Anda di halaman 1dari 8

Natasya Emerald/1806213150

Chapter 11 : Designing
Organizational Structure-
Adaptive Design
LO-1 Contemporary Organizational Designs

Beberapa organisasi merasa desain organisasi yang tradisional tidak cocok untuk digunakan menghadapi peningkatan
dinamika dan lingkungan yang kompleks saat ini.

Saat ini, organisasi butuh menjadi lebih organic, strukturnya lebih landau, fleksibel, dan inovatif.
Oleh karena itu, terbentuklah desain organisasi kontemporer yang terdiri atas team structure, matrix and
project structures, boundary-less organizations, dan learning organizations.
1. Team structure adalah sebuah struktur organisasi di mana keseluruhan organisasi terbentuk atas
kelompok kerja.
 Dalam struktur ini, employee empowerment sangatlah krusial karena tidak ada garis otoritas
manajerial dari atas ke bawah. Team melakukan pekerjaan dengan cara yang terbaik menurut
mereka, tetapi mereka harus bertanggung jawab atas tindakan mereka, hal ini memberikan
fleksibilitas dan efektivitas dalam birokrasi

2. Matrix structure adalah sebuah struktur organisasi yang menempatkan spesialis dari beberapa
departemen fungsional yang berbeda untuk bekerja dalam satu proyek atau lebih.
 Struktur ini menciptakan dual chain of command karena pekerja memiliki 2 manajer, yakni
manajer area fungsional dan manajer proyek.
 Pekerjaan dapat menjadi lebih efektif apabila kedua manajer dapat berkomunikasi dengan baik
 Contoh matrix organization:
3. Project structure adalah sebuah struktur organisasi di mana pekerjanya secara terus menerus bekerja
dalam proyek.
 Struktur ini tidak memiliki departemen formal di mana pekerja kembali ke sana setelah proyek
selesai.
 Dalam struktur ini, setelah selesai proyek pekerja akan mendapatkan keahlian spesifik,
kemampuan, dan pengalaman yang akan dibawa ke proyek selanjutnya.
 Manager bertindak sebagai coach, mentor dan fasilitator, mereka memastikan bahwa sumber
daya tersedia dan mengurangi hambatan yang ada
 Tidak ada struktur organisasi yang kaku dan birokrasi yang rumit.
4. Boundary-less organization adalah sebuah organisasi yang desainnya tidak didefinisikan
atau terbatas pada batas horizontal, vertical, atau eksternal yang terbentuk atas struktur yang
telah ada.
 Terdapat 2 jenis batas, yaitu :
1. Batas internal dapat dibagi menjadi 2, yakni batas horizontal (spesialisasi kerja dan
departementalisasi) dan batas vertikal (tingkatan organisasi dan hierarki).
2. Batas eksternal merupakan batas yang memisahkan organisasi dari pelanggannya,
distributornya, dan stakeholders lainnya.
 Untuk mengeliminasi batas – batas tersebut, terdapat 2 desain structural, yakni:
a. Virtual Organization
Sebuah organisasi yang terdiri atas sebuah inti kecil yang terdiri atas pekerja penuh
waktu dan spesialis eksternal yang dipekerjakan sementara ketika dibutuhkan dalam
suatu proyek. Contoh: developer game menyewa 1000 programmer dari berbagai
penjuru dunia untuk membentuk software dan masing-masing diberi tugas individu
• Perusahaan A menyewa 100 marketer yang bekerja dari rumah
b. Network Organizations
Sebuah organisasi yang menggunakan pekerjanya sendiri untuk melakukan aktivitas
kerja dan berhubungan dengan penyedia eksternal untuk menyediakan komponen
produk lainnya yang dibutuhkan atau proses kerja.
• Perusahaan dapat melakukan apa yang mereka lakukan dengan baik dan
menghire pihak lain yang dapat melakukan bagian lain dengan baik
• Contoh: sony erricsson memiliki mengontrak perusahaan lain untuk riset dan
manufaktur di india dan tiongkok dan negara asia lain nya

