Anda di halaman 1dari 13

Yukka Harlanda: Pebisnis Sepatu Kulit Tajir Bermodal

Rp 7 Juta
Sosok Inspiratif

Foto: Brodo Footwear/Dok: indotrading.com

“Awalnya karena kaki saya besar kalau cari sepatu harus ukuran 46, susah nyari sepatu.
Harus merek luar negeri dan harganya mahal,”

Berusia sangat muda tidak menghambat CEO Brodo Footwear Muhammad Yukka Harlanda
(28) untuk membuka sebuah bisnis. Berawal dari kesulitan mencari sepatu dengan ukuran
yang sesuai kakinya, Yukka memberanikan diri terjun lebih dalam di bisnis jual beli sepatu
kulit.

“Awalnya karena kaki saya besar kalau cari sepatu harus ukuran 46, susah nyari sepatu.
Harus merek luar negeri dan harganya mahal. Terus nyarilah explorasi dan kebetulan punya
temen (Putera Dwi Karunia) yang kebetulan ingin punya bisnis ya sudah kemudian digabung
deh ide kita,” ungkap Yukka saat ditemui di Store Brodo, Kawasan Kemang, Jakarta, Kamis
(21/7/2016).

Dari sana kemudian Yukka mulai hunting atau memburu sepatu yang bisa dipesan sesuai
dengan ukuran kaki si pemesan. Akhirnya Yukka tiba di salah satu pusat produksi sepatu
terbesar di Bandung yaitu Cibaduyut. Di tempat tersebut, Yukka mulai bertanya-tanya
bagaimana cara membuat sepatu, memesan hingga jenis dan bahan baku sepatu kepada para
perajin.

“Mulanya iseng nggak ada niat buat bisnis serius, karena mahasiswa akhir bosan nggak ada
kegiatan. Kan di Bandung ada Cibaduyut. Saya coba menanyakan pembuatan sepatu custom
ternyata bisa,” tuturnya.

Foto: Muhammad Yukka Harlanda/Dok: Pribadi

Selain membeli untuk keperluannya sendiri, Yukka kemudian memberanikan diri untuk
memesan beberapa lusin sepatu dengan jenis yang dianggapnya laku di pasaran untuk dijual
kembali. Kemudian ia ditawari oleh para perajin di Cibaduyut untuk membeli lebih banyak
sepatu karena harga yang ditawarkan lebih miring. Akhirnya Yukka setuju.

“Awalnya pesan beberapa pasang aja buat dipakai sendiri. Tapi pembuatnya nyaranin buat
bikin satu lusin karena lebih murah dan semakin banyak semakin murah lagi. Saya kemudian
pesan tiga lusin deh terus sisanya dijual deh. Ya iseng berujung bisnis akhirnya,” katanya.

Pria kelahiran Jakarta 18 Juli 1988 ini mengungkapkan untuk membeli 3 lusin sepatu di
Cibaduyut, Yukka hanya memerlukan modal Rp 7 juta. Yukka dan rekannya Putera berbagi
beban modal masing-masing Rp 3,5 juta. Ada cerita unik, Yukka mengaku modal Rp 3,5 juta
berasal dari celengannya di masa kecil yang berasal dari pemberian angpao saat Hari Raya
Lebaran.
“Modal awal itu sekitar Rp 7 juta hasil patungan saya dan partner saya, Putera. Rp 7 juta itu
juga dapat pinjeman. Saya dari tabungan THR (Tunjangan Hari Raya) kalau Putera pinjam
dari tantenya,” sebutnya.

Akhirnya tidak disangka produk sepatu yang didapatnya dari para perajin di Cibaduyut laku
dijual kembali dan mendapatkan apresiasi dari para pembeli. Yukka terus mengembangkan
usahanya hingga memberikan label Brodo Footwear bagi setiap produk sepatu kulit yang
dijualnya di tahun 2011.

