Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmatnya serta
hidayahnya kami mahasiswa kuliah kerja nyata Desa Lintas Utara Kecamatan
Keritang Kabupaten INHIL dapat menyelesaikan program kuliah kerja nyata sampai
selesai dengan hasil yang alhamdulillah sangat memuaskan.

Dengan berakhirnya doa tadi program kuliah kerja nyata maka dengan ini
kami menyampaikan laporan akhir kegiatan kami. Di dalam laporan ini kami muat
semua program yang sudah kami jalankan dari tahap perencanaan pelaksanaan dan
evaluasi dari kegiatan tersebut. Namun, perlu juga disadari bahwa dalam pelaporan ini
tentunya terdapat kekurangan yang secara manusiawi tidak mampu kami benarkan hal
ini tentu menadi inspirasi bagi generasi beikutnya untuk terus menerus melakukan
perbaikan tidak lypa pula kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menjalankan atau merealisasikan program. Dosen
pembimbbing, kepala desa, tanpa terkecuali dan seluruh masyarakat yang telah
membantu kami.

Akhirnya, untuk memperoleh perbaikan kami mengharapkan masukan, saran,


nasihat yang mendukung dan membangun dan semoga laporan ini bermanfaat bagi
semua pihak yang berkepentingan.

Lintas Utara, 10 September 2019

Penyusun
KERTAS KERJA KELOMPOK
KULIAH KERJA NYATA
UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI
TEMBILAHAN 2019

I. Judul
Strategi meningkatkan penghasilan keluarga melalui usaha kopra putih di desa
Lintas Utara kecamatan Keritang
II. Kata Kunci / Variabel
Adapun kata kunci / variabel di dalam kertas kerja perorangan ini adalah:
a. Strategi meningkatkan penghasilan keluarga
b. Usaha kopra putih
Desa Lintas Utara adalah sebuah Desa yang terletak di Kecamatan Keritang
Kabupaten Indrari Hilir Provinsi Riau. Desa dengan luas wilayah 13.933.127 M2 ini
berbatasan dengan Desa Harapan Tani (Kec.Kempas) Sebela Utara. Sedangkan di
Sebelah Selatan Desa Nusantara Jaya (Kec.keritang) di sebelah Barat Desa ini adalah
Desa Kembang Mekar Sari. Sedangkan di sebelah Timur adalah Desa Pebenaan Kec.
Keritang/Desa Karya Tani Kecamatan Kempas. Kegiatan pelayanan sehari-hari
dimulai hari Senin s/d Jum’at pada jam kerja 07.30 s/d 16.00 WIB.
- Sebelah Utara Berbatasan Dengan Desa Harapan Tani Kec. Kempas
- Sebelah Selatan Berbatasan Desa Nusantara Jaya Kec. Keritang
- Sebelah Timur Berbatasan Dengan Desa Pebenaan Kec. Keritang/Desa
Karya Tani Kecamatan Kempas
- Sebelah Barat Berbatasan Desa Kembang Mekar Sari Kec. Keritang
Secara geografis Berada di daratan rendah . Desa ini terletak tidak jauh dari
sungai. Secara garis besar, desa ini dapat dikategorikan menjadi dua kawasan.
pertama , wilahyah selatan yang terletak jalan Nusantara Jaya, yang menjadi
pembelah desa ini.wilayah ini masih didominasi dengan perkebunan dan ladang
terbuka. tumbuhan pohon masih banyak tumbuh diwilayah ini. penduduk yang
bermata pencaharian sebagai petani dan peternak relatif masih banyak. hal ini berada
dengan wilayah utara yang terletak di sebelah Utara jalan lingkar utara. wilayah ini
cenderung kurang penduduk. sebagaian areanya dipenuhi dengan perkebunan.
penduduk yang bermata pencaharian petani atau peternak cenderung lebih banyak
sebagian kecil bergerak dibidang perdagangan , dan juga kerajinan.
Sedangkan secara administrasi, Desa Lintas Utara terdiri empat Rukun
Warga,dengan empat Dusun dan enam belas Rukun Tetangga. Rukun Warga 1 terdiri
dari 1 dusun dan 6 Rt, yaitu dusun Mugomulyo, Rukun Warga 2 terdiri dari 1 dusun
dan 2 Rt yaitu dusun pelangi, Rukun Warga 3 terdiri satu dusun empat RT. yaitu
Dusun Lintas Sejahtera. Rukun Warga 4 terdiri dari 1 dusun dan 4 Rt, yaitu dusun
Sentosa. sebagian besar kegiatan kemasyarakatan berbasis Petani.
Perekonomian Desa ini mudah dijangkau dengan transportasi umum karena
wilayahnya berdekatan dengan jalan Raya Provinsi Riau. didukung dengan jalan
linkar selatan yang membelah wilah Lintas utara. menjadi desa ini sangat setrategis.
Letak ini pula yang membuat desa dinikmati pelaku industri untuk di jadikan tempat
produksi. ada satu pabrik yang terdiri di atas desa Lintas utara yaitu PT.BPLP
Sinarmas terletak di Dusun Sentosa.
Desa ini kaya akan kegiatan kemasyarakatn, mulai dari tingkat RT hingga
tingkat Desa. Berbagai organisani kemasyarakatan tumbuh subur dan menjadi perekat
bagi kehidupan komunal masyarakat Lintas Utara.
Organisasi tersebut berkembang dalam berbagai bentuk, mulai dari organisasi formal
maupun informasi.
III. Permasalahan

