Anda di halaman 1dari 9

Wirausaha merupakan salah satu usaha yang banyak dijalankan oleh banyak orang karena

dengan berwirausaha, para pelaku usaha tersebut dapat mengembangkan usahanya dengan
leluasa. Salah satu pelaku wirausaha yang sukses di bidang kuliner khususnya makanan berat
seperti steak yaitu Jody Broto Suseno. Usaha yang dijalankannya bernama Waroeng Steak
and Shake. Usaha ini tergolong usaha yang segmentasinya yaitu kalangan menengah atas,
namun Jody Broto Suseno mengubah kesan tersebut agar semua kalangan dapat
menikmatinya. Usaha ini pertama kali dibuka di Yogyakarta. Seiring berjalannya waktu, kini
Waroeng Steak and Shake sudah tersebar di berbagai kota besar di Indonesia.

I.

Profil Wirausaha Sukses


Darah wirausaha tampak melekat dalam diri Jody
Broto Suseno si pemilik Waroeng Steak & Shake
yang kini digemari oleh masyarakat Kota Jogja
terutama para mahasiswa. Mimpi besar, tekad,
kemauan untuk belajar dan belajar dari setiap
kemajuan dan keterpurukan, ialah modal pokok
yang Jody miliki sehingga watung rintisannya
sekarang

telah

mampu

menghidupi

ribuan

karyawannya.
Sebenarnya, usia Jody Broto Suseno masih tergolong muda untuk Redaksi Santap Jogja
masukkan dalam Legenda Kuliner Jogja. Namun pada usia awal empat dasawarsa, prestasi
Jody tergolong unik dan membanggakan karena telah mampun membangun usaha dari nol
hingga sebesar ini, lelaki asal Jogja ini layak digolongkan Legenda Kuliner Jogja.
Sejak 1993, semasa SMA, Jody sudah melatih dirinya untuk berjualan parsel, susu
segar, roti bakar, sampai kaos partai. Semua ini ia lakukan karena orang tuanya yang
berkecimpung di dunia usaha. Bisa dibilang Jody berdarah pengusaha. Jatuh bangun usaha ia
hadapi dan lampaui sampai orang tuanya meminta untuk mengurus usaha steak Obonk
Steak.
Memegang usaha milik orang tua dengan harga steak nya yang mahal menjadikan
Jody berpikir berkali kali bagaimana menjualnya. Target pasar yaitu mahasiswa terutama
teman teman kuliah Jody tak menunjukkan respon positip. Merek tidak berminat makan steak

karena mahal dan tidak nyaman dengan kantong mereka. Pun mental Jody bukan melempem
melainkan terpacu untuk membuat steak murah meriah namun rasanya tetap enak dan
digemari mahasiswa.
MODAL NEKAD namun PENUH PERHITUNGAN
Jody pun menjual sepeda motor pemberian orang tuanya sebagai modal awal usaha. Ia
menyewa tempat untuk menjual steak racikanya. Sisa uang Jody belikan perlengkapan usaha
dan motor butut untuk wara wiri. 4 September 2000 seakan menjadi titik balik hidup seorang
Jody dengan membuka usaha yang ia beri nama waroeng agar kesan murah dan terjangkau
timbul.
Waroeng Steak & Shake awalnya dibuka di Jl. Cendrawasih No. 30 Yogyakarta yang
juga kota mahasiswa. Saat ini Waroeng Steak & Shake sudah memiliki banyak gerai, selain di
Yogyakarta dan Jakarta ada juga gerai-gerai yang berada di luar kota seperti Surabaya,
Semarang, Bandung, Malang dan Denpasar Bali. Dan umumnya gerai Waroeng Steak &
Shake berada di sekitar lokasi kampus yang banyak mahasiswa.
Pada bagian depan tempat makan ini adalah tulisan Waroeng Steak & Shakedengan
paduan warna kuning dan hitam. Anda dapat memilih duduk dibagian depan atau halaman
untuk menikmati angin atau di bagian dalam. Ada banyak meja untuk ruangan dalam. Ada
pula ruangan di bagian dalam yang terdapat ruangan ber-AC yang bebas asap rokok, tetapi
tidak cukup besar, kira-kira hanya mampu menampung 50 orang. Pada dinding-dinding
terdapat gambar dari minuman atau makanan yang dijual disini.
Sesuai dengan nama tempatnya, menu utama yang ditawarkan adalah steak. Ada 2
jenis steak yaitu steak original dan steak goreng tepung. Original steak adalah dagingnya
tidak dilapisi tepung dan tidak digoreng. Sedangkan steak goreng tepung, lapisan dagingnya
dilapisi bumbu baru kemudian digoreng. Anda dapat memilih daging steak yang hendak
disantap. Jenisnya antara lain sirlion, tenderlio, chicken, dll. Harga dari original steak mulai
dari Rp 13.500,- sampai Rp 30.000,-. Sedangkan harga steak goreng tepung lebih murah
mulai dari Rp 9.500,- sampai Rp 15.000,-. Untuk minuman, ada milk shake, softdrink, jus
buah, air mineral. Untuk minuman harganya mulai dari Rp 4000,- sampai Rp 14000,-. Menu
lainnya yang cukup diminati juga adalah french fries, kentang goreng lokal, spaghetti,
mushroom, burger, nasi paprika. Menu ini sangat cocok bagi Anda yang tidak mau makan
terlalu banyak dan berdiet di malam hari.