Penamaan kata ‘Brodo’ berasal dari bahasa Italia yang memiliki arti kaldu ayam. Cukup unik
mengapa memberikan produk sepatu dengan kata Brodo. Tetapi Yukka punya alasan khusus.

“Awalnya (kata) Bro itu ya karena produk kita kan buat costumer cowok-cowok. Tapi
sebenarnya Brodo itu dalam bahasa Italia adalah kaldu ayam. Memang tidak ada hubunganya
dengan produk kami tapi kata Brodo itu terdengar enak dan keren aja,” katanya dengan lugas.

Setelah brand Brodo diluncurkan, Yukka kemudian menyuntik modal lebih besar lagi dan
membangun sebuah tim yang juga melibatkan 8 UKM pembuat sepatu. Akhirnya ia memilih
untuk meminjam modal dari Perbankan sebesar Rp 40 juta.

“Akhirnya kita tambahin modal dengan hasil pinjaman juga, pinjam sama teman, saudara dan
sama bank. Karena kita belum punya PT pinjaman ke bank juga dalam skala kecil seperti
pinjaman kredit mikro yang maksimal Rp 40 jutaan,” sebutnya.

Fokus Pada Pemasaran Digital

Untuk menarik perhatian para pembeli, Brodo Footwear menetapkan pemasaran digital
sebagai strategi penjualan utama. Brodo kini bisa terbilang sukses menjalankan bisnis sepatu
kulit yang bisa menarik perhatian para pembeli.

Didirikan oleh Yukka Harlanda dan Putera Dwi Karunia yang merupakan dua jebolan Teknik
Sipil ITB, Brodo kini menjadi pemain bisnis sepatu kulit yang sukses memanfaatkan
pemasaran digital hingga namanya dikenal oleh kalangan luas.

“Setelah dicoba dipasarkan melalui media online banyak yang memberikan pujian. Mereka
bilang design dan kualitasnya bagus, service nya juga memuaskan. Ya hal itu menjadi
motivasi sendiri sih,” katanya.

Foto: Brodo Footwear/Dok: indotrading.com

Masuk ke pemasaran digital juga berarti berurusan dengan target pasar yang sesuai agar
campaign yang dijalankan tidak sia-sia. Yukka mengungkapkan, Brodo memiliki fokus bisnis
untuk menargetkan pelanggan yang segmented dan akrab dengan dunia teknologi alias
internet savvy, fasih akan teknologi dan socially active.

Yukka mengakui manfaat positif dari pemasaran digital yang dirasakan rupanya tidak hanya
berimbas kepada kemajuan bisnisnya di sektor online saja. Brodo saat ini telah memiliki dua
toko offline di Jakarta yaitu masing-masing di Kemang dan Kuningan City. Sedangkan 4
outlet lainnya tersebar di 4 kota berbeda yaitu di Bekasi, Bandung, Surabaya, dan Makassar.
“Pemasaran yang dilakukan adalah kita invasi media online dan melakukan kreativitas se
kreatif mungkin. Misalnya partnership dengan brand lain seperti bank, mal, public figure,
bikin aktifitas yang lucu, mengadakan kontes. Lalu membuat sepatu khusus untuk salah satu
public figure. Pemasaran-pemasaran yang seperti itu tidak perlu mengeluarkan budget besar
tapi efeknya bisa besar seperti iklan di televisi,” jelasnya.

Hanya Jual Sepatu Kulit Khusus Pria

Brodo Footwear kini menjelma menjadi sebuah produk sepatu kulit lokal yang memiliki
kualitas premium. Yukka Harlanda, CEO Brodo Footwear menjelaskan bila produk sepatu
kulit yang dijual hanya untuk pria. Cara ini dilakukan agar Brodo Footwear memiiki identitas
yang dikenal masyarakat.