Berdasarkan hasil penelitian (wawancara, observasi, seminar, dan pelatihan)


yang telah di lakukan, peneliti menukan masalah yang di hadapi yaitu tentang strategi
meningkatkan penghasilan keluarga melalui usaha kopra putih pada Desa Lintas
Utara.
Peneliti menyimpulkan masyarakat Desa Lintas Utara lebih dapat memahami
ataupun mempelajari tentang strategi meningkatkan penghasilan keluarga melalui
usaha kopra putih dengan diadakannya seminar ataupun pelatihan.
Namun disisi lain ada permasalahan yang mempengaruhi masyarakat petani
kopra putih Desa Lintas Utara, seperti kurangnya pemahaman masyarakat tentang
pengelolaan kopra putih yang baik dan benar, serta kurangnya tingkat pendidikan
masyarakat, dan kurangnya pengetahuan teknologi (gagap teknologi) sehingga
masyarakat desa kurang mengetahui tentang perkembangan harga pemasaran dan
penjualan kopra putih di pasar global.
IV. Pokok Pokok Persoalan
Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dijelaskan di atas, maka terdapat
beberapa pokok persoalan sebagai berikut:
a. kurangnya pemahaman masyarakat tentang pengelolaan kopra putih yang
baik dan benar
b. kurangnya tingkat pendidikan masyarakat
c. kurangnya pengetahuan teknologi (gagap teknologi)
V. Pokok-pokok Pemecahan Masalah
a. Kebijakan
Masyarakat harus mengetahui tentang proses pengelolaan kopra putih yang
baik dan benar, serta meningkatkan ilmu pendidikan dan lebih memperluas
pengetahuan teknologi informasi
b. Strategi
Mengadakan seminar, observasi, dan juga pelatihan tentang bagaimana cara
pembuatan kopra putih
c. Upaya
Adapun upaya yang bisa dilakukan untuk pemecahan masalah ini yaitu,
dengan melakukan berbagai kegiatan seperti seminar, pelatihan tentang teknologi
dan proses pengelolaan kopra putih .
S O M
a. H. Abd. Wahab a. Petani kelapa Wawancara dan
b. Kamiluddin, SH b. Pelaku usaha Diskusi
c. M. Nasir kopra putih
d. Zakaria c. Ketua
e. Marzuki BUMDES
Subjek : H. Abd. Wahab, Kamiluddin, SH, M. Nasir, Zakaria, dan
Marzuki
Objek : Petani Kelapa, pelaku usaha kopra putih, dan ketua
BUMDES
Metode : Diskusi serta wawanca Tentang Bagaimana strategi
meningkatkan penghasilan keluarga melalui usaha kopra
putih pada Desa Lintas Utara
ALUR FIKIR

Strategi meningkatkan penghasilan keluarga melalui usaha kopra putih di desa Lintas
Utara kecamatan Keritang

Paradigma Strategi meningkatkan


penghasilan keluarga melalui usaha kopra
putih di desa Lintas Utara kecamatan
Keritang

PERSOALAN KONSEPSI

-kurangnya
pemahaman
masyarakat
Berbagi
Mengetah tentang informasi kepada
ui pengelolaan kopra
putih yang baik Petani Kopra
bagaiman Mengetahui
dan benar dan pengusaha
a Strategi -kurangnya faktor-faktor Kualitas Penghasila
meningka tingkat pendidikan kopra putih yang produk n keluarga
masyarakat meningkat
tkan tentang apa saja mempengaru menjadi
penghasil -kurangnya hi
pengetahuan faktor yang lebih baik
an penghasilan
teknologi (gagap
keluarga teknologi)
mempengaruhi kelluarga
melalui peningkatan
usaha
penghasilan
kopra
putih di keluarga
desa
Lintas
Utara
kecamat LINGSTRA

an -Internasional
Keritan
-Regional
g
-Nasional
POLA PIKIR

Strategi meningkatkan penghasilan keluarga melalui usaha kopra putih di desa


Lintas Utara kecamatan Keritang

INSTRUMENTAL
INPUT

Paradigma Strategi meningkatkan


penghasilan keluarga melalui usaha
kopra putih di desa Lintas Utara

Kurangnya S O M
pengetahuan Meningkatkan
Bedu, kamil, Pengusaha pengetahuan Peningakatan
tentang faktor-
nasir,zakaria, Observasi dan faktor-faktor terhadap penghasilan
faktor yang kopra putih
mempengaruhi yang keluarga
marzuki dan ketua Wawancara mempengaruh
Strategi
peninkatan BUMDES i peningkatan
penghasilan penghasillan
keluarga keluarga
melalui usaha
kopra putih di ENVIROMENTAL
desa Lintas
Utara DESA LINTAS UTARA KECAMATAN
kecamatan KERITANG
Keritang PELUANG DAN KENDALA

FEED BACK
TELAAH PUSTAKA
1. KELAPA
Pohon kelapa termasuk jenis Palmae yang berumah satu (monokotil).
Batang tanaman tumbuh lurus ke atas dan tidak bercabang. Adakalanya pohon
kelapa dapat bercabang, namun hal ini merupakan keadaan yang abnormal,
misalnya akibat serangan hama tanaman. Kelapa memiliki berbagai nama
daerah.
Secara umum, buah kelapa dikenal sebagai coconut, orang Belanda
menyebutnya kokosnoot atau klapper, sedangkan orang Prancis menyebutnya
cocotier. Di Indonesia seperti di Jawa kelapa biasa disebut krambil atau klapa.
Tanaman kelapa (Cocos nucifera. L) merupakan tanaman yang sangat berguna
dalam kehidupan ekonomi pedesaan di Indonesia. Karena semua bagian dari
pohon kelapa dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Salah
satu bagian kelapa yang mempunyai banyak manfaat adalah daging buah.
Daging buah kelapa segar dapat diolah menjadi kopra dan memilizki nilai
ekonomi yang lebih tinggi.
Kelapa segar mengandung 30-50% minyak, bila dikeringkan menjadi
kopra kadar lemaknya mencapai 63-65%. Kadar minyak sangat dipengaruhi
oleh tingkat ketuaan buah, semakin tua buah semakin tinggi kadar minyaknya.
Buah kelapa yang sudah tua atau matang umumnya dipanen pada umur 11–12
bulan Tanaman kelapa tumbuh di daerah tropis, dapat dijumpai baik di dataran
rendah maupun dataran tinggi.
Pohon ini dapat tumbuh dan berbuah denganbaik di daerah dataran
rendah dengan ketinggian 0-450 m dari permukaanlaut. Pada ketinggian 450-
1000 m dari permukaan laut, walaupun pohon ini dapat tumbuh, waktu
berbuahnya lebih lambat, produksinya lebih sedikit dan kadar minyaknya
rendah. Tanaman kelapa merupakan jenis tanaman palem yang paling dikenal,
banyak tersebar di daerah tropis. Kelapa dapat tumbuh di pinggir laut hingga
dataran tinggi. Kelapa dapat dibedakan menjadi kelapa varietas dalam dan
hibrida. Ada juga yang membedakannya menjadi 3 varietas, yaitu dalam,
genjah dan hibrida.
2. Kopra

