pasien dan yang terpenting
tanpa merusak jaringan di luar target.

2.1.1.4 Penentuan Kerapatan Tulang Dengan Bone Densitometer


Pengukuran kerapatan tulang dilakukan dengan cara menyinari tulang dengan radiasi
gamma atau sinar-x. Berdasarkan banyaknya radiasi gamma atau sinar-x yang
diserap oleh tulang yang diperiksa maka dapat ditentukan konsentrasi
mineral kalsium dalam tulang. Perhitungan dilakukan oleh komputer yang dipasang
pada alat bone densitometer tersebut. Teknik ini bermanfaat untuk membantu
mendiagnosiskekeroposan tulang (osteoporosis) yang sering menyerang wanita pada
usia menopause (matihaid) sehingga menyebabkan tulang muda patah.

2.1.1.5 Teknik Pengaktivan Neutron


Teknik nuklir ini dapat digunakan untuk menentukan kandungan mineral tubuh
terutama untuk unsur-unsur yang terdapat dalam tubuh dengan jumlah yang sangat
kecil (Co,Cr,F,Fe,Mn,Se,Si,V,Zn dsb) sehingga sulit ditentukan dengan metoda
konvensional. Kelebihan teknik ini terletak pada sifatnya yang tidak merusak dan
kepekaannya sangat tinggi. Di sini contoh bahan biologik yang akan diperiksa
ditembaki dengan neutron.

2.1.1.6 Sterilisasi Alat Kedokteran


Alat/bahan yang digunakan di bidang kedokteran pada umumnya harus steril.
Banyak di antaranya yang tidak tahan terhadap panas, sehingga tidak bisa disterilkan
dengan uap air panas atau dipanaskan. Demikian pula sterilisasi dengan gas etilen
oksida atau bahan kimia lain dapat menimbulkan residu yang membahayakan
kesehatan. Satu-satunya jalan adalah sterilisasi dengan radiasi, dengan sinar gamma
dan Co-60 yang dapat memberikan hasil yang memuaskan. Sterilisasi dengan cara
tersebut sangat efektif, bersih dan praktis, serta biayanya sangat murah. Untuk
transpiantasi jaringan biologi seperti tulang dan urat, serta amnion chorion untuk luka
bakar, juga disterilkan dengan radiasi.
2.1.2 Bidang Pangan
Iptek nuklir selama ini selalu dikaitkan untuk pembuatan bom atau energi pembangkit
listrik. Padahal, teknologi nuklir juga telah berkembang pesat dan kian merambah ke
berbagai sektor kehidupan. Pemanfaatan teknik nuklir bidang nonenergi, misalnya
aplikasi isotop dan radiasi, kini digunakan secara luas pada sektor pertanian.
Bicara masalah kesejahteraan, maka teknologi isotop dan radiasi merupakan
pilar dari iptek nuklir ini. Kedua teknik tersebut dinilai telah mampu memecahkan
persoalan yang dihadapi dunia di bidang pangan, mulai dari pemakaian bahan
pengawet, organik polutan, formalin, mutasi bakteri, dan lain sebagainya.

2.1.2.1 Pengawetan Bahan Makanan dengan Prosses Irradiasi


Jenis iradiasi pangan yang dapat digunakan untuk pengawetan bahan pangan adalah
radiasi elektromagnetik yaitu radiasi yang menghasilkan foton berenergi tinggi
sehingga sanggup menyebabkan terjadinya ionisasi dan eksitasi pada materi yang
dilaluinya. Jenis iradiasi ini dinamakan radiasi pengion, contoh radiasi pengion
adalah radiasi partikel et al., 1980).
Dua jenis radiasi pengion yang umum digunakan untuk pengawetan
makanan adalah : sinar gamma yang dipancarkan oleh radio nuklida 60Co (kobalt-60)
dan 137Cs (caesium-37) dan berkas elektron yang terdiri dari partikel-pertikel
bermuatan listrik. Kedua jenis radiasi pengion ini memiliki pengaruh yang sama
terhadap makanan.
Berdasarkan standar Codex 106-1983, REV.1-2003, setidaknya ada
tiga sumber radiasi ionisasi yang digunakan untuk pangan. Antara lain, sinar gamma
dari radionuklida, sinar X (X-rays), serta elektron. Masing-masing punya takaran
dosis radiasi yang berbeda. Namun, pada dasarnya, untuk pangan dosis maksimumnya
tidak boleh lebih dari 10 kGy, kecuali jika diperlukan untuk tujuan tertentu.