“Sudah pasti target yang kita bidik adalah kaum laki-laki. Dengan tagline kita ‘Brodo
Gentleman’ dan tagline itu datang dari costumer sendiri saat membeli produk kami mereka
selalu bilang wah gantle banget nih pakai brodo, Brodo gentleman,” ujar Yukka sambil
tertawa.

Terkait segmentasi produknya, ia juga mengatakan bakal menyasar kelas menengah ke atas.
Namun tidak menutup kemungkinan kalangan menengah ke bawah juga dapat membeli
sepatu kulit Brodo. Yukka menjelaskan, rata-rata harga sepatu Brodo dibanderol antara Rp
250 ribu hingga jutaan rupiah.

“Kualitas kami memang premium dibandingkan sepatu lokal yang harganya juga kan lebih
mahal. Tapi kami tidak bersaing dengan sepatu lokal tapi sepatu yang ada di mal-mal besar.
Tetapi dengan harga yang beragam kami tidak mau mengkotak-kotakan costumer,” sebutnya.

Tidak hanya sepatu kulit, usahanya kini merambah produk fashion lainnya. Sebut saja baju,
jaket, sepatu anak hingga dompet yang semuanya diperuntukkan untuk kalangan pria.

“Kita juga sudah coba membuat baju, jaket dan dompet, tapi tidak kita seriusin itu hanya
untuk tambahan saja. Brodo tetap fokus kepada footwear. Inovasi yang sudah dilakukan
adalah menaikan lagi kualitas, bahkan sekarang Brodo sudah merambah kepada sepatu anak
sih dan responnya cukup bagus,” jelasnya.

Santai Hadapi Kompetitor

Brodo Footwear bukanlah pemain baru di sektor penjualan produk sepatu kulit. Sebelum
Brodo Footwear, sudah banyak pemain bisnis di sektor penjualan sepatu kulit yang memiliki
nama besar.

Menghadapi persaingan pasar yang cukup ketat, CEO Brodo Footwear Yukka Harlanda
menanggapi santai. Berbagi strategi sudah dilakukan dan Yukka optimis bisa bersaing dengan
para pemain besar.

“Sebenarnya dengan para kompetitor Kita saling kenal dan saling berbagi ilmu. Ya tapi ada
juga yang niru-niru. Awalnya kesel juga sih, tapi dibawa santai saja. Toh rejeki sudah ada
yang mengatur,” kata Yukka.
Selain berjualan di online store, Brodo Footwear juga sudah memiliki banyak outlet yang
tersebar di beberapa kota besar yaitu di Jakarta, Bekasi, Bandung, Surabaya hingga Makassar.
Selain itu, produk yang dijual Brodo Footwear lebih menekankan sisi kualitas dan pelayanan
kepada para pembeli.

Foto: Brodo Footwear/Dok: indotrading.com

“Lagipula kita kan selalu menjaga service dan kualitas kita. Pasti costumer juga tahu mana
Brodo yang asli dan palsu. Jadi tidak ada masalah dengan kompetitior, dibawa santai saja,”
sebutnya.

Kemudian Yukka juga mengungkapkan hal lain yang menjadi keunggulan Brodo Footwear.
Yukka memastikan sepatu kulit merek Brodo Footwear dibuat dari kulit sapi asli bukan kulit
tiruan atau sintesis.

“Dibuat dari kulit sapi asli yang paling berkualitas. Dan yang membedakan kita sama yang
lain ya senjata kita adalah kualitas premium dengan harga yang terjangkau,” tekannya.

Sukses di Usia Muda

Di usia yang ke 28 tahun, Yukka Harlanda telah menjadi sosok penting pengusaha sukses di
bisnis Brodo Footwear. Dimulai tahun 2010, usaha penjualan sepatu kulit, Brodo Footwear
kini dikenal kalangan luas terutama di Kota Bandung.

Memiliki omzet yang cukup besar dan telah memiliki 110 karyawan adalah bukti bila Yukka
telah memainkan peran penting di Brodo Footwear. Atas pencapaian dan prestasinya ini
menurut Yukka tidak didapat dengan cara yang mudah.