Kopra adalah daging buah kelapa yang dikeringkan. Kopra merupakan


salah satu produk turunan kelapa yang sangat penting, karena merupakan
bahan baku pembuatan minyak kelapa dan turunannya. Untuk membuat kopra
yang baik diperlukan kelapa yang telah berumur sekitar 300 hari dan memiliki
berat sekitar 3-4 kg. Setelah kopra selesai diekstrak minyaknya, yang tersisa
adalah produk samping yang mengandung protein tinggi (18-25%) namun
memiliki serat yang sangat tinggi sehingga tidak bisa dimakan oleh manusia.
Produk samping ini umumnya diberikan pada hewan ternak sebagai pakan.
Teknik pengolahan kopra ada empat macam, yaitu pengeringan dengan
sinar matahari (sun drying), pengeringan dengan pengarangan atau
pengasapan di atas api (smoke curing or drying), dan pengeringan dengan
pemanasan tidak langsung (indirect drying).
Kopra yang baik sebaiknya hanya memiliki kandungan air 6% – 7%
agar tidak mudah terserang organisme pengganggu. Kerusakan yang terjadi
pada kopra pada umumnya disebabkan oleh serangan bakteri dan serangan
cendawan. Serangan tersebut mudah terjadi jika kadar air dalam kopra tinggi,
kelembaban udara mencapai 80% atau lebih dan suhu atmosfer mencapai
30 °C. Cendawan yang sering menyerang kopra adalah
cendawan Rhizopus sp, Aspergillus niger, dan Penicillium glaucum. Terdapat
4 kualitas kopra, yang diantaranya adalah highgrade copra dan mixed copra.

a. Kopra hitam
Kopra hitam biasanya digunakan untuk bahan baku minyak kelapa
(coconut oil), pengeringan untuk mendapatkan kopra hitam maksimal 2 hari
dengan temperatur rata-rata 60°C.
b. Kopra putih
Kopra putih biasanya digunakan untuk keperluan kosmetik dll. Proses
pengeringan kopra putih biasanya berlangsung selama 2/3 hari dengan
temperatur rata-rata 60°C.
3. Peningkatan Harga Jual Kopra Putih
Dari hasil kajian yang telah dilakukan, diketahui pola perdagangan
kelapa di desa lintas Utara umumnya petani memasarkan kelapa melalui
pedagang pengumpul (pengepul). Petani yang langsung menjual ke kilang
pengolahan sangat minim. Supaya bahan baku kelapa terjamin tersedia setiap
saat, biasanya kilang memberikan modal usaha kepada pengepul untuk
pembelian kelapa kepada petani. Putaran Kelapa yang dibeli pengepul dari
petani yang kebanyakan masyarakat sekitar Desa Lintas Utara dan Desa di
sekitan Kecamatan Keritang. Dalam pemasaran hasil kopra biaya-biaya yang
dikeluarkan mulai dari petani sampai pada konsumen meliputi biaya
pengepakan, retribusi dan pengangkutan. Besar kecilnya biaya-biaya
pemasaran untuk suatu komoditi tergantung dari besar kecilnya kegiatan
lembaga-lembaga pemasaran dan jumlah fasilitas yang diperlukan untuk
proses pergerakan-pergerakan barang tersebut mulai dari petani sampai ke
tangan konsumen.

Margin didefinisikan sebagai selisih harga yang diterima olh produsen


dengan harga yang dibayarkan konsumen. Analisa margin menyangkut biaya-
biaya yang dikeluarkan dan keuntungan yang diperoleh dari kegiatan
pemasaran. Hasil analisa Margin Pemasaran kopra maka diperoleh hasil
sebagai berikut :

