Anda di halaman 1dari 11

Nama Kelompok

1. Alfu fitrotul Lailiyah / 22081002


2. Dinda Alfika Anugrahani / 22081014

BAB 7
UMKM GO ONLINE

7.1. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia

Krisis global telah menyerang dan berdampak pada perekonomian banyak negara di dunia,
termasuk Indonesia. Di tengah krisis ekonomi dan krisis lapangan kerja di Indonesia, usaha
mikro, kecil dan menengah (UMKM) bermunculan di masyarakat dan menjadi tulang
punggung respon krisis. Walaupun UMKM masih memiliki operasional yang sederhana,
pengelolaan yang minim, modal yang sedikit dan jumlah karyawan yang sedikit, namun
UMKM mempunyai kemampuan untuk berperan dalam memerangi pengangguran dan menjadi
solusi perekonomian masyarakat. Perekonomian UMKM menyediakan platform dan pilihan
penting bagi lulusan untuk hidup lebih sejahtera dan mandiri, serta membantu banyak orang
mengatasi pengangguran. Pemerintah Republik Indonesia menjelaskan batasan usaha mikro,
kecil, menengah dan besar. Informasi lebih lengkap mengenai undang-undang ini dapat dilihat
pada lampiran buku ini. Berikut kutipan UU Tahun 2008. Pasal 1 UU Nomor 1 tentang Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah. 20 tahun 2008

1. Usaha mikro adalah usaha produksi dan usaha yang dimiliki oleh perseorangan dan/atau
badan usaha perseorangan yang memenuhi kriteria Usaha mikro menurut ketentuan
undang-undang ini.
2. Usaha kecil adalah suatu badan usaha mandiri yang dijalankan oleh seseorang atau badan
yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang suatu perusahaan yang dimiliki
atau dikendalikan oleh perusahaan tersebut, atau bukan merupakan bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari perusahaan menengah atau besar yang memenuhi kriteria
usaha kecil sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
3. Usaha menengah adalah suatu usaha ekonomi produksi yang berdiri sendiri, dikelola oleh
orang perseorangan atau badan hukum, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
suatu perusahaan yang secara langsung atau tidak langsung dimiliki, dikuasai, atau
dimiliki sebagian oleh perusahaan tersebut. Aset atau hasil pendapatan tahunan sesuai
peraturan. Oleh undang-undang ini.
4. Usaha besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh unit-unit usaha yang
mempunyai jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari usaha
menengah, termasuk usaha dalam negeri atau swasta, perusahaan patungan, dan badan
usaha asing yang ikut serta dalam kegiatan perekonomian di Indonesia.
Sedangkan kriteria masing-masing ukuran usaha diatur lebih rinci dalam Pasal 6 UU 1 UMKM.
20 Tahun 2008 sebagai berikut:

(1) Kriteria usaha mikro adalah sebagai berikut:


a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan untuk usaha komersial; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan maksimal Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

(2) Kriteria usaha kecil adalah sebagai berikut:


a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00. (lima puluh juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp 500.000.000. (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan untuk bangunan komersial; Atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan di atas Rp 300.000.000. (tiga ratus juta rupiah)
Maksimal 2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta Rupiah).

(3) Kriteria perusahaan menengah adalah sebagai berikut:


a) yang kekayaan bersihnya lebih besar dari Rp. 500.000.000,00 (Lima Ratus Juta
Rupiah) Maksimal sampai dengan Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), tidak
termasuk tanah dan bangunan komersial; atau
b. Hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (Dua Miliar Lima Ratus Juta
Rupiah) sampai dengan Maksimal Rp. 50.000.000.000,00 (Lima Puluh Miliar Rupiah).