Rasa steak di Waroeng Steak & Shake, walaupun rasanya standar tetapi steak nya
masih cukup berkualitas dan sebanding dengan harga yang ditawarkan. Dengan harga yang
standar namun rasa yang berkualitas kini Waroeng Steak & Shake tidak pernah sepi
pengunjung dalam setiap hari nya

II.

Tahapan Usaha
Awal usaha
Jody Broto Suseno dengan bakat wirausaha yang dimilikinya, sejak lulus SMA tahun
1993, Jody telah mencoba berbagai macam usaha, mulai bisnis parsel, susu segar, roti bakar,
hingga kaos partai. Untung dan rugi pun pernah ia alami.
Pada tahun 1997, Jody terlibat mengurusi usaha Obonk Steak milik orangtuanya. Ia
diminta menangani Obonk Steak dan memasarkannya ke teman-teman kuliahnya. Tapi
sayangnya ndak ada yang datang, karena harganya cukup mahal dan tidak terjangkau oleh
kantong mahasiswa, ungkapnya sambil tersenyum.
Pengalaman terakhir inilah yang memberi inspirasi untuk membuat usaha kuliner
steak dengan harga mahasiswa. Jody pun mulai memikirkan cara menekan harga steak yang
sejatinya memang mahal.
Diakui Jody, untuk mendirikan Waroeng Steak and Shake dibutuhkan modal awal
yang cukup besar. Beruntung ia memiliki sepeda motor pemberian orangtua, yang akhirnya
dijual untuk modal usaha. Dari penjualan motor, saya gunakan untuk sewa tempat di daerah
Demangan Yogyakarta, sebagian lagi untuk peralatan usaha, dan sisanya untuk membeli
motor tua sebagai alat transportasi, ujar Jody.
Dengan modal awal Rp 8.000.000 dari sisa uang usaha sebelumnya, mereka merintis
waroeng steak di teras kediamannya di Jalan Cendrawasih, Demangan, Yogyakarta . Dengan
demikian mereka tak perlu lagi mengeluarkan uang untuk biaya sewa tempat.
Tanggal 4 September 2000 adalah awal berdirinya Waroeng Steak and Shake di Jalan
Cendrawasih Demangan Yogyakarta. Jody memilih nama Waroeng sebagai brand usaha
kulinernya untuk memberi kesan murah kepada konsumen. Di mana-mana yang namanya
steak itu mahal, makanya saya memberi nama Waroeng untuk memberi kesan murah, kata
Jody. Mengingat pangsa pasarnya anak muda dan mahasiswa, maka warna yang
digunakannya pun dibuat ngejreng, dengan kombinasi warna kuning yang dominan dipadu
warna putih dan hitam.

Perkembangan Usaha
Tahun pertama merupakan perjuangan bagi Jody. Dengan lima meja, sepuluh hot plate
dan tiga menu utama (Sirloin, Tenderlon, dan Chicken Steak) yang disediakan Waroeng
Steak, tak jarang hari-hari yang dilalui Jody tanpa pengunjung. Kalaupun ada, jumlahnya bisa
dihitung dengan jari. Bahkan jody dalam sehari pernah dapat bersih Rp 30.000

