“TANTANGAN WIRAUSAHA”
Disusun Oleh :
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan
1. Mampu memahami pengertian dari kewirausahaan
2. Mampu mengetahui tantangan apa saja pada saat berwirausaha
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kewirausahaan
Kewirausahaan (Inggris: Entrepreneurship) atau Wirausaha adalah proses
mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut
bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil
akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko
atau ketidakpastian. Secara harfiah Kewirausahaan terdiri atas kata dasar wirausaha yang
mendapat awalan ked an akhiran an, sehingga dapat diartikan kewirausahaan adalah hal-
hal yang terkait dengan wirausaha. Sedangkan wira berarti keberanian dan usaha berarti
kegiatan bisnis yang komersial atau non-komersial, sehingga kewirausahaan dapat pula
diartikan sebagai keberanian seseorang untuk melaksanakan suatu kegiatan bisnis.
Secara umum banyak sekali definisi yang dikemukakan oleh para ahli, mengenai
kewirausahaan, yang diambil dari berbagai sumber :
Harvey Leibenstein (1968, 1979), mengemukakan, kewirausahaan mencakup
kegiatan-kegiatann yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan
pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau
komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya.
Peter Drucker, kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru dan berbeda. Orang yang melakukan kegiatan kewirausahaan disebut
wirausahawan. Muncul pertanyaan mengapa seorang wirausahawan (entrepreneur)
mempunyai cara berpikir yang berbeda dari manusia pada umumnya. Mereka mempunyai
motivasi, panggilan jiwa, persepsi dan emosi yang sangat terkait dengan nilai nilai, sikap
dan perilaku sebagai manusia unggul.
B. Tantangan Wirausaha
Memulai wirausaha memang bukan hal yang mudah. Berbagai tantangan dan
masalah pasti akan terus membayangi Anda ketika berniat mengawalinya. Meskipun
keuntungan dalam berwirasuaha menggiurkan, tapi ada juga biaya yang berhubungan
dengan kepemilikan bisnis tersebut. Memulai dan mengoperasikan bisnis sendiri
membutuhkan kerja keras, menyita banyak waktu dan membutuhkan kekuatan emosi.
Kemungkinan gagal dalam bisnis adalah ancaman yang selalu ada bagi wirausaha, tidak
ada jaminan kesuksesan. Wirausaha harus menerima berbagai resiko berhubungan
dengan kegagalan bisnis. Tantangan berupa kerja keras, tekanan emosional, dan risiko
meminta tingkat komitmen dan pengorbanan jika kita mengharapkan mendapatkan
keuntungan.
Umumnya ada tiga tantangan besar yang dihadapi, yaitu:
1. Kurangnya pengetahuan Pendidikan Formal.
Seseorang secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkat pengetahuan
tentang wirausaha. Namun, untuk mengatasi keterbatasan informasi dan memacu
kreativitas, Anda bisa mengikuti berbagai pelatihan wirausaha yang saat ini makin
sering diadakan. Kurangnya kesempatan untuk mendapatkan pelatihan akan
berpengaruh terhadap minimnya jaringan informasi untuk pemasaran dan
distribusi produknya.
2. Keterbatasan dalam budaya.
Sampai saat ini,masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa peran
perempuan hanya sebatas di lingkup domestik, alias mengurus rumah dan
keluarga. Persepsi ini secara tak langsung akan membatasi gerak perempuan
untuk bisa mulai bekerja dan membantu perekonomian keluarga. Padahal
sebenarnya perempuan tetap dapat menjalankan usaha di rumah, tanpa
mengorbankan keluarga.
3. Kurangnya akses kelayanan pinjaman.
Usaha memang tak dapat berjalan jika tak ada modal. Hal inilah yang
sering menjadi hambatan besar bagi para perempuan wirausaha yang baru
memulai usahanya. Kurangnya akses ke layanan pinjaman ini membuat para
perempuan ini merasa jadi terbatas ruang geraknya. Padahal banyak cara yang
bisa dilakukan untuk mendapatkan modal usaha, misalnya dengan mengajukan
pinjaman ke bank, atau ke koperasi yang memiliki bunga yang rendah.
Wirausaha mengharapkan hasil yang tidak hanya mengganti kerugian
waktu dan uang yang diinvestasikan tetapi juga memberikan keuntungan yang
pantas bagi resiko dan inisiatif yang mereka ambil dalam mengoperasikan bisnis
mereka sendiri. Dengan demikian keuntungan berupa laba merupakan motifasi
yang kuat bagi wirausaha tertentu.
Tak hanya itu, beberapa tantangan lainya dalam berwirausaha sebagai berikut :
a) Ketidakmampuan Manajemen.
Dalam kebanyakan UKMK, kurangnya pengalaman manajemen atau lemahnya
kemampuan pengambilan keputusan merupakan masalah utama dari kegagalan usaha.