7.2. Ciri Ciri UMKM

1. Ciri-ciri usaha mikro adalah sebagai berikut:


 Jenis barang/barang niaga tidak selalu tetap, dapat berubah sewaktu-waktu;
 Tempat tindakannya tidak selalu tetap, dapat berubah sewaktu-waktu,
 tidak mengelola pengelolaan keuangan yang sederhana sekalipun dan tidak memisahkan
perekonomian keluarga dari perekonomian komersial;
 Pegawai (pengusaha) belum mempunyai jiwa kewirausahaan yang cukup;
 Tingkat pendidikan rata-rata relatif rendah;
 Mereka biasanya tidak memiliki akses terhadap layanan perbankan, namun ada pula yang
mempunyai akses terhadap lembaga keuangan selain bank;
 Mereka biasanya tidak memiliki izin atau persyaratan hukum lainnya, termasuk NPWP

2. Ciri-ciri usaha kecil adalah sebagai berikut


 barang/barang hasil produksi biasanya tidak mudah berubah;
 tempat/tempat usahanya biasanya tetap dan tidak berpindah-pindah;
 Mereka biasanya sudah menguasai manajemen keuangan, meski masih sederhana.
Keuangan perusahaan dimulai dari keuangan keluarga, dibuatlah neraca perusahaan;
 Anda telah memiliki izin usaha dan persyaratan hukum lainnya, termasuk NPWP;
 personel (pengusaha) mempunyai pengalaman berwirausaha;
 ada yang mempunyai kesempatan menggunakan jasa perbankan untuk memenuhi
kebutuhanpermodalan;
 Kebanyakan tidak bisa melakukan manajemen bisnis yang baik, seperti rencana bisnis.

3. Ciri-ciri usaha menengah adalah sebagai berikut:


 secara umum dikelola dan terorganisir dengan lebih baik, lebih terorganisir dan lebih
modern serta mempunyai pembagian fungsi yang jelas, termasuk keuangan, pemasaran
dan produksi;
 menjaga pengelolaan keuangan dengan secara berkala menerapkan sistem akuntansi yang
memudahkan pemantauan dan evaluasi atau pengendalian juga terhadap bank;
 Melaksanakan peraturan atau pengaturan mengenai manajemen dan ketenagakerjaan,
mempunyai jaminan sosial dan pelayanan kesehatan
 Anda telah memiliki semua persyaratan hukum, termasuk Izin Lingkungan, Izin Usaha,
Izin Lokasi, NPWP, Tindakan Pengelolaan Lingkungan, dll.;
 Anda memiliki akses ke sumber pembiayaan bank;
 Mereka biasanya mempunyai sumber daya manusia yang terlatih dan terlatih.

7.3. Kekuatan dan Kelemahan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia

UMKM Indonesia terbukti mampu bertahan dalam krisis ekonomi dan bertahan dalam situasi
persaingan yang semakin penuh tekanan dan sulit. Kekuatan UKM Indonesia adalah:

1. Dasar-dasar pengembangan bisnis


2. Tahan banting UMKM pada dasarnya fleksibel. Dengan kata lain, mereka lebih mampu
bertahan dari gangguan/masalah keuangan, sementara perusahaan besar mengalami
kekacauan yang disebabkan oleh nilai.
3. Fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi dalam perkembangan usaha, dalam hal ini
fleksibel dalam pergerakannya, terlihat dari jenis usaha dan perkembangannya yang lebih
leluasa.
4. Organisasi internal yang sederhana
5. UMKM yang efektif (semua anggota keluarga) biasanya dikelola dan dikelola oleh
seluruh anggota keluarga atau orang yang bukan keluarga tetapi dikenal. Dengan cara ini,
semua orang memahami sifat dan cara kerja anggota lainnya, sehingga tidak perlu
adanya pelatihan. Karena dilakukan oleh anggota keluarga, maka sistem pembayaran atau
penggajian menjadi lebih efisien, artinya uang yang digunakan UMKM untuk membayar
pekerjanya kembali ke tangan pemilik UMKM atau anggota keluarganya.
6. Ekuitas pemilik UMKM biasanya menerima sumber modal dan keuangan dari keluarga.
Cukup menguntungkan, karena tidak terkait dengan kewajiban membayar utang dan
bunga yang biasa dibebankan lembaga keuangan. Prinsip UMKM biasanya harta
keluarga dijadikan modal dan hasilnya dinikmati bersama.
7. Dapat meningkatkan perekonomian padat manusia/tenaga kerja
8. Kemungkinan untuk memperpendek rantai distribusi
Hubeis (2009) menjelaskan kelemahan usaha mikro, kecil dan menengah adalah:

