1.1 Latar Belakang Dengan perkembangan teknologi yang semakin meningkat serta makin banyaknya jumlah perusahaan-perusahaan sejenis yang muncul, maka persoalan- persoalan manajemen pun akan semakin kompleks dan persaingan antar perusahaan pun akan semakin ketat. Apalagi, keadaan perekonomian Indonesia yang belum stabil saat ini menyebabkan banyak perusahaan kesulitan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Demikian pula halnya terhadap kebijakan-kebijakan yang dianut oleh perusahaan, tentu akan mengalami perubahan-perubahan ataupun hanya sekedar mempertajam kebijakan-kebijakan yang sudah ada sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Dalam era globalisasi pemerintah mengurangi campur tangan secara langsung dalam mengatur dan mengendalikan perekonomian, sifat, dan dinamika usaha yang bersumber pada inisiatif dan kreatifitas dunia usaha itu sendiri. Oleh karena itu, peranan mekanisme pasar di dalam kegiatan ekonomi menjadi semakin besar sehingga kalangan dunia usaha akan selalu berpacu dalam memenangkan pasar melalui upaya peningkatan efisiensi dan produktifitas. Untuk menghadapi semua hal di atas, perusahaan harus inovatif dan mampu melakukan penyesuaian diri terhadap perubahan-perubahan yang telah terjadi dan yang akan terjadi di masa yang akan datang baik perubahan perekonomian nasional, peraturan pemerintah, kondisi konsumen, maupun kemampuan pesaing. Oleh karena itu, perusahaan harus tumbuh, berjalan, dan membangun manajemennya secara konsepsional dan sistematis dengan berorientasi kepada pertumbuhan, dan perkembangan perusahaan yang dinamis melalui pemanfaatan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki perusahaan sehingga perusahaan memiliki motivasi untuk menciptakan kemampuan bersaing. Adapun potensi sumber daya yang dimiliki oleh perusaan untuk mencapai tujuan di atas salah satunya adalah sumber daya keuangan yaitu modal. Pengertian modal disini mencakup arti yang luas meliputi aspek lain yang ada di dalam perusahaan untuk mengukur nilai tambah perusahaan. Menurut Bambang Riyanto yang mengutip pernyataan Bekker yang menerangkan lebih lanjut mengenai modal : Modal adalah baik yang berupa barang-barang kongkrit yang masih ada dalam rumah tangga perusahaan yang terdapat di neraca sebelah debit. Maupun berupa daya beli atau nilai tukar dari barang-barang itu yang tercatat di sebelah kredit.( 2001 : 18 ) Pengelolaan modal mempunyai peranan yang sangat penting dalam usaha menciptakan laba yang memadai bagi terjaminnya komunitas perusahaan. Oleh karena itu, permasalahan dalam perusahaan yang sangat kompleks menuntut para pimpinan perusahaan untuk tidak hanya memikirkan bagaimana memperoleh dan memilih sumber dana yang dibutuhkan untuk menghasilkan laba tetapi juga dituntut untuk mengawasi, mengatur, dan mengendalikan masalah penggunaan modal. Dalam hal ini para pimpinan perusahaan harus dapat mengambil keputusan yang tepat agar perusahaan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Salah satunya adalah pengambilan keputusan mengenai modal kerja perusahaan. Modal kerja (working capital) merupakan dana atau modal yang diinvestasikan kedalam aktiva lancar yang sifatnya jangka pendek. Dalam perusahaan, modal kerja ini mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan antara lain dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan operasional sehari-hari seperti: pembelian bahan baku, pembayaran upah buruh, membayar rekening listrik, membayar biaya transportasi, membayar hutang yang telah jatuh tempo, dan pembayaran-pembayaran lainnya. Dana yang dialokasikan tersebut diharapkan akan diterima kembali dari hasil penjualan produk yang dihasilkan dalam waktu yang tidak lama (kurang dari 1 tahun). Uang yang diterima tersebut dipergunakan lagi untuk kegiatan operasi perusahaan selanjutnya, dan seterusnya dana tersebut berputar selama perusahaan masih beroperasi. Dalam manajemen keuangan modal kerja ini mengandung 2 (dua) pengertian yaitu : 1. Modal kerja kotor (gross working capital), adalah keseluruhan aktiva lancar. 2. Modal kerja bersih (net working capital), adalah kelebihan aktiva lancar diatas hutang lancar. Menurut Martono dan D. Agus Harjito dalam bukunya Manajemen Keuangan (2002 : 74), mengemukakan terdapat beberapa alasan yang mendasari pentingnya manajemen modal kerja yaitu : 1. Aktiva lancar dari perusahaan baik perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa memiliki jumlah yang cukup besar dibanding dengan jumlah aktiva secara keseluruhan. 2. Untuk perusahaan kecil, hutang jangka pendek merupakan sumber utama bagi pendanaan eksternal. Perusahaan ini tidak memiliki akses pada pasar modal untuk pendanaan jangka panjangnya. 3. Manajer keuangan dan anggotanya perlu memberikan porsi waktu yang sesuai untuk pengelolaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan modal kerja. 4. Keputusan modal kerja berdampak langsung terhadap resiko, laba, dan harga saham perusahaan. 5. Adanya hubungan langsung antara pertumbuhan penjualan dengan kebutuhan dana untuk membelanjai aktiva lancar. Manajemen modal kerja yang efektif sangat penting untuk pertumbuhan kelangsungan perusahaan jangka panjang. Apabila perusahaan kekurangan modal kerja untuk memperluas penjualan dan meningkatan produksinya, maka besar kemungkinannya akan kehilangan pendapatan dan keuntungan (profit). Begitu juga, jika perusahaan tidak memiliki modal kerja yang cukup, tidak dapat membayar kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya maka perusahaan akan menghadapi masalah likuiditas. Untuk menghadapi masalah tersebut, maka perusahaan harus memiliki persediaan modal kerja yang optimum dalam artian tidak kekurangan dan tidak berlebihan dengan tujuan agar perusahaan dapat beroperasi secara efisien dan ekonomis.