“Di awal-awal kendalanya ya karena kita tidak punya ilmu desain untuk fashion, bisnis,
marketing, analisa dan laporan keuangan. Hal itu yang menjadi kendala banget. Tapi kita
tidak gentar, kita terus berjalan dan terus belajar. Jadi kita tuh belajar dari kesalahan,” papar
Yukka.

Hal lain yang menjadi hambatan Yukka adalah pernah tertipu karena membeli sepatu kulit
yang harga jualnya mahal padahal kualitasnya buruk. Tetapi ia mengaku tidak kapok dan
meneruskan usahanya ini hingga ia meraih kesuksesan.

“Kita pernah rugi, ditipu, membeli produk kemahalan. Tapi kita tidak kapok, karena saya
merasa nothing to lose aja sih. Selain itu juga tidak didukung sama keluarga, karena orang tua
saya inginnya saya itu bekerja yang bener yang sesuai dengan jurusan kuliah. Tapi setelah
sekarang Brodo terus tumbuh. Orang tua bangga juga,” tuturnya.

Yukka optimis bisnis sepatu kulit Brodo Footwear bakal berkembang dari tahun ke tahunnya.
Alasannya cukup simpel karena pasar Indonesia yang begitu besar.

Foto: Brodo Footwear/Dok: indotrading.com

“Karena negara kita memiliki jumlah penduduk yang paling banyak. Jadi terbuka besar
peluang bisnis di Indonesia,” singkatnya.
Brodo Footwear terus berinovasi untuk menciptakan produk dengan desain yang inovatif. Hal
ini yang menjadi senjata Brodo Footwear bisa berkembang dan sukses seperti saat ini.

“Masih besar bisnis clothing dan binsis strategi digital. Jadi just have fun. Jangan ikut-ikutan
(orang lain) dan percaya sama filosofi diri sendiri,” tutupnya.

Reporter : Kumi Laila Penulis : Wiji Nurhayat

https://news.indotrading.com/yukka-harlanda-pebisnis-sepatu-kulit-tajir-bermodal-rp-7-juta/

Yukka Harlanda Pendiri Brodo


Jika Anda pernah melihat iklan di media sosial yang bertuliskan Brodo dengan
gambar sepatu kulit berkesan mewah nan elegan, Yukka Harlanda-lah salah satu
pendiri dari brand sepatu yang kini telah memiliki 4 store offline di kota besar.

Yukka Harlanda adalah pria alumnus Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
dari Institut Teknologi Bandung (ITB).

Ia bersama dengan sahabatnya, Putera Dwi Kurnia senang bermain basket


semasa di kampus.

Awal Mula Brodo Berdiri


Awal dari berdirinya merk sepatu Brodo sangatlah jenaka.

Yukka Harlanda yang kala itu sedang mencari peluang bisnis untuk membuka
café, ia dan Putera berbincang dengan teman-teman yang sudah terlebih dahulu
membuka bisnis kuliner.

Mereka berusaha mencari informasi bagaimana cara membuka bisnis kuliner


dan setiap kendala yang biasanya dihadapi.

Namun dari hasil perbincangan, ternyata mereka tidak cocok dengan bisnis
kuliner tersebut.

Suatu ketika, Yukka Harlanda sedang membutuhkan sepatu baru namun ketika
mencari ukuran yang pas dengan ukuran kakinya, ia tidak menemukannya.
Jika ada yang pas dengan ukuran kakinya yang besar – maklum postur pebasket
biasanya kakinya berukuran besar – tapi ia tidak sreg dengan modelnya.

Selain itu, harganya pun mahal bagi kantong mahasiswa dan barangnya pun
impor dari luar negeri.

Saat Yukka merantau untuk menyelesaikan studi S1-nya di Bandung, ia pergi ke


pengrajin sepatu di kawasan Cibaduyut, Bandung.