1. Pedagang Pengumpul Desa


 =  - 
2 = 2000 – 40,00
2 = 1960/Kg
2. Pedagang pengumpul kecamatan
 =  - 
2 = 4000 – 70
2 = 3930/Kg
4. Biaya Produksi
Biaya Produksi adalah total biaya yang digunakan dalam proses
produksi yang terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah
biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam satu
kali produksi atau biaya yang besarnya tidak dipengaruhi besarnya produksi.
Biaya tidak tetap adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi dan
habis dipakai dalam satu kali proses produksi atau biaya yang besarnya
dipengaruhi oleh besarnya produksi Biaya tetap petani kopra di desa lintas
utara saatu Kecamatan Keritang adalah biaya penyusutan alat-alat pertanian.
Penyusutan alat merupakan biaya yang perlu dimasukkan ke dalam
perhitungan biaya tetap. Alat pertanian yang bisa digunakan oleh petani didesa
lintas utara seperti parang, sabit, galah, , mata solak, setelah penggunaan alat-
alat pertanian akan mengalami biaya penyusutan. Biaya penyusutan
5. Pengeringan Kelapa (Kopra)
Kopra adalah daging buah kelapa yang sudah dikeringkan dengan
pengasapan, panas matahari, atau dengan panas buatan. Kopra dipergunakan
sebagai bahan baku pembuatan minyak kelapa dengan cara kering. Semakin
baik cara pembuatan kopra, maka minyak yang dihasilkan akan semakin baik
pula, kopra yang menghasilkan minyak yang jernih biasanya pembuatannya
adalah dengan menggunakan cahaya matahari langsung karena kopra yang
dihasilkan masih berwarna putih bersih, namun cara ini terkendala beberapa
faktor yaitu ketidak efisienan lama waktu pengeringan yang dibutuhkan serta
panas matahari yang kurang jika masuk musim penghujan, kopra yang
dikeringkan dengan pengasapan biasanya menguning dan tidak bersih.
Kelapa yang masih basah biasanya mengandung kurang lebih 50% air
dan 30% minyak, namun setelah dijadikan kopra oleh petani-petani kelapa
pada umumnya maka kadar air nya antara 15-22%, setelah itu kopra yang
sudah kering betul mengandung kurang lebih 2-3% zat-zat mineral sehingga
kopra yang sudah seperti ini layak untuk disimpan dalam suhu ruangan
tertentu. Kadar air merupakan faktor utama untuk menentukan mutu kopra
yang selanjutnya mempengaruhi jumlah minyak dan kualitas minyak yang
dihasilkan. Kopra sendiri merupakan bahan yang mudah dirusak oleh berbagai
organisme baik sewaktu masih dapat diproses pengolahan maupun dalam
penyimpanan, kerusakan terutama terjadi bila kadar air dalam kopra melebihi
kadar air semestinya (Handayani, 2008).
6. Cara membuat kopra putih dengan oven pengering kopra
Kopra putih merupakan komoditi export yang telah ada sejak lama,
kebanyakan di export ke india, namun sekarang sudah menembus pasar eropa.
Nilai ekonomisnya sangat baik, Harganya yang selalu diatas kopra hitam.
Namun membuat kopra putih dinilai agak rumit karena sebagian besar
produsen terbiasa dengan produksi kopra hitam yang sangat mudah dilakukan.
Membuat kopra putih ada yang menggunakan sistem jemur matahari dan
oven. Berikut adalah langkah membuat kopra putih dengan menggunakan
oven :
a. Belah kelapa tua menjadi 2, kelapa yang udah busuk harus dipisah
b. Masukkan kelapa yang tadi dibelah beserta batoknya, setelah tersusun
semua di dalam oven, nyalakan BELERANG sebagai anti jamurnya. Bakar
belerang dengan arang didalam wadah kaleng lalu masukkan ke dalam
oven. Tutup rapat ovennya. Biarkan selama 2 jam.
c. Lalu nyalakan tungku oven.
d. Mainkan suhu 60-80C selama 6-8jam, cek kopra apakah udah siap di
congkel.
e. Kalau kelapanya tua-tua maka akan cepat dan mudah untuk di congkel dari
batoknya. Congkel semuanya.
f. Lalu kopra yang sudah dicongkel masukkan kembali ke dalam oven.
Bakarlah belerang seperti tadi, lalu nyalakan oven dengan suhu 50-60C
selama 18-20 jam. Hingga kadar air mencapai 5%.
g. Selesai di panen sortirlah kopra yang kurang matang pisahkan dan packing
kopra yang telah lolos QC.
h. Simpan di gudang yang lantainya telah dibuatkan palet, jadi kopra tidak
langsung kontak dengan lantai agar tidak lembab sehingga cepat
menimbulkan jamur.
i. Tiap hari beleranglah ruangan di gudang agar benar-benar steril dari kutu
kopra atau serangga lain penyebab jamur.
j. Bila anda mengirim kopra putih dengan konteiner, harap diperhatikan
kebersihannya, biasakan belerang sejenak konteinernya.
7. Pengeringan
Pengeringan mempunyai pengertian yaitu aplikasi pemanasan melalui
kondisi yang teratur, sehingga dapat menghilangkan sebagian besar air dalam
suatu bahan dengan cara diuapkan. Pengeringan berarti pemisahan sejumlah
kecil air atau zat cair lain dari suatu bahan, sehingga mengurangi kandungan
zat cair. Pengeringan biasanya merupakan langkah terakhir dari sederetan
operasi pengemasan dan hasil pengeringan biasanya selalu siap untuk
dikemas. Semakin tinggi suhu pengeringan dan semakin lama perlakuan
pengeringannya, maka akan menentukan hasil rendemen dikarenakan kadar air
akan menyusut sesuai Manajemen waktu pengeringan. Pengaruh pengeringan
terhadap kualitas bahan tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan,
perlakuan pendahuluan, Manajemen waktu pengeringan, jenis proses
pengeringan, dan lain-lain. Dalam proses pengeringan, faktor yang
mempengaruhi hasil akhir bahan adalah suhu dan Manajemen waktu
pengeringan (Cabe and Warren, 2002).
8. Pemasaran Kopra
1. Pola Distribusi/Rantai Penjualan
Di Kecamatan Keritang yang ikut serta dalam rantai pemasaran kopra
yaitu petani produsen kopra, pedagang pengumpul dan konsumen akhir/