5. Learning organization adalah sebuah organisasi yang telah berkembang dengan


kapasitasnya dan terus belajar, beradaptasi, dan berubah.
 Dalam struktur ini, pekerja secara terus menerus memperoleh dan membagikan
pengetahuan baru serta mengaplikasikannya dalam mengambil keputusan dan
melakukan pekerjaan mereka.
 Contoh: Tesco membuat software untuk dapat mengakses bagaimana bisnis
dilakukan di berbagai negara sehingga semua anggota memiliki pengetahuan yang
lebih baik
 Ciri-ciri:
1. Karyawan dalam sebuah organisasi harus saling berbagi informasi dan
bekerja sama terlepas dari jenjang dan fungsi spesialisasi
2. penghalang structural dan fisik yang minimal sehingga karyawan dapat
bekerja dengan cara terbaik dan saling belajar satu sama lain
3. empowered employees, mereka tau apa yang harus dilakukan untuk
menyelsaikan suatu masalah sehingga manager tidak bertindak sebagai bos
tetapi sebagai supporter, facilitator dan advokat

LO-2 Organizing for Collaborations


Kolaborasi dalam bekerja memiliki beberapa manfaat dan kelemahan, antara lain:
 Kolaborasi dalam bekerja sendiri dapat dibagi menjadi 2, yakni
o Internal, yakni antara pekerja dengan organisasinya,
o Eksternal, yakni antara antara organisasi dengan stakeholders lainnya.
o Kolaborasi internal dapat dilakukan dengan cara:
 Cross – Functional Teams : Sebuah tim kerja yang terdiri atas individu yang memiliki
berbagai keahlian fungsional. Mereka bekerja untuk menyelsaikan suatu masalah yang
dihadapi bersama menurut bidang masing-masing, Batasan artifisial antara fungsi atau
keahlian karyawan menjadi hilang

Contoh: dalam ICU tim terdiri dari dokter, suster, social worker menilai apa treatment terbaik
untuk pasien

 Task Forces (Ad Hoc Committee) : Sebuah komite sementara atau tim yang dibentuk untuk
mengatasi sebuah masalah spesifik jangka pendek yang mempengaruhi beberapa
departemen. Karyawan melaksanakan tugas task force sambil melaksanakan tugas aslinya

Contoh: pepsi co memmbentuk task force terdiri dari karyawan hispanik untuk membentuk produk
guacamole

 Communities of Practice : Kelompok orang yang berbagi sebuah kepentingan, kumpulan


masalah, atau ketertarikan menegnai sebuah topik dan mendalami pengetahuan dan keahlian
mereka di bidang tersebut secara terus menerus.

Contoh: terdapat forum dalam organisasi dimana para teknisi dapat membicarakan kesulitan
mereka ketika membetulkan mesin dan bagaimana mereka mengatasinya

 Kolaborasi eksternal dapat dilakukan dengan cara:


 Open Innovation

Terbuka pada pencarian ide baru melampaui batasan organisasi dan memperbolehkan inovasi
untuk berpindah secara mudah ke dalam dan ke luar.

Contoh: Nike membuat sepatu polos secara khusus agar design dapat di custom oleh
pelanggan

 Strategic Partnership

Hubungan kolaboratif antara 2 organisasi arau lebih di mana mereka menyatukan sumber
daya dan kemampuan mereka untuk sebuah tujuan bisnis.
Contoh:

LO-3 Flexible Work Arrangement

Terdapat beberapa aplikasi pengaturan kerja yang fleksibel, antara lain:

1. Telecommuting

Sebuah pengaturan kerja di mana pekerja bekerja di rumah dan dihubungan ke tempat kerja dengan
menggunakan komputer.

 Kekurangan:
o Pengaplikasiannya dikhawatirkan dapat menciptakan pekerja yang laptop hobos, yakni
pekerja yang menghabiskan waktunya menjelajahi internet dan bermain, bukannya
melakukan pekerjaan.
o Tidak dapat membentuk kepercayaan karena tidak ada keberadaan secara fisik
o Tidak dapat melihat apakah pekerjaan sesuai standar
o Tidak dapat memberi masukan agar lebih baik
o Tidak dapat memastikan apakah informasi perusahaan akan tetap aman
 Bisa diatasi dengan web conference, konseling, mengadakan pertemuan secara regular dan
menekankan apa yang penting

2. Compressed workweeks
o Sebuah minggu kerja di mana pekerja bekerja dalam waktu yang lebih lama per harinya, namun
lebih sedikit hari kerjanya per minggu.
o Pengaturan yang paling umum adalah program 4-40, yakni bekerja selama 10 jam per hari, 4 hari
dalam seminggu. Dengan tutupnya kantor pada hari jumat maka menghemat listrik secara lebih
besar