Ia mendatangi puluhan penghasil sepatu untuk membuatkannya sepasang


sepatu. Namun ia, tidak mendapati pengrajin yang mau menerima orderan
sepasang sepatu saja.

Kebanyakan para pengrajin itu hanya menerima minimal pembelian dengan 5


lusin sepatu.

Akhirnya, ia sampai pada salah satu vendor yang menerima pesanan hanya satu
pasang sepatu kulit sesuai dengan pesanan Yukka Harlanda.

Setelah sepatu kulit itu jadi dan bangga atas hasil rancangannya sendiri, Yukka
Harlanda memamerkan sepatunya tersebut kepada teman-teman kuliahnya.

Ternyata banyak teman kuliahnya yang tertarik dengan sepatu hasil rancangan
Yukka Harlanda. Ia memanfaatkan peluang tersebut dan membuka sistem pre-
order.

Dengan mengeluarkan tabungannya Rp3,5 juta dan ditambah dari uang Putera
Rp3,5 juta (hasil pinjaman), Yukka dan Putera berhasil mendapatkan 40 pasang
sepatu dan sebagai modal awal berdirinya sepatu merek Brodo.

Inilah langkah awal berdirinya bisnis sepatu yang dikhususkan bagi kaum lelaki
yang dinamakan Brodo.

Peningkatan Penjualan Brodo


Brodo menjadi merek sepatu lokal dan mulai branding di tahun 2010.

Yukka Harlanda dan Putera memanfaatkan forum Kaskus untuk


menyebarluaskan bisnis kecil-kecilannya tersebut.
Dengan masuk dalam sebuah forum terbesar di Indonesia tersebut, mereka
mampu menyerap semua target pasar, dari berbagai kalangan dan rentang usia.

Di tahun yang sama, Yukka menggunakan situs terbaru dari Facebook yaitu
Page.

Jika suatu Page memiliki banyak jumlah likes, lalu admin mendorong konten
tertentu, maka konten tersebut akan muncul di linimasa orang-orang yang me-
like Page tadi.

Hal inilah yang dimanfaatkan dan diulik oleh Yukka terhadap Brodo. Facebook
pun menjadi situs pertama yang dituju masyarakat, kala berseluncur di dunia
internet sehingga menjadi peluang baik untuk semakin menyebarluaskan merek
Brodo kepada khalayak umum.

Pengguna Page kala itu masih sangat jarang sehingga belum mengganggu lini
masa pengguna Facebook.

Saat itu, dalam waktu satu bulan saja, Brodo sudah memperoleh 5000 likes.

Selain menggunakan Kaskus dan Facebook, Yukka menyebarluaskan Brodo


melalui aplikasi BBM.

Dengan maraknya penggunaan ponsel dan aplikasi BBM, hal ini mempermudah
penyebarluasan informasi dan iklan Brodo.

Brodo Masuk Ranah Offline melalui The Goods Dept.


Di tahun 2011, saat itu pasar sedang ramai dengan maraknya bazar dan pop-up
market.

Brightspot Market adalah yang lagi naik daun saat itu. Inilah momen yang
membawa Brodo menjajal pasar offline.

Ketika itu, Brodo mengikuti Denim market dan kedatangan tim dari The Goods
Dept.

Mereka menawarkan kepada Brodo untuk bergabung dengan The Goods Dept.

Mereka mengatakan bahwa jika Brodo sudah bergabung dengan The Goods
Dept., maka Brodo dapat ikut serta di Brightspot.
Mendengar tawaran itu, Yukka Harlanda dan Putera sangat senang dan
menyetujui untuk bergabung dengan The Goods Dept.

Produk Brodo tidak hanya masuk ke The Goods Dept, tetapi juga beberapa
distro di kota-kota besar seperti Medan, Jakarta, Bandung dan juga Surabaya.