2.1.2.2 PemuliaanTanaman
Mutasi buatan pada tanaman dapat dilakukan dengan mengiradiasi organ reproduksi
tanaman seperti biji, stek batang, serbuk sari, akar rhizome, kalus dan sebagainya.
Radiasi dapat dimanfaatkan untuk pemuliaan tanaman dalam rangka meningkatkan
keragaman genetic sehingga memungkinkan untuk melakukan seleksi genotip sesuai
dengan aspekpemuliaan yang dikehendaki. Mutasi buatan dapat menimbulkan
perubahan genetic tanaman baik kearah positif maupun negatif, dan bersifat baka
(dapat diwaris kanpada generasi berikut). Mutasi yang terjadi kearah “sifat positif”
merupakan mutasi yang dikehendaki oleh pemulia tanaman pada umumnya, dan sifat
positif yang dimaksud tergantung pada tujuan pemuliaantanaman.
Pemuliaan tanaman dengan teknik nuklir dapat diawali dengan
mengiradiasi materi genetik tanaman misalnya biji, stek batang, serbuk sari, akar
rhizome, kalus atau yang lainnya dengan sinar gamma. Setelah perlakuan irradiasi
akan terjadi beberapa kemungkinan pada materi genetic tanaman tersebut yait umutasi
kearah positif, mutasi kearah negatif, atau tanpa mutasi. Dari varias ifenotip yang
timbul dilakukan seleksi sifat yang lebih baik untuk dikembangkan menjadi varieta
sunggul. Tanaman yang telah mengalami perubahan akibat terjadinya mutasi genetic
disebut mutan sedangkan zat yang menyebabkan terjadinya mutasi disebut mutagen.
Radiasi terhadap materi genetic tanaman tidak mengakibatkan tanaman atau produk
tanaman tersebut menjadi bersifat radioaktif sehingga semua hasil pemuliaan tanaman
dengan radiasi aman untuk dikonsumsi manusia.
Kemungkinan variasi fenotip yang muncu lsetelah perlakuan iradiasi pada materi
genetic tanaman.

2.1.3 Bidang Industri


Pemanfaatan bahan radioaktif dalam bidang industri sangat beragam tergantung dari
tujuan penggunaannya, misalnya untuk pembangkitan energi (PLTN), pengujian
kualitas pengelasan, pengujian ketebalan bahan, sebagai alat kontrol, pengujian
homogenitas suatu campuran (perunut), penentuan kandungan mineral atau minyak
bumi dalam industri pertambangan dan lain-lain.
Sesuai dengan tujuan penggunaan tersebut maka jenis radionuklida yang digunakan
bervariasi sebagai pemancar alpha (α), beta (β), gamma (γ) dan netron dengan
aktivitas yang beragam. Beberapa radionuklida yang sering digunakan dalam bidang
industri adalah 60Co, 85Kr, 137Cs, 192Ir, 241Am, 90Sr dan 241Am-Be. Limbah
radioaktif dari penggunaan sumber radiasi di industri merupakan sumber bekas (spent
source) yang sudah tidak dapat digunakan lagi. Limbah yang dihasilkan dari PLTN
adalah limbah aktivitas rendah, sedang dan bahan bakar nuklir bekas.

2.1.3.1 Modifikasi Bahan


Radiasi dapat bertindak sebagai katalis untuk merangsang terjadinya perubahan kimia
suatu bahan, salah satunya adalah untuk merubah bahan kimia sejenis molekul atau
lebih menjadi molekul yang lebih besar. Secara umum dapat dikatakan bahwa
polimerisasi merupakan usaha untuk memadukan becairan dari senyawa organik
dalam golongan monomer menjadi polimer. Salah satu sifat dari monomer adalah
ketika menerima paparan radiasi bahan monomer dapat berubah menjadi bahan baru
yang disebut polimer, yaitu bahan padat yang sangat keras pada suhu kamar. Di
industri, teknologi irradiasi dipakai untuk memproduksi plastik bermutu tinggi yang
memiliki sifat yang sangat kuat serta tahan terhadap panas.
Polimerisasi merupakan reaksi kimia yang menggabungkan dua berapa unsur menjadi
satu zat yang berpadu. Teknik polimerisasi radiasi merupakan salah satu dari
pemanfaatan radiasi untuk memodifikasi polimer. Tujuannya adalah mengolah bahan
mentah yang berasal dari alam maupun sintesanya, seperti polietilen dan polipropilen,
menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi.
Polimer dibuat dari bahan yang disebut monomer, yaitu sejenis gas maupun cairan
dengan molekul tunggal yang saling terpisah. Apabila mendapatkan energi dari
radiasi, monomer ini akan saling berikatan membentuk molekul raksasa yang lebih
komplek yang disebut polimer. Senyawa inilah yang selanjutnya dijadikan sebagai
bahan dasar untuk pembuatan plastik. Selain untuk membuat polimer, teknologi
irradiasi juga dapat dipakai untuk memodifikasi sifat polimer tersebut. Modifikasi
polimer ini merupakan suatu upaya untuk memperbaiki sifat-sifat polimer sehingga
menjadi polimer baru dengan mutu yang lebih baik. Sebagai contoh adalah polimer
polietilen yang biasa dikenal sebagai salah satu termoplastik dan sering digunakan
untuk bahan pembungkus, ternyata dapat dimodifikasi sehingga dapat dipakai sebagai
bahan isoasi kabel yang tahan terhadap panas.
Isu lingkungan telah memaksa industri untuk mengkaji ulang bahan-bahan yang
digunakan dalam proses produksi, terutama yang berbahan baku plastik yang tidak
dapat didegradasi oleh alam. Berbeda dengan teknik polimerisasi konvensional yang
umumnya menggunakan bahan kimia dan panas agar terjadi reaksi penggabungan,
pada polimerisasi radiasi penggunaan bahan kimia dan panas sangat sedikit, sehingga
secara ekonomi prosesnya lebih menguntungkan, di samping teknologinya sendiri
dinilai bersih dari pencemaran lingkungan, tidak menggunakan bahan-bahan kimia
karsinogenik (bahan yang dapat merangsang tumbuhnya kanker dalam tubuh) serta
bahan beracun lainnya. Di samping itu, pembuatan polimer dengan radiasi ini dapat
dilakukan dalam berbagai kondisi dan dapat dikontrol dengan teliti.
Peralatan berteknologi tinggi yang dipakai untuk polimersasi radiasi adalah Mesin
Berkas Elektron (MBE). Prinsip kerja dari alat ini adalah menghasilkan berkas
elektron dari filamen logam tungsten yang dipanaskan. Berkas elektron selanjutnya
difokuskan dan dipercepat dalam tabung akselerator vakum bertegangan tinggi hingga
2 juta Volt (2 MV). Di negara maju, teknologi irradiasi ini sudah diterapkan dalam
berbagai kegiatan industri, sehingga banyak sekali produk bermutu tinggi yang telah
dihasilkan oleh industri yang memanfaatkan teknologi irradiasi ini.
Kabel tidak pernah dapat dipisahkan dari listrik. Hampir pada setiap barang elektronik
dapat kita jumpai kabel di dalamnya. Secara umum, kabel yang kita kenal biasanya
terdiri atas satu atau lebih logam konduktor (logam yang sangat baik dalam
menghantarkan arus listrik) yang dibungkus dengan bahan isolator (bahan yang tidak
dapat menghantarkan arus listrik). Kabel jenis ini sering kita temui baik untuk
transmisi arus listrik maupun pengiriman pulsa listrik dalam telekomunikasi. Kita
juga dapat menjumpai jenis kabel untuk pembakaran, seperti dalam mesin mobil.
Isolasi kabel listrik umumnya dibuat dari bahan plastik polietilen atau polivinil
chlorida (PVC). Kedua polimer ini merupakan jenis linier, yaitu polimer yang
melunak atau leleh apabila dipanaskan. Kelemahan bahan isolasi ini tentu tidak
diinginkan untuk kabel yang digunakan pada alat atau instalasi tertentu. Kabel untuk
mesin mobil misalnya, karena berada di lingkungan yang panas, harus tahan dan tidak
rusak karena pengaruh panas dari mesin.
Pemanfaatan polimer hasil irradiasi dalam industri yang paling banyak adalah untuk
pembuatan bahan isolasi kabel listrik. Irradiasi menyebabkan rantai molekul panjang
pada polimer bergandengan pada tempat-tempat tertentu yang prosesnya dikenal
sebagai pengikatan silang (crosslinking). Energi radiasi dapat merangsang terjadinya
ikatan silang antar polimer sehingga terbentuk jaringan tiga dimensi yang dapat
mengubah sifat polimer. Peristiwa inilah yang sebenarnya menyebabkan bahan isolasi
kabel lebih tahan terhadap panas dan listrik tegangan tinggi.

Proses terjadinya ikatan silang pada polimer

Plastik PVC yang dibuat dari bahan polimer hasil irradiasi dapat mempertahankan
kepadatannya pada temperatur yang jauh lebih tinggi dibandingkan plastik PVC biasa
(hasil proses kimia). Dengan teknologi irradiasi ini, bahan isolasi kabel menjadi lebih
kuat, lebih elastis, dan lebih tahan terhadap minyak serta larutan kimia lainnya.
Kelebihan ini dapat dicapai tanpa menyebabkan perubahan sifat kelistrikan maupun
daya isolasinya.
2.1.3.2 Penentuan Keausan Alat
Semua alat yang dipakai lama-kelamaan akan menjadi aus. Keausan ini biasanya
disebabkan oleh gesekan sehingga permukaan yang bergesekan berkurang. Namun
keausan ini terjadi dalam jumlah yang sangat kecil sehingga sangat sulit untuk
dievaluasi. Teknik nuklir dapat mengatasi kesulitan tersebut. Teknik yang digunakan
untuk memeriksa keausan ini adalah dengan mengaktivasi bagian permukaan alat
yang diteliti. Dengan proses aktivasi ini maka bahan pada permukaan alat menjadi
radioaktif sehingga mampu memancarkan radiasi. Aktivasi dilakukan dengan cara
irradiasi neutron di dalam teras reaktor penelitian.
Setelah proses aktivasi, tingkat aktivitas bagian alat yang akan diperiksa keausannya
diukur dengan alat cacah radiasi. Pengukuran ini akan menghasilkan data cacahan
radiasi pada alat sebelum dipakai. Pengukuran yang sama dilakukan lagi setelah alat
tersebut dipakai. Dari pengukuran ini diperoleh data cacahan radiasi pada alat setelah
dipakai. Berkurangnya hasil cacahan radiasi antara sebelum dan setelah pemakaian ini
disebabkan karena terjadinya keausan pada alat. Tingkat pengurangan hasil cacahan
radiasi itu dapat dikorelasikan dengan tingkat keausan. Metode penelitian ini banyak
dilakukan pada penelitian pendahuluan untuk mengetahui apakah alat tersebut bekerja
sesuai dengan fungsinya.

2.1.3.3 Radiografi Industri


Pemeriksaan tak merusak dalam menentukan kualitas suatu sistem dapat dilakukan
baik dengan metode teknik nuklir maupun non-nuklir. Radiasi berdaya tembus tinggi
dapat dipakai untuk melakukan pemeriksaan bahan tanpa merusak bahan yang
diperiksa (non destructive testing). Teknik pemeriksaan dengan radiasi ini disebut
juga radiografi industri. Uji tak merusak ini biasanya memanfaatkan radiasi jenis
foton berdaya tembus tinggi, baik berupa sinar gamma yang dipancarkan oleh
radioisotop maupun sinar-X dari suatu pesawat. Sifat dari radiasi itu sendiri adalah
sebagian diserap dan sebagian diteruskan oleh bahan yang diperiksa. Oleh sebab itu,
radiasi akan mengalami pelemahan di dalam bahan. Tingkat pelemahannya
bergantung pada tebal bagian bahan yang menyerap radiasi.
Prinsip dasar dalam uji tak merusak ini adalah bahwa radiasi akan menembus benda
yang diperiksa, namun karena adanya cacat dalam bahan maka banyaknya radiasi
yang diserap oleh bagian-bagian pada bahan tidak sama. Dengan memanfaatkan sifat
interaksi antara radiasi foton dengan bahan seperti ini, maka radiasi dapat
dimanfaatkan untuk memeriksa cacat yang ada di dalam bahan. Rongga maupun retak
sekecil apapun dapat dideteksi dengan teknik radiografi ini.
Apabila radiasi yang diteruskan dan keluar dari bahan ditangkap oleh film fotografi
yang dipasang di belakang bahan tersebut, maka perbedaan intensitas radiasi akan
menimbulkan kehitaman yang berbeda pada film, sehingga cacat dalam bahan yang
diperiksa akan tergambar pada film. Dengan teknik ini dapat diketahui mutu
sambungan las, kualitas logam cor dan juga keadaan dalam diri suatu sistem. Untuk
mendapatkan ketelitian pemeriksaan yang lebih tinggi, maka teknik radiografi dapat
dikombinasikan dengan teknik pemeriksaan lainnya. Karena tiap cacat pada benda
menimbulkan gambar yang berlainan, maka untuk membaca gambar pada film
diperlukan pengalaman dan keahlian tersendiri, sehingga kemungkinan terjadinya
salah interpretasi dapat dihindari atau dikurangi.
2.1.4 Bidang Lingkungan
2.1.4.1 Radiasi Untuk Mengolah Limbah Industri
Radiasi ionisasi dapat menghasilkan spesies aktif antara lain radikal
hidroksil (.OH) yang dapat mendekomposisi berbagai jenis pencemar organik di
dalam air. Sumber radiasi yang dapat digunakan adalah sinar gamma (dari 60Co,
waktu paro = 5,26 tahun, Eγ = 1,17 dan 1,33 MeV; 137Cs, waktu paro = 29 tahun,
Eγ = 0,66 MeV), sinar X, atau mesin berkas elektron. Mesin berkas elektron
merupakan pilihan terbaik, karena laju dosisnya dapat dibuat tinggi sesuai dengan
yang diinginkan. Mekanisme reaksinya adalah sebagai berikut:
H2O + γ(gamma) atau elektron ---------> .OH, .H, H2O2, e-aq, H2, H+
Di antara spesies tersebut, .OH merupakan spesi yang paling reaktif dan dapat
memecahkan senyawa organik menjadi molekul-molekul yang lebih kecil dan
selanjutnya menjadi CO2 pada tahap akhir.
Dengan sifat ionisasi, radiasi mampu memecahkan persoalan di atas secara lengkap
meliputi pengolahan limbah organik non-biodegradable, desinfektasi sludge, dan
sekaligus membunuh mikroorganisme yang terdapat di dalam air, sehingga
desinfektasi dengan menggunakan klorin yang berakibat terbentuknya senyawa
kloroorganik dapat dihindari. Studi yang telah dilakukan oleh Miyata dari Jepang
menggambarkan bahwa tehnik radiasi secara tunggal atau kombinasi dengan ozon,
pemanasan, dan sinar ultra violet sangat efektif dalam penguraian limbah organik
beracun. Pengolahan air limbah dengan menggunakan teknik radiasi, menunjukkan
bahwa radiasi pengion mempunyai kemampuan menurunkan BOD dan COD serta
mengubah senyawa-senyawa yang sulit diuraikan menjadi senyawa yang mudah
dioksidasikan baik dengan cara biologi maupun kimia. Jika di dalam limbah
terkandung oksigen terlarut atau ditambahkan oksigen, maka akan terbentuk radikal
HO2 juga merupakan spesi tambahan yang bersifat sebagai oksidator. Di samping itu,
radikal HO2 dapat bereaksi sesamanya membentuk H2O2, sehingga memperbanyak
keberadaan H2O2 sebagai oksidator.
Adanya radikal bebas akibat radiasi yang mempunyai reaktivitas kimia yang tinggi
akan bereaksi dengan pencemar organik dalam air limbah baik secara langsung
maupun tidak langsung. Interaksi secara langsung adalah interaksi radiasi dengan
molekul target, sedangkan interaksi radiasi tidak langsung terjadi apabila molekul
target dipengaruhi oleh spesies antara (intermediate species) yang teraktivasi dari
molekul air. Pada umumnya limbah organik yang terkandung dalam air limbah hanya
berkisar 1%, sehingga sebagian besar energi radiasi diserap oleh air. Oleh karena itu
interaksi radiasi secara tidak langsung lebih dominan dibandingkan interaksi secara
langsung. Pada proses tersebut radikal hidroksil (.OH) dan oksigen yang terdapat di
dalam larutan memainkan peranan yang cukup penting.
Kinetika reaksinya meliputi reaksi inisiasi, reaksi propagasi, dan pemutusan ikatan
C-C membentuk CO2 dan H2O yang secara skematis ditulis sebagai berikut :

Reaksi tersebut berlangsung sangat cepat dan akan berulang sehingga rantai atom C
(R’) satu demi satu akan berubah menjadi CO2.
Beberapa hasil penelitian yang dilakukan di Eropa dan Jepang tentang degradasi
senyawa trikloroetilen (TCE) dan klorofenol dalam air minum menunjukkan bahwa
pada dosis 140 Gy senyawa TCE dapat terdegradasi sebesar 93%. Degradasi tersebut
dipengaruhi oleh konsentrasi awal dan laju dosis yang digunakan. Produk radiolisis
yang terbentuk dari TCE adalah ion klor dan asam oksalat.
Untuk senyawa 4-klorofenol, pada dosis 10 kGy, telah terdekomposisi sebesar 92%.
Hasil dekomposisi klorofenol adalah ion klor, pirokatekol, hidrokuinon, dan mungkin
juga hidroksihidrokuinon. Tiga senyawa tersebut terakhir ini, pada radiasi lebih lanjut
akan terurai menjadi asam maleat, asam oksalat dan atau asam formiat yang
merupakan senyawa tidak berbahaya. Penggunaan mesin berkas elektron untuk
penelitian penguraian zat warna azo yang larut dalam air juga telah banyak dilakukan,
antara lain oleh Suzuki dkk. dari Lembaga Penelitian Tenaga Nuklir Jepang dengan
hasil yang efisien, misalnya penguraian zat warna azo Acid Red 265 dengan iradiasi
pada dosis 6,3 kGy akan menguraikan senyawa tersebut secara sempurna. Iradiasi
menggunakan berkas elektron terhadap senyawa BTS (benzen, toluen, dan silen)
dalam bahan baku air minum yang dilakukan oleh Nichelsen dkk menunjukkan bahwa
pada dosis 4,66 kGy senyawa benzen, toluen, m-silen, dan o-silen telah
terdekomposisi secara sempurna pada dosis 7,87 kGy.
Menurut Arai dari Lembaga Penelitian Tenaga Atom Jepang, kombinasi penggunaan
radiasi berkas elektron dengan metode lain (konvensional), misalnya kombinasi
radiasi dan koagulasi menggunakan Fe+3 untuk mengeliminasi senyawa deterjen,
polivinil alkohol, atau senyawa lainnya; kombinasi dengan ozonisasi; atau kombinasi
dengan penyerapan menggunakan arang aktif juga memberikan hasil yang lebih baik.
Pada metode terakhir ini, maka pertama cairan limbah maupun bahan baku air minum
dialirkan melalui arang aktif sehingga bahan pencemar terserap, selanjutnya arang
aktif yang sudah jenuh diregenerasi dengan cara diiradiasi menggunakan berkas
elektron. Dengan demikian, pencemar yang terserap pada arang aktif akan
terdekomposisi dan arang aktifnya dapat digunakan kembali dengan recovery sekitar
91%.
Beberapa keuntungan pengolahan limbah menggunakan iradiasi yaitu:
Oksidasi yang dipicu oleh radiasi tidak tergantung pada berat molekul zat terlarut.
Mengurangi toksisitas, warna, dan bau.
Meningkatkan biodegradabilitas melalui perubahan struktur kimia.
Memperbaiki sifat pengendapan dan filtrasi dari partikel-partikel pencemar.
Pada proses degradasi sempurna, tidak menghasilkan sludge yang merupakan problem
lanjutan pada proses berikutnya (proses biologi), karena limbah organik akan terurai
menjadi CO2 dan H2O, sehingga BOD dan COD menurun.
Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian Tenaga Nuklir Jepang,
desinfektasi effluent sekunder dari sewage plant menggunakan berkas elektron untuk
skala 100.000 m3/hari diperlukan biaya Rp 100 per m3, lebih ekonomis dibandingkan
metode lainnya (ozonisasi Rp.128 dan lampu UV Rp. 108).
Berbagai penelitian penguraian senyawa fenol, insektisida, dan zat warna tekstil telah
dilakukan di BATAN menggunakan iradiator gamma memberikan hasil yang
memuaskan pada skala laboratorium, namun belum dicoba untuk skala yang lebih
besar. Dengan demikian, teknik nuklir merupakan salah satu alternatif untuk
mengolah limbah industri yang mengandung berbagai senyawa organik yang
berbahaya, namun studi kelayakan sosial-ekonomi perlu dilakukan secara mendalam
agar manfaatnya lebih besar dibandingkan risikonya. Instalasi pengolahan limbah
dengan nuklir ini, baik dengan sumber gamma maupun berkas elektron sebaiknya
dibangun secara in situ dan terpadu untuk beberapa industri yang berdekatan,
sehingga efektif dan efisien.

