Anda di halaman 1dari 21

PERMASALAHAN UMKM

Peran usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam


perekonomian Indonesia cukup penting. Hal itu ditunjukkan oleh
populasinya sebagai pelaku usaha terbesar, serta kontribusinya dalam
penyerapan tenaga kerja, pembentukan produk domestik bruto (PDB), ekspor
dan penciptaan modal tetap/investasi. Hal tersebut karena pertumbuhan
output usaha mikro kecilmasih lebih kecil dibanding output usaha menengah
atau usaha besar. Variasi pertumbuhan produk domestik bruto UMKM juga
terjadi antar sektor. Akibatnya timbul ketimpangan produktivitas usaha kecil
mikro kecil dengan usaha menengah dan besar. Kondisi yang sama juga terjadi
di sektor-sektor yang dominan seperti sektor pertanian dan perdagangan.
Rendahnya produktivitas menjadi kendala bagi UMKM untuk berkembang
dan mencapai tingkat ekonomi yang besar. Kondisi ini menyebabkan
fenomena missing middle, perekonomian mengalami kekurangan jumlah usaha
mikro kecil dan menengah yang sebenarnya dibutuhkan untuk menopang
industrialisasi dan ekspor. Kondisi ini juga memengaruhi sejauh mana
UMKM dapat berpartisipasi dalam jaringan produksi dan pemasaran global.
Perkembangan UMKM yang meningkat dari segi kuantitas belum
diimbangi oleh meratanya peningkatan kualitas UMKM. Permasalahan klasik
yang dihadapi yaitu rendahnya produktivitas. Keadaan tersebut disebabkan oleh
masalah internal dan eksternal yang dihadapi UMKM meliputi kurangnya
permodalan dan terbatasnya akses pembiayaan, lemahnya jaringan usaha dan
kemampuan penetrasi pasar, rendahnya kualitas sumber daya manusia,
lemahnya kewirausahaan dari para pelaku UMKM, dan terbatasnya akses
UMKM terhadap permodalan, informasi, teknologi dan pasar, serta faktor
produksi lainnya.
Kreatifitas memberikan bekal bagi entrepreneuragar mampu berpikir
kreatif dan inovatif. Berpikir kreatif dan inovatif merupakan instrumen yang
dapat digunakan untuk mendobrak kebekuan berpikir agar mampu
menciptakan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan praktik bisnis.
Kreatifitas diharapkan memberikan bekal yang cukup strategis dalam
mengembangkan UMKM.Di sisi lain berdasarkan data riset di atas diketahui
tingkat pelaku usaha masih kurang kreatif, dalam arti misalnya kurang
mampu menciptakan produk yang kreatif, inovatif, model pemasaran
yang monoton tidak mengikuti kebutuhan konsumen atau dan sarana
prasarana yang tidak memadai. Rendahnya kreativitas dapat disebabkan faktor
seperti inteligensi, jenis kelamin, kepribadian, pengalaman dan sosial
ekonomi. Pengembangan usaha membutuhkan kreativitasuntuk menciptakan atau

0
menemukan produk ataupun layananyang unggul, karena umumnya produk
dan layanan yang dihasilkan oleh pebisnis (UMKM) sukses merupakanhasil
inovasi dan kreativitas pelaku usaha. Orang yang kreatif memiliki rasa
individualitas yang kuat. Mereka membuat keputusan sendiri, oleh karena itu
pada umumnya orang-orang kreatif mampu berdiri tenang di tengah
kekacauan pendapat dan tidak mudah termakan kabar angin, karena mereka
percaya akan daya pikir mereka sendiri. Orang yang kreatif apabila
menemukan suatu ide atau gagasan ataupun cara kerja baru, mereka selalu
melihat dan menilai segala kekurangan-kekurangannya dan mereka selalu
melengkapi segala kekurangannya tersebut agar mendekati sempurna.
Kreativitas yang dimiliki individu dalam hal ini berwirausaha merupakan
faktor penting untuk mendorong tercapainya performansi kerja yang baik
bagi keberhasilan usaha itu sendiri
Kreativitas sering dikonseptualisasikan dan diukur pada dimensi
orang kreatif, proses kreatif dan produk atau hasil kreatif.Meskipun kreativitas
sering dikaitkan dengan ide-ide mencolok yang revolusioner, kreativitas
juga menggabungkan kapasitas untuk menemukan pendekatan baru dalam
pemecahan masalah. Kreativitas beradaptasi dengan ide-ide konstruktif dan
mekanisme baru, sehingga memberikan kontribusi positif bagaimana pandangan
orang lain dan juga diri sendiri dapat menumbuhkan kreativitas yang
lebih besar atau sebaliknya.Penelitian mengenai korelasi psychological capital
dan entrepreneurship dengan kreativitas berwirausaha penting dilakukan.
Pada umumnya, permasalahan yang dihadapi oleh Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (A R Susila, 2017) , antara lain :
a. Faktor Internal
1. Kurangnya Permodalan dan Terbatasnya Akses Pembiayaan
Modal usaha mutlak diperlukan untuk melakukan kegiatan usaha. Dalam
menjalankan usaha banyak kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi sedangkan
kemampuan untuk itu kurang, maka keadaan demikian akan menimbulkan
masalah pemodalan yaitu kekurangan biaya untuk pembelian mesin-mesin.
Kekurangan biaya untuk eksentifikasi dan kekurangan biaya untuk operasional
dan lain-lain. Masalah pemodalan merupakan satu bagian dari masalah dari usaha
yang dihadapi oleh pelaku usaha. Permodalan merupakan faktor utama yang
diperlukan untuk mengembangkan suatu unit usaha. Oleh karena itu diperlukan
sejumlah dana sebagai dasar finansial atas usaha yang digalakkan. Sumber
modal usaha dapat diperoleh dari modal sendiri, bantuan pemerintah,
lembaga keuangan baik bank dan lembaga keuangan non bank. Modal adalah
faktor usaha yang harus tersedia sebelum melakukan kegiatan. Besar kecilnya
modal akan mempengaruhi perkembangan usaha dalam pencapaian pendapatan.
Modal sendiri dapat berupa tabungan, rekening giro, hibah, dan lain-lain.

1
Modal sendiri diartikan sebagai modal pemilik (equity capital) yaitu uang
yang diinvestasikan dalam perusahaan oleh pemilik perusahaan. Sedangkan
moda; asing merupakan modal yang didapatkan dari pinjaman perusahaan lain
atau pihak lain seperti perbankan dan lembaga keuangan non bank atau
modal yang berasal dari pinjaman adalah modal hutang (debt capital) dan
peminjam harus membayar modal pokok sekaligus bunga. Modal Patungan adalah
berasal dari perusahaan sendiri dan perusahaan lain, dengan caramenggabungkan
modal antar kedua perusahaan yang nantinya berperan menjadi mitra.
Kurangnya permodalan UMKM, oleh karena pada umumnya usaha kecil
dan menengah merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya
tertutup, yang mengandalkan modal dari si pemilik yang jumlahnya sangat
terbatas, sedangkan modal pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya
sulit diperoleh karena persyaratan secara administratif dan teknis yang diminta
oleh bank tidak dapat dipenuhi. Persyaratan yang menjadi hambatan terbesar bagi
UMKM adalah adanya ketentuan mengenai agunan karena tidak semua UMKM
memiliki harta yang memadai dan cukup untuk dijadikan agunan (Sudirwo, 2020).
Modal yang tidak tercukupi dari kegiatan usaha pedagang kecil
(UMKM) merupakan bagian pokok masalah hingga mereka tidak tumbuh
dengan baik dari hasil kegiatan usaha mereka walaupun disisi lain bank
menyatakan pertumbuhan kredit terus meningkat. Permasalahan tadi membuat
setiap orang dalam melakukankegiatan beralih pada sektor lain agar mereka
dapat tetap hidup d an mempunyai pemasukan yang layak dari kegiatan
tersebut. Hal yang sering diketemui dilapangan bahwa umumnya pelaku usaha
kecil (UMKM) sangat buta terhadap sisi adminitrasi perbankan atau yang
disebut birokrasi dan administrai bank.
Keinginan UMKM memperoleh tambahan modal juga dituntut serta
menyertakan laporan keuangan sebagai syarat mengajukan pinjaman kepada
pihak bank. Pihak perbankan sendiri tidak ingin mengambil resiko dalam
penyaluran kredit bagi UMKM dikarenakan perbankan tidak mengetahui
perkembangan usaha tersebut. Sementara hampir semua UMKM tidak
memiliki laporan kinerja usaha dan keuangan yang baik sebagai syarat untuk
memperoleh kredit. Hal ini terjadi karena UMKM tidak dibiasakan untuk
melakukan pencatatan dan penyusunan laporan keuangan sebagai
gambaran kegiatan usaha dan posisi keuangan perusahaan. Hampir semua
pelaku usaha kecil sering gagal untuk mendapatkan kucuran pinjaman dari bank
karena hal-hal yang bersifat birokrasi dan administratif. Bank mempunyai hak
untuk melakukan klasifikasi pelaku usaha untuk meminjam uang dari bank untuk
mempertimbangkan resiko atas dana tersebut dan itu sudah menjadi standar
makannya para wirausahawan tidak bisa langsung meningkatkan kapasitasnya.
Modal menjadi kendala bagi UMKM, jaminan untuk mendapatkan kredit

