KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar,
serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai “Likuidasi
Persekutuan”
Makalah ini telah dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak
untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena
itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun
makalah kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.. 1
DAFTAR ISI. 2
BAB I. 3
PENDAHULUAN.. 3
1.1.Latar Belakang. 3
1.2.Rumusan Masalah. 3
BAB II. 3
PEMBAHASAN.. 3
2.1. Pengertian Likuidasi Persekutuan. 4
2.2. Prosedur Likuidasi Persekutuan.4
2.3. Pencatatan Likuidasi Persekutuan.5
BAB III. 7
PENUTUP. 7
3.1.Kesimpulan. 7
3.2.Saran. 8
DAFTAR PUSTAKA.. 8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dilihat dari latar belakang penulisan makalah ini, penulis ingin menjelaskan mengenai
likuidasi, tahap-tahap likuidasi sampai kepada pembagian harta hasil likuidasi. Hal inilah
yang jadi permasalahan dalam makalah ini, yang mudah-mudahan dapat menjawab semua
pertanyaan kita tentang “ Likuidasi Persekutuan ”.
1. Pengertian Likuidasi Persekutuan.
2. Prosedur Likuidasi Persekutuan.
3. Pencatatan Likuidasi Persekutuan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Likuidasi Persekutuan
Likuidasi menurut Floyd A.Beams (1988) adalah “suatu proses yang meliputi merubah aktiva
non kas menjadi kas, mengakui laba atau rugi dari proses merubah aktiva non kas menjadi kas,
melunasi kewajiban firma, dan akhirnya membagi semua kas yang dimiliki kepada masing-masing
anggota sekutu sesuai dengan saldo modalnya”. Sedangkan menurut Harry Simon (1990) likuidasi
adalah proses merealisasikan aktiva non kas menjadi uang kas, menyelesaikan dengan para kreditur
dan pembagian sisa aktiva kepada kelompok-kelompok pemilikan.
Dengan melihat definisi diatas, maka dapat dikatakan bahwa likuidasi merupakan
proses yang berakhir dengan pembubaran perusahaan sebagai suatu unit organisasi.
1. Sistem perkonomian masyarakat atau negara tidak mendukung adanya kegiatan usaha,
seperti adanya undang-undang pemerintah, sistem monopoli perusahaan besar dan
sebagainya, yang kesemuanya itu tidak memungkinkan lagi suatu persekutuan hidup.
2. Ada faktor-faktor ekstern yang berada diluar jangkauan manajemen perusahaan seperti
bencana alam, kecelakaan, kebakaran dan sejenisnya yang kesemuanya tidak memungkinkan
lagi suatu persekutuan mempertahankan hidupnya.
3. Adanya faktor-faktor intern di dalam persekutuan, seperti adanya perselisihan antar anggota,
kesalahan dalam manajemen, ketidakserasian dalam kerja dan sejenisnya yang kesemuanya
itu dapat berakibat tidak memungkinkan lagi suatu persekutuan dipertahankan hidupnya.
2.2. Prosedur Likuidasi Persekutuan.
Secara ringkas urutan (prosedur) dalam melikuidasi persekutuan adalah sebagai berikut :
Berdasarkan saat dan cara pembayaran (distribusi) pembagian kas, maka likuidasi dapat
dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1. Likuidasi berlangsung setelah proses realisasi aktiva non kas selesai (likuidasi secara
langsung)
2. Likuidasi berlangsung setiap saat setelah realisasi aktiva non kas dilakukan (likuidasi
bertahap)
Menurut cara pembagian kasnya, likuidasi dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Likuidasi Sekaligus/ Sederhana , yaitu likuidasi yang pembagian kasnya dilakukan serentak
karena realisasi non-aktivanya sekaligus.
2. Likuidasi Bertahap/ Berangsur, yaitu likuidasi yang dilakukan sesuai tersedianya kas
walaupun realisasinya belum tuntas.
2) Ada sekutu yang modalnya bersaldo negatif akan tetapi dapat ditutup dengan utang kepada
sekutu yang bersangkutan.
Rugi realisasi yang cukup besar dapat menyebabkan saldo milik sekutu bernilai negatif
(defisit) sesudah realisasi. Apabila persekutuan memiliki hutang kepada salah seorang sekutu
tersebut, maka defisit sekutu tersebut dapat ditutup dengan hutang persekutuan kepada
sekutu.
Langkah-langkah:
1. Realisasi nilai aktiva non-kas.
2. Membagi kerugian realisasi sesuai dengan proporsi rugi-labanya.
3. Pelunasan utang dagang kepada pihak ketiga.
4. Penutupan defisit dengan pembayaran sebagian hutang sekutu.
5. Pelunasan hutang sekutu.
6. Pembagian kas.
3) Ada sekutu yang modalnya bersaldo negatif akan tetapi tidak dapat ditutup dengan utang
kepada sekutu yang bersangkutan.
Rugi realisasi yang cukup besar dapat menyebabkan saldo milik sekutu bernilai negatif
(defisit) sesudah realisasi. Apabila defisit lebih besar daripada hutang persekutuan kepada
salah seorang sekutu tersebut, maka defisit sekutu tersebut dapat ditutup dengan sebagian
hutang namun akhirnya harus ditutup sekutu yang defisit tersebut dengan setoran kas.
Langkah-langkah:
1. Realisasi nilai aktiva non-kas.
2. Membagi kerugian realisasi sesuai dengan proporsi rugi-labanya.
3. Pelunasan utang dagang kepada pihak ketiga.
4. Penutupan defisit dengan pembayaran sebagian hutang sekutu.
5. Pembagian kas dari selisih antara modal bersih dengan penutupan defisit yang dibebankan
kepada masing-masing sekutu sesuai prosentase yang telah dikurangi prosentase sekutu tidak
mampu.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
3.2.Saran
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah keinginan penulis atas partisipasi
para pembaca, agar sekiranya mau memberikan kritik dan saran yang sehat dan bersifat
membangun demi kemajuan penulisan makalah ini. Kami sadar bahwa penulis adalah
manusia biasa yang pastinya memiliki kesalahan. Oleh karena itu, dengan adanya kritik dan
saran dari pembaca, penulis bisa mengkoreksi diri dan menjadikan makalah ke depan
menjadi makalah yang lebih baik lagi dan dapat memberikan manfaat yang lebih bagi kita
semua.
DAFTAR PUSTAKA