Masa awal ini lebih banyak dukanya daripada sukanya. Namun, usaha ini tetap jalan.
Jody bertugas memasak di dapur, istrinya melayani tamu sekaligus menjadi kasir, dan dua
karyawannya menangani tugas lainnya. Alhamdulillah, di tahun pertama masih bisa
menggaji karyawan dan memenuhi kebutuhan keluarga, meski pas-pasan, Jelas
jody. Interaksinya dengan pelanggan dan masukan yang dilontarkan mereka membuat Jody
terus berbenah. Jody pun berisiniatif membuat spanduk besar dengan warna mencolok di
depan gerainya. Di spanduk dicantumkan harga steik yang murah. Ia juga mempromosikan
warungnya lewat selebaran. Tidak butuh lama, warung Jody mulai ramai pembeli dari
kalangan mahasiswa dan pelajar. Malah kami mulai kewalahan,
Tahun kedua, usahanya mulai menampakkan hasil. Pengunjungnya semakin stabil,
bahkan tidak mampu melayani seluruh pengunjung. Maka ia pun mengajak keluarganya
untuk berinvestasi mengembangkan usaha ini, mulai dari ayah, ibu, saudara, paman, dan
keluarga lainnya diajak berinvestasi dengan bagi hasil 50:50. Semakin hari usaha ini
berkembang hingga cabang ke-7 dengan sistem bagi hasil. Barulah pada gerai ke-8 dan
seterusnya Jody mampu mendanai sendiri gerainya, tanpa menerapkan pola franchise.
Belakangan, Jody lebih senang mengajak investor dari kalangan ustadz untuk
mengembangkan usahanya di berbagai daerah di Jawa, Bali, dan Sumatera. Sebut saja Ustadz
Yusuf Mansur, Ustadz Edi Mustofa, dan Ustadz Endang ikut berinvestasi di bisnis ini.
Bahkan, kini berkembang ke berbagai lini, seperti Bebaqaran untuk ikan bakar, Bebek
Goreng H. Slamet, dan Festival Kuliner (Feskul). Para ustadz itu saya ajak bergabung
dengan usaha kuliner ini dengan harapan usaha ini memperoleh doa dari mereka, terang
Jody saat ditemui Suara Hidayatullah di Rumah Tahfizh miliknya di Deresan Yogyakarta.

Maturity
Untuk saat ini usaha yang dijalankan oleh Jody Broto Suseno dapat dikatakan sangat
sukses, hal tersebut dapat terlihat dari jumlah cabang outlet Waroeng Steak and Shake yang
tersebar di berbagai kota kota besar di Indonesia, untuk saat ini tercatat ada 61 cabang
outlet Waroeng Steak and Shake yang tersebar di berbagai kota di Indonesia seperti di
Medan, Pekanbaru, Palembang,Lampung, Bandung,Sumedang, Jakarta, Bogor, Semarang, So
lo, Yogyakarta, Magelang, Bali, Surabaya, Cirebon, Tegal dan Makassar serta telah memiliki
1500 lebih karyawan yang tersebar di berbagai cabang di Indonesia. Yang menarik lagi dari
bisnis kuliner ini adalah Waroeng Steak and Shake tidak di franchise-kan alias diwaralaba

III.

Keunggulan Kompetitif
Product, Price, Place, Promotion (4P)
1. Dari segi produk (Product), Sesuai dengan namanya, Waroeng Steak & Shake
mengandalkan menu steak yang disajikan dalam hot plate. Ciri khas dari steak Waroeng
Steak & Shake adalah seluruh steak, baik steak sapi, ayam, maupun seafood, dibalut
tepung sehingga terasa gurih dan renyah. Terdapat beragam pilihan jenis steak, tetapi
yang

paling

populer

adalah Blackpepper

Steak. Selain steak, Waroeng

Steak

&

Shake juga menyediakan menu lain seperti nasi paprika sapi, nasi paprika ayam, kentang
goreng, dan spaghetti. Untuk minuman,Waroeng Steak & Shake menyediakan aneka
jus, milk shake,cappuccino, orange float, dan avocado float.

2. Dari segi harga (Price), Dengan mengusung jargon Bukan Steak Biasa, harga yang
ditawarkan Waroeng Steak & Shake dapat dikatakan relatif murah dan dapat terjangkau
oleh kalangan mahasiswa dan pelajar, yang merupakan target utama restoran ini. Rentang
harga steak di Waroeng Steak & Shake mulai dari Rp 8.500,00 hingga Rp 28.500,00.
Sementara rentang harga minuman mulai dari Rp 500,00 hingga Rp 8.000,00. Waroeng
Steak & Shake memberikan potongan harga kepara para konsumen yang ingin
menggunakan jasa mereka dalam acara-acara special yang diadakan di Waroeng Steak &
Shake. atau bahkan memberikan potongan harga untuk konsumen yang mau
3.

menggunakan jasa mereka dalam acara yang diadakan oleh konsumen.


