Anda di halaman 1dari 9

A.

Kontribusi Layanan Keuangan Digital terhadap Kewirausahaan

Parida dkk. mengartikan digitalisasi sebagai “Penggunaan teknologi digital guna


berinovasi pada model bisnis dan menyediakan sumber pendapatan baru serta menambah
evaluasi pilihannya pada ekosistem industri”. Oleh karena itu, alih-alih menerapkan teknologi
baru, fokusnya adalah pada pemahaman penerapan dan penggunaan digitalisasi.
Kewirausahaan digital adalah pencarian “peluang bisnis baru” media baru dan teknologi
internet. Hal ini serupa dengan bisnis tradisional dalam arti bahwa “bisnis digital bertujuan
guna mendapatkan keuntungan dan terlibat langsung dalam suatu sektor ekonomi, seperti
memulai bisnis baru ataupun mengkomersialkan suatu inovasi”.

Besarnya kebutuhan akan teknologi digital dalam dua decade terakhir menyebabkan
berkembangnya banyak inovasi digital, platform digital, dan infastruktur digital melalui
komponen public dan swasta. Platform digital menawarkan banyak peluang bagi
wirausahawan guna mengembangkan produk dan layanan tambahan. Terakhir, kajian
tentang kewirausahaan digital merupakan faktor kunci yang menjadikannya releven dalam
jurnal bisnis terkemuka saat ini (Radiansyah, 2022).

Wirausaha digital menghadapi prasarana kelembagaan yang lemah dan lingkungan yang
ditandai dengan korupsi yang menghambat operasi mereka. Prasarana yang lemah ini
mengakibatkan tidak bisa diaksesnya dana awal yang diperlukan, kurangnya kebijakan dan
peraturan yang melindungi dan mendukung e-commerce, lemahnya prasarana digital, dan
kurangnya modal tenaga kerja yang kompeten dan berpengalaman secara digital. Pada saat
yang sama, temuan kami menunjukkan beberapa kesempatan yang berasal dari lingkungan
kelembagaan unik tempat wirausaha digital beroperasi. kesempatan tersebut diwujudkan
dalam pemanfaatan kekayaan keluarga sebagai sumber modal finansial awal, penggunaan
koneksi pribadi sebagai sumber modal sosial dan sumber daya manusia, serta meningkatnya
pendidikan tentang kewirausahaan digital dan manfaatnya. Maka bisa disimpulkan dengan
beberapa masukan guna meningkatkan prasarana kelembagaan yang nampak bagi wirausaha
digital di negara-negara berkembang. Biarpun banyak kesempatan yang diberikan oleh
kewirausahaan digital, itu juga telah ditautkan dengan tinggi risiko kegagalan diberikan terus
menerus dan teknologi radikalinovasi dan karena peran karyawan dalam bisnis digital masih
ambigu dan belum jelas (Terzian, 2020).

1. Pentingnya Modal Dalam Memulai Dan Mengembangkan Usaha

Permasalahan ekonomi merupakan faktor utama dalam permasalahan industry, dimana


faktor ekonmi menyangkut modal usaha. Modal menimbulkan ketakutan ketika industry baru
berdiri namun mengalami kesulitan guna tumbuh dan berkembang. Masalah permodalan
meliputi penetuan kebutuhan modal usaha, menentukan dari mana sumber modal bisa
didapatkan, dan pengelolaan modal yang terbatas guna mendapatkan keuntungan yang
maksimum. Menghadapi permasalahan keterbatasan permodalan, usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM) memerlukan pertolongan lembaga keuangan, seperti lembaga
perbankan. Berbagai temuan penelitian menunjukkan bahwa layanan perbankan sebagian
besar UMKM masih terbatas. Permasalahan ini terkait profil debitur usaha kecil yang kurang
atau bahkan unbankable atau tidak memenuhi proses persyaratan dari perbankan.

Modal merupakan kendala terbesar baik dalam mndirikan suatu perusahaan maupun
dalam mengembangkan suatu usaha. Kurangnya modal bukan hanya disebabkan oleh
besarnya modal yang diperlukan, melainkan serta sumber modal tersebut diperoleh.
Faktanya, kesinambungan perusahaan dapat ditimbulkan bagi kecilnya jumlah modal
ventura. Banyak industri yang gulung tikar karena tidak bisa melanjutkan usahanya karena
keterbatasan modal sehingga sulit guna melakukan sirkulasi modal. Modal mempunyai fungsi
yang amat bernilai dalam mekanisme produksi, lantaran modal sangat diperlukan pada saat
perusahaan memulai usaha baru atau mengembangkan bisnis yang telah berdiri, tanpa
adanya modal yang memadai kemudian kelancaran usaha hendak terpengaruh sehingga
mempengaruhi pendapatan yang diterima.