Setiap perusahaan baik perusahaan dagang, industri maupun perusahaan jasa mempunyai tujuan untuk mendapatkan laba semaksimal mungkin. Aktivitas yang dilakukan antara satu perusahaan dengan perusahaan lain dalam mencapai tujuan tersebut sangat bervariasi seperti aktivitas penjualan, penghasilan jasa, bunga, deviden dan royalti. Salah satu aktivitas yang sangat penting bagi perusahaan adalah penjualan, untuk itu perusahaan selalu berusaha meningkatkan penjualan guna menghasilkan laba. Pada era globalisasi sekarang ini persaingan antar perusahaan sangatlah kompetitif sehingga perusahaan banyak menghadapi kendala dalam usahanya. Kendala ini banyak ditemui pada saat perusahaan memasarkan produk yang sejenis dengan perusahaan lain serta aktivitas perusahaan yang juga sama, hal ini akan membuat setiap perusahaan saling merebut konsumen guna memperbesar pangsa pasar baik pasar dalam negeri maupun pasar luar negerinya. Salah satu cara yang ditempuh perusahaan untuk mengembangkan dan memperluas usahanya antara lain dengan menambah produksi atau memperbesar modal produksi, yaitu dengan menerapkan kebijakan dalam melakukan investasi. Pemerintah selalu mendorong usaha penanaman modal ini dengan memberikan berbagai fasilitas terutama untuk bidang-bidang yang dianggap masih perlu dikembangkan, seperti fasilitas penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri. Pelaksanaan kredit investasi di Iindonesia sesuaidengan kebijaksanaan ekonomi dan moneter pemerintah dan kebijaksanaan pembangunan. Demikian juga, dengan perkembangan sebuah perusahaan sangat dipengaruhi oleh kebijaksanaan yang dilakukan, terutama dalam melakukan investasi. Investasi yang ada dalam sebuah perusahaan berasal dari dua sumber yaitu modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri adalah dana yang berasal dari pemegang saham ataupun pemilik perusahaan sedangkan modal asing adalah dana yang berasal dari bank atau lembaga keuangan, negara, asuransi dan kredit lainnya (Sinungan, 1993). Untuk mendapatkan kredit investasi calon debitur harus mempunyai kekuatan ataupun nama baik perusahaan, dengan demikian pihak kreditur akan percaya kepada pihak debitur. Karena semakin besar kredit yang diberikan maka semakin besar pula usahanya dan semakin besar kepercayaan pihak kreditur kepada perusahaan sehingga berdampak positif bagi kelancaran pemberian kredit bagi perusahaan tersebut. Demikian halnya dengan perusahaan PT Pindad (Persero), dimana kegiatan usahanya mencakup: a. Manufaktur : Produk senjata dan munisi, Produk kendaraan khusus, Produk piroteknik, bahan pendorong dan bahan peledak (militer dan komersial.), Produk konversi energi, Produk komponen, sarana dan prasarana dalam bidang transportasi, Produk mesin industri dan peralatan industrial,
b. Jasa : Perekayasaan sistem industrial, Pemeliharaan produk/ peralatan industri Pengujian mutu dan kalibrasi Konstruksi, Pemesinan, Heat dan Surface Treatment, Peledakan.
c. Perdagangan : Melaksanakan pemasaran, penjualan dan distribusi produk dan jasa tersebut termasuk produksi pihak lain, baik di dalam maupun di luar negeri.
d. Produk dan jasa lainnya dalam rangka memanfaatkan sisa kapasitas yang telah dimiliki perusahaan.