3. Flextime (Flexible Work Hours)

Sebuah sistem penjadwalan di mana pekerja dituntut untuk bekerja dalam jumlah waktu yang
spesifik tetapi bebas untuk mengubah jam kerjanya dalam batas tertentu.

o Terdapat core time yakni waktu wajib atau minimal tapi kemudian jam istirahat dan waktu kerja
diluar core time diatur sendiri

Job Sharing : Sebuah praktik untuk memiliki 2 orang atau lebih untuk membagi sebuah pekerjaan
penuh waktu.

o Contoh: Mcdonald’s memperbolehkan karyawan untuk digantikan oleh keluarga untuk


mengurangi absen dan turn over

LO-4 Contingent Workforce

Contigent workers adalah pekerja sementara, freelance, atau kontrak yang pekerjaannya
merupakan cadangan atas permintaan dari jasa mereka.

Pekerja ini juga dikatakan sebagai pekerja independen karena mereka tidak memiliki hubungan
dependen antara pekerja dengan organisasi terkait.
o Contoh: orang yang bekerja dalam produksi film direktur, sutradara, stuntman yang bertindak
sebagai free agent yang berpidah dari satu proyek ke proyek lain

Seiring dengan adanya eliminasi pekerja penuh waktu melalui downsizing dan restrukturasi
organisasi lainnya, manajer seringkali mengandalkan contingent workers.

Permasalahan yang dihadapi oleh bisnis dengan contingent workers


o Mengklasifikasikan mereka yang sebenarnya terkualifikasi.
 Hal ini penting karena contingent workers tidak mendapat jaminan sosial dan kesehatan,
dana pensiun, unemployment insurance (UI), dan tunjangan lainnya yang didapat pekerja
biasa.
 Oleh karena itu, pemerintah mencari cara untuk memberikan penalti perusahaan yang
salah mengklasifikasikan pekerjanya.
 Agar tidak salah mengklasifikasinya, terdapat batas jelas antara pekerja kontrak dan
karyawan, yakni perusahaan memiliki kontrol lebih untuk mengatur karyawan

o Permasalahan lain yang dihadapi bisnis dengan contingent workers mereka adalah
melakukan proses rekrutmen, screening, dan menempatkan pekerja ini sesuai keterampilan
kerja mereka dan keterampilan yang dibutuhkan.
 Dibutuhkan human resources management (HRM) yang baik untuk memastikan orang
yang tepat berada di tempat yang tepat.
o Permasalahan lainnya adalah pentingnya performa kerja contingent workers.
 Penting bagi manajer untuk memiliki kontrol terhadap contingent workers dengan
memberikan target, jadwal, dan deadline.
 Perlu juga bagi manajer untuk menciptakan mekanisme yang dapat memantau kinerja para
contingent workers, terutama mereka yang kerja di off-site.

LO-5 Today’s Organizational Design Challenges

Terdapat 2 tantangan desain organisasional utama yang dihadapi oleh perusahaan saat ini, yakni:

1. Menjaga pekerja tetap terhubung satu sama lain


o Saat ini, perusahaan seringkali menerapkan sistem tempat kerja yang bebas di mana pekerja
tidak diharuskan untuk duduk di mejanya sendiri, mereka bekerja di open spaces dan diberi
kebebasan untuk bekerja di mana saja. Hal ini menunjukkan bahwa saat ini manajer perlu
mencari cara untuk menawarkan fleksibilitas sembari menjadi pekerja yang tersebar dan
mobile terhubung dengan organisasi.
o Mobile computing dan teknologi komunikasi lainnya telah membantu organisasiuntuk tetap
terhubung dengan pekerjanya dan menjadi lebih produktif.
o Beberapa perusahaan menerapkan fitur corporate network, di mana pekerja dapat mengakses
e-mail dan data perushaan di mana saja melalui jaringan tersebut.

2. Mengatur isu struktural global


o Riset membuktikan bahwa struktur dan strategi organisasi di seluruh dunia cenderung mirip
dengan perilaku organisasi yang mempertahankan keunikan budaya di masing – masing negara.
o Ketika mendesain atau mengubah struktur perusahan, manajer perlu memikirkan implikasi
kultural pada elemen desain tertentu.
o Contoh: di negara yang ekonominya kurang berkembang, formalisasi (mekanisme aturan
dan birokrasi) sangat penting. Namun, di negara maju hal ini kurang penting.

Anda mungkin juga menyukai