Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Moneter
Disusun Oleh
Yanti M Elik
Nim : 1611060016
1
TAHUN PELAJARAN 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Tugas
Koperasi dan UK
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Koperasi dan UKM
Dalam tugas ini tersaji tentang Ruang lingkup Usaha mikro kecil dan menengah
Tugas ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang pengertian Usaha mikro
kecil dan meneng
Saya tahu bahwa tugas yang kami buat ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, setiap kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan guna
perbaikan makalah ini
Kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun untuk
penyempurnaan makalah ini,selalu kami nantikan.akhirnya semoga tugas ini
bermanfaat bagi kita semua. Amiinnn
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………........
………………..i
DAFTAR ISI………………………………………………..........
……………….ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR
3
PUSTAKA……………………………………………………………………….18
BAB 1
4PENDAHULUAN
1.1`Latar Belakang
4
1 Untuk mengetahui Masalah yang dihadapi oleh UMKM.
2 Untuk mengetahui Solusi yang diharus dipakai untuk menyelesaikan
masalah UMKM
1.4 Manfaat Makalah
Bab II
Pembahasan
A. Faktor Internal
5
dalam hal akses terhadap sumber pembiayaan. Selama ini yang cukup
familiar dengan mereka adalah mekanisme pembiayaan yang disediakan
oleh bank dimana disyaratkan adanya agunan. Terhadap akses pembiayaan
lainnya seperti investasi, sebagian besar dari mereka belum memiliki akses
untuk itu. Dari sisi investasi sendiri, masih terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan apabila memang gerbang investasi hendak dibuka untuk UKM,
antara lain kebijakan, jangka waktu, pajak, peraturan, perlakuan, hak atas
tanah, infrastruktur, dan iklim usaha.
6
sendiri. Semangat yang dimaksud disini, antara lain kesediaan terus
berinovasi, ulet tanpa menyerah, mau berkorban serta semangat ingin
mengambil risiko. Suasana pedesaan yang menjadi latar belakang dari UKM
seringkali memiliki andil juga dalam membentuk kinerja. Sebagai contoh,
ritme kerja UKM di daerah berjalan dengan santai dan kurang aktif sehingga
seringkali menjadi penyebab hilangnya kesempatan-kesempatan yang ada.
3. Kurangnya Transparansi.
B. Faktor Eksternal
7
Kendala lain yang dihadapi oleh UKM adalah mendapatkan perijinan untuk
menjalankan usaha mereka. Keluhan yang seringkali terdengar mengenai
banyaknya prosedur yang harus diikuti dengan biaya yang tidak murah,
ditambah lagi dengan jangka waktu yang lama. Hal ini sedikit banyak
terkait dengan kebijakan perekonomian Pemerintah yang dinilai tidak
memihak pihak kecil seperti UKM tetapi lebih mengakomodir kepentingan
dari para pengusaha besar.
3. Pungutan Liar Praktek pungutan tidak resmi atau lebih dikenal dengan
pungutan liar menjadi salah satu kendala juga bagi UKM karena menambah
pengeluaran yang tidak sedikit. Hal ini tidak hanya terjadi sekali namun
dapat berulang kali secara periodik, misalnya setiap minggu atau setiap
bulan.
8
kurang menarik bagi pengusaha luar daerah untuk mengembangkan
usahanya di daerah tersebut.
9
menembus pasar ekspor. Namun, di sisi lain, terdapat pula produk atau
jasa yang berpotensial untuk bertarung di pasar internasional karena
tidak memiliki jalur ataupun akses terhadap pasar tersebut, pada
akhirnya hanya beredar di pasar domestik.
Usaha47,022,078100.00%49026380100.00%50,150,263100.00%5,648,262100.00%52,769,280100.00%Sumber:
Kementrian KUKM
10
Tabel 2: Jumlah Tenaga Kerja Yang Diserap Unit Usaha di Indonesia
Tahun20052006200720082009SatuanOrangPersenOrangPersenOrangPersenOrangPersenOrangPersenJumlah Tenaga
Kerja Usaha
Mikro69,966,50874.47%82,071,14485.98%84,452,00284.51%87,810,36685.62%90,012,69485.83%Jumlah Tenaga
Kerja Usaha Kecil9,204,7689.80%3,139,7113.29%3,278,7933.28%3,519,8433.43%3,521,0733.36%Jumlah Tenaga
Kerja Usaha Menengah4,415,3224.70%2,698,7432.83%2,761,1352.76%2,694,0692.63%2,677,5652.55%Jumlah
Tenaga Kerja Usaha Besar2,719,2092.89%2,441,1812.56%2,535,4112.54%2,756,2052.69%2,674,6712.55%Total
Tenaga Kerja
Indonesia93,958,38791.86%95,456,93594.65%99,930,21793.09%102,552,75094.37%104,870,66394.29%Sumber:
Kementrian KUKM
Jenis usaha UMKM di Indonesia terdiri dari: (1) pertanian dan yang terkait
dengan pertanian (agribisnis), (2) pertambangan rakyat dan penggalian; (3)
industri kecil dan kerajinan rumah tangga; (4) listrik non-PLN, (5) konstruksi; (6)
perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan jasa komunikasi; (7) angkutan dan
komunikasi; (8) lembaga keuangan; dan (9) real estate dan persewaan. Dengan
pertumbuhan terbesar pada sektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga;
perdagangan besar, eceran, RM dan jasa akomodasi; angkutan dan komunikasi;
dan real estate dan persewaan (Manikmas 2003).