pabrik minyak. Pelaku pemasaran kopra tersebut membentuk 2 saluran
pemasaran, yaitu:
1. Saluran I : Petani Pedagang
Pengumpul Pabrik Minyak Kelapa
2. Saluran II: Petani Pabrik Minyak Kelapa
Sebagian besar petani (61%) menggunakan Saluran I untuk
memasarkan kopra, sedangan sisanya (39%) menggunakan Saluran II. Hal ini
terjadi karena sebagian besar petani tidak mampu menyediakan biaya
pemasaran yang berupa biaya transportasi dan biaya tenaga untuk memasarkan
langsung kepada pabrik minyak pada Saluran II. Sehingga petani
menyerahkan biaya pemasaran kepada pedagang pengumpul melalui Saluran.
Peranan Koperasi dan Kelompokkelompok usaha bersama masih
belum nampak peranannya. Pada Umumnya petani produsen menjual hasilnya
secara sendiri-sendiri, tidak ada koordinasi dengan petani atau kelompok
lainnya sedangkan harga lebih banyak ditentukan oleh pedagang pengumpul
dan pabrik minyak sehingga petani berada pada posisi yang lemah.
2. Marjin Penjualan, Biaya Penjualan, keuntungan Penjualan
Dalam pemasaran kopra selalu memerlukan biaya untuk memasarkan
hasil produksi dari petani sebagai produsen ke konsumen akhir. Biaya-biaya
tersebut merupakan biaya pemasaran yang harus dikeluarkan baik oleh petani
maupun pedagang pengumpul yang meliputi biaya pengangkutan, bongkar
muat dan susut.
Semua biaya pemasaran kopra di Kecamatan Keritang pada saluran I
ditanggung oleh pedagang pengumpul yaitu biaya transportasi yang terdiri atas
biaya angkut dan bongkar muat sebesar Rp 118/kg. Biaya pemasaran kopra
pada saluran II yang harus dikeluarkan petani sebesar Rp 152/kg yang terdiri
atas biaya angkut sebesar Rp. 117/kg dan biaya tenaga kerja untuk bongkar
muat sebesar Rp. 35/kg.
Keuntungan penjualan adalah selisih antara marjin penjualan dengan
biaya pemasaran. Keuntungan penjualan merupakan bagian harga yang
diterima pedagang pengumpul maupun petani yang menjual langsung ke
konsumen akhir. Pada Saluran I, keuntungan penjualan petani kopra sebesar
Rp 1581/kg, dan keuntungan pedagang pengumpul sebesar Rp. 1032/kg. Pada
saluran II keuntungan petani sebesar Rp 1856/kg.
Bagian harga (Share) petani terhadap harga jual ditingkat pedagang
akhir untuk penjualan kopra pada saluran I adalah sebesar 78%, sedangkan
pada saluran II dengan cara yang sama diperoleh share sebesar 100% karena
petani menjual hasilnya langsung ke konsumen akhir sehingga harga ditingkat
petani produsen (Pf) sama dengan harga ditingkat pengecer/konsumen akhir
(Pr).
Sistem penjualan dikatakan efisien apabila mampu menyampaikan
hasil-hasil dari produsen ke konsumen dengan biaya semurah-murahnya, serta
mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang
dibayar konsumen kepada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan
pemasaran barang itu. Efesiensi penjualan dapat dihitung dengan persentase
(rasio) antara biaya penjualan dengan nilai akhir. Ini merupakan efesiensi
penjualan dilihat dari segi biaya penjualan. Penjualan kopra di Kecamatan
Keritang semua efesien baik melalui saluran I maupun saluran II, karena
keduanya mempunyai nilai efesiensi (Ep) < 50 %, yaitu masing-masing
sebesar 8% untuk penjualan kopra saluran I dan 10% untuk saluran II. Hal ini
menunjukkan bahwa saluran II lebih efesien dibandingkan dengan saluran I.
Meskipun lebih efisien, Saluran II memberikan keuntungan lebih kecil
dibandingkan dengan Saluran I karena petani harus menanggung biaya
penjualan yang pada Saluran I ditanggung oleh pedagang pengumpul.
9. Modal Usaha
Modal usaha adalah modal yang digunakan petani dalam produksi
komodi kelapa. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan para petani
sampel, dapat diketahui bahwa besarnya modal yang diinvestasikan petani
dalam produksi komoditas tersebut bervariasi antara interval Rp 650 ribu
hingga Rp 1 juta Data menunjukkan bahwa sebanyak 7 KK petani atau sebesar
41,18 % KK petani di Desa Pulau Kecil menggunakan modal usaha antara Rp
650 hingga Rp 749 ribu dalam produksi komodi Kelapa. Untuk tujuan yang
sama, sebanyak 7 KK petani atau sebesar 41,18 % KK petani menggunakan
modal usaha antara Rp 750 hingga Rp 849 ribu. Sedangkan sisanya sebanyak
3 KK petani atau sebesar 17,65 % KK petani menggunakan modal usaha
antara interval Rp 850 ribu hingga Rp 999 ribu dalam produksi pengolahan.
10. Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah mereka yang terlibat langsung dalam kegiatan
produksi Kelapa di Desa Pulau Kecil Kabupaten Indragiri Hilir. Sementara
kelompok petani yang menggunakan tenaga kerja 4 orang dalam proses
produksi, rata-rata menggunakan 2 orang tenaga kerja dari dalam keluarga dan
2 orang dari luar keluarga. Sedangkan kelompok petani yang menggunakan
tenaga kerja sebanyak 2 orang, rata-rata menggunakan tenaga kerja yang
berasal dari dalam keluarga sendiri yang tidak diupah.
11. Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa
BUMDes sebagai badan usaha yang dibangun atas inisiatif masyarakat
dan menganut asas mandiri, harus mengutamakan perolehan modalnya berasal
dari masyarakat dan Pemdes. Meskipun demikian, tidak menutup
kemungkinan BUMDes dapat memperoleh modal dari pihak luar, seperti dari
Pemerintah Kabupaten atau pihak lain, bahkan dapat pula melakukan
pinjaman kepada pihak ke tiga, sesuai peraturan perundang-undangan.
Pengaturan lebih lanjut mengenai BUMDes tentunya akan diatur melalui
Peraturan Daerah (Perda).
BUMDes didirikan dengan tujuan yang jelas. Tujuan tersebut, akan