Yukka Harlanda dan Putera sempat mendapatkan invoice penjualan sebesar


Rp20 juta dari The Goods Dept.

Kembali ke Ranah Online dan Membuka Store Offline


secara Mandiri
Perlahan dengan kesuksesan Brodo, Yukka dan Putera tidak lagi memasukkan
produk mereka ke distro dan juga The Goods Dept.

Setelah sekian lama mengabaikan pemasaran melalui media sosial, di tahun


2013 Brodo kembali ke ranah dunia internet untuk memasarkan produknya.

Setiap produknya kembali dipasarkan melalui media sosial yang marak


digunakan oleh para calon pelanggan.

Saat Yukka kembali ke Jakarta setelah selesai studi, ia merasa perlu untuk
membuka sebuah kantor atau gudang penyimpanan stok produk Brodo.

Setiap produk Brodo disimpan dalam sebuah bangunan yang cukup besar untuk
memudahkan menyimpan stok barang dan memudahkan untuk cash on delivery
(COD) dengan pembeli.

Namun, ketika menempati bangunan tersebut, akhirnya mereka membuka toko


offline Brodo dan berbagi lahan bisnis dengan adiknya yang juga membuka
bisnis Barber Shop di sebelah Brodo.

Dengan berdirinya Brodo Store, Yukka Harlanda percaya akan dapat


meningkatkan kepercayaan dari para calon pembeli yang akan berbelanja di
Brodo.

Dengan adanya Brodo Store mampu mengundang banyak orang untuk


mengenal produk Brodo.
Selain itu, pelanggan juga dimanjakan dengan berbelanja langsung dan bisa
melihat kualitas barang yang ingin dibelinya.

Melihat peningkatan penjualan yang signifikan, Yukka Harlanda mulai


membuat situs e-commerce selain melihat maraknya situs ini digunakan.

Yukka memanfaatkan peralatan dari Google seperti Google Ads dan juga
Google Analytics melalui situsnya.

Situs tersebut juga menjadi media pemasaran yang sangat efektif karena dapat
memasukkan banyak sekali konten, antara lain introduksi, katalog, dan jurnal.

Sejak tahun 2013, Brodo Store sudah ada di 4 kota besar seperti Jakarta,
Bandung, Bekasi dan juga Surabaya.

Free Download Ebook Pentingnya Mengelola Keuangan Pribadi dan Bisnis


Download Ebook Sekarang

Kendala Yukka Harlanda dalam Bisnis Sepatu Kulit


Brodo
Sebagai pebisnis, pasti akan banyak tantangan yang dihadapi, demikian juga
Yukka Harlanda dan Putera.

Dari modal yang kecil, total Rp7 juta, hingga pesanan yang sempat dikatakan
sebagai penipuan.

Tantangan yang membuat Yukka sangat down adalah ketika ada pelanggan
yang akan melaporkannya sebagai penipuan.

Kala itu, saat bulan puasa dan stok Brodo habis, namun banyak orang yang
masih ingin memesan produk Brodo karena euphoria THR.

Oleh sebab itu, Yukka nekat untuk membuka sistem pre-order.

Namun 3 bulan kemudian, barangnya belum jadi dan setelah jadi pun ternyata
masih reject karena kualitasnya yang jelek sehingga ribuan pasang sepatu harus
diproduksi ulang.

Brodo saat itu diprotes oleh banyak orang dan salah satunya ada yang akan
melaporkannya sebagai penipuan.

Namun, karena support dari sang pacar, Yukka Harlanda tidak patah semangat.

Karena bisnis ini dibangun berdasarkan passion-nya, ia tetap bangkit dan


hingga sekarang, Brodo Store bermunculan di beberapa kota dan mendapat
perhatian dari para pelanggan.

Bisnisnya yang semakin berkembang, tidak membuatnya pelit dalam berbagai


kepada para karyawannya yang kala itu sempat berjumlah 100 orang karyawan.