Secara umum, karakteristik UMKM di Indonesia kebanyakan berbentuk
industri mikro yang beroperasi pada level rumahan dengan teknologi rendah dan
tenaga kerja yang berpendapatan dan berkemampuan rendah (Dirlanudin 2008).
Selain itu, industri UMKM dengan produk yang sama cenderung berkumpul di
satu daerah (clustering) karena banyak kemudahan, seperti kemudahan distribusi
barang dan pemasaran, yang didapat (Hill 2001, Enright 2000). Sumber modal
dari UMKM berasal dari kredit dari bank, anda pribadi, campuran antara
keduanya, atau sumber kredit informal lain. Di tahun 2007, penggunaan kredit
dari bank untuk UMKM berjumlah Rp. 462,12 trilyun atau 52,5% kredit
perbankan dengan komposisi: (a) usaha mikro sebesar Rp. 186,52 trilyun atau
11
40,4%; (b) usaha kecil sebesar Rp. 131,95 trilyun atau 28,6%; (c) usaha
menengah sebesar Rp. 143,69 trilyun atau 31,1 % (Setyobudi 2007). Berdasarkan
jenis penggunaan kredit, prosentase terbesar penggunaan kredit UMKM adalah
untuk kredit konsumsi dimana per Juni 2007 adalah sebesar 66,7%, yang diikuti
oleh kredit modal kerja sebesar 22% dan kredit investasi sebesar 11,3%. Namun,
walaupun kredit yang dikeluarkan cukup besar, UMKM yang menggunakan
kredit dari bank masih minimal. Kebanyakan UMKM masih menggunakan modal
dari sumber anda sendiri atau sumber informal seperti rentenir atau kerabat dan
teman (Tambunan 1992).
Dalam hal pemasaran produk, UMKM cenderung bersifat lokal dengan
penjualan utama terjadi secara langsung kepada konsumen di pasar tradisional
lokal atau penjualan di toko-toko milik sendiri (Dirlanudin 2008). Namun, bahkan
dengan penjualan yang bersifat lokal, sumbangan dari hasil penjualan UMKM
terhitung sangat besar untuk PDB Indonesia. Di tahun 2008, UMKM
menyumbang 58% dari total PDB atas harga berlaku di Indonesia dan 58% untuk
PDB atas harga konstan. Namun, untuk ekspor, UMKM hanya menyumbang 12%
dari total ekspor non migas Indonesia. Data yang lebih lengkap dapat dilihat di
Tabel 3, Tabel 4, dan Tabel 5. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa penetrasi
produk UMKM masih kurang menyentuh konsumen di luar daerah keberadaan
UMKM tersebut. Selain itu, pasar untuk produk UMKM juga mulai dipersempit
oleh keberadaan produk luar negeri[4] dan produk usaha besar yang memiliki
harga yang lebih murah sehingga lebih diminati konsumen. Produk-produk
tersebut juga sudah mulai memasuki pasar-pasar tradisional di daerah yang
terpencil akibat dari pembangunan jaringan transportasi yang lebih baik dari
daerah urban ke daerah rural (Tambunan 1992). Persaingan ini, menjadi ancaman
dan peluang tersendiri untuk UMKM di Indonesia.