direalisir diantaranya dengan cara memberikan pelayanan kebutuhan untuk
usaha produktif terutama bagi kelompok miskin di pedesaan, mengurangi
praktek ijon (rente) dan pelepasan uang, menciptakan pemerataan kesempatan
berusaha, dan meningkatkan pendapatan masyarakat desa. Hal penting lainnya
adalah BUMDes harus mampu mendidik masyarakat membiasakan menabung,
dengan cara demikian akan dapat mendorong pembangunan ekonomi
masyarakat desa secara mandiri.
Dalam pengelolaan BUMDes terdapat enam prinsip yang harus
dipahami bersama antara pemerintah desa dan masyarakat desa agar dalam
pengimplementasian program – program BUMDes akan berjalan dengan baik.
Enam prinsip dalam pengelolaan BUMDes yaitu (Purnomo 2016) :
a. Kooperatif. Komponen – komponen yang terlibat dalam BUMDes
haruslah mampu melakukan kerjasama yang baik demi pengembangan dan
kelangsungan hidup usahanya.
b. Partisipatif. Dalam pengelolaan BUMDes, masyarakat desa yang ada
secara sukarela atau diminta dapat memberikan dukungan dan kontribusi
yang dapat mendorong kemajuan usaha.
c. Emansipatif. Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus
diperlakukan sama tanpa memandang golongan, suku dan agama.
d. Transparan. Aktivitas yang mempengaruhi kepentingan masyarakat umum
harus dapat diketahui oleh segenap lapisan masyarakat dengan mudah dan
terbuka.
e. Akuntabel. Seluruh kegiatan usaha harus dapat dipertanggungjawabkan
secara teknis maupun administratif.
f. Sustainable. Kegiatan usaha yang ada harus dapat dikembangkan dan
dilestarikan oleh masyarakat dalam wadah BUMDes.
12. Kebijakan Publik
Kebijakan biasanya diwujudkan oleh pemerintah dalam bentuk
undang–undang dan peraturan – peraturan yang mengatur segala sesuatu yang
dianggap penting dan untuk menyelesaikan masalah – masalah yang terjadi di
tengah masyarakat maupun pemerintahan itu sendiri, namun dalam pembuatan
sebuah kebijakan, dibutuhkan proses yang tidak pendek dan harus penuh
dengan pertimbangan – pertimbangan. Menurut Thomas R. Dye dalam
kencana (1999:106) kebijakan publik adalah apapun juga yang dipilih
pemerintah untuk melakukan, mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan
(mendiamkan) sesuatu itu. Sedangkan James E. Anderson (1979:3)
mendefinisikan kebijakan publik sebagai kebijakanyang ditetapkan oleh badan
– badan dan aparat pemerintah. Maka, dari definisi Anderson ini dapat dilihat
bahwa kebijakan publik bisa dibuat oleh badan – badan pemerintah dalam
bidang tertentu.
Sedangkan William N. Dunn dalam kencana (1997:107) mengartikan
bahwa kebijkan publik adalah sesuatu rangkaian pilihan yang saling
berhubungan yang dibuat oleh lembaga atau pejabat pemerintah seperti
pertahanan keamanan, energi, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan
masyarakat, kriminalitas, perkotaan dan lain-lain.
Kemudian Nugroho dalam bukunya Public Policy (2011:96)
mengatakan bahwa kebijakan publik adalah “setiap keputusan yang dibuat
oleh negara, sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan dari negara.
Kebijakan publik adalah strategi untuk mengantar masyarakat pada masa awal,
memasuki masyarakat pada masa transisi, untuk menuju masyarakat yang
dicita – citakan.”
Kebijakan publik yang diambil oleh instansi pemerintah haruslah
mewakili suara – suara dari masyarakatnya itu sendiri, untuk itu untuk
membuat sebuah kebijakan Nugroho (2003:73) mengemukakan ada tiga
tahapan penting yang harus dilakukan sebelum mengambil sebuah kebijakan
yaitu :
1. Perumusan kebijakan
2. Implementasi kebijakan
3. Evaluasi kebijakan
Berdasarkan pengertian kebijakan publik di atas maka dapat diambil
kesimpulan bahwa kebijakan publik merupakan keputusan badan, lembaga
atau negara dalam memecahkan masalah publik melalui intervensi berupa
tindakan untuk melakukan suatu kebijakan dengan berbagai konsekuensinya,
termasuk tindakan untuk tidak melalukan apapun.
13. Teori Implementasi Kebijakan
Kompleksitas implementasi bukan saja ditunjukan oleh banyaknya
aktor atau unit organisasi yang terlibat, tetapi juga dikarenakan proses
implementasi dipengaruhi oleh berbagai variabel yang kompleks, baik variabel
yang individual maupun variabel organisasional, dan masing – masing
variabel pengaruh tersebut juga saling berinteraksi satu sama lain. Dalam
mewujudkan sebuah kebijakan beberapa ahli mengkonsepkan model
implementasi kebijakan yang paling ideal yang didalamnya dijelaskan
beberapa variabel yang sangat berpengaruh dalam implementsi kebijakan.
Edward III dalam Agustino (2008) mengemukakan empat variabel yang
sangat menentukan keberhasilan dari implementasi kebijakan, yaitu
1. Komunikasi
Dalam komunikasi terdapat juga tiga indikator yang dipakai dalam
mengukur keberhasilan variabel komunikasi tersebut yaitu :
b. Transmisi
c. Kejelasan
d. Konstitensi
2. Sumber Daya
Elemen yang terdapat dalam sumber daya yaitu :
a. Staf
b. Informasi
c. Wewenang
d. Fasilitas
3. Disposisi
Hal – hal penting yang perlu dicermati pada variabel disposisi yaitu :
a. Pengangkatan Birokrat
b. Insentif
4. Struktur Birokrasi
Dalam struktur birokrasi, terdapat dua karakteristik yang dapat
mendongkrak kinerja birokrasi yaitu :
a. Melakukan Standard Operating Procedurs (SOP)
b. Melakukan Fragmentasi.
14. Manfaat Kopra Putih
Adapun manfaat dari kopra putih itu sendiri adalah sebagai berikut :
1. Harganya Stabil Namun Cukup Tinggi
2. Pembuatan Kopra Cukup Sederhana
3. Dapat Dijadikan Minyak Kelapa yang Berkualitas Tinggi
15. Pengertian Omzet