2
modal merupakan salah satu hambatan bagi perkembangan usaha mikro dan
kecil di indonesia. Untuk pengusaha menengah, mungkin masalah
mendapatkan kredit modal tidak ada lagi, karena aset mereka yang sudah
diagunkan kepada pemberi kredit. Banyak dari pengusaha mikro dan kecil
yang sebenarnya yakin bisa memperluas pasar namun terhambat keterbatasan
modal.
Terkait dengan hal ini, UMKM juga menjumpai kesulitan dalam hal akses
terhadap sumber pembiayaan. Selama ini yang cukup familiar dengan mereka
adalah mekanisme pembiayaan yang disediakan oleh bank dimana disyaratkan
adanya agunan. Terhadap akses pembiayaan lainnya seperti investasi, sebagian
besar dari mereka belum memiliki akses untuk itu. Dari sisi investasi sendiri,
masih terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila memang gerbang
investasi hendak dibuka untuk UMKM, antara lain kebijakan, jangka waktu,
pajak, peraturan, perlakuan, hak atas tanah, infrastruktur, dan iklim usaha.Masalah
mendasar usaha kecil yang paling menonjol menyangkut menyediakan
pembiayaan usaha alias modal usaha. Kebutuhan modal sangat terasa pada saat
seseorang ingin memulai usaha baru. Alhasil, biasanya bila motivasinya kuat,
seseorang akan tetap memulai usaha kecil tetapi dengan modal seadanya.
Pada usaha yang sudah berjalan, modal tetap menjadi kendala lanjutan
untuk berkembang. Masalah yang menghadang usaha kecil menyangkut
kemampuan akses pembiayaan, akses pasar dan pemasaran, tata kelola
manajemen usaha kecil serta akses informasi. Kesulitan usaha kecil mengakses
sumber-sumber modal karena keterbatasan informasi dan kemampuan menembus
sumber modal tersebut. Padahal pilihan sumber modal sangat banyak dan
beragam.
Lembaga keuangan bank adalah sumber modal terbesar yang dapat
dimanfaatkan oleh pelaku usaha kecil. Namun untuk bermitra dengan bank, usaha
kecil dituntut menyajikan proposal usaha yang feasible atau layak usaha dan
menguntungkan. Disamping itu lembaga keuangan bank mensyaratkan usaha kecil
harus bankable alias dapat memenuhi ketentuan bank. Inilah persoalannya. Akibat
bank berlaku prudent atau hati-hati, maka makin mempersulit usaha kecil untuk
mengakses sumber modal. Usaha kecil yang sulit mengakses bank akan mencari
jalan pintas. Kemana lagi kalau bukan kepada para pelempar uang alias rentenir
tetapi usaha kecil harus rela dengan biaya uang yang mencekik. Ada anggapan
keliru. Seolah olah, usaha kecil tidak mempermasalahkan biaya bunga yang tinggi
dari rentenir. Adalah anggapan yang sangat keliru. Mereka terpaksa memakai
uang rentenir karena terpaksa akibat sulit mengakses modal dari bank. Usaha kecil
yang berhasil menembus kendala akses modal, pasar dan informasi. Kendala
beralih pada yang lebih advance. Seperti pengembangan produk, pengembangan
pasar, melakukan ekspor, hingga mempertahakan kualitas produk dan kuantitas

3
produksi. Pada situasi ini, usaha kecil dituntut meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan melakukan inovasi produk melalui pemanfaatan teknologi tepat guna.
Untuk itu usaha kecil harus mengenal lebih dekat konsumennya know your
customers alias kiwaisi. UMKM memiliki hambatan yaitu tidak mudahnya
untuk mendapatkan akses pada sektor keuangan, antara lain masalah sistem dan
institusional yang sering terjadi di Indonesia. Berbagai upaya pemerintah
Indonesia dalam mengembangkan sektor riil untuk mengatasi hambatan
tersebut, termasuk diatur mekanismenya melalui kebijakan Bank Indonesia untuk
ketersediaan akses mendapatkan modal bagi UMKM, namun masih saja belum
berhasil, di antaranya masalah tingkat bunga yang terlalu tinggi dan
ketersediaan jaminan yang seringkali tidak tersedia oleh UMKM (Kurniawan,
2014).
Akses modal terhadap UMKM dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Selain bermanfaat bagi negara agar bisa menstabilkan ekonomi,
akses permodalan bisa juga bermanfaat bagi UMKM sebagai sumber pendanaan
yang aman dan berkelanjutan. Akses modal didefinisikan sebagai tidak
adanya kendala terkait biaya administrasi atau prosedur pada lembagapenyedia
modal yang dirasakan oleh UMKM pada saat mengajukan kredit.
2. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
UMKM kini menjadi salah satu fundamental penting bagi perekonomian
di Indonesia. Jumlah karyawan suatu UMKM lebih sedikit bila dibandingkan
dengan perusahaan skala besar, bukan berarti UMKM tidak butuh SDM (Sumber
Daya Manusia) yang berkualitas menghadapi persaingan bisnis saat ini. Karena
SDM yang berkualitas dan memiliki daya saing global menjadi hal penentu
kesuksesan UMKM. Untuk itu dibutuhkan Manajemen SDM sehingga masing-
masing individu yang bekerja dapat berkontribusi secara maksimal bagi UMKM.
Kualitas SDM dapat diartikan sebagai kemampuan individudalam
melaksanakan tugas-tugas di tempat kerja yang mencakup menerapkan
keterampilan (skills) yang didukung dengan pengetahuan (cognitive) dan
kemampuan (ability) sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan (A.Sulistiogo,
20190. Kualitas SDM merupakan rumusan tentang kemampuan dan keahlian apa
yang harus dimiliki oleh tenaga kerja (SDM) dalam melaksanakan pekerjaan
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan/disepakati. Kualitas SDM
mencerminkan kapasitas produktif sumber daya manusia, termasuk
didalamnya berbagai keterampilan (literasi, numerasi, kognitif dan
analitikal) untuk memproduksi nilai tambah ekonomi. Kualitas SDM atau
human capital sangat dipertimbangkan sebagai urat nadi sebuah organisasi dan
human capital merupakan sumber daya yang sangat krusial untuk berinovasi dan
mengembangkan organisasi.