Keterbatasan modal juga mempengaruhi implementasi aktivitas penjualan, akibat tanpa


adanya aktifitas penjualan suatu produk yang diproduksi tidak bisa dididtribusikan dengan
sempurna. Anggaran yang dikeluarkan untuk pemasaran cukup besar, mengingat proses
pemasaran menjadi landasan dimana produk tersebut dijual dan di segmentasi pasar mana
produk tersebut dapat diterima dengan baik. Metode pemasarannya tidak sekadar
didasarkan pada penerapan spanduk pada iklan, melainkan serta pada metode marketing,
seperti pengedaran pamflet, promosi dari mulut ke mulut, pembukaan stand ekspo pada
waktu festival atau memakai media online.

Guna mendapatkan sumber modal sebenarnya ada banyak cara, dimulai dari pihak
internal merupakan penyertaan modal dan pinjaman dari teman atau keluarga, lalu pihak
eksternal merupakan menggunakan lembaga keuangan seperti bank dan non lembaga
keuangan. Lembaga seperti pegadaian, koperasi dan modal ventura. Walaupun sumber
modal yang tersedia dari pihak internal biasanya sedikit dan harus segera dikembalikan.
Berbeda dengan sumber modal yang didapat dari eksternal, jumlah yang diterima dapat
sangat besar dan penegmbaliannya tergantung kesepakatan para pihak. Namun terdapat
keberatan terhadap persyaratan yang dipenuhi oleh pengusaha, termasuk adanya jaminan
sesuai dengan besarnya modal pinjaman, profitabilitas usaha dan legalitas usaha.

Oleh karena itu, strategi kapitalisasi dimulai dengan memastikan legitimasi bisnis,
karena hal ini diwajibkan oleh hamper semua Lembaga keuangna. Kemudian buatlah
rencana bisnis yang baik karena penting guna meyakinkan kepada para pemilik modal atau
investor. Kemudian pengelolaan dan laporan keuangan yang baik tentunya dapat
memberikan kualitas supaya investor tetap terpikat pada bantuan keuangan yang kita
ajukan. Nah, dalam hal ini para pengusaha juga harus berusaha menjalankan usahanya
dengan lebih professional dan mencukupi perspektif keabsahan bisnis, sehingga
mempermudah pemerintah dan instansi dalam menjalankan beraneka ragam kegiatan
pemberian dosis kapasitas dan bantuan permodalan (Adi Suparwo, 2018).

Modal merupakan komponen implementasi yang bisa menularkan penghasilan,


walaupun tidak hal utama komponen yang menaikkan penghasilan. Perusahaan senantiasa
menginginkan modal guna memajukan bisnis yang menggabungkan alat manukfaktur,
bahan, dan layanan untuk mencapai hasil penjualan. Ketika modal dan tenaga kerja
melonjak, produktivitas dan penghasilan serta melonjak.

Jenis-jenis modal antara lain, yaitu:

1) Modal Internal
Menurut Mardiyatmo (2008), ekuitas adalah modal yang diperoleh pemilik usaha.
Modal internal terdiri dari tabungan, hadiah, hibah, sanak saudara, dan sebagainya.
2) Modal Eksternal
Modal ekternal atau modal pinjaman merupakan modal yang biasanya diperoleh dari
pihak luar Perusahaan dan biasnya diperoleh dari pinjman. Modal pinjaman memiliki
keunggulan jumlah yang tidak terbatas. Selain itu, pengelolaan dengan dukungan
modal pinjaman Sebagian besar menciptakan insentif untuk berbisnis dengan serius.
Sumber pembiayaan modal ekternal bisa didapat melalui:
a. Pinjaman melalui lembaga perbankan, dan lembaga keuangan sawsta dan
pemerintah atau bank asing.
b. Pinjaman melalui instansi keuangaan semacam pegadaian, penanaman dana
patungan, jaminan sewa, dana pension, koperasi maupun instansi keuangan
lainnya.
c. Pinjaman melalui kantor non moneter.
3) Modal Usaha Patungan

Selain modal internal atau eksternal, modal usaha juag dapat digunakan dalam
berbagai cara dengan memiliki perusahaan bersama orang lain. Caranya adalah
dengan menggabungkan modal sendiri dengan modal satu petner atau beberapa
patner (yang berperan sebagai mitra bisnis).