Dari segi tempat (Place), Waroeng Steak & Shake pertama kali didirikan di Kota
Yogyakarta yang dikenal sebagai kota pelajar dan mahasiswa. Dengan berlandaskan
konsep restoran yang menyajikan menu menarik, tempat nyaman, dan harga
terjangkau, Waroeng Steak & Shake berhasil menarik konsumen yang sesuai dengan
target pasarnya. Pasangan pendiri Waroeng Steak & Shake memilih sendiri seluruh lokasi
restoran di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Hingga saat ini, Waroeng Steak &

Shakebelum didirikan di luar dua pulau besar tersebut. Berdasarkan hasil wawancara,
didapatkan informasi bahwa dalam hal pemilihan lokasi, pasangan pendiri menentukan
lokasi restoran berdasarkan kesesuaian harga bangunan, letak target konsumen, dan
aksesibilitas.
Kota Depok adalah lokasi bermukim para commuter yang setiap hari pulang dan pergi
dari rumah di Kota Depok ke tempat kerja di Kota Jakarta. Jalan Margonda Raya terbagi
dalam dua jalur besar satu arah. Jika kita berpatokan dari Kantor Walikota Depok, jalur
kiri adalah jalur menuju Kota Jakarta yang selalu ramai setiap pagi ketika para
commuterberangkat menuju tempat kerja mereka. Sementara jalur kanan adalah jalur
menuju Kota Depok yang selalu ramai setiap sore hingga malam hari. Kondisi ini
menjadikan restoran-restoran yang terletak di sisi kanan Jalan Margonda Raya dijadikan
pilihan utama para commuter untuk makan malam bersama pasangan, relasi, dan keluarga
mereka.
Dalam kasus Waroeng Steak & Shake yang terletak di Kota Depok sendiri, keputusan
pasangan pendiri restoran yang memilih untuk memindahkan tempat restoran ke sisi kiri
jalan Margonda Raya, tampaknya kurang tepat. Hal ini dapat dibuktikan dari pengakuan
salah satu staff yang mengakui berkurangnya jumlah konsumen dari kalangan karyawan.
Meskipun demikian, konsumen utama yaitu mahasiswa dan pelajar masih tetap setia
dengan restoran ini.
4. Dari segi promosi (Promotion), pasangan pendiri Waroeng Steak & Shake telah
mempercayakan pada manager promosi yang pada struktur organisasinya berada tepat
dibawah wakil direktur utama. Pada awal berdirinya, Waroeng Steak & Shake, promosi
dilakukan

melalui

iklan

di

berbagai

media

cetak,

media

elektronik,

dan

menyebarkan leaflet. Akan tetapi, seiring berkembangnya Waroeng Steak & Shake,
promosi kemudian terjadi dari mulut ke mulut di kalangan konsumen yang cenderung
setia.

IV.

AnalisaPesaing (Analisis SWOT)


a. Strength (Kekuatan)

Kekuatan dari Waroeng Steak & Shake adalah menu yang disajikan yang
memiliki keunikan dari menu-menu steak pada umumnya. Keunikannya terletak pada
balutan tepung pada steak. Steak yang ditawarkan beragam mulai dari steak ayam, sapi,
hingga seafood. Konsep restoran yang nyaman dengan harga terjangkau sukses menarik
target konsumen yang merupakan kalangan mahasiswa dan pelajar. Hingga saat
ini, Waroeng Steak & Shake selalu memilih tempat di kota-kota yang dijuluki kota pelajar
seperti Kota Yogyakarta, Kota Bandung, dan Kota Depok. Selain itu harga yang
ditawarkan relatif terjangkau sesuai dengan segmentasi yang dituju menjadi kekuatan
tersendiri bagi Waroeng Steak dan Shake.
b. Weakness (Kelemahan)
Fasilitas parkiran yang ada pada Waroeng Steak & Shake kurang mendukung,
karena pada umum nya Waroeng Steak & Shake selalu penuh dengan konsumen tak jarang
calon konsumen yang akan datang mengurungkan niat nya untuk datang karena tidak
memadai nya tempat parkir tersebut
c. Opportunities (Peluang)
Steak yang sudah menjadi makanan yang umum bagi masyarakat masa kini
menjadikan peluang yang cukup besar untuk pengembangan usaha Waroeng Steak &
Shake. Harga yang terjangkau dengan makanan yang terkesan mewah dalam benak setiap
orang menjadikan Waroeng Steak & Shake menjadi alternatif bagi segmentasi yang dituju
yaitu pelajar dan mahasiswa.
d. Threat (Ancaman)
Pesaing utama dari Waroeng Steak & Shake adalah Steak Moen-Moen yang
berlokasi di foodcourt Depok Town Square. Hal ini berkaitan dengan faktor harga yang
relatif lebih murah dan kemudahan mencapai lokasi dari Steak Moen-Moen itu
dibandingkan dengan

yang ditawarkan oleh Waroeng Steak

& Shake.

Selain

itu,Steak Moen-Moen yang berlokasi di foodcourt Depok Town Square memiliki


alternative lain untuk para konsumen yang ingin melakukan wisata belanja di pusat
perbelanjaan tersebut. Segmentasi yang sama antara Steak Moen-Moen dengan Waroeng
Steak & Shake yaitu kalangan pelajar dan mahasiswa, menjadikan Waroeng Steak &
Shake mengalami penurunan jumlah calon pengunjung.

Anda mungkin juga menyukai