4
Sebagian besar usaha kecil tumbuh secara tradisional dan merupakan
usaha keluarga yang turun temurun. Keterbatasan kualitas SDM usaha kecil baik
dari segi pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilannya sangat
berpengaruh terhadap manajemen pengelolaan usahanya, sehingga usaha tersebut
sulit untuk berkembang dengan optimal. Disamping itu faktor internal yang cukup
berpengaruh adalah para pekerja umumnya keluarga, artinya dalam perekrutan
pekerja lebih ditekankan pada aspek kekeluargaan, yaitu lebih
mementingkan kedekatan hubungan dibandingkan dengan keahlian yang
dimiliki, hal ini menyebabkan dalam manajemen tidak ada spesialisasi bahkan
seringkali pemilik menangani sendiri, artinya dalam menjalankan perusahaan
tidak terdapat job description yang jelas. Disamping itu tingkat perputaran tenaga
kerja tinggi, hal ini akan mengakibatkan sulitnya menjadikan tenaga kerja
yang betul-betul ahli. Dengan keterbatasan kualitas sumber daya manusianya,
unit usaha tersebut relatif sulit untuk mengadopsi perkembangan teknologi baru
untuk meningkatkan daya saing produk yang dihasilkannya. Permasalahan aspek
SDM pelaku usahanya memiliki ciri-ciri: merasa kurang percaya diri disebut
UMKM (ingin disebut sebagai entrepreneur), kurang kreatif dan inovatif,
kesulitan mengatur cara kerja dan kesulitan mengatur keuangan untuk
memisahkan uang keluarga dan uang hasil usaha, sering merasa bingung
dalam mengelola tenaga kerja (misalnya memperkerjakan usia tua kerjanya
lambat, sedangkan bila memperkerjakan yang usia muda banyak maunya
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang minim dalam mengelola
organisasi manajemen baik dalam hal pemasaran, pengetahuan teknologi dan
ketidakpahaman dalam membuat laporan. Wawasan pengetahuan yang dimiliki
oleh sumber daya manusianya masih kurang dalam mengembangkan
usahanya.Dalam rangka mengurangi dan meminimalisir permasalahan
yang dihadapi oleh UMKM diperlukan suatu badan yang berfungsi sebagai
pembantu dan bersifat sebagai pembina. Dimana badan tersebut dapat berasal
dari perusahaan-perusahaan yang telah maju dan berkembang pesat serta
dapat melakukan tanggung jawab sosialnya (Corporate Social Responsibility)
masing-masing, dalam hal ini perusahaan tersebut adalah Badan Usaha Milik
Negara yang selanjutnya disebut BUMN yang menyediakan fasilitas kredit yang
berasal dari laba perusahaan untuk mendukung pengembangan UMKM.
Sumber daya manusia khususnya bagi usaha kecil merupakan
kekuatan utama apalagi dalam situasi pandemi covid-19 ini. Dengan
dukungan finansial yang tidak terlalu besar serta hanya menggunakan
teknologi yang sederhana mampu untuk membantu pemerintah baik dalam
mengatasi pengangguran dan pertumbuhan ekonomi (Rosmadi, dkk. 2019).
Oleh karena itu sumber daya manusia kegiatan UMKM harus memiliki
kualitas yang baik agar usaha yang dirintisnya dapat berjalan dengan baik
serta mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini bertujuan agar produk

5
yang dihasilkan UMKM memiliki daya saing serta unggul baik dari segi
kualitas maupun harga. Sumber daya manusia yang berkualitas pada kegiatan
UMKM diharapkan mampu untuk meningkatkan inovasi dan kreativitas atas
produk yang dihasilkannya terutama pada produk makanan ringan. Selain itu
dengan dukungan SDM yang memadai, maka usaha yang dijalankan dapat
menjadi pemenang di tengah persaingan usaha di era globalisasi ini. Dengan
adanya inovasi dan kreativitas baik dari pelaku usaha maupun karyawannya, maka
berdampak bukan hanyapada kualitas produk saja tetapi pada peningkatan
jumlah penjualan, produk sulit untuk ditiru,serta dapat menyerap tenaga
kerja lebih banyak.
3. Lemahnya Jaringan Usaha dan Kemampuan Penetrasi Pasar
Usaha kecil yang pada umumnya merupakan unit usaha keluarga,
mempunyai jaringan usaha yang sangat terbatas dan kemampuan penetrasi pasar
yang rendah, ditambah lagi produk yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan
mempunyai kualitas yang kurang kompetitif. Berbeda dengan usaha besar yang
telah mempunyai jaringan yang sudah solid serta didukung dengan teknologi yang
dapat menjangkau internasional dan promosi yang baik.
Jaringan Usaha merupakan salah satu faktor penting dalam bisnis untuk
meningkatkan skup ekonomi, pengelolaan bisnis yang efisien dan memperluas
pangsa pasar. Perusahaan yang memiliki jaringan usaha yang kuat akan menjadi
modal bagi perusahaan sehingga perusahaan bisa melakukan operasinya secara
efektif dan efisien. Jaringan usaha juga dapat menjadi modal daya saing
perusahaan. Bahkan dalam persefektif rantai pasokan (supply chain), persaingan
usaha terjadi bukan antar individu perusahaan tetapi antar rantai pasokan, yang di
dalamnya terdapat sekelompok perusahaan dari hulu ke hilir sebagai suatu tim
yang secara bersama-sama menghasilkan/menyampaikan produk dan layanan
kepada konsumen. Dengan bahasa yang lain ini berarti persaingan bisnis terjadi
antar jaringan. Jadi perusahaan yang memiliki jaringan yang kuat maka akan
memiliki daya saing yang kuat (D.Suryani,P. 2021). Untuk keberhasilan dalam
pemasaran produk dan layanannya, UMKM perlu memiliki jaringan pemasaran
yang handal, yang selalu siap menyerap produk dan layanan UMKM dengan
volume, harga dan waktu yang tepat atau membantu kegiatan pemasaran. Dengan
demikian jaringan pemasaran ini dapat terdiri dari jaringan inti dan penunjang.
Jaringan inti dapat terdiri dari para perantara pemasaran seperti grosir, pengecer,
agen dan perantara pemasaran lainnya. Sedangkan jaringan penunjang, yaitu
lembaga/pihak ketiga yang berperan sebagai penunjang kesuksesan pemasaran,
seperti perusahaan/lembaga yang bergerak dalam bidang promosi, ekspedisi,
transportasi, informasi pasar, pembiayaan kegiatan pemasaran, memberikan
jaminan dalam pemasaran, dan lain-lain. Lembagalembaga/pihak ketiga tersebut
dapat merupakan lembaga pemerintah, lembaga bisnis dan lembaga lainnya.

6
Jaringan produksi/operasi meliputi kerjasama usaha dan hubungan
hubungan dengan berbagai pihak (produsen, pemasok dan pihak lainnya) yang
dibutuhkan untuk menjamin proses produksi/operasi dapat berjalan dengan baik.
Dengan jaringan produksi yang kuat maka kapasitas produksi perusahaan dapat
disesuaikan dengan kebutuhan (fleksibilitas dalam kapasitas), dapat dilakukan
semacam pembagian tugas produksi sesuai dengan keunggulan anggota jaringan,
sehingga proses produksi dapat dilakukan lebih efisien, dapat melakukan produksi
yang besar melalui subkontrak/maklun ataupun melakukan konsorsium untuk
sehingga dapat memenuhi permintaan yang besar dengan cara yang ekonomis).
Jaringan keuangan terutama menyangkut kerjasama, hubunganhubungan
dan akses ke sumber pembiayaan, baik lembaga keuangan bank, maupun non
bank. Jaringan keuangan/pembiayaan ini tentunya diperlukan perusahaan terutama
untuk pemenuhan kebutuhan modal perusahaan secara efektif dan efisien. Selain
itu jaringan dengan lembaga keuangan diperlukan untuk kemudahan-kemudahan
dalam melakukan transaksi bisnis.
Integrasi vertikal, terdiri dari integrasi ke hulu dan integrasi ke hilir.
Dalam integrasi ke hulu, berarti ini perusahaan melakukan pengendalian yang
lebih kuat ke sumber pasokan input. Tujuan dari integrasi ini untuk menjamin
pemenuhan pasokan input yang lebih efektif dan efisien. Integrasi ini dapat
dilakukan secara internal dan eksternal. Integrasi ke hulu secara internal artinya
perusahaan bergerak sendiri ke hulu melakukan pengadaan atau produksi input
untuk kebutuhan operasi perusahaan. Sedangkan integrasi ke hulu secara
eksternal, dalam hal ini perusahaan bekerjasama dengan perusahaan lain yang
bergerak di hulu (melakukan aliansi strategis) untuk melakukan
produksi/pengadaan kebutuhan input produksi. Selanjutnya pada integrasi ke hilir,
perusahaan melakukan pengendalian yang lebih kuat ke arah konsumen akhir.
Sama halnya dengan integrasi ke hulu, integrasi ini pun dapat dilakukan secara
internal dan eksternal. Integrasi ke hilir bertujuan agar perusahaan dapat
mengamankan kepentingan perusahaan dalam penyampaian produknya kepada
konsumen. Dengan demikian pemasaran perusahaan dapat dilakukan secara lebih
efektif dan efisien.
Integrasi horizontal adalah integrasi yang dilakukan antara perusahaan
yang melakukan fungsi, produk dan layanan yang sejenis. Misalnya produsen
sepatu bekerjasama dengan sesama produsen sepatu, produsen pakaian bergabung
dengan produsen pakaian lainnya. Kerjasama ini bertujuan untuk melakukan
sinergi, sehingga dapat meningkatkan posisi tawar dalam menghadapi pihak-pihak
tertentu ataupun meningkatkan skala ekonomi dalam berbagai aktivitas atau
fungsi bisnis. Misal para produsen sepatu bergabung, kemudian melakukan
pembelian bahan baku bersama, sehingga skalanya menjadi lebih ekonomis, posisi
tawarnya terhadap pemasok menjadi lebih besar.