Menurut KBBI, Omzet adalah jumlah uang hasil penjualan barang


dagangan tertentu selama suatu masa jual. Dengan kata lain, kita dapat
memahami omzet sebagai seluruh jumlah uang yang diperoleh dari hasil
penjualan dalam jangka waktu tertentu tanpa dikurangi dengan biaya-biaya
seperti biaya bahan baku, biaya produksi, biaya upah karyawan, biaya sewa,
biaya pemasaran, dll, untuk itu omzet seringkali disebut sebagai pendapatan
kotor.
Besarnya nilai omzet usaha seringkali dijadikan sebagai patokan atau
indikator untuk menilai skala suatu usaha, juga umum digunakan untuk
mengukur kinerja tim manajemen. Namun omzet belum mencerminkan
keuntungan bersih yang mampu kita dapatkan. Ini dikarenakan nilai omzet
belum mempertimbangkan beban-beban yang harus kita keluarkan dalam
menjalankan usaha atau omzet merupakan pendapatan kotor bukan pendapatan
bersih.
Secara pengertian, omzet merupakan hasil penjualan secara
keseluruhan. Sementara, profit adalah pendapatan bersih perusahaan. Dari
pengertian tersebut sudah dapat dibedakan bukan, bahwa omzet dan profit
adalah hal yang berbeda. Sehingga jika seorang pengusaha membicarakan
omzetnya bukan berarti itu adalah profit atau keuntungan yang didapatkan.
Merujuk pengertiannya, omzet dapat dihitung dengan cara mengalikan harga
dan kuantitas produk yang dijual. Jika dituliskan sebagai berikut:
Omzet = Harga × Jumlah Produk.
16. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Omzet Penjualan
Menurut Swasta (1999:121) faktor-faktor yang mempengaruhi besar
kecilnya omzet penjualan, dibagi menjadi dua faktor yaitu :
a). Faktor internal, faktor yang dikendalikan oleh pihak-pihak perusahaan,
pada umumnya faktor internal adalah :
1. Kemampuan perusahaan untuk mengelola produk yang akan
dipasarkan
2. Kebijaksanaan harga dan promosi yang digariskan perusahaan.
3. Kebijaksanaan untuk memilih perantara vang digunakan.
b). Faktor eksternal, faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh pihak
perusahaan, pada umumnya adalah :
1. Perkembangan ekonomi dan perdagangan baik nasional maupun
internasional, perdagangan dan moneter.
2. Kebijakan pemerintah di bidang ekonomi, perdagangan dan moneter.
3. Suasana persaingan pasar.
17. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Omzet pada Kopra Putih
Berdasarkan hasil dari wawancara dengan salah satu pengusaha kopra
di Desa Lintas Utara yaitu saudara Kamil, SH menyampaikan beberapa faktor
yang mempengaruhi Omzet pada kopra putih yaitu sebagai berikut :
1. Harga
Harga sangat mempengaruhi omzet karena saat ini harga kopra bisa
dibilang tidak stabil atau berubah-ubah, jika harga kelapa jambul Rp12.000/kg
maka harga kopra putih bisa mencapai Rp7.000/kg masih bisa mendapat
keuntungan dari batok/arang. Dari 4,5 ton – 5 ton kelapa jambul dapat
menghasilkan 1 ton kopra putih.
2. Kualitas
Selain harga kualitas kopra putih itu sendiri juga sangat mempengaruhi
omzet karena jika kualitasnya tidak sesuai standar yaitu putih bersih tidak
berjamur, tidak cacat (berluang), dan tidak gosong maka masih bisa tergolong
kopra putih. Biasanya kelapa yang baik untuk dijadikan kopra putih yaitu
kelapa hiberida. Jika kelapa yang diproduksi tidak memenuhi standar maka
tergolong dalam kopra asalan dan nilai jualnya akan menjadi rendah, itulah
sebabnya mengapa kualitas juga dapat mempengaruhi omzet pada kopra putih.
18. Kontribusi Pendapatan Usahatani Kopra Terhadap Pendapatan
Rumah Tangga Petani