Tabel 3 Tabel PDB Atas Dasar Harga Berlaku Berdasarkan Jenis Industri di
Indonesia
12
Tahun20052006200720082009Milyar RupiahPersenMilyar RupiahPersenMilyar RupiahPersenMilyar
RupiahPersenMilyar RupiahPersenPDB ADH Berlaku Usaha Mikro--
1,017,43932.08%1,209,62332.29%1,510,05632.17%1,751,64533.08%PDB ADH Berlaku Usaha
Kecil1,049,05637.81%329,21510.38%386,40410.32%472,83010.07%528,2459.98%PDB ADH Berlaku Usaha
Menengah445,57616.06%436,77013.77%511,84113.67%630,34013.43%713,26313.47%PDB ADH Berlaku Usaha
Besar1,279,64946.13%1,387,99343.77%1,637,68143.72%2,080,58344.33%2,301,70943.47%PDB ADH Berlaku
Indonesia2,774,281100.00%3,171,417100.00%3,745,549100.00%4,693,809100.00%5,294,862100.00%
Tabel 4 Tabel PDB Atas Dasar Harga Konstan Berdasarkan Jenis Industri
di Indonesia
Tahun20052006200720082009Milyar RupiahPersenMilyar RupiahPersenMilyar
Indonesia1,750,815100.00%1,770,508100.00%1,883,549100.00%1,997,938100.00%2,088,292 219.11%
13
Tabel 5 Tabel Total Ekspor Non Migas Berdasarkan Jenis Industri di
Indonesia
Tahun20052006200720082009Milyar RupiahPersenMilyar RupiahPersenMilyar
RupiahPersenMilyar RupiahPersenMilyar RupiahPersenTotal EksporNon Migas Usaha
Mikro--11,6911.70%12,9181.63%16,4651.67%14,3751.51%Total Ekspor NonMigasUsaha
Kecil28,0425.15%27,6374.01%31,6203.98%40,0634.07%36,8403.87%Total Ekspor
NonMigasUsaha
Menengah82,29015.12%84,44012.25%95,82712.06%121,48112.35%111,04011.65%Total
Ekspor NonMigas Usaha
Besar433,86479.73%565,64582.05%654,50882.34%805,53281.90%790,83582.98%Total
Ekspor Non
Migas544,196100.00%689,413100.00%794,872100.00%983,540100.00%953,090100.00%Sumb
er: Kementrian KUKM
14
penjaminan, leasing dan dana modal ventura. Pembiayaan untuk UKM sebaiknya
menggunakan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang ada maupun non bank.
Lembaga Keuangan Mikro bank antara Lain: BRI unit Desa dan Bank
Perkreditan Rakyat (BPR).
Sampai saat ini, BRI memiliki sekitar 4.000 unit yang tersebar diseluruh
Indonesia. Dari kedua LKM ini sudah tercatat sebanyak 8.500 unit yang
melayani UKM. Untuk itu perlu mendorong pengembangan LKM agar dapat
berjalan dengan baik, karena selama ini LKM non koperasi memilki kesulitan
dalam legitimasi operasionalnya.
15
mempraktekkan teori melalui pengembangan kemitraan rintisan.
6. Membentuk Lembaga Khusus
16
program pertama UKM, Kredit Investasi Kecil (KIK) dan Kredit Modal Kerja
Permanen (KMKP), yang menyediakan kredit investasi dan modal kerja
permanen, dengan masa pelunasan hingga 10 tahun, dan suku bunga bersubsidi.
Setelah deregulasi perbankan pada 1988, kredit UKM dengan bunga
bersubsidi secara berangsur dihentikan, diganti dengan kredit bank komersial.
Selain itu, donor internasional juga menyusun kredit program investasi bagi UKM
dalam mata uang rupiah. Antara 1990 dan 2000, Bank Indonesia mendanai
berbagai kredit program dengan Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI), yang
dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu Kredit Usaha Tani (KUT),
Kredit Pemilikan Rumah Sederhana/Sangat Sederhana (KPRS/SS), dan Kredit
Usaha Kecil dan Mikro yang disalurkan melalui koperasi dan bank perkreditan
rakyat.[22] Selain itu, NPWP sebagai prasyarat pengajuan kredit di Perbankan
juga telah dihapuskan, dimana hal ini memberikan peluang dan kesempatan yang
lebih besar bagi kita untuk mengakses modal dari sisi perbankan.
2.1
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
18
Di Indonesia, Usaha Mikro Kecil dan Menengah sering disingkat
(UMKM), UMKM saat ini dianggap sebagai cara yang efektif dalam pengentasan
kemiskinan. UMKM merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam
perekonomian Indonesia dan terbukti menjadi katup pengaman perekonomian
nasional dalam masa krisis, serta menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi
pasca krisis ekonomi. Selain menjadi sektor usaha yang paling besar
kontribusinya terhadap pembangunan nasional, UMKM juga menciptakan
peluang kerja yang cukup besar bagi tenaga kerja dalam negeri, sehingga sangat
membantu upaya mengurangi pengangguran
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
19
Sri Lestari Rahayu, 2005, Analisis Peranan Perusahaan Modal Ventura Dalam
Mengembangkan UKM Di Indonesia, Kajian Ekonomi dan Keuangan,Badan
Pengkajian Ekonomi, Keuangan dan Kerjasama Internasional.
Sri Mulyati Tri Subari, 2004. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Bank
Indonesia dalam Mendukung Pelayanan Keuangan yang Berkelanjutan bagi
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.Deputi Direktur Direktorat Pengawasan Bank
Perkreditan Rakyat.
20