7
Kerjasama horizontal dapat dilakukan dalam bentuk koperasi, asosiasi,
gabungan pengusaha/perusahaan, konsorsium, joint venture, dan lain-lain. Untuk
usaha kecil disarankan antara lain dapat bergabung dalam koperasi produsen,
koperasi perajin, ataupun koperasi pedagang. Koperasi tersebut diharapkan dapat
menjalankan fungsinya sebagai fasilitator, mediator, koordinator ataupun
menjalankan fungsifungsi bisnis tertentu untuk menunjang usaha anggotanya,
sehingga bila dilakukan secara bersama-sama menjadi lebih efektif dan efisien.
Jika usaha sedang mengalami masalah yang harus segera ditangani, maka
jaringan usaha bisa memberi banyak pilihan terpercaya misalnya jika UMKM
membutuhkan bantuan akutansi, manajemen, pengacara dan sebagainya maka
dengan relasi yang ditemui bisa menjadi sebuah potensi untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi. Tidak dapat dipungkiri bahwa jaringan usaha banyak
sekali untuk bisnis terutama UMKM. Selain itu mempunyai jaringan usaha juga
dapat memberikan ide bisnis baru untuk kelangsungan dan keberlanjutan bisnis.
4. Lemahnya kewirausahaan dari para pelaku UMKM
Hal penting yang seringkali pula terlupakan dalam setiap pembahasan
mengenai UMKM, yaitu semangat entrepreneurship para pengusaha UMKM itu
sendiri. Semangat yang dimaksud disini, antara lain kesediaan terus berinovasi,
ulet tanpa menyerah, mau berkorban serta semangat ingin mengambil risiko.
Suasana pedesaan yang menjadi latar belakang dari UMKM seringkali memiliki
andil juga dalam membentuk kinerja. Sebagai contoh, ritme kerja UMKM di
daerah berjalan dengan santai dan kurang aktif sehingga seringkali menjadi
penyebab hilangnya kesempatan-kesempatan yang ada. Untuk membangun
kepribadian dan mental yang kuat diperlukan kemauan keras, yaitu kemauan
untuk mencapai tujuan dan kebutuhan hidup. Kemauan keras merupakan
kunci keberhasilan yang diperlukan seseorang untuk mengatasi hambatan
yang akan dijumpai dalam mencapai tujuan tersebut.
Mental pengusaha yang diharapkan harus memiliki kemampuan untuk
melihat dan mengevaluasi peluang bisnis, mengumpulkan sumber daya yang
diperlukan untuk mengambil tindakan yang tepat, mengambil keuntungan dan
memiliki sifat, karakter dan kemauan untuk membawa inovatifide ke dalam
dunia nyata secara kreatif dalam rangka meraih pendapatan keberhasilan atau
peningkatan. Hal lain yang harus dimiliki oleh seorang entrepreneur adalah rasa
percaya diri (self confidence) yang merupakan paduan sikap dan keyakinan
seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan, yang bersifat internal,
sangat relatif dan dinamis dan banyak ditentukan oleh kemampuannya
untuk memulai, melaksanakan dan menyelesaikan suatu pekerjaan.
Kepercayaan diri akan mempengaruhi gagasan, karsa, inisiatif, kreativitas,
keberanian, ketekunan, semangat kerja, kegairahan berkarya. Kunci
keberhasilan dalam bisnis adalah untuk memahami diri sendiri. Oleh karena itu

8
wirausaha yang sukses adalah wirausaha yang mandiri dan percaya diri, selalu
berorientasi tugas dan hasil, mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi,
berorientasi pada laba,ketekunan dan kerja keras. Dalam kewirausahaan
peluang hanya diperolehapabila ada inisiatif. Perilaku inisiatif biasanya
diperoleh melalui pelatihandan pengalaman bertahun-tahun dan
pengembangannya diperoleh dengan caradisiplin diri, berpikir kritis, tanggap,
bergairah dan semangat berprestasi.
Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang
lebih menantang untuk mencapai kesuksesan atau kegagalan daripada usaha
yangkurang menantang. Wirausaha menghindari situasi risiko yang rendah
karenatidak ada tantangan dan menjauhi situasi risiko yang tinggi karena
inginberhasil. Pada situasi ini ada dua alternatif yang harus dipilih yaitu
alternative yang mengangung risiko dan alternatif yang konservatif . Pilihan
terhadap risiko tergantung pada daya tarik setiap alternatif, kesediaan untuk rugi
dan kemungkinan relatif untuk sukses atau gagal. Selanjutnya kemampuan untuk
mengambil risiko tergantung dari keyakinan pada diri sendiri, kesediaan untuk
menggunakan kemampuan dalam mencari peluang dan kemungkinan untuk
memperoleh keuntungan serta kemampuan untuk menilai risiko secara realitis.
Selain itu, jenis pekerjaan sebagai pengusaha berbeda dengan sebagai
petani atau peternak, oleh karena itu calon wirausahaharus mengubah pola
pikirnya sehingga bisa mengerjakan usahanya dengan baik dan bisa
memanfaatkan peluangnya yang ada. Pola pikir atau mindset adalah keseluruhan/
kesatuan dari keyakinan yang kita miliki, nilai-nilai yang kita anut, kreteria,
harapan, sikap, kebiasaan, keputusan, dan pendapat yang kita keluarkan
dalam memandang diri kita sendiri orang lain atau kehidupan ini. Mengubah
pola pikir dari petani/peternak menjadi pengusaha memang tidak
mudah, hal ini membutuhkan proses yang tidaklah instan, kan tetapi
membutuhkan waktuyang cukup panjang. Dibutuhkan sebuah perjuangan nyata
dari dalam diri untuk berani mencoba, dan berani menemui kegagalan. Sebab
kegagalan awal dari sebuah kesuksesan. Menurut Eny. E.P (2013), pola pikir
merupakan hasil dari sebuah proses pembelajaran (learning), maka pola
pikir juga bisa di ubah (unlearning), dan dibentuk ulang (rilearnig). Oleh
karena itu untuk dapat mengubah pola pikir, mendapatkan semangat
berwirausaha serta skill kewirausahaan dapat melalui pelatihan atau
pendidikan.Pengetahuan dapat membantu pengusaha untuk menjadi ide-ide
baru yang inovatif dan memicu, yang pada gilirannya memungkinkan pengusaha
untuk menangkap peluang yang muncul dari lingkungan mereka.
5. Kurangnya Transparansi
Kurangnya transparansi antara generasi awal pembangun UMKM tersebut
terhadap generasi selanjutnya. Banyak informasi dan jaringan yang

9
disembunyikan dan tidak diberitahukan kepada pihak yang selanjutnya
menjalankan usaha tersebut sehingga hal ini menimbulkan kesulitan bagi generasi
penerus dalam mengembangkan usahanya terutama laporan keuangan.
Pengelolaan keuangan UMKM berperan penting dalam proses peningkatan
kualitas UMKM. Masih banyak pengusaha yang belum melakukan pencatatan
pemasukan dan pengeluaran UMKM yang erakibatnya pemilik UMKM
kesulitas untuk mengetahui laba bersih perusahaan, sehingga pengajuan
pinjaman kepada bank untuk modal sulit diperoleh. Para pelaku UMKM
biasanya hanya melakukan pencatatan pendapatan dan pengeluaran dengan
sebatas melakukan pembukuan saja. Kunci keberhasilan dalam menjalankan
usaha adalah dengan menerapkan laporan keuangan. seorang akuntan
menjalankan laporan keungan dengan sedemikian rupa dengan sangat rapi
dalam perusahaan berskala besar maupun kecil. Sebab laporan berfungsi
sebagai sumber informasi untuk menghitung laba rugi, tetapi juga sebagai
pertimbanga dalam merencanakan persaingan bisnis. Laporan keuangan
sekaligus juga sebagai tanda kewajiban dalam pelaporan pajak.
Laporan keuangan mengilustrasikan situasi keuangan dan hasil bisnis
suatu perusahaan pada saat tertentu atau masa waktu tertentu. Laporan keuangan
berisi catatan informasi keuangan yang dapat memberikan manfaat bagi
perusahaan maupun stakeholder dalam mengambil kepastian di masa
mendatang. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan posisi
keuangan, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Laporan
keuangan disusun dengan tujuan agar pemakai dapat melihat bagaimana
manajemen melaporkan pertanggungjawaban atas sumber daya yang diberikan.
Melalui laporan tersebut mereka dapat memutuskan untuk menahan atau
menjual pendanaan yang telah diberikan, atau mengganti dengan manajemen
yang baru.
Trasparansi dan pengelolaan keuangan UMKM berperan penting dalam
proses peningkatan kualitas UMKM. Dengan adanya penerapan transparansi
laporan keuangan diharapkan pemilik UMKM menggunakan informasi dalam
laporan keuangan untuk mengevaluasi usahanya dan dapat dijadikan dasar
dalam pengambilan keputusan. dapat menggunakan laporan keuangan tersebut
untuk mencari stakeholder agar berinvestasi pada UMKM mereka. anyak usaha
kecil yang melakukan usaha tanpa adanya pencatatan secara khusus serta
mencampurkan Antara pendapatan usaha dengan keluarga. Hal tersebut akan
sulit membuat usaha berkembang dan mampu memenuhi standar permintaan
konsumen. Pelayanan yang baik juga akan sulit dilaksanakan karena
bercampurnya usaha dengan kegiatan rumah tangga. Pada sisi lain apabila
usahanya berkembang akan sulit memperoleh bantuan melalui kredit
yang tersedia oleh lembaga bank maupun non bank. Laporan keuangan
merupakan alat yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi keuangan

10
dari suatu perusahaan kepada pihakpihak yang berkepentingan sehingga dapat
dijadikan suatu acuan dalam pengambilan keputusan.

B. Faktor Eksternal
1. Iklim Usaha Belum Sepenuhnya Kondusif
Upaya pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dari tahun ke
tahun selalu dimonitor dan dievaluasi perkembangannya dalam hal kontribusinya
terhadap penciptaan produk domestik brutto (PDB), penyerapan tenaga kerja,
ekspor dan perkembangan pelaku usahanya serta keberadaan investasi usaha kecil
dan menengah melalui pembentukan modal tetap brutto (investasi). Keseluruhan
indikator ekonomi makro tersebut selalu dijadikan acuan dalam penyusunan
kebijakan pemberdayaan UKM serta menjadi indikator keberhasilan pelaksanaan
kebijakan yang telah dilaksanakan pada tahun sebelumnya.
UMKM, Iklim usaha secara sederhana dapat diterjemahkan sebagai
kondisi yang diupayakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk
memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah secara sinergis melalui
penetapan peraturan perundang-undangan dan kebijakan di berbagai aspek
kehidupan ekonomi agar Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah memperoleh
pemihakan, kepastian, kesempatan, perlindungan, dan dukungan berusaha yang
seluas-luasnya. Memang tidaklah mudah untuk menumbuhkan suatu iklim usaha
yang sehat, diperlukan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat yang dalam
konteks ini adalah pelaku usaha. KPPU perlu hadir menjadi jembatan dalam
menciptakan suatu iklim ekonomi yang sehat serta kondusif, tidak hanya melalui
perannya sebagai pengawas, namun juga melalui relasinya terhadap pelaku sektor
usaha. Dengan terciptanya suatu iklim usaha yang sehat dan kondusif akan
memberikan dampak positif yang signifikan, baik secara makro maupun mikro.
Secara makro, iklim usaha yang sehat dan kondusif dapat mendorong masyarakat
untuk memulai investasi-investasi baru, yang kemudian akan berdampak pada
peningkatan dan perkembangan ekonomi nasional, sedangkan secara mikro hal ini
akan menguntungkan pihak suplier atau produsen, seperti petani, nelayan, ataupun
suplier lokal lainnya, yang kemudian akan berdampak pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Kebijaksanaan Pemerintah untuk menumbuhkembangkan UKM, meskipun
dari tahun ke tahun terus disempurnakan, namun dirasakan belum sepenuhnya
kondusif. Hal ini terlihat antara lain masih terjadinya persaingan yang kurang
sehat antara pengusaha-pengusaha kecil dan menengah dengan pengusaha-
pengusaha besar. Kendala lain yang dihadapi oleh UKM adalah mendapatkan
perijinan untuk menjalankan usaha mereka. Keluhan yang seringkali terdengar
mengenai banyaknya prosedur yang harus diikuti dengan biaya yang tidak murah,
ditambah lagi dengan jangka waktu yang lama. Hal ini sedikit banyak terkait

11
dengan kebijakan perekonomian. Oleh karena itu, UMKM harus bekerja keras
dalam menghadapi perkembangan yang terjadi ini.
2. Implikasi Otonomi Daerah
Dengan berlakunya Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah yang kemudian diubah dengan UU No. 32 Tahun 2004,
kewenangan daerah mempunyai otonomi untuk mengatur dan mengurus
masyarakat setempat. Perubahan sistem ini akan mempunyai implikasi terhadap
pelaku bisnis kecil dan menengah berupa pungutan-pungutan baru yang
dikenakan pada UMKM. Jika kondisi ini tidak segera dibenahi maka akan
menurunkan daya saing UMKM. Disamping itu, semangat kedaerahan yang
berlebihan, kadang menciptakan kondisi yang kurang menarik bagi pengusaha
luar daerah untuk mengembangkan usahanya di daerah tersebut.
3. Implikasi Perdagangan Bebas
Sebagaimana diketahui bahwa AFTA yang mulai berlaku Tahun 2003 dan
APEC Tahun 2020 berimplikasi luas terhadap usaha kecil dan menengah untuk
bersaing dalam perdagangan bebas. Dalam hal ini, mau tidak mau UKM dituntut
untuk melakukan proses produksi dengan produktif dan efisien, serta dapat
menghasilkan produk yang sesuai dengan frekuensi pasar global dengan standar
kualitas seperti isu kualitas (ISO 9000), isu lingkungan (ISO 14.000), dan isu Hak
Asasi Manusia (HAM) serta isu ketenagakerjaan. Isu ini sering digunakan secara
tidak fair oleh negara maju sebagai hambatan (Non Tariff Barrier for Trade).
Untuk itu, UKM perlu mempersiapkan diri agar mampu bersaing baik secara
keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif.
4. Terbatasnya Akses Pasar
Terbatasnya akses pasar akan menyebabkan produk yang dihasilkan tidak
dapat dipasarkan secara kompetitif baik di pasar nasional maupun internasional.
Pelaku UMKM yang mengalami masalah pemasaran dicirikan oleh
kurangnya kemampuan bidang pemasaran, khawatir munculnya pesaing,
kesulitan mencari pelanggan, tidak mampu menyalurkan produk ke toko
modern, belum pernah ikut eventpameran dan bingung menghadapi
persaingan harga antar UMKM itu sendiri mengingat beberapa hal sebagai
berikut: (1) Teknologi. Teknologi berubah sangat cepat sering muncul produk
baru, proses dan layanan baru dari pesaing, sehingga pelaku usaha untuk
bersaing dan sukses,harus menyesuaikan diri dengan perilaku kreatif, inovasi
teknologi baru ; (2) Perubahan lingkungan. Efek perubahan lingkungan
terhadap siklus hidup produk semakin pendek, artinya bahwa produk atau
layanan lama harus digantikan dengan yang baru dalam waktu cepat, dan ini
bisa terjadi karena ada pemikiran kreatif yang menimbulkan inovasi ; (3)
Tuntutan konsumen. Konsumen menuntut lebih banyak terhadap atribut
produk. Mereka mengharap lebih dalam hal kualitas, pembaruan, dan harga.
Maka kreativitas dibutuhkan untuk memuaskan kebutuhan konsumen
sekaligus mempertahankan mereka; (4) Pasar. Pasar berubah sangat cepat, ide

12
yang sejatinya bagus bisa semakin mudah ditiru, dan inimembutuhkan metode
penggunaan produk, proses yang baru dan lebih baik,dan layanan yang lebih
cepat secara berkesinambungan; (5) inovasi. Inovasi bisa menghasilkan
pertumbuhan lebih cepat, meningkatkan segmen pasar,dan menciptakan
posisi korporatyang lebih baik; (6) Kompetisi. Kompetisi atau persaingan
memotivasi wirausahaagar memunculkan daya kreativitas dengan ide-ide
baru yang membedakan dengan produk sebelumnya.
Produk yang dihasilkan harus dapat dipasarkan secara kompetitif baik di
pasar nasional maupun internasional, sehingga perlu dilakukan strategi promosi
dagang. Kegiatan promosi dagang merupakan bagian dari strategi pemasaran
bertujuan untuk memperkenalkan produk usaha kepada publi, sehingga dapat
meningkatkan permintaan dan penjualan produk yang ditawarkan. Promosi
adalah hal yang sangat penting dalam mengenalkan produk ke konsumen dan
mendongkrak penjualan. Tanpa mengetahui cara promosi yang mumpuni,
UMKM akan sulit berkembang. Padahal salah satu kunci kesuksesan sebuah
UMKM adalah kemampuan melakukan promosi yang efektif (Bani B,
2019).
Saat ini pesatnya perkembangan teknologi, dunia digital dan
internet tentu juga berimbas pada dunia pemasaran. Tren promosi di
dunia beralih dari yang semula konvensional (offline) menjadi digital
(online). Strategi digital marketingini lebih prospektif karena memungkinkan
para calon pelanggan potensial untuk memperoleh segala macam informasi
mengenai produk dan bertransaksi melalui internet.

8. Terbatasnya Akses Informasi


Selain akses pembiayaan, UMKM juga menemui kesulitan dalam hal
akses terhadap informasi. Minimnya informasi yang diketahui oleh UMKM,
sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap kompetisi dari produk ataupun jasa
dari unit usaha UMKM dengan produk lain dalam hal kualitas. Efek dari hal ini
adalah tidak mampunya produk dan jasa sebagai hasil dari UMKM untuk
menembus pasar ekspor. Namun, di sisi lain, terdapat pula produk atau jasa yang
berpotensial untuk bertarung di pasar internasional karena tidak memiliki jalur
ataupun akses terhadap pasar tersebut, pada akhirnya hanya beredar di pasar
domestik.
Pesatnya perkembangan teknologi dunia digital dan internet tentu
juga berimbas pada dunia pemasaran. digital marketing ini lebih
prospektif karena memungkinkan para calon pelanggan memperoleh segala
macam informasi mengenai produk dan bertransaksi melalui internet.
Penjualan Makaroni Bajak Laut selama ini mengharuskan konsumen yang
ingin memesan atau membeli produk untuk datang langsung ke lokasi atau
memesan lewat WhatsApp untuk melihat produk yang akan dibeli. Dengan
demikian para pelaku usaha di tuntut untuk memiliki kemampuan menerima

13
sebuah informasi dan juga diimbangi dengan kemampuan untuk menelusur
dan mengidentifikasi informasi yang diterima terutama dalam bentuk digital
atau yang disebut dengan kemampuan literasi digital. Sebagai pelaku
usaha di tuntut untuk mampu dalam memahami dan mengevaluasi sebuah
informasi yang mereka terima. Kemampuan menerima sebuah informasi
tersebut tentunya juga diimbangi dengan kemampuan untuk menelusur dan
mengidentifikasi informasi yang diterima terutama dalam bentuk digital atau
yang disebut dengan kemampuan literasi digital. Dimana literasi digital
sebagai kemampuan untuk memahami informasi, dan yang lebih penting
untuk mengevaluasi dan mengintegrasikan informasi dalam berbagai
format yang dapat diberikan oleh komputer.
Literasi digital juga bisa disebut penggunaan internet sebagai rujukan
pertama untuk mencari informasi serta dapat pula dikatakan sebagai
kemampuan seseorang untuk menggunakan internet sebagai media dalammencari
sebuah informasi. Untuk itu, pelaku usaha khususnya usaha skala kecil
memiliki kemampuan berliterasi digital sebagai tujuan untuk
mengembangkan usaha serta mengembangkan perekenomian masyarakat pada
pelaku usaha. Saat ini masih adanya bentuk pemasaran produk yang masih
dilakukan oleh pelaku usaha secara offlineyaitu menjual produk yang mereka
hasilkan hanya dengan memasarkan melalui mulut ke mulut saja tanpa
memanfaatkan media digital atau internet sebagai sarana untuk
mengembangkan usaha. Di ketahui bahwa pada peningkatan jenis pelaku
usaha hanya terjadi pada sektor bidang agrobis yakni pelaku usaha skala
menengah yang survive, dimana pada sektor tersebut telah memiliki
investasi usaha yang besar dan kemampuan penyerapan tenaga kerja yang
banyak dengan di dukung oleh kemampuan memanfaatkan internet untuk
mencari informasi melalui media digital.
Literasi digital adalah kemampuan menggunakan teknologi dan informasi
dari piranti digital secara efektif dan efisien dalam berbagai konteks seperti
akademik, karir dan kehidupan sehari-hari. Donny (2018) mengemukakan
bahwa literasi digital adalah kemampuan menggunakan teknologi informasi
dan komunikasi (TIK), untuk menemukan, mengevaluasi, memanfaatkan,
membuat dan mengkomunikasikan konten atau informasi, dengan kecakapan
kognitif maupun teknikal. literasi digital diartikan sebagai kemampuan individu
untuk menerapkan keterampilan fungsional pada perangkat digital sehingga
ia dapat menemukan dan memilih informasi, berpikir kritis, berkreativitas,
berkolaborasi Bersama orang lain, berkomunikasi secara efektif dan tetap
menghiraukan keamanan elektronik serta konteks sosial-budaya yang
berkembang.
Selain itu pemasaran produk menggunakan digital marketingdan
memanfaatkan media sosial untuk dapat menjangkau konsumennya secara
langsung dan dapat menekan biaya promosi (Hardilawati, 2020).Digital

14
marketingmerupakan pemasaran yang dilakukan dengan menggunakan akses
internet, memanfaatkan media sosial dan perangkat digital lainnya. Digital
Marketingdapat membantu membantu pelaku usaha contohnya adalah
UMKM dalam mepromosikan dan memasarkan produk dan jasa mereka dan
mampu memperluas pasar baru yang sebelumnya tertutup atau terbatas
karena adanya keterbatasan waktu, jarak dan cara berkomunikasi (Prabowo,
2018). Media internet yang sekarang ini populer digunakan untuk pemasaran
produk antara lain, Facebook, Youtube, Instagram, dan media sosial yang
lain. Manfaat yang didapatkan dengan digital marketingselain bisa
menjangkau pasar yang lebih luas dan mengefektifkan biaya pemasaran, juga
membuat ruang dan waktu pemasaran yang tidak terbatas. Selain itu,
digital marketingbersifat real timesehingga pengusaha dapat langsung
memperhatikan minat dan feedbackdari pasar yang dituju, serta dapat
memutuskan strategi penyesuaian terkait konten iklan untuk hasil yang
lebih baik dengan lebih cepat Selain itu, dengan adanya akun sosial media
atau marketplacedapat mengedukasi masyarakat untuk lebih mengenal
teknologi dalam dunia pemasaran.
Berdasarkan permasalahan umum yang dihadapi oleh UMKM maka
beberapa pakar menjelaskan bahwa salah satu solusi dari permasalahan tersebut
adalah menemukan model kewirausahaan yang mampu beradaptasi dengan
kemajuan teknologi. Hal inilah yang kemudian melahirkan model
kewirausahaan digital. Model bisnis ini berasal dari kombinasi
teknologi digital dan kewirausahaan yang kemudian menghasilkan fenomena
karakteristik baru dalam hal bisnis. Dalam hal ini peran teknologi digital
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap unit bisnis baru yang dibuat.
Paradigma teknologi yang muncul memanfaatkan potensi kolaborasi dan
kecerdasan kolektif untuk merancang dan meluncurkan inisitiaf kewirausahan
yang lebih kuat serta berkelanjutan.
Jika sektor UMKM terganggu, maka ekonomi nasional pun terganggu.
Pengembangan UMKM berbasis digital menjadi salah satu alternatif
penyelamatan sektor UMKM di masa pandemi Covid-19. Meski demikian selama
ini pemerintah dengan Kementerian Koperasi dan UKM telah berusaha
mendorong terjadi transformasi digital. Dalam konteks ini, kewirausahaan
digital merupakan bentuk bisnis yang memanfaatkan kecanggihan teknologi
digital, baik proses hingga pada pemasaran produk dan jasa. Dengan kata
lain, semua jenis usaha yang menjual produknya secara online baik
menggunakan website atau aplikasi termasuk dalam ranah kewirausahaan digital.
Penggunaan aplikasi e-commerce dan pemanfaatan media sosial dalam pemasaran
digital termasuk ranah kewirausaahan digital. Dengan demikian, masa depan
kewirausahaan digital bisa menjadi salah satu sektor yang akan banyak
memberikan kontribusi positif pada penguatan perekonomian Indonesia.

15
Potensi besar ini harus dapat dimanfaatkan oleh pemerintah dengan
berupaya fokus dan memperluas akses pasar digital guna memperbaiki
kesenjangan digital antarwilayah terutama untuk usaha mikro di berbagai
daerah. Dengan kata lain, model kewirausahaan digital akan mendorong
terciptanya inovasi baru sehingga dapat menciptakan ekosistem baru bagi
UMKM yang bisa meningkatan produktivitas dan kesejahteraan rakyat
Indonesia.Selain itu dengan teknik ini para pelaku UMKM akan terus
bermotivasi memanfaatkan teknologi dalam jaringan untuk memasarkan
produknya. Eksesnya UMKM akan bisa segera berdaptasi dengan dunia
digital yang kemudian dapat bersaing di kancah internasional.
Digitalisasi UMKM tidak sebatas dalam hal pemasaran digital
semata. Akan tetapi juga mengadopsi pembayaran digital dalam hal keuangan.
Dengan demikian,langkah inidapat mewadahi para pelaku UMKM dalam urusan
pembayaran hutang piutang secara digital yang selama ini selalu menjadi
kendala. Dengan begitu, langkah ini akan membuat kualitas UMKM di
Indonesia semakin berkembang pesat. Sehingga pada akhirnya pengembangan
UMKM digital ini akan mendorong UMKM di Indonesia tidak hanya
berbasis digital akan tetapi bisa bertahan lama di pasar digital. Untuk
membangkitkan kembali kondisi ini diperlukan solusi mitigasi dan pemulihan
yakni dengan menciptakan stimulus pada sisi permintaan dan mendorong
platform digital untuk memperluas kemitraan. Selain itu diperlukan
kerjasama dalam pemanfaatan inovasi dan tekonologi yang dapat menunjang
perbaikan mutu dan daya saing produk proses pengolaan produk, pengolahan
produk hingga pada pemasaran.
Pengembangan UMKM berbasis digital di Indonesia harus memperhatikan
banyak hal terutama perihal konten kreatif. Sebab di era digital, konten
merupakan pilar utama agar dapat bersaing di ranah digital. Tanpa konten kreatif
sudah bisa dipastikan pengembangan UMKM berbasis digital sulit untuk
membuahkan hasil yang signifikan. Dalam konteks ini perancangan konten kreatif
harus diupayakan oleh pelaku UMKM baik secara mandiri maupun melalui
berbagai pelatihan tambahan. Pelaku UMKM harus didorong untuk dapat
memahami karakter dari dunia digital terutama media sosial. Dalam konteks
media sosial konten menjadi hal utama agar produk dan jasa yang ditampilkan
bisa menarik perhatian para konsumen. Oleh sebab itu para pelaku usaha UMKM
harus mengerti mengenai konten-konten kreatif dalam pemasaran digital.
Beberapa studi telah menyebutkan bahwa konten kreatif dapat menarik perhatian
yang tinggi dari para warganet. Konten ini tentulah bisa berasal dari produk dan
jasa dari UMKM itu sendiri, maupun konten-konten yang dapat menunjang
produk dan jasa yang dihasilkan.
Kedala utama tersebut terutama dalam pengemasan produk. Sebab masih
banyak produk dan jasa UMKM di Indonesia masih menampilkan produk yang
asal jadi. Dampaknya produk dan jasa yang ditawarkan tersebut tidak memiliki
nilai daya tarik yang bisa menarik perhatian para konsumen. Disinilah diperlukan

16
berbagai pendampingan melalui pelatihan dalam mengemas produk dan jasa yang
bisa menarik perhatian konsumen. Dengan kata lain, diperlukan teknik membuat
konten kreatif dalam hal packaging dan branding produk. Dengan demikian,
ketika dipasarkan melalui media sosial dan market place tentu bisa menarik
perhatian konsumen.
Pada akhirnya bila produk dan jasa dikemas dengan baik, maka secara
otomatis pemasaran digital juga akan diyakini bisa berhasil. Kendala berikutnya
yang dihadapi oleh UMKM adalah keterbatasan biaya pemasaran dalam hal ini
biaya promosi produk dan jasa. Dalam hal ini UMKM harus dapat memanfaatkan
keungulan dari media sosial dalam hal pemasaran. Artinya dengan kemampuan
mengemas konten kreatif maka secara otomatis pula UMKM bisa memiliki
kemampuan untuk pemasaran produk secara digital. Pemasaran digital ini juga
harus diikuti oleh pengetahuan mengenai pengunaan aplikasi yang bisa
mendukung sisi pemasaran. Oleh sebab itu ada beberapa hal yang harus dipenuhi
oleh UMKM dalam membangun konten kreatif. Para pelaku UMKM harus bisa
belajar Teknik fotografi, videografi dan penyusunan kalimat yang menarik di
media sosial.
Salah satu masalah yang menjadi kendala digitalisasi pada UMKM adalah
rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM) para pelaku usaha UMKM. Kemajuan
teknologi dewasa ini mulai menjadi suatu hal yang penting bagi
kehidupan. Banyak orang menyadari bahwa dengan kondisi zaman sekarang ini
gagap teknologi menjadi masalah yang besar. Semua hal dilakukan
menggunakan teknologi tanpa terkecuali. Bahkan sekarang ini handphone
sebagai media komunikasi yang sangat canggih dan bisa menjangkau semua
orang di belahan dunia manapun. Akan tetapi kecanggihan teknologi yang
tidak diimbangi dengan adanya pendidikan yang memadai mengenai
teknologi sendiri akan membuat masyarakat semakin tertinggal dan bisa
juga dimanfaatkan oleh beberapa oknum yang tidak bertanggungjawab.
Perkembangan teknologi kini berperan begitu penting dalam aspek
kehidupan sehari-hari terutama dalam perdagangan online (e-commerce).
Teknologi telah mengajak pedagangan semakin berkembang dan selalu
berinovasi dari tahun ke tahun dengan melakukan sinergi yang membuat ke
dua hal ini bisa berkembang secara berdampingan. Teknologi menjadikan
jangkauan suatu barang maupun jenis layanan data semakin berkembang.
Jarak dan waktu bisa ditembus melalui teknologi. Sehingga laju perekonomian
semakin berkembang.
Masa depan UMKM dapat diketahui dengan sejauh mana para pelaku
usaha memanfaatkan teknologi yang ada, namun tidak dapat dipungkiri masih ada
sebagian besar pelaku UMKM masih asing dengan digitalisasi dan mereka masih
nyaman dengan pola konvensial, faktor utamanya adalah gagap teknologi
(Indiayu,M 2021). Penyebab terjadinya gagap teknologi disebabkan oleh
beragam faktor. Pertama, penyebaran informasi yang tidak merata membuat
penerimaan informasi di beberapa daerah kurang baik. Di kota-kota besar seperti,

17
Jakarta, penerimaan informasi berjalan dengan cepat sedangkan, di daerah,
penerimaan informasi bisa berjalan dengan lambat dan tidak merata. Kedua,
adanya jurang perbedaan usia antara pelaku UMKM yang datang dari generasi
milenial dan generasi sebelumnya. Para pelaku UMKM yang datang dari generasi
sebelumnya masih menggunakan metode konvensional untuk menjalankan
bisnisnya.
Selain SDM pelaku usaha yang masih kurang, salah satu masalah lain bagi
UMKM adalah konsumen yang belum mampu menggunakan internet, serta
kurangnya pengetahuan untuk menjalankan usaha secara online. Pengetahuan
teknologi masih rendah merupakan tantangan pertama yang sering menghambat
pelaku UMKM go digital adalah terbatasnya kemampuan dan pengetahuan
mereka dalam memanfaatkan teknologi serta platform digital. Pelaku UMKM
umumnya belum mengetahui cara mengunduh aplikasi untuk berjualan,
mengunggah informasi dan foto terkait produk mereka di situs e-commerce, serta
memaksimalkan ragam fitur yang dihadirkan situs online. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, pelaku usaha harus belajar secara bertahap. Proses belajar
ini bisa dilakukan mulai dari bergabung dengan komunitas UMKM, mencari
mentor, hingga mengikuti ragam kelas online atau webinar.
Saat melakukan transformasi digital, sering kali pelaku usaha kebingungan
terhadap platform mana yang harus mereka manfaatkan guna menjangkau
konsumen lebih luas. Namun, sebelum menentukan platform digital yang
digunakan, pelaku usaha harus terlebih dahulu menentukan target konsumennya.
Hal ini kerap disebut mencari persona (profiling persona) yang tepat untuk
disasar. Dengan adanya persona, pelaku usaha bisa mengetahui berbagai informasi
mengenai target market, mulai dari gender, usia, lokasi, kebiasaan, hingga
penghasilan mereka. Informasi ini bisa membantu UMKM menentukan platform
digital yang hendak digunakan, seperti email, telepon, blog, atau media sosial.
Strategi pemasaran digital Strategi pemasaran digital atau digital marketing juga
jadi salah satu tantangan yang harus dihadapi UMKM dalam perjalanan
transformasinya. Sebenarnya, bila pelaku usaha sudah memiliki pengetahuan lebih
terhadap teknologi dan telah menentukan platform digital yang digunakan sesuai
persona konsumennya, mereka akan lebih mudah menentukan strategi pemasaran.
Semua bisnis memerlukan komunikasi, oleh karena itu, pelaku UMKM harus bisa
memaksimalkan strategi komunikasi untuk mengeskalasi pemasaran digital. Salah
satunya dengan memanfaatkan teknologi omni-channel communication. Dengan
teknologi tersebut, pelaku usaha bisa secara masif menjangkau pelanggan dalam
waktu bersamaan dan cukup singkat. Misalnya, pelaku usaha ingin menjangkau
konsumen yang lebih suka dihubungi melalui email dan WhatsApp secara
bersamaan. Dengan omni-channel communication, pelaku usaha hanya perlu
mengirim pesan dengan satu sentuhan. Pesan pun terkirim dengan cepat. Untuk
memanfaatkan teknologi tersebut, pelaku usaha pun bisa.
Masalah lain yang dihadapi UMKM adalah faktor keamanan data digital.
Kondisi tersebut nyatanya masih menjadi permasalahan bisnis digital saat ini,

18
karena masih belum adanya regulasi dari pemerintah mengenai aturan keamanan
data dan informasi digital. Terlebih sejak munculnya berbagai berita mengenai
kebocoran data digital, masyarakat Indonesia dan juga berbagai bisnis kecil dan
menengah yang terdaftar secara digital pun tentu merasa dirugikan sedangkan
pemerintah pun masih belum sigap untuk menghadapi kondisi tersebut. Selain itu
ekonomi digital merupakan berbagai aktivitas ekonomi yang dilakukan pada
platform digital. Namun faktanya adalah informasi mengenai teknologi ekonomi
digital yang masih belum merata pada masyarakat. Salah satu syarat berhasilnya
upaya digitalisasi ekonomi adalah tingginya literasi mengenai ekonomi digital
guna meningkatkan tingkat transaksi serta berbagai aktivitas ekonomi digital.
Pelaku bisnis mulai menggunakan teknologi informasi dan
telekomunikasi untuk menjalankan maupun menunjang kegiatan bisnis mereka.
Pergerakan dan perubahan cara berbisnis yang kian cepat ke arah digitalisasi ini
memaksa pelaku bisnis untuk beradaptasi mengikuti perubahan tersebut.
Guna mendorong digitalisasi dan mempermudah UMKM dalam menghadapi
perubahan yang terjadi, pemerintah telah meningkatkan kemudahan akses dan
melakukan transfer teknologi kepada pelaku UMKM agar mampu bertahan
di dalam persaingan bisnis Kemampuan penguasaan perangkat digital dan
internet ini merupakan hal mutlak yang harus dikuasai oleh UMKM jika ingin
bertahan dalam persaingan. Bagi perusahaan besar, perubahan pola bisnis
yang mengarah pada proses digitalisasi ini tidak terlalu mengalami kendala
dikarenakan dengan karakteristik perusahaan besar yang memiliki sumber daya
yang cukup baik. Namun, bagi UMKM proses digitalisasi ini akan
membutuhkan banyak persiapan.

DAFTAR PUSTAKA

Ari Sulistiogo, 2019. kinerja UMKM: DampakKualitas SDM Dan Akses


Informasi Terhadap Akses Permodalan. Jurnal: Dinamika Manajemen Dan
Bisnis; 2(1)
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jdmb/article/view/12484
A.R Susila, 2017. Kewirausahaan dalam multi perspektif. Banten: Universitas
Terbuka
Bani, B. 2019. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Melalui Usaha Mikro Kecil
Dan Menengah (UMKM) Oleh Dinas Koperasi UKM Kota Pekanbaru.
Jurnal: FISIP Riau
D. Suryani, P, dkk. 2021 Manajemen Usaha Kecil dan Menengah.
Medan:Yayasan Kita Mandiri
Donny. 2018. Kerangka Literasi Digital. PT. Radika Aditama. Bandung
Eny E.P.2013. Peran Penting Jiwa Kewirausahaan Dalam Mengembangkan
Usaha Baru Pasca Bencana. Proceeding. FISIP UPN Veteran Yogyakarta.
http://repository.upnyk.ac.id/7901/4/eny_semnas_2013.pdf

19
Indriayu,M dkk.2021. Business Development Services: Mewujudkan Usaha
Mikro Kecil Dan Menengah.Surakarta: Indotama Solo.

Kurniawan, A. (2014). Metode Riset Untuk Ekonomi dan Bisnis Teori, konsep,
dan Praktik Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Sudirwo, 2020. Implementasiprogram Kemitraan Bumn Terhadap Pemberdayaan
UMKM Di Kota Banjarbaru. Jurnal STIEP banjarmasin 6(1). 60-63
http://ejournal.stiepancasetia.ac.id/index.php/jieb

20

Anda mungkin juga menyukai