Pemiliknya kurang mempunyai jiwa kepemimpinan dan pengetahuan yang diperlukan
untuk membuat bisnisnya berjalan.
b) Kurang Pengalaman.
Idealnya, calon wirausahawan harus memiliki keterampilan teknis yang memadai
(pengalaman kerja mengenai pengoperasian fisik bisnis dan kemampuan konsep yang
mencukupi); kemampuan memvisualisasi, mengkoordinasi, dan mengintegrasikan
berbagai kegiatan bisnis menjadi keseluruhan yang sinergis.
c) Lemahnya Kendali Keuangan.
Dalam hal ini ada dua kelemahan mendasar yang perlu digarisbawahi, yaitu:
kekurangan modal dan kelemahan dalam kebijakkan kredit terhadap pelanggan.
Banyak wirausahawan membuat kesalahan pada awal bisnis dengan hanya “modal
dengkul,” yang merupakan kesalahan fatal. Wirausahawan cenderung sangat optimis
dan sering salah menilai uang yang dibutuhkan untuk masuk ke dalam bisnis. Sebagai
akibatnya, mereka memulai usaha dengan modal yang terlalu sedikit dan tampaknya
permodalan yang memadai tidak akan pernah tercapai mengingat perusahaan mereka
memerlukan semakin banyak uang untuk mendanai pertumbuhannya. Selain itu,
tekanan terhadap UKMK untuk menjual secara kredit sangat kuat. Dimana, beberapa
manajer melihat peluang untuk mendapatkan keunggulan persaingan terhadap
pesaingnya dengan cara menawarkan penjualan kredit. Apapun kasusnya, pemilik
bisnis kecil harus mengendalikan penjualan kredit secara hati-hati karena kegagalan
mengendalikannya dapat menghancurkan kesehatan keuangan bisnis kecil.
d) Gagal Mengembangkan Perencanaan Strategis.
Terlalu banyak wirausahawan yang mengabaikan proses perencanaan strategis,
karena mereka mengira hal tersebut hanya bermanfaat untuk perusahaan besar saja.
Namun, kegagalan perencanaan biasanya mengakibatkan kegagalan dalam bertahan
hidup dan ini berlaku untuk keduanya usaha besar maupun usaha kecil. Sebab, tanpa
suatu strategi yang didefinisikan dengan jelas, sebuah bisnis tidak memiliki dasar
yang berkesinambungan untuk menciptakan dan memelihara keunggulan bersaing di
pasar.
e) Pertumbuhan Tak Terkendali.
Pertumbuhan merupakan sesuatu yang alamiah, sehat, dan didambakan oleh
semua perusahaan, tetapi pertumbuhan haruslah terencana dan terkendali. Pakar
manajemen Peter Drucker menyatakan bahwa perusahaan yang baru berdiri dapat
diperkirakan mengalami pertumbuhan terlalu pesat dibandingkan dengan basis modal
mereka apabila penjualan meningkat 40 sampai 50 persen. Idealnya, perkembangan
harus didanai dari laba ditahan atau dari tambahan modal pemiliknya, tetapi sebagian
besar bisnis mengambil pinjaman paling tidak untuk sebagian investasi modalnya.
f) Lokasi yang buruk.
Untuk bisnis apapun, pemilihan lokasi yang tepat untuk sebagian merupakan
suatu seni dan untuk sebagian lagi ilmu. Sangat sering, lokasi bisnis dipilih tanpa
penelitian, pengamatan, dan perencanaan yang layak. Beberapa wirausahawan
memilih lokasi hanya karena ada tempat kosong. Akibat ketidaktepanan lokasi ini,
penjualan tidak berkembang dan bisnis tersebut terancam gagal.
g) Pengendalian Persediaan yang Tidak Baik.
Umumnya, investasi terbesar yang harus dilakukan manajer bisnis kecil adalah
dalam persediaan, namun pengendalian persediaan adalah salah satu tanggung jawab
manajerial yang paling sering diabaikan. Tingkat persediaan yang tidak mencukupi
akan mengakibatkan kekurangan dan kehabisan stok, yang akhirnya mengakibatkan
pelanggan kecewa dan pergi.
h) Ketidakmampuan Membuat Transisi Kewirausahaan.
Berhasil melewati “tahap awal kewirausahan” bukanlah jaminan keberhasilan
bisnis. Setelah berdiri, pertumbuhan biasanya memerlukan perubahan gaya
manajemen yang secar drastis berbeda. Kemampuan-kemampuan yang tadinya
membuat seorang wirausahawan berhasil seringkali mengakibatkan ketidakefektifan
manajerial. Pertumbuhan mengharuskan wirausahawan untuk mendelegasikan
wewenang dan melepaskan kegiatan pengendalian sehari-hari – sesuatu yang tidak
mampu dilakukan oleh banyak wirausahwan.
Sumber Referensi