Kontribusi dalam pengertian sebagai tindakan yaitu berupa prilaku


yang dilakukan oleh individu yang kemudian memberikan dampak baik
positif maupun negatif terhadap pihak lain ( Anneahira, 2012). Kontribusi
pendapatan usahatani kopra adalah besarnya sumbangan yang diberikan oleh
usahatani kopra ke dalam pendapatan total keluarga petani yang dinyatakan
dalam persentase (%). Rata-rata kontribusi pendapatan usahatani kopra
terhadap pendapatan keluarga petani di daerah penelitian adalah sebesar
73,61% dimana kontribusi pendapatan usahatani kopra terendah adalah
sebesar 40,64% dan kontribusi pendapatan usahatani kopra tertinggi adalah
sebesar 87,91%. Hal ini memperlihatkan bahwa sumber pendapatan terbesar
rata-rata diperoleh dari usahatani kopra. Dari hasil ini terlihat bahwa
pendapatan usahatani kopra memberikan kontribusi yang cukup besar
terhadap pendapatan keluarga petani.
19. Strategi untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga melalui
usaha kopra putih
1. Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga
Pendidikan sangat berperan penting dalam menciptakan perubahan-
perubahan dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan juga dapat memberikan
pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan
yang tidak boleh dilakukan. Pendidikan dijadikan sebagai salah satu faktor
yang menentukan produktifitas kerja, sikap serta kemampuan seseorang dalam
berfikir dan bertindak
2. Luas dan Status Kepemilikan Lahan
Skala usahatani dapat ditunjukan dari luas lahan yang dikelola petani,
baik milik sendiri maupun milik orang lain, sebagai salah satu modal utama
dalam menjalankan usahatani. Luas lahan yang dimiliki petani sangat
mempengaruhi besar kecilnya pendapatan karena akan berhubungan langsung
dengan hasil produksi. Pemaksimalan luas lahan menjadi salah satu syarat
dalam pengembangan usahatani dan optimalisasi pendapatan.
3. Curahan Waktu Kerja Petani Kelapa
Curahan waktu kerja petani kelapa memiliki pengaruh terhadap
pendapatan keluarga petani, dimana petani yang mengalokasikan mayoritas waktu
kerjanya pada usahatani pasti telah memperhitungkan bahwa pendapatan yang
akan diperoleh dari kegiatan usahatani lebih besar daripada melakukan usaha
ekonomi lainnya pada waktu tersebut, sebaliknya jika suatu kegiatan usahatani
berpotensi memberikan penghasilan dari usaha pengolahan kopra yang
cenderung menurun, seperti harga jual produk sedang rendah, maka keluarga
petani akan mengalihkan waktu dan tenaganya untuk bekerja dari sumber
penghidupan yang lebih baik walaupun hanya sementara atau mengisi waktu.
20. Kajian ekonomi rumah tangga petani
Kajian ekonomi rumah tangga petani dilakukan untuk mengetahui
strategi pengambilan keputusan yang dilakukan keluarga petani dalam
mengalokasikan tenaga dan waktu terhadap sumber-sumber ekonomi atau
mata pencaharian sekaligus mengatur pendapatan rumah tangga, baik yang
berasal dari satu maupun lebih dari satu sumber penghidupan, dalam rangka
memenuhi kebutuhan konsumsi sandang, pangan dan papan anggota keluarga
petani dalam bentuk pengeluaran
21. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kelompok simpulkan yaitu strategi
untuk meningkatkan pendapatan kelurga melalui usaha kopra putih yaitu
1. Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga
Pendidikan sangat berperan penting dalam menciptakan perubahan-
perubahan dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan juga dapat memberikan
pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan
yang tidak boleh dilakukan. Pendidikan dijadikan sebagai salah satu faktor
yang menentukan produktifitas kerja, sikap serta kemampuan seseorang dalam
berfikir dan bertindak
2. Luas dan Status Kepemilikan Lahan
Skala usahatani dapat ditunjukan dari luas lahan yang dikelola petani,
baik milik sendiri maupun milik orang lain, sebagai salah satu modal utama
dalam menjalankan usahatani. Luas lahan yang dimiliki petani sangat
mempengaruhi besar kecilnya pendapatan karena akan berhubungan langsung
dengan hasil produksi. Pemaksimalan luas lahan menjadi salah satu syarat
dalam pengembangan usahatani dan optimalisasi pendapatan.
3. Curahan Waktu Kerja Petani Kelapa
Curahan waktu kerja petani kelapa memiliki pengaruh terhadap
pendapatan keluarga petani, dimana petani yang mengalokasikan mayoritas waktu
kerjanya pada usahatani pasti telah memperhitungkan bahwa pendapatan yang
akan diperoleh dari kegiatan usahatani lebih besar daripada melakukan usaha
ekonomi lainnya pada waktu tersebut, sebaliknya jika suatu kegiatan usahatani
berpotensi memberikan penghasilan dari usaha pengolahan kopra yang
cenderung menurun, seperti harga jual produk sedang rendah, maka keluarga
petani akan mengalihkan waktu dan tenaganya untuk bekerja dari sumber
penghidupan yang lebih baik walaupun hanya sementara atau mengisi waktu.
Kemudian Kontribusi pendapatan usahatani kopra adalah besarnya
sumbangan yang diberikan oleh usahatani kopra ke dalam pendapatan total
keluarga petani yang dinyatakan dalam persentase (%). Rata-rata kontribusi
pendapatan usahatani kopra terhadap pendapatan keluarga petani di daerah
penelitian adalah sebesar 73,61% dimana kontribusi pendapatan usahatani
kopra terendah adalah sebesar 40,64% dan kontribusi pendapatan usahatani
kopra tertinggi adalah sebesar 87,91%. Hal ini memperlihatkan bahwa sumber
pendapatan terbesar rata-rata diperoleh dari usahatani kopra. Dari hasil ini
terlihat bahwa pendapatan usahatani kopra memberikan kontribusi yang cukup
besar terhadap pendapatan keluarga petani.
22. Saran
1. Kepada mahasiswa KKN sendiri, sebaiknya lebih meningkatkan
kedisiplinan untuk tepat waktu, mandiri dan tanggung jawab yang tinggi
dalam hidup ditengah-tengah masyarakat yang dituju oleh kegiatan KKN.
2. Kepada masyarakat yang ditempati oleh kegiatan KKN agar apa yang
telah diberikan mahasiswa dapat diterima dan diterapkan dengan baik.
3. Sebaiknya mahasiswa harus selalu rendah hati, tidak bersikap menggurui
dan menjunjung norma dan nilai-nilai yang ada dimasyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Popoko, Stefen. 2013 Pengaruh biaya pemasaran terhadap tingkat pendapatan petani
kopra di Kecamatan Tabelo Selatan Kabupaten Almahera utara, Jurnal
UNIERA Volume 2 Nomor 2;ISSN 2086-0404.
Tarigans, D.D. 2003 Pengembangan usaha tani kelapa berbasis pendapatan melalui
penerap-an teknologi yang berwawasan pengurangan kemiskinan petani
kelapa di Indonesia. Prosiding Konferensi Nasional Kelapa V.
Tembilahan, 22−24 Oktober 2002. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan, Bogor. hlm. 106−115.
Moleong, L. J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Nugroho D. R. 2003. Kebijakan Publik : Formulasi Implementasi dan Evaluasi.


Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Alamsyah AN, 2005. Virgi Coconut Oil: Minyak Penakluk aneka Penyakit
Jakarta: Agro Media Pustaka.
Amin, 2009. Cocopreneurship. Aneka Peluang Bisnis dari Kelapa. Lely Publisher,
Yogyakarta.
Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia, Jakarta
Amalia D, 2017. Metode Penyusunan Aktiva Tetap dalam Akuntansi.
Abidin, S. Z. 2012. Kebijakan Publik. Jakarta: Salemba Humanika.

Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: CV Alfabeta.


https://www.jurnal.id.sdn.ampproject.org Diakses tanggal 26 Februari 2018.
https://produkkelapa.wordpres.com
http://kopra-putih.blogspot.com/2012/03/kopra.html?m=1
https://ramesia.com/cara-membuat-kopra-putih/

Anda mungkin juga menyukai