Produk mekanikal, elektrikal, dan produk produk sejenisnya yang diproduksi oleh PT Pindad (Persero) tergolong kompleks dan memerlukan pendanaan yang tinggi, sementara kebutuhan/permintaan akan bahan tersebut semakin bertambah seiring dengan perkembangan nasional maupun internasional saat ini, baik militer maupun non militer sehingga perusahaan membutuhkan penambahan kapasitas dan kualitas produksi masing-masing produk tersebut. Untuk itulah usaha ini membutuhkan kucuran dana sebagai biaya tambahan bahan baku dalam kelangsungan aktivitas perusahaan. Pengertian investasi telah banyak dikemukakan oleh para pakar ekonomi baik dalam negeri maupun luar negeri. Pada prinsipnya definisi yang dikemukakan mereka mempunyai fungsi dan tujuan yang sama. Untuk memperjelas apa yang dimaksud dengan investasi itu sendiri dapat diperhatikan beberapa pendapat yang dikemukakan sebagai berikut ini. Standar Akuntansi keuangan (IAI, 1996:131) memberikan pengertian investasi sebagai berikut: Suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan (accreation of wealth) melalui distribusi hasil investasi (seperti bunga, royalty, dividen dan uang sewa), untuk apresiasi nilai investasi atau untuk manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan. Sedangkan menurut Winardi (1992:271) investasi adalah pembelian saham, obligasi dan barang tidak bergerak, investasi juga berarti pembelian alat- alat produksi (termasuk di dalamnya barang-barang untuk dijual) dengan modal berupa uang. Selanjutnya, Gibson (1990:763) menjelaskan pengertian investasi adalah sejumlah dana yang dikelola oleh perusahaan, biasanya dalam bentuk saham dan surat berharga, yang bertujuan untuk meningkatkan kekayaan dan menjalin hubungan usaha serta pengawasan terhadap perusahaan. Investasi ini bisa diklasifikasikan sebagai jangka panjang, harta yang diinvestasikan dalam jangka pendek dengan tujuan mendapatkan laba, bisa diklasifikasikan sebagai investasi. Setiap perusahaan baik yang baru membuka usahanya maupun yang sudah berjalan selalu membutuhkan investasi, bentuk investasi yang dibutuhkan juga berbeda-beda, karena mengingat pentingnya investasi tersebut harus dikelola dan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Berbicara mengenai investasi, tidak terlepas dari risiko dan tantangan, menurut Indriyo dan Basri (1988:157) menjelaskan bahwa: Suatu investasi yang besar memiliki risiko yang lebih besar pula daripada investasi yang kecil, terutama dari unsur kegagalannya. Apabila proyek itu mengalami kegagalan maka hal ini dapat berakibat perusahaan menjadi bangkrut. Investasi kecil tentu saja akan mencakup arti yang kecil bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Sedangkan Riyanto (1997:156) menjelaskan: Bahwa risiko suatu investasi dapat diartikan sebagai probabilitas tidak tercapainya tingkat keuntungan yang diharapkan, atau kemungkinan return yang diterima menyimpang dari yang diharapkan. Makin besar penyimpangan tersebut berarti semakin besar risikonya. Risiko investasi mengandung arti bahwa return di waktu yang akan datang tidak dapat diketahui, tetapi hanya dapat diharapkan. Selanjutnya, Kredit investasi menurut Sinungan (1993:214) adalah kredit yang diberikan bank untuk keperluan penambahan modal guna mengadakan rehabilitasi, perluasan usaha ataupun mendirikan suatu proyek baru. Jangka waktu yang diberikan pihak bank dalam kredit investasi lebih dari satu tahun. Hal ini didasarkan dengan melihat maksud dari bantuan kredit investasi tersebut, yaitu untuk rehabilitasi baik gedung maupun peralatan, kemudian untuk perluasan usaha meliputi jangkauan pemasaran serta pendirian proyek baru.
Selain itu, Sinungan (1993:214) menjelaskan kembali ciri-ciri dari kredit investasi, yaitu: Diperlukan untuk penanaman modal Mempunyai perencanaan yang terarah dan matang Waktu penyelesaian kredit berjangka waktu menengah dan panjang
Berdasarkan ciri-ciri tersebut di atas maka dapat dikatakan bahwa pada umumnya jumlah uang yang tersangkut pada proyek-proyek kredit investasi itu relative banyak, jangka waktu pengembaliannya juga lama sehingga diperlukan perencanaan pengangsuran yang baik. Rencana pengangsurannya harus didasarkan pada cash flow, yaitu kas yang akan tersedia setelah semua kewajibannya terpenuhi. Untuk menghitung perkembangan cash flow diperlukan perhitungan dan penyusunan projected balance sheets dan projected income statement (perkiraan neraca dan rugi laba). Kredit investasi yang diambil tersebut dapat ditanam kedalam banyak bidang baik kedalam aktiva lancar maupun aktiva tetap. Kemampuan perusahaan mendapatkan kredit tergantung pada kepercayaan yang diberikan kepadanya dapat dilihat dari liquiditas, solvabilitas dan soliditas perusahaan yang merupakan faktor-faktor penting dalam menentukan kelayakan kredit suatu perusahaan. Di antara keempat kemungkinan kelayakan kredit perusahaan tersebut, maka perusahaan yang solvabel dan likuid-lah yang paling diinginkan oleh setiap perusahaan, dalam hal ini perusahaan bukan saja memiliki nilai lebih, tetapi juga memiliki aktiva yang cukup untuk menutupi utang- utangnya yang jatuh tempo, selain itu masih ditambah dengan soliditas perusahaan yang cukup baik sehingga kelayakan kredit bagi perusahaan tersebut tidak diragukan lagi. Penanaman modal biasanya menuntut dana yang besar sehingga tidak mungkin dikumpulkan dalam waktu yang dekat, sebelum perusahaan-perusahaan melakukan pengeluaran-pengeluaran yang besar untuk investasi modal, perusahaan sebaiknya terlebih dahulu menyusun rencana pembelanjaan yang matang, mencari dan memupuk sumber dana untuk memperoleh kepastian bahwa pada waktunya cukup tersedia dana untuk melakukan investasi yang direncanakan. Perencanaan yang kurang matang berakibat pada proyek investasi modal terpaksa dihentikan ditengah jalan. Terkadang investasi modal dapat dilakukan untuk memungkinkan perusahaan ikut bersaing dengan perusahaan lainnya, misalnya investasi modal dalam hal pemakaian mesin dan peralatan yang paling mutakhir sehingga dapat menghasilkan produk yang lebih baik dan jumlah yang besar dengan biaya operasional yang lebih murah. Dalam pengambilan kredit investasi ada ketentuan-ketentuan tersendiri sehingga pihak yang akan memberikan kredit menetapkan batasan dari setiap kredit yang diberikan, dengan demikian pihak yang menerima kredit pun harus dapat memperhatikan ketentuan- ketentuan yang berlaku untuk menjadi pedoman dalam memenuhi kewajibannya. Jadi, dengan adanya pedoman tersebut pengambil kredit dapat mengambil keputusan jenis kredit investasi apa yang cocok diambil serta berapa lama jangka waktu yang dipilih bagi perusahaannya. Menurut Riyanto (1997:320) ketentuan - ketentuan pokok kredit investasi jangka menengah atau jangka panjang pada umumnya dilakukan dalam bentuk sebagai berikut: Jangka waktu kredit Investasi ditetapkan 10 tahun, Bunga kredit tergantung pada golongan, Nasabah yang memperoleh kredit investasi menyediakan pembiayaan dari keperluan investasi dengan dananya sendiri dengan perbandingan tertentu. Kredit investasi diberikan dengan jaminan barang/kekayaan perusahaan termasuk barang yang dibiayai dengan kredit investasi tersebut apabila dianggap perlu jaminan tambahan dapat berupa jaminan perorangan. Barang-barang jaminantersebut harus sempurna cara pengikatannya dan diasuransikan kepada perusahaan asuransi yang bonafit untuk jumlah penuh dengan bank clouse sekurang- kurangnya untuk selama jangka waktu kredit investasi tersebut. Premi asuransi dibebankan atas keuangan nasabah/ debitur sendiri dan tidak dibiayai dengan kredit investasi. Setiap kegiatan sebuah perusahaan baik perusahaan dagang, industri maupun perusahaan jasa mempunyai tujuan yang sama, yaitu untuk memperoleh laba (keuntungan) yang semaksimal mungkin. Dalam kondisi jangka pendek perusahaan dalam semua strukturpasar bisamendapatkan keuntungan/laba yang normal, di bawah normal dan bisa juga di atas normal tergantung seberapa besar total pendapatan perusahaan dikurangi biaya setiap kegiatan atau biaya operasional. Pasar modal juga menentukan perencanaan kredit, pasar modal yang baik akan menawarkan jumlah kredit yang banyak sehingga memungkinkan perusahaan memperoleh kredit yang banyak pula. Jadi, perusahaan tidak hanya tergantung pada lembaga keuangan nonbank lainnya yaitu pasar modal seperti Bursa Efek Jakarta (BEJ) serta bursa efek lainnya. Dilihat dari bermacam bentuk kredit maka kita juga harus mengetahui kebijakan-kebijakan kredit yang nantinya berguna untuk memenuhi kewajiban kredit baik untuk pemberi maupun untuk peminjam kredit. Tujuan jangka panjang dari kebijakan kredit jangka panjang ini adalah memaksimalkan kemakmuran atau kekayaan para pemilik atau pemegang saham. Sedangkan tujuan jangka pendeknya adalah memaksimalkan volume dan pendapatan penjualan, memaksimumkan pengumpulan piutang dan mempersingkat jangka waktu tertanamnya dana dalam piutang. Sehingga Suryawijaya (1987:285) menyebutkan pertimbangan-pertimbangan dalam kebijakan kredit pada dasarnya mengandung 6 (enam) elemen, yaitu: Jangka waktu kredit Standard kredit Kebijakan pengumpulan piutang Kebijakan potongan Kondisi dan kegiatan ekonomi Tingkat pengawasan kredit Pertimbangan dalam kredit ini sangat penting bagi manager perusahaan untuk mengambil keputusan sehingga manager mampu mengelolanya walaupun ada kredit namun perusahaan masih mampu menghasilkan laba. Dengan adanya pendekatan perencanaan kredit maka akan mudah melihat kemungkinan serta tujuan perusahaan di masa yang akan datang walaupun dana yang tersedia terbatas. Dengan adanya pendekatan tersebut berarti terdapat pedoman bagi pihak pengambil keputusan dalam suatu kegiatan kredit. Namun, dari pendekatan ini ada juga masalah yang timbul apabila kita saji secara jelas dan teratur sehingga masalah ini dapat diatasi. Dengan adanya pendekatan ini akan memberi arah yang lebih jelas bagi perusahaan untuk mencapai tujuan dimasa yang akan datang. Salah satu tugas utama di dalam persoalan kebijaksanaan investasi adalah mengadakan estimasi terhadap pengeluaran dan penerimaan uang yang akan diterima dari investasi tersebut dimasa yang akan datang. Secara umum tujuan perusahaan adalah untuk mendapatkan laba agar kelangsungan hidup perusahaan dapat terjamin, sehingga dapat selalu mengusahakan perkembangan lebih lanjut, karena itu kegiatan menentukan kebutuhan modal kerja dan realisasi investasi harus dikaitkan dengan laba usaha. Efisiensi suatu perusahaan tidak cukup hanya dilihat dari besarnya laba yang dicapai atau meningkatnya volume penjualan tetapi perlu dihitung juga profitabilitasnya. Dengan demikian yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah usaha untuk meningkatkan profitabilitasnya melalui efisiensi modal kerja dan realisasi investasi. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai modal kerja dan realisasi investasi dari pinjaman bank yang dituangkan dalam skripsi yang berjudul : PENGARUH REALISASI BESARNYA INVESTASI DARI PINJAMAN BANK SEBAGAI MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN .
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka masalah yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah:
Seberapa besar pengaruh realisasi besarnya investasi dari pinjaman bank sebagai modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan
1. Apakah realisasi besarnya investasi dari pinjaman bank telah terealisasi dengan benar 2. Apakah investasi dari pinjaman bank diyakinkan cukup sebagai modal kerja 3. Seberapa besar pengaruh realisasi besarnya investasi dari pinjaman bank terhadap profitabilitas perusahaan
1.3 Pembatasan Masalah
Penulis membatasi penelitian ini agar penelitian tidak menyimpang dari arah dan sasaran penelitian, serta dapat diketahui sejauh mana hasil penelitian dapat dimanfaatkan:
Batasan-batasan masalah dalam penelitian ini antara lain: 1. Besarnya investasi fokus pada investasi yang berasal dari bank, alasannya adalah karena sebagian besar investasi dibiayai dari pinjaman bank 2. Profitabilitas yang diukur adalah rasio yang berasal dari pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan
Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah Deputi Direktur Keuangan di PT. Pindad (Persero)
1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah: Maksud Penelitian Adapun maksud penulis melakukan penelitian ini adalah sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Bandung Tujuan Penelitian Tujuan penulis melakukan penelitian untuk mengetahui Seberapa besar pengaruh realisasi besarnya investasi dari pinjaman bank sebagai modal kerja terhadap laba perusahaan dan rasio keuangan pada PT. Pindad (Persero) 1.5 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain bagi: 1. Akademis Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan bagi kalangan akademis untuk menganalisa pengaruh lingkungan pengendalian, serta menjadi referensi bagi peneliti yang berminta untuk meneliti bidang yang serupa 2. Penulis Diharapkan dengan adanya penelitian ini, penulis dapat menambah wawasan dan pengetahuan, serta penerapan ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan mengenai permasalahan yang diangkat semester ini
1.6 Kerangka Pemikiran dan Hipotesa Besarnya investasi dari pinjaman bank memiliki pengaruh terhadap perolehan laba karena investasi dari pinjaman bank merupakan salah satu kegiatan investasi yang bersifat tetap. Sehingga besar atau kecil, investasi dari pinjaman bank akan mempengaruhi perolehan laba pada suatu periode tertentu. Berdasarkan uraian di atas maka dibuat hipotesis: Ho1 : Besarnya investasi dari pinjaman bank berpengaruh positif terhadap laba operasional PT. Pindad (Persero) Ha1 : Besarnya investasi dari pinjaman bank berpengaruh negatif terhadap laba operasional PT. Pindad (Persero) 1.7 Lokasi Penelitian Penelitian ini menggunakan data-data primer yang diambil dari PT. Pindad (Persero) Bandung. 1.8 Waktu Penelitian dan Pengambilan Data Waktu penelitian dan pengambilan data dari bulan
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian Objek dari penelitian ini yaitu faktor yang mempengaruhi tingkat laba perusahaan yaitu jumlah investasi dari pinjaman bank, dan persentase realisasinya sebagai modal usaha. Sedangkan subjek penelitiannya adalah PT. Pindad (Persero) yang beroperasi di Indonesia. Adapun periode waktu 2010-2013. Hal ini ditujukan periode ini peneliti rasa paling tepat karena paling mencerminkan kondisi industri manufaktur sekarang ini dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup stabil meskipun sempat terjadi krisis global di dunia namun tidak berpengaruh terhadap perekonomian di Indonesia terutama perusahaan industri manufaktur. 3.2 Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh seseorang didasarkan pada suatu dugaan akan suatu permasalahan. Dugaan ini dalam ilmu statistik disebut sebagai hipotesis. Hipotesis ini kemudian akan diuji oleh peneliti untuk mendapatkan kesimpulan mengenai permasalahan itu. Untuk selanjutnya peneliti akan bekerja berdasarkan hipotesis ini mulai dari pengumpulan data yang relevan dengan hipotesis sampai pada pengujiannya. Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Hipotesis null (Ho) menyatakan tidak terdapat pengaruh langsung dari variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. 2. Hipotesis kerja/alternatif (Ha) menyatakan adanya pengaruh langsung dari variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Hasil dari penelitian yang dilakukan ini tidak dapat digeneralisir secara umum untuk seluruh perusahaan karena adanya batasan-batasan data-data yang diolah. Dalam penelitian ini, tingkat keberlakuan umum atau generalisasi dari hasilnya dibatasi pada fenomena yang terjadi di lokasi penelitian atau data penelitian, artinya masih banyak faktor-faktor lain yang tidak diteliti. Tetapi hasil penelitian ini dapat digeneralisasi untuk perusahaan yang memiliki karakteristik yang sama dengan perusahaan yang diteliti. 3.2.1 Metode yang Digunakan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Penelitian deskriptif dilakukan dengan mengolah data sekunder atas berbagai informasi keuangan perusahaan dari jenis industri manufaktur di Indonesia dari tahun 1983-2013. Selain untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai masalah juga menganalisanya untuk mendapatkan kesimpulan, maka penelitian ini disebut juga metode deskriptif analitis. 3.2.2 Operasionalisasi Variabel Dalam penelitian ini, sesuai dengan judul penelitian yaitu Pengaruh Realisasi Besarnya Investasi Dari Pinjaman Bank Sebagai Modal Kerja Terhadap Laba Perusahaan, maka variabel penelitiannya, yaitu :
1. Variabel Bebas/Independent (X) Yaitu besarnya investasi perusahaan yang dihasilkan dari aktivitas pendanaan perusahaan terkait besarnya pinjaman bank yang diklasifikasikan sebagai modal kerja. 2. Variabel Tidak Bebas/Terikat/Dependent (Y) Yaitu besarnya rasio yang mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Pengukuran yang digunakan untuk profitabilitas adalah gross profit margin dikarenakan peneliti ingin mengetahui profitabilitas perusahaan lebih akurat terfokus pada pendapatan dari kegiatan penjualan pada perusahaan saja. Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Variabel Definisi Indikator Skala Pinjaman Bank Penerimaan modal investasi yang dihasilkan terkait pendanaan perusahaan yang diklasifikasikan Capinv n, Capinv n+1, Capinv n+2, Capinv n+... (Capital Investment) Rasio sebagai modal kerja. Profitabilitas Menggunakan nilai Return on Investment (ROI) yaitu laba bersih setelah pajak pada periode tertentu dibagi dengan total aktiva pada periode tertentu. Nilai-nilai ini diperoleh dari laporan keuangan perusahaan pada periode tertentu ROI n ROI n+1 Rasio
3.2.3 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dalam bentuk nominal, yaitu data yang dinyatakan dengan angka-angka yang menunjukkan besaran variabel yang diwakilinya. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer, artinya data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama). Contoh data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan nara sumber. (dalam Sugiyono, 2007:163) 3.2.4 Sumber Data Data yang diambil berasal dari perusahaan manufaktur yang beroperasi di Indonesia dimana data berasal dari PT. Pindad (Persero). 3.2.5 Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara sebagai berikut: 1. Studi Lapangan (Field Research) 2. Studi Kepustakaan (Library Research)
3.2.6 Teknik Pengambilan Sampel Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga. Populasi dalam penelitian ini adalah Laporan Keuangan dan Laporan Penerimaan Modal PT. Pindad (Persero). Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti. adapun untuk mengambil sampel dari penulisan ini penulis berpedoman pada pendapat dari Suharsimi Arikunto (2002:117) dengan menggunakan metode Purposive Sample, yaitu pengambilan Sampel yang didasarkan atas tujuan tertentu dengan alasan keterbatasan waktu, tenaga dan dana. Sampel yang dipilih oleh peneliti adalah laporan keuangan dan laporan penerimaan modal PT. Pindad (Persero) tahun 1983-2013. Tujuannya adalah agar penulis dapat memperoleh hasil yang tepat dengan menarik sampel dari tahun yang terjauh. Selain itu pengambilan periode waktu penelitian tersebut yang penulklis harapkan adalah hasil penelitian lebih up to date. Penelitian ini dilakukan secara time series dimana periode perhitungan tahun 1983 sampai tahun 2013 menggunakan laporan keuangan tahunan dan laporan penerimaan modal perusahaan yang dilaporkan tiap tahun. Penulis menggunakan data dari laporan penerimaan modal perusahaan dan laporan keuangan tepatnya Statement of Comprehensive Income dan Statement of Financial Position perusahaan setiap tahunnya. Hal ini dilakukan karena disesuaikan dengan proses bisnis industri manufaktur baik militer maupun non militer dimana penetapan pengeluaran modal dilakukan setiap tahunnya oleh KKKS dalam hal ini PT. Pindad (Persero) dan disetujui oleh SKK terkait dengan mekanisme Akuntansi PSC. Data yang diambil sehingga menjadi data dari tahun 1983 sampai dengan data tahun 2013 baik untuk Laporan Penerimaan Modal maupun Laporan Keuangan. Penulis beranggapan bahwa dengan menarik semakin banyak sampel maka hasilnya semakin menunjukkan hubungan antara Realisasi Besarnya Investasi Dari Pinjaman Bank dan Laba PT. Pindad (Persero).
3.3 Rancangan Pengujian Hipotesis Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berhubungan dengan variabel-variabel yang telah disebutkan dalam penjelasan tersebut. Hipotesis nol dalam hal ini merupakan hipotesis tentang tidak adanya pengaruh yang signifikan antara independent variable dan dependent variable. Penetapan hipotesis dalam penelitian yaitu: Ho : 0, artinya tidak terdapat pengaruh positif dari penerimaan modal investasi terhadap laba perusahaan Ho : > 0, artinya terdapat pengaruh positif dari penerimaan modal investasi terhadap laba perusahaan Ketika Ho ditolak maka Ha diterima.
3.4 Pemilihan dan Perhitungan Statistik
3.4.1 Uji Asumsi Klasik
3.4.1.1 Normalitas Data Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data memiliki distribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan metode Kolmogorov-Smirnov Test dan Normal Probability Plots. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas dilakukan dengan SPSS for Windows. Dasar pengambilan keputusan dalam Kolmogorov-Smirnov test dapat dilihat dari probabilitas asymptotic significance, yaitu (Singgih Santoso, 2001) Jika probabilitas > 0,05 maka kelompok data tersebut berdistribusi normal Jika probabilitas < 0,05 maka kelompok data tersebut tidak berdistribusi normal. Sedangkan deteksi normalitas dengan menggunakan Normal Probability Plots dalam program SPSS adalah dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik (Santoso, 2001). Dasar pengambilan keputusannya sebagai berikut: Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas
3.4.1.2 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan apakah dalam model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode sebelumnya (Imam Ghozali, 2001:93). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji statistik Durbin Watson, yaitu dengan membandingkan angka Durbin-Watson hitung (DW) dengan nilai kritisnya (dL dan dU). Kriteria pengambilan kesimpulan: Jika DW < dL atau DW > 4 dL, maka terdapat autokorelasi. Jika dU < DW < 4 dU, maka tidak terdapat autokorelasi. Jika dL DW dU atau 4 dU DW 4 dL, uji Durbin Watson tidak menghasilkan kesimpulan berarti yang pasti (inconclusive) 3.4.1.3 Uji Multikolenearitas Uji multikolenearitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independent). (Ghozali 2011; 105). Model regresi yang baik harusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi antar sesama variabel maka berarti tidak orthogonal yang artinya korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi digunakan uji dengan melihat nilai tolerance dan lawannya yaitu nilai variance inflation factor (VIF). Model regresi yang bebas multikolinieritas adalah jika nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < dari 10, Ghozali (2011 : 105).
3.4.1.4 Uji Heteroskedastisitas Menurut Ghozali (2011 : 139), Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebud Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Cara menguji ada tidaknya Heteroskedastisitas, yaitu dengan menggunakan analisis grafik scatterplot. Pengujian scatterplot, model regresi yang tidak terjadi Heteroskedastisitas harus memenuhi syarat sebagai berikut : a. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, menyebar, kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi Heteroskedastisitas. b. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas. Selain itu, dapat diuji dengan uji statistik yang lebih dapat menjamin keakuratan hasil. Dalam penelitian ini digunakan uji glesjer. Uji glesjer dilakukan dengan cara meregresi nilai absolut residual terhadap variabel independen. Apabila nilai signifikansi lebih dari 0,05, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas, Gujarati (dalam Ghozali 2011 : 142). Apabila terdapat Heteroskedastisitas dalam model regresi, maka dapat dilakukan transformasi variabel untuk mengobatinya. Salah satu caranya adalah dengan transformasi dalam bentuk logaritma. (Ghozali 2011 : 145).
3.4.2 Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari variabel X (Investasi dari bank) terhadap variabel Y (Laba perusahaan). Nilai koefisien determinasi terletak antara 0 dan 1. 0 r 2 1 Dalam penggunaanya, koefisien determinasi dinyatakan dalam persen, jadi perlu dikalikan dengan 100%. Hasilnya, diartikan sebagai variasi variabel yang satu disebabkan oleh perubahan variabel yang lain. Sebuah garis regresi adalah baik jika nilai koefisien determinasi tinggi dan sebaliknya bila nilai koefisien determinasi adalah rendah maka kita mempunyai garis regresi yang kurang baik. Namun demikian, harus dipahami bahwa rendahnya nilai koefisien determinasi dapat terjadi karena salah satunya variabel independen (X) mungkin bukan variabel yang menjelaskan dengan baik terhadap variabel dependen (Y) walaupun kita percaya bahwa X mampu menjelaskan Y.
Koefisien determinasi (Kd) = r 2 x 100% Keterangan : Kd = koefisien determinasi r = koefisien korelasi
3.4.3 Analisis Regresi Linier Sederhana Perhatian utama dari analisis regresi linier sederhana adalah menjelaskan dan mengevaluasi hubungan antara suatu variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen. X sebagai variabel independen dan Y sebagai variabel dependen maka regresi Y dan X dapat digunakan untuk meramal nilai Y apabila nilai X diketahui. Pada penelitian ini, penulis menggunakan satu variabel independen. Hubungan linier antara variabel dependen dan independen dapat ditulis dalam persamaan regresi berikut : Y = a + bX Dimana : X = variabel independen (investasi dari bank) Y = variabel dependen (laba perusahaan) a = konstanta b = koefisien variabel X
3.5 Penetapan Tingkat Signifikansi Tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5% ( = 0,05). Artinya, kemungkinan kebenaran hasil penarikan kesimpulan mempunyai probabilitas 95% atau toleransi kemelesetan 5%. Tingkat signifikansi = 0,05 sering digunakan dalam ilmu-ilmu sosial untuk menunjukkan bahwa korelasi antara kedua variabel cukup nyata.
3.6 Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Nol Di dalam melakukan penelitian, seorang peneliti seringkali harus menyatakan secara jelas hipotesis penelitian yang dilakukan untuk dibuktikan kebenarannya melalui penelitian yang dilakukan. Dalam statistika, hipotesis yang diuji kebenarannya tersebut biasanya dibandingkan dengan hipotesis yang salah yang nantinya akan kita tolak. Hipotesis yang salah dinyatakan sebagai hipotesis nol (Ho) dan hipotesis yang benar dinyatakan sebagai hipotesis variabel alternative (Ha). Dalam menguji kebenaran hipotesis dari data, statistika telah mengembangkan uji t. Uji t merupakan suatu prosedur yang mana hasil sampel dapat digunakan untuk verifikasi kebenaran dan kesalahan hipotesis nol (Ho). Hal yang penting dalam hipotesis penelitian yang menggunakan data sampel dengan menggunakan uji t adalah masalah pemilihan apakah menggunakan dua sisi atau satu sisi. Uji hipotesis dua sisi dipilih jika kita tidak punya dugaan kuat atau dasar teori yang kuat dalam penelitian, sebaiknya kita memilih satu sisi jika peneliti mempunyai landasan teori atau dugaan yang kuat. Untuk penelitian ini penulis menggunakan uji hipotesis satu sisi karena antara pengeluaran modal dengan profitabilitas memiliki hubungan positif. Nilai t hitung tersebut dibandingkan dengan nilai t tabel pada tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05) dan derajat kebebasan (df = n-2). Penerimaan atau penolakan hipotesis harus memenuhi kriteria sebagai berikut : Bila t hitung t tabel; ( = 0,05, df = n-2), maka Ho diterima. Apabila nilai t hitung lebih kecil atau sama dengan nilai t tabel (t hitung t tabel) pada titik kepercayaan 95% ( = 0,05) dan derajat kebebasan (df = n-2) maka hipotesis nol (Ho) diterima. Bila t hitung > t tabel; ( = 0,05, df = n-2) maka Ho ditolak. Apabila nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel ( t hitung > t tabel) pada titik kepercayaan 95% ( = 0,05) dan derajat kebebasan (df = n-2) maka hipotesis nol (Ho) ditolak. 3.7 Pengambilan Informasi dengan Wawancara Peneliti memasukan metode wawancara dalam metode penelitian yang peneliti lakukan untuk memperoleh informasi kualitatif yang terjadi di perusahaan dalam operasinya. Metode yang peneliti gunakan adalah melakukan wawancara dengan bagian keuangan tepatnya Deputi Direktur Keuangan guna mengetahui informasi di lapangan saat aktivitas operasional sehingga mendapatkan data dan informasi yang komprehensif yang mendukung penelitian ini agar dapat diharmonisasikan sebagai suatu kesimpulan yang nantinya tidak akan hanya secara kuantitatif namun informasi kualitatif juga akan menjadi suatu yang menunjang kesimpulan akan penelitian yang peneliti lakukan. Adapun penelitian untuk memperoleh informasi kualitatif keuangan dari Deputi Direktur Keuangan ini menggunakan metode wawancara dengan pertanyaan yang disusun oleh peneliti (pertanyaan dan form hasil wawancara terlampir) yang bertujuan memperoleh informasi kualitatif keuangan serelevan mungkin terkait permasalahan yang peneliti angkat.
3.8 Penarikan Kesimpulan Dari hasil analisis hipotesis tersebut dapat diambil suatu kesimpulan dan kemudian dari kesimpulan tersebut penulis mencoba memberikan saran-saran yang berkaitan dengan objek penelitian dan diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan dan bagi peneliti selanjutnya.