Berdasarkan personalitasnya, sumber dana dikhususkan menjadi harta tetap serta


harta lancar. Harta tetap merupakan harta yang personalitasnya tetap, bukan
terpengaruh dari aspek implementasi serta bukan dipergunakan dalam satu kali
proses implementasi. Miasalnya: bangunan, mesin dan kendaraan. Sementara itu,
harta lancar merupakan harta yang dikonsumsi dalam satu aspek implementasi
ataupun diubah membentuk produksi tercapai. Seperti: bahan baku dan bahan
peneolong (Yohana Pekei, 2019).

2. P2P Lending Dalam Memfasilitasi Akses Pinjaman Untuk Kewirausahaan

Memahami cara memanfaatkan internet menggambarkan salah satu keuntungan


terbesar bagi pemangku UMKM guna memperoleh pinjaman dana usaha dengan Peer to
Peer (P2P) Lending. P2P Lending merupakan sebuah platform online yang membaurkan
banyak orang yang memerlukan utang (peminjam) dan banyak orang lain yang besedia
memberikan pinjaman (investor). Metode P2P Lending yang seluruhnya online berarti
instansi P2P Lending bisa beroperasi melalui anggaran opersional yang rendah dan
mempromosikan layanannya atas anggaran yang jauh lebih rendah dipadankan perusahaan
bank konvensional. Hasilnya, pemberi pinjaman dapat memperoleh keuntungan lebih tinggi
dibandingkan jika mereka hanya berpartisipasi dalam strategi deposito dan program
penanaman modal yang dipromosikan oleh instansi awam. Selain peminjam, donatur kredit
juga mendapatkan keuntungan ketika meminjam dan meminjamkan uang melalui P2P
Lending.

Selain kemudahan dalam mengajukan pinjaman, negara juga memberikan jaminan. Hal
ini kita lihat ketika Bank Indonesia (BI) mendirikan Fintech Office. Melalui kewenangan
tersebut, BI bisa memantau dan membenahi peraturan fintech di Indonesia. Fintech muncul
guna memberikan pinjaman dana melalui cara penyajian yang lebih praktis dibandingkan
intansi keuangan tradisional semacam banking, kemudian Peer to Peer Lending menjadi
salah satu alternatif pinjaman modal. P2P Lending muncul guna menyelesaikan “missing
middle” di masyarakat dan UMKM yang mempunyai kemampuan guna berkembang namun
kekurangan kanal terhadap pembiayaan.

Produk yang dipromosikan P2P Lending yaitu pembiayaan piutang, kemudian pemilik
dana menginvestasikan hartanya guna membiayai piutang debitur sebelum pembeli debitur
melunasi piutangnya. Peer to peer lending menawarkan return yang tinggi melalui jangka
tempo pinjaman yang relative pendek yakni kurang dari enam bulan, menciptakan peer to
peer lending sebagai alat penanaman modal yang prospektif. Alokasi merchant, peer to peer
lending bisa membuat alat keuangan guna pengembangan bisnis. Cara pinjaman peer to peer
lending jauh lebih pendek dan praktis dibandingkan pinjaman di instansi bank, dan tentunya
melalui tingkat bunga yang kompetitif. Sebelum mempromosikan pinjaman terhadap pemilik
dana, pihak peer to peer lending menjalankan pemilihan secara cermat terhadap calon
peminjam dan kredibilitas invoice yang diterbitkan. Oleh karena itu, pemberi dana bisa
merasa sejahtera lantaran instansi peer to peer lending sangat baik dalam menyeleksi dan
menganalisis calon peminjam. Pinjaman P2P Lending mempromosikan peluang investasi
hanya kepada peminjam yang diperoleh dari klien terdaftar atau perusahaan tertutup atau
terpecaya yang bonafid. Hal ini jelas dijalankan guna meyakinkan pemilik dana cuma
penanaman modal terhadap peminjm yang risikonya minimum (Rumondan, 2018).

Gambar 1: Proses peer to peer Lending (P2P Lending)

Gambar proses di atas menunjukkan komponen kerja peer to peer lending. Komponen
kerja peer to peer lending tidak jauh berbeda dengan instansi keuangan perbankan, dimana
perusahaan cuma berperan semacam penengah atau pasar peer to peer yang membaurkan
pemberi pinjaman atau pemilik dana (investor) dan peminjam uang (lender). Investor asing
dan dalam negeri yang mempuyai kelebihan harta guna berinvestasi terhadap bidang yang
profitabel sehingga mempertemukan instansi fintech lending dengan pedagang atau pemberi
pinjaman modal guna menjalankan kalaborasi yang profitabel. Instansi fintech
memungkinkan pembauran antara pemilik dana dan peminjam dalam wujud aplikasi online
sehingga setiap transaksi yang terjadi secara real time. Instansi peer-to-peer lending juga
memberikan jaminan keamanan terhadap nasabahnya melalui memantau pemberi pinjaman
dan peminjam. Hal ini merupakan bentuk perlindungan konsumen. Adanya system ini
memudahkan dalam mendapatkan pinjaman dan semakin meningkatkan iklusi keuangan di
Indonesia. Keunggulan fintech loan yakni tidak ada batasan negara, kemudian siapa pun dan
dari negara mana pun dapat menggunakan fintech loan guna penanaman modal.

Dengan pesatnya perkembangan fintech loan khususnya peer to peer lending, saat ini
diperoleh kesenjangan khususnya mengenai dampak dan dampak munculnya peer-to-peer
lending di Indonesia berkenaan perekonomian negara. Kenyataannya, kemampuan ekonomi
dari teknologi, terkhusus teknologi yang beranjak di sektor keuangan ataupun peminjaman,
memberikan dampak yang signifikan terhadap berbagai sektor. Seperti pada sektor
keuangan, sektor rill dan pasar modal. Kedepannya diharapkan teknologi finansial terkhusus
peer to peer lending terus bertambah dan membesar, memajukan pembiayaan di berbagai
daerah, memajukan kemajuan serta perpindahan dana, dan memajukan kemakmuran serta
keselamatan, sehingga bisa berkontribusi terhadap kemapanan skema keuangan, justru
hendak mewujudkan salah satu kapasitas perekonomian di Indonesia di kawasan ASEAN dan
dunia (Hanifa, 2021).

3. Dampak Positif Pada Pertumbuhan Usaha Kecil Dan Menengah

Perkembangan teknologi informasi semakin pesat. Beberapa usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM) menggunakan teknologi informasi dalam operasional bisnisnya. Semakin
banyaknya pesaing merupakan kekuatan pengambilan keputusan yang inovatif dari para
pebisnis untuk mengungguli pesaingnya. Strategi komunikasi pemasaran yang tepat
bertujuan untuk mencapai target pangsa pasar untuk meningkatkan penjualan.

Wardhana (2015) mengemukakan bahwa strategi pemasaran digital mempunyai


dampak hingga 78% terhadap keunggulan kompetitif UMKM dalam memasarkan produknya.
Ada banyak manfaat menggunakan digital marketing, antra lain:

1. Targeting dapat dilakukan berdasarkan demografi, tempat tinggal, gaya hidup bahkan
kebiasaan.
2. Hasilnya akan segera terlihat sehingga pemasar bisa mengambil tindakan korektif
ataupun melakukan perubahan jika terdapat tidak beres.
3. Jauh lebih murah dibandingkan pemasaran tradisoanal.
4. Jangkauan lebih luas karena tidak terbatas secara geografis.
5. Akses kapan saja tanpa batasan waktu.
6. Hasil dapat diukur, misalnya jumlah pengunjung website, jumlah konsumen yang
melakukan pembelian online.
7. Kampanye dapat dipersonalisasi.
8. Mampu melibatkan atau menjangkau konsumen karena komunikasi bersifat lansung dan
dua arah dimana pemasar membangun hubungan dan membangun kepercayaan
konsumen (Arisandi, 2018).

C. Peran Layanan Keuangan Digital dalam Menciptakan Lapangan Kerja

Menurut Asosiasi Teknologi Finansial Indonesia (AFTECH), generasi milenial saat ini
merupakan pengguna terbesar keuangan gaya modern ini. Teknologi dan internet
mempunyai peranan yang luar biasa dalam seluruh kegiatan kesibukan para insan. Teknologi
sudah mendorong bisnis, meluncurkan operator UMKM, mendukung iklusi keuangan negara
dan berinovasi dari tahun ke tahun guna mengembangkan hal-hal tersebut secara releven.

Teknologi membuat jangkauan barang dan layanan data semakin luas dan mudah
digunakan oleh semua orang, di mana saja. Dengan bantuan teknologi, jarak dan waktu
dapat ditempuh, sehingga perekonomian pun bisa bertumbuh dan berkembang. Penggunaan
teknologi digital di Indonesia sangat luas, hal ini tentunya berdampak pada beberapa sektor,
salah satunya yakni dunia usaha yang kemudian mengadopsi e-commerce atau perdagangan
elektronik. Akibat dari semakin pesatnya perkembangan teknologi dan internet tidak cuma
berdampak terhadap sektor bisnis, namun juga sektor keuangan di Indonesia (Aprita, 2021).

Berkembangnya perusahaan online telah membuka peluang integrasi tenaga kerja yang
sangat luas. Di antara perusahaan unicorn, layanan objek online misalnya: telah menyerap
banyak tenaga kerja dan menurunkan angka pengangguran. Apalagi di era digital ini, media
social sudah banyak digunakan oleh para wirausahawan baru. Faktanya, menurut studi yang
dilangsungkan oleh Bain and Company Research dan Facebook 2020, sektor e-commerce
Indonesia diperkirakan akan tumbuh 3,7 kali liapat menjadi $48,3 miliar pada tahun 2025,
naik dari $13,1 miliar pada tahun 2017.

Era digital lahir dengan adanya teknologi baru sehingga membutuhkan sumber daya
manusia yang berupaya mengendalikan teknologi tersebut. Hal ini juga terjadi di era koneksi
internet berkemajuan tinggi guna membantu perekonomian digital masa kini. Organization
and Development (2016) menjelaskan bahwa dampak internet terhadap pekerjaan bisa
membentuk ke dalam empat kelompok, antara lain:

1. Pekerjaan Baru (New Jobs).


Hadirnya internet menyebabkan terciptanya lapangan kerja baru. Beberapa
diantaranya berhubungan langsung melalui teknologi. Seperti: ahli mesin, spesialis
jaringan dan perangkat keras. Lainnya mencakup ekosistem pengembangan seluler,
ilmuan data, dan pakar media social. Internet juga memicu kemajuan di tempat
kerja lama melalui menunjang peembuatan usaha kontemporer, seperti
kewirausahaan, atau perluasan bisnis yang sudah ada seperti pertumbuhan melalui
penetrasi pasar luar negeri atau pemasaran yang lebih efektif.
2. Pekerjaan Transformasi (Transformed Jobs).
Teknologi di era digital ini membarui arah lapangan kerja yang ada. Akibat dari
teknologi komunikasi baru berarti bahwa proses kerja bisa diselaraskan, walaupun
karyawan terus-menerus mempelajari keahlian terkini guna memperoleh manfaat
sejak perkembangan teknologi masa kini. Manfaat tersebut antara lain kemampuan
mendatangkan keefektifan yang tinggi, menyedikitkan tempo dan anggaran
produksi, mengurangi keliruan operasional, serta meningkatkan pemeliharaan dan
kaualitas produk.
3. Teknologi mengubah praktik kerja di tempat kerja yang ada.
Pemahaman teknologi komunikasi baru berarti bahwa cara kerja bisa diselaraskan,
namun karyawan harus menekuni keahlian baru guna mengeksploitasi
perkembangan teknlogi baru. Perubahan ini sebagian didorong oleh cara internet
memunginkan alih daya (outsourcing) berbagai bagian proses manufaktur.
4. Pengalihdayaan Pekerjaan
Internet membolehkan pengalihdayaan internasional ke karyawan yang meningkat
spesifik. Hal ini mengacu pada hilangnya lapangan kerja dalam waktu singkat di
suatu negara, namun terjadi peningkatan lapangan kerja di negara lain. Contohnya
yaitu lepas rantai (Offshoring). Offshoring merupakan konsep yang mengaitkan
pengalihan pekerjaan, produksi, ataupun fasilitas klien ke luar negeri yang lebih
murah, seperti perusahaan yang berbasis di Indonesia memindahkan fasilitass
manukfakturnya ke Malaysia.
5. Kehilangan Pekerjaan (Lost Jobs).
aplikasi internet bisa disertai dengan hilangnya pekerjaan tertentu, karena teknologi
mengambil alih tugas-tugas yang sebelumnya dijalankan oleh individu, seperti agen
perjalanan sudah mempercayakan reservasi perjalanan online. (Simamora, 2020).

1. Bagaimana Pertumbuhan Usaha Berkontribusi Terhadap Penciptaan Lapangan Kerja

Pertumbuhan ekonomi selama tiga decade terakhir merupakan kemampuan suatu


negara untuk menumbuhkan atau mempertahankan Produk Domestic Bruto (PDB) sebesar 5-
7 persen per tahun dalam jangka waktu yang lebih lama, Ketika situasi perekonomian awal
relatif statis.

Pertumbuhan ekonomi yang pesat dapat dicapai dengan focus pada sektor usaha kreatif
tanpa perlu menciptakan tenaga kerja yang memadai. Pengalaman Pembangunan yang
diperoleh pada masa orde baru memberikan gambaran betapa mudahnya mencapai
pertyumbuhan melaui metode bisnis yang kreatif dan inovatif (Halim, 2020).

Kewirausahaan memberikan kontribusi signifikan terhadap Pembangunan ekonomi


berkelanjutan melalui penciptaan laapangan kerja, pertumbuhan PDB, pengentasan
kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan dalam jangka Panjang. Pada
saat yang sama, pertumbuhan ekonomi mempunyai dampak yang besar terhadap
perkembangan kewirausahaan. Selain itu, hubungan antara kewirausahaan dan
pertumbuhan ekonomi mungkin tidak sama di negara-negara dengan tingkat pembangunan
berbeda. Kewirausahaan memainkan peran penting dalam perubahan teknologi, karena
wirausaha berperan dalam mempromosikan penegtahuan, kreativitas dan inovasi
kewirausahaan, serta peluang kerja dan pesaing yang semakin meningkat. Munculnya
perusahaan-perusahaan dengan produk dan jasa baru yang bersaing dengan perusahaan-
perusahaan yang sudah ada mendorong proses persaingan dimana hanya perusahaan-
perusahaan yang paling kompetitif yang dapat bertahan dan tumbuh.

Pengusaha perorangan dan kelompok sebagai innovator mendorong penciptaan


lapangan kerja baru. Hubungan antara bisnis dan lapangan kerja selalu sejalan dengan
pertumbuhan bisnis, dan pertumbuhan bisnis terkadang juga membuka peluang kerja baru.
Kewirausahaan dapat berperan sebagai pendorong inovasi atau mningkatkan persaingan
dalam suatu industry, sehingga dapat mendorong pertumbuhan produktivitas, yang ada
akhirnya dapat berdampak positif pada pertumbuhan lapangan kerja (Fajri, 2021).

2. Bagaimana Keberagaman Industri Berkontribusi Pada Penciptaan Lapangan Kerja

Ekonomi kreatif adalah salah satu cabang perekonomian yang dimulai dengan
pemanfaatan kreativitas, keterampilan dan kemampuan sesorang untuk menciptakan
kekayaan dan kesempatan kerja, menghasilkan dan menerapkan kreativitas dan kecerdikan
individu. Dalam hal ini, ekonomi kreatif dapat diartikan sebagai sekumpulan pengetahuan
dan kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan penciptaan atau pemanfaatan pengetahuan.

Konsep ekonomi kreatif telah menarik perhatian para ekonom dalam dua decade
terakhir. Ekonomi kreatif dipilih sebagai sektor bisnis yang paling menjajikan di negara-negara
industry karena kemampuannya dalam meningkatkan kesejahteraan dan menciptakan
lapangan kerja. Meskipun industry kreatif telah berkembang selama 10 tahun terakhir, agensi
masih kurang memahami pentingnya bidang ini. Hasil observasi lapangan menunjukkan
bahwa instansi terkait masih membagi sektor ekonomi yang ada berdasarkan perbandingan.
Sementara itu, jika jenis-jenis ekonomi kreatif juga turut dibagikan oleh lembaga-lembaga
terkait, maka cabang ekonomi tersebut berpotensi menjadi salah satu cabang ekonomi yang
dapat dikembangkan untuk mendorong pertumbuhan perekonomian nasional (Produk
Domestik Bruto) dan mengurangi tingkat pengangguran.

Pangsa industry jasa TI dan perangkat lunak cukup besar dibandingkan sektor lainnya.
Jasa computer dan perangkat lunak mencakup pekerjaan kreatif yang berkaitan melalui
perkembangan teknologi informasi, termasuk jasa computer, pengolahan data,
pengembangan database. Besarnya minat mmasyarakaat terhadap teknologi informasi dan
pesatnya perkembangan teknologi informasi melahirkan partisipasi di sektor ini lebih besar
dibandingkan sektor lainnya (Mellita, 2014).

Meskipun teknologi pada awalnya tampak mempunyai kapasitas yang menggangu,


teknologi sebenarnya melahirkan bisnis bagi penciptaan industri dan lapangan kerja baru.
Misalnya pemanfaatan alat online di Indonesia telah menyebabkan pertumbuhan layanan
transportasi yang sangat pesat, yang pada akhirnya menciptakan lapangan kerja baru bagi
banyak orang. Berdasarkan laporan situs Katadata, Gojek menarik dua juta pengemudi di
Indonesia pada maret tahun 2019. Fasilitas GoFood juga menarik lebih dari 400 ribu penjual
makanan dan minuman, dimana 80% di antaranya adalah pelaku mikro, kecil dan menengah
(UMKM). Selanjutnya sudah ada 60 ribu agen layanan yang masuk ke ekosistem Gojek.
Bahkan, ada yang berpendapat bahwa penyebab tingkat pengangguran di Indonesia relative
rendah karena tumbuhnya layanan online berbasis aplikasi. Selain itu, pasar kerja online
memberikan ruang yang lebih luas bagi dunia usaha, khusunya bagi usaha kecil dan
menengah. Alat e-commerce seperti Tokopedia, Blibli, Bukalapak dan lain sebagainya
memungkinkan usaha kecil di Indonesia untuk memasarkan produknya langsung ke
pelanggan.

Revolusi Industri 4.0 merupakan dorongan perubahan menuju perbaikan dengan


mengintegrasikan dunia internet dan jalur produksi ke dalam sebuah industri, dimana
seluruh proses produksi berperan sebagai penopang utama internet. Oleh karena itu, untuk
bersaing di era Industri 4.0, sumber daya manusia industri Indonesia harus memepelajari dan
menguasai tiga hal yaitu bahasa inggris, statistika, dan coding. Penerapan system Industri 4.0
diyakini dapat menghasilkan lapangan kerja baru yang lebih spesifik dan memerlukan
keterampilan tinggi khususnya. Oleh karena itu, diperlukan adanya keterampilan sumber
daya manusia (SDM) industri untuk beralih ke teknologi informasi di Indonesia. Menurut
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian,
pemerintah memprioritaskan industri di lima negara yang akan menjadi percontohan
penerapan system industri 4.0, yaitu sektor makanan dan minuman, industri tekstil, industri
pakaian, otomatif, industri elektronik dan kimia.

Salah satu penyebab meningkatnya jumlah tenaga kerja di industri akomodasi dan
makanan dan minuman adalah tumbuhnya industri pariwisata yang dipengaruhi oleh
wisatawan baik dalam negeri ataupun luar negeri. Dengan bantuan teknologi, informasi
mengenai destinasi wisata bisa dengan mudah diperoleh dan mengatur perjalanan anda
dengan mudah mulai dari membeli tiket pesawat, memesan hotel, dan transportasi dengan
berbagai website seperti Traveloka, Pegi-pegi, Tiket.com, dan lain-lain, yang membuat
Masyarakat melakukan perjalanan. Melambungnya kurs wisatawan tentunya akan
melambungnya jumlah layanan pendukung semacam hotel dan restoran yang memerlukan
pekerjaan lebih banyak.

Melambungnya jumlah pekerja disektor manufaktur menggambarkan fakta walaupun


digitalisasi yang dikerjakan industri dalam proses produksi, belum berdampak pada
pengurangan kurs tenaga kerja. Peningkatan produktivitas dari digitalisasi berarti dunia usaha
bisa memenuhi permintaan yang lebih tinggi. Dengan kata lain, kebutuhan akan pekerjaan
semakin meningkat.
Di bidang bisnis, terbukanya pasar global melalui perdagangan elektronik
mempengaruhi jumlah karyawan. Terkuaknya perdagangan global menjadi anugerah bagi
para pengusaha UMKM kecil guna turut juga dalam pemasaran global produknya secara
offline. Dengan digitalisasi bisnis, banyak bermunculan wirausaha baru dari sektor bisnis
(Diah, 2020).

Anda mungkin juga menyukai