1. Sumber daya manusia lemah dalam urusan bisnis dan manajemen


2. Kendala keuangan
3. Ketidakcukupan pertimbangan pasar
4. Keterbatasan pengetahuan dan teknologi, sarana dan prasarana
5. Ketidakmampuan mengelola informasi
6. Tidak didukung dengan kebijakan dan regulasi yang memadai serta berhadapan dengan
bisnis besar (big business).
7. Tidak terorganisir dalam jaringan dan kerjasama
8. Seringkali tidak memenuhi standar
9. Tidak memenuhi persyaratan hukum
Terdapat 4 (empat) faktor umum yang menjadi penyebab kegagalan usaha kecil, yaitu sebagai
berikut:

1) Manajer yang tidak kompeten


2) Kurang memperhatikan
3) Sistem operasi yang lemah
4) Kurangnya modal

Sebaliknya, 4 (empat) faktor kunci berikut ini mempengaruhi keberhasilan usaha kecil!

1) Kerja keras, motivasi dan komitmen


2) Permintaan pasar terhadap produk atau jasa yang ditawarkan
3) Kemampuan aministratif
4) keberuntungan

7.4. Berbagai Permasalahan yang Dihadapi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di
Indonesia

A. Masalah usaha menengah Bidang produksi

 Ada kecenderungan untuk menggunakan teknologi tradisional


 Skala ekonominya terlalu kecil, sehingga sulit untuk mengurangi biaya,
 Belum ada prosedur operasi standar (SOP) dalam melakukan produksi.
 Modal produksi tidak mencukupi
 Tempat produksinya tidak menguntungkan Peralatan produksi yang tidak memadai

B. Bidang pemasaran

 Saluran distribusi produk terbatas dan tidak semuanya berfungsi dengan baik
 Pemasaran langsung adalah hal yang lumrah
 Peluang pemasaran dan diversifikasi pasar umumnya terbatas:
 Kurangnya alat dan pengetahuan memperluas pemasaran
 Mereka masih belum menyadari pentingnya brand awareness terhadap produknya.
 Kemungkinan melakukan pemasaran internet masih terbatas
 Ajukan tawaran sederhana baik offline maupun online

C. Bidang keuangan

 Pisahkan keuangan pribadi dari bisnis


 Sistem registrasi yang buruk, terkadang tidak ada sama sekali;
 Margin keuntungan sangat tipis
 Tidak dapat memenuhi persyaratan administrasi pinjaman bank atau fasilitas modal
lainnya.

D. Bidang tenaga kerja

 One show man


 Dengan terbatasnya jumlah karyawan, timbullah pembagian kerja yang tidak jelas.
 Karyawan biasanya adalah anggota keluarga atau kerabat
 Cenderung menggunakan pekerjaan kasual, artinya satu orang dapat melakukan atau
mengerjakan beberapa pekerjaan berbeda dalam waktu berbeda. Oleh karena itu, produk
yang diproduksi seringkali memiliki sifat yang berbeda-beda
 Kinerja karyawan yang tidak kompeten

E. Organisasi

 Kegiatan biasanya bersifat informal dan tidak mempunyai rencana


 Struktur organisasi sederhana
 Ketergantungan terhadap instansi pemerintah cukup tinggi

F. Teknologi

 Penggunaan teknologi berupa mesin-mesin yang sudah tua (manual), mengakibatkan


rendahnya produktivitas secara keseluruhan dan faktor efisiensi proses produksi,
termasuk kualitas produk yