IDENTITAS MUHAMMADIYAH
“Essai Ini Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Mengkuti PID BALI NUSRA PC IMM
Kota Mataram”
Dibuat Oleh:
PIMPINAN CABANG
KOTA MATARAM
TAHUN 2023/2024
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. Wb
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
ESSAI ini. Dengan penuh rasa hormat dan rasa syukur, Penulis menyusun ESSAI
ini sebagai syarat mengikuti PID BALI NUSRA PC IMM Kota Mataram,
dengan tema “IDENTITAS MUHAMMADIYAH”. Melalui Essai ini, penulis
berupaya merangkai pengalaman serta nilai-nilai keagamaan, social, dan
Pendidikan yang telah menjadi bagian integral dari identitas kami sebagai anggota
organisasi ini. Essai ini diharapkan dapat menjadi cerminan pengabdian kami
kepada Muhammadiyah dan IMM, sekaligus menjadi sarana untuk merenung dan
menggali makna lebih dalam tentang identitas yang terus kami perjuangkan.
Penulis sangat senang dan terima kasih jika ada kritikan serta masukan dan
saran bagi penulis untuk tujuan academic yang keamudian itu memungkinkan
dijadikan bahan evaluasi penulis kedepan.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................... 2
DAFTAR ISI..................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 4
A. Latar Belakang....................................................................... 4
B. Rumusan Masalah.................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN................................................................... 7
A. Kesimpulan.......................................................................... 18
3
BAB I
PENDAHULUAN
Ahmad Dahlan tahun 1330 H atau bertepatan dengan 1912 M1. Gerakan ini
lahir di Kauman Yogyakarta, sebuah kampung di samping Kraton
Yogyakarta. Sesuai namanya Kauman adalah kampung yang banyak berisi
kaum atau para ahli agama. Dengan demikian Muhammadiyah lahir di
tengah masyarakat yang taat menjalankan Islam.
1
Tim penyusun, Kemuhammadiayahan; jilid 1, (Yogyakarta: Madrasah Mu’allimin
Muhammadiyah Yogyakarta, 2008), hal 17
2
Muhammad Damami, Akar Gerakan Muhammadiyah,(Yogyakarta; Fajar Pustaka,2000), hal 53
4
umat islam dalam bidang social, politik dan ekonomi yang mejandikan umat
islam sebagai umat pinggiran yang tidak ikut menentukan arah perubahan
masyarakat3
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMABAHASAN
3
Ibid, hal 49-62
5
2. Dengan Organisasi Muhammadiyah telah memelopori amal-amal sosial dan
pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangunan dan kemajuan bangsa,
dengan jiwa ajaran Islam.
6
Perjuangan kesetaraan gender menjadi bagian yang integral dari
identitas Muhammadiyah. Kelanggengan ideologi gender partnership dalam
tubuh Organisasi Muhammadiyah telah menjadi rejim selama seratus tahun
perjuangan. Karena dipertahankan sebagai identitas otentik, maka dinamika
kontestasi ideologi gender dalam perjuangan Muhammadiyah juga hanya
bersifat perluasan peran tanpa menggeser status gender secara substantif.
Gelanggengan rezim gender dalam Muhammadiyah ditopang oleh relasi
dialektis antara nilai dasar pada ranah teologis dan perilaku kolektif pada
ranah praktis.
Hasil riset Doktoral ibu dengan dua orang putra ini lebih jauh
mengungkap, meski nampak permanen dalam keberadaan
Muhammadiyah, ideologi gender Muhammadiyah ternyata menyimpan
fregmentasi dengan munculnya realitas ganda, yang menyebutkan bahwa
laki-laki sebagai kepala keluarga, perempuan/istri berperan sebagai
suborninat komplementer dan realitas praktis yang mesih mencerminkan
senior-yunior partnership antara laki-laki dan perempuan. Artinya, ada
kesenjangan normatif–teologis dari yang sesungguhnya ingin
diperjuangkan oleh Muhammadiyah. Frakmentasi kesenjangan ini
kemudian menguatkan kelompok progresif dalam menguatkan ideologi
gender sebagi kemitra-setaraan antara laki-laki dan perempuan.
7
Hasilnya, Muktamar Muhammadiyah ke 46 tahun 2010 kemarin,
dapat dimaknai sebagai langkah Muhammadiyah melintas zaman, karena
pergeseran isu gender yang telah mendekati ideologi kemitra-setaraan
yang terjadi pada ranah teologis dan praksis secara bersamaan. Pada ranah
teologis, pengakuan imam shalat perempuan (dengan catatan terbatas
pada konteks tertentu) telah mampu meruntuhkan superioritas laki-laki
yang absolut dan omnipresent. Pada ranah praksis, masuknya perempuan
dalam pimpinan pusat Muhammadiyah, artinya ideologi gender
Muhammadiyah telah mampu mendobrak eksklusifitas maskulin
perserikatan yang sudah bertahan selama seratus tahun. Sejauh mana
pergeseran rezim gender dalam Muhammadiyah ini akan berlanjut,
tergantung sejauh mana kelompok progresif dalam Muhammadiyah ini
(yang sesungguhnya hanya merupakan kelompok periferi) mampu terus
memperjuangan pengarusutamakan ide kesejahteraan gender dalam
perserikatan, jelas Ruhaini.
Hasil riset putri kelahiran Blora ini juga mengungkap bahwa ide
gender Muhammadiyah juga menjadi salah satu aspek fundamental relasi
organisasi sosial dan Negara. Karena dari hasil temuan-temuan risetnya
menyimpulkan bahwa gender merupakan faktor penghubung yang
menjembatani hubungan Muhammadiyah dan kekuasaan politik, meski
pada saat keduanya berseberangan secara oposisi-adversial pada dataran
ideologis formal. Kedekatan ideologi gender Muhammadiyah dan budaya
politik nasional, menurut promovendus, didukung fakta bahwa sebagian
besar anggota Muhammadiyah menjadi pegawai negeri pada masa orde
baru. Fakta ini membuka wacana peran ganda perempuan pada tahun
1980an. Fata ini juga menghasilkan referensi karya buku yang mengangkat
tetang perempuan beraktifitas, produktif ekonomis pada komunitas
Kauman, tertuang pada buku tuntutan Adabul Mar’ah Fil Islam. Ketika
rezim orde baru bergeser menjadi lebih konservatif, Muhammadiyah juga
menghasilkan Justifikasi karya buku tetang Toentoenan Manjadi Isteri
Islam Yang Berarti.
8
Dari hasil riset tentang Perjuangan Kontestasi, Indentitas dan
Eksistensi Gender Dalam Muhammadiyah, menurut Dosen yang pernah
mendapatkan penghargaan Menteri Agama RI sebagai Dosen aktif
produktif ini berkesimpulan bahwa kesetaraan gender antara laki-laki
dengan perempuan akan terwujud dengan perjuangan yang terus menerus
di dukung kesiapan modal sosio-kultural ekonomi perempuan. Artinya
siapapun laki-laki atau perempuan yang memiliki kesiapan sosio-kultural
dan ekonomi akan memiliki peluang memperoleh status yang lebih tinggi.
Jika modalitas sosio-kultural ekonomi yang dimiliki antara laki-laki dan
perempuan berimbang maka relasi gender akan berimbang.
a) Prinsip Tauhid
b) Prinsip Ibadah
c) Prinsip Jama’ah atau kemasyarakatan
d) Prinsip gerak dan kemandirian dakwah
9
e) Prinsip Gerak dan Tajdid
10
yang dapat dihayati, dirasakan, dan dinikmati oleh umat sebagai rahmatan
lil’alamin.
11
dibedakan menjadi tiga pase, yakni pase aksi-reaksi, konsepsionalisasi dan
pase rekonstruksi4.
Dari segi bahasa, tajdid berarti pembaharuan, dan dari segi istilah,
tajdîd memiliki dua arti, yakni:
a. pemurnian;
4
Ahmad Dahlan: “Pemikiran dan Perjuangan Kiai Pembaharu”. Karya Ahmad Gaus AF
12
Persyarikatan Muhammadiyah, tajdid merupakan salah satu watak dari
ajaran Islam.
a. Fundamentalis
13
Tentu, kita sebagai umat Islam harus memberikan apresiasi
terhadap sikap mereka yang konsisten atau istiqamah dalam menjalankan
apa yang tertulis dalam Al-Qur’an dan Hadis. Namun dalam waktu yang
sama kita juga harus memperhatikan dan mencermati sumber ajaran Islam
dengan menggunakan penalaran dan analisis yangtidak bertentangan
dengan misi Al-Qur’an sebagai agama yang menjadi rahmat bagi semua
umat manusia, di mana pun dan kapan pun mereka berada
b. Liberalis
c. Moderat
5
Islam and Liberal Citizenship: “The Search For An Overlapping Consensus” by Andrew F.March
14
Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa kecenderungan pemahaman
umat Islam terhadap Al-Qur’an dan Al-Sunnah dibedakan menjadi muslim
liberal di satu sisi dan muslim fundamentalis di sisi yang lain. Diantara
kedua aliran dan kecenderungan ini ada kelompok umat Islam yang
memahami kedua sumber itu secara moderat Artinya, tidak terlalu bebas,
seperti kelompok Islam liberal dan tidak juga kaku, seperti kelompok
Islam fundamentalis.
6
Islam and the secular State in Indonesia; Karya Robert W.
15
untuk memperbaharui dan menghidupkan kembali nilai-nilai islam agar tetap
relavan dalam berbagai aspek kehidupan . Konsep tajdid ini dapat mencakup
pembaharuan dalam pemikiran, social, ekonmi,dan budaya sesuai dengan
ajaran islam7
Memiliki ilmu syar'i yang benar, hal ini karena di antara aktivitas
tajdid adalah mengajarkan agama, menebarkan ilmu syar'i dan membela
sunnah dan ahlinya, serta menghancurkan kebid'ahan.
7
Naquib Al-Attas; “Renewal In Islamic Thought: A Philosophical Analisis”.
16
Seorang mujaddid harus seorang alim yang pakar dalam agama, dai
yang cerdas yang mampu menjelaskan al-Qur`an dan sunnah Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa salam yang shahih kepada manusia. Juga jauh dari
kebid'ahan dan memperingatkan manusia dari perkara-perkara yang diadakan
dalam Islam, serta mengembalikan mereka dari penyimpangan kepada jalan
yang lurus yaitu kepada al-Qur`an dan sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa salam (Fatawa al-Lajnah ad-Da`imah, 2/169).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
17
lembaga pendidikan yang berada dibawah naungan Pimpinan Cabang
Muhammadiyah Metro Pusat dalam perkembangannya pada setiap tahunnya
terus mengalami peningkatan baik dari segi kualitas dan kuanititasnya.
18