Dengan keuntungan yang semakin meningkat, Yukka Harlanda juga


menambahkan bonus kepada para karyawannya.

Walaupun tidak cukup besar, para karyawannya terlihat begitu senang demikian
juga Yukka Harlanda.
Menjadi Diri Sendiri
Yukka Harlanda adalah sosok yang cukup cuek. Terbukti ketika ia mendapatkan
nilai C saat kuliah, ia tidak terlalu mempedulikan dan berusaha untuk
memperbaiki kesalahannya serta mendapatkan pengalaman darinya.

Saat kuliah, ia pintar mengatur strategi saat kuliah. Karena ia adalah mahasiswa
yang lebih banyak bergaul dan senang dengan kegiatan di luar, ia harus pandai-
pandai mengatur waktu.

Ia melihat peluang saat ada dosen yang hanya mementingkan tugas atau dosen
yang hanya mementingkan absensi.

Ia tidak mau kuliahnya berantakan oleh karena kegiatannya yang banyak dan
juga bisnisnya.

Yukka Harlanda memberikan pesan moral dan motivasi bagi para pebisnis
lainnya untuk tetap menjadi diri sendiri dalam versi yang terbaik.

https://www.finansialku.com/yukka-harlanda-brodo/

Tau merk sepatu lokal Brodo? Harusnya tau dong, ya. Tapi kamu tau nggak, awal mula
berdirinya gara-gara apa? Gara-gara founder-nya, Muhammad Yukka Harlanda, susah nyari
sepatu berukuran besar. Maka akhirnya dia memutuskan untuk memesan sepatu khusus buat
dirinya sendiri.

Nah, begitu ketemu vendor yang cocok di Bandung, Mas Yukka malah ketagihan membuat
sepatu.

Akhirnya, bareng temen sekampusnya, Putera Dwi Kurnia, Yukka membangun Brodo.

Awalnya Brodo hanya dijual online, namun sekarang mereka punya lima offline stores di
Jakarta, Bandung, Surabaya dan Bekasi. Wow!

Di sela-sela acara Pesta Pendidikan bulan lalu, saya berhasil “nyulik” Mas Yukka sebentar
untuk berbagi inspirasi ke kamu semua, tentang perjuangannya membangun Brodo.

Halo, Mas Yukka! Penasaran, nih, dulu membangun Brodo modal awalnya berapa?
Modal tabungan Rp3,5 juta, ditambah uang Uta (Putra) yang didapat dari hasil pinjaman
sebesar Rp3,5 juta juga. Dengan modal segitu, produksi pertama Brodo menghasilkan 40
pasang sepatu.

Apa, sih, tantangan membangun Brodo?

Banyak. Saya sampai lupa, saking banyaknya. Hahaha…

Tapi tantangan yang paling berasa di awal-awal adalah, nggak punya pengalaman sama sekali
di bidang pembuatan sepatu. Selain itu, modalnya juga pas-pasan banget.

Tapi pasti ada senengnya, dong?

Ada.

Pertama, saya senang bisa menyalurkan passion. Sejak kecil, saya suka banget sama sepatu.
Saya hapal jenis sepatu Nike, Adidas dan lainnya. Bisa bekerja di bidang yang saya sukai, tuh,
asyik banget!

Kedua, punya bisnis sendiri berarti saya nggak harus kerja sama orang. Kebetulan, saya dan
Uta memang bukan tipe yang suka kerja di korporasi. Makanya kita bersyukur banget bisa
membangun Brodo dan mengembangkannya.

Ketiga, sekarang Brodo sudah punya lebih dari 100 orang karyawan. Setiap kali mereka happy,
saya juga jadi ikutan happy.

Cerita sedikit, ya. Beberapa bulan ke belakang, penjualan Brodo sempet melebihi ekspektasi
sehingga kita bisa kasih bonus ke karyawan. Meskipun nggak banyak, tapi mereka senangnya
minta ampun. Hal-hal kayak gini bikin saya terus mutar otak supaya Brodo berkembang lebih
besar.