BAB III
Kesimpulan

Pemanfaatan teknik nuklir dimasa sekarang ini telah digunakan secara luas dalam
berbagai bidang oleh masyarakat Indonesia. Diantaranya dalam bidang kesehatan,
bidang pangan, bidang industri, dan bidang pengolahan lingkungan.
Aplikasi teknik nuklir dalam bidang kesehatan antara lain, kedokteran nuklir,
Radiodiagnostik, Three Dimensional Conformal Radiotheraphy (3d-Crt), Penentuan
Kerapatan Tulang Dengan Bone Densitometer , Teknik Pengaktivan Neutron, dan
Sterilisasi Alat Kedokteran
Aplikasi teknik nuklir dalam bidang pangan dikembangkan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan mengatasi masalah kekurangan pangan. Aplikasi nuklir
dalam bidang industri dapat digunakan untuk pengawetan bahan
makanan melalui prosses irradiasi dan pemuliaan tanaman.
Aplikasi teknik nuklir dalam bidang industri digunakan untuk modifikasi
bahan. penentuan keausan alat dan radiografi indusstri.
Aplikasi teknik nuklir dalam bidang pengolahan lingkungan digunakan untuk
mengolah limbah industry melalui proses irradiasi. Beberapa keuntungan
pengolahan limbah menggunakan iradiasi yaitu:
Oksidasi yang dipicu oleh radiasi tidak tergantung pada berat molekul zat terlarut.
Mengurangi toksisitas, warna, dan bau.
Meningkatkan biodegradabilitas melalui perubahan struktur kimia.
Memperbaiki sifat pengendapan dan filtrasi dari partikel-partikel pencemar.
Pada proses degradasi sempurna, tidak menghasilkan sludge yang merupakan problem
lanjutan pada proses berikutnya (proses biologi), karena limbah organik akan terurai
menjadi CO2 dan H2O, sehingga BOD dan COD menurun.

Anda mungkin juga menyukai