Mas Yukka ‘kan dulu sekolah di SMA 8 Jakarta, kenapa akhirnya milih kuliah ke
jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung?

Hahaha! Jadi ceritanya, dulu saya punya pacar dari SMA, dan dia masuk ITB duluan. Jadi saya
mikir, gimana caranya, harus kuliah di ITB juga. Motivasinya memang salah, sih, tapi
Alhamdulillah, kuliah saya lancar dan dijalani dengan semangat.

Pas kuliah, Mas Yukka tipe mahasiswa yang seperti apa?

Pas kuliah, saya tipe mahasiswa yang lebih banyak bergaul dan berkegiatan di luar. Tapi
tergantung tipe dosennya juga, sih. Misalnya, ada tipe dosen yang peduli sama absensi, ada
juga tipe dosen yang lebih mementikan tugas kelar. Pokoknya saya harus pintar-pintar
mengatur strategi. Jangan sampai saya terlalu asyik kegiatan di luar kelas atau serius berbisnis,
tapi akhirnya kuliah berantakan.
Skill apa yang nggak dipelajari di bangku kuliah dulu, tapi bermanfaat untuk profesi
sekarang?

Public speaking dan leadership.

Pernah mengalami kegagalan yang bikin down banget, nggak?

Untungnya, saya orang yang apa-apa dibawa santai. Anak-anak ITB biasanya high achiever,
ya. Saya nggak begitu-begitu amat. Waktu kuliah, kalau saya dapat nilai C, ya santai aja. Yang
penting saya bisa ambil pelajaran dari pengalaman-pengalaman saya, supaya pengalaman
jeleknya nggak terulang.

Nah, hal itu kebawa sampai sekarang saya bekerja. Saya berusaha santai setiap menghadapi
masalah.

Tapi saya ingat suatu kejadian, sekitar tiga tahun lalu. Waktu itu bulan puasa dan stok Brodo
habis, tapi orang masih pada mau beli karena euphoria THR. Akhirnya, kami nekat buka pre-
order. Tiga bulan kemudian, barangnya belum jadi. Pas udah jadi, ternyata masih reject
(kualitasnya jelek) sehingga ribuan sepatu harus diproduksi ulang.

Kami mendapat protes di mana-mana, bahkan ada yang sampai mau melaporkan ini sebagai
penipuan.

Di situ saya ngerasa, kok berbisnis tuh susah banget, ya? Kok gini banget, ya?

Trus, gimana caranya Mas Yukka bangkit lagi?

Saya beruntung punya pasangan yang supportive banget. Dia bilang, kalau bisnis ini memang
passion saya, saya nggak boleh nyerah. Dulu Nike, Adidas dan perusahaan besar lainnya juga
pasti pernah mengalami hal-hal menyedihkan. Akhirnya saya bisa semangat lagi. Nggak sia-
sia ‘kan ngejar dia ke ITB? Hahaha!

Pesan buat teman-teman Youthmanual yang ingin jadi entrepreneur muda?

Saya hobi banget baca biografi dan ini bikin saya mengidolakan banyak orang. Tapi saya
sadar, kita nggak akan pernah bisa jadi orang lain. Yang paling benar adalah tetap menjadi diri
kita sendiri, namun dalam versi terbaik.

Selain itu, setiap fase kehidupan nggak ada yang bisa diulang. Maka nikmati apa yang lagi lo
rasain sekarang. Sekolah, kuliah, bergaul seluas-luasnya, gagal sebanyak-banyaknya. Nikmatin
fase hidup lo sekarang, karena fase itu nggak akan pernah bisa diulang

https://www.youthmanual.com/post/profil/muhammad-yukka-harlanda-susah-cari-sepatu-ukuran-
besar-akhirnya-bikin-perusahaan-sepatu-sendiri

Anda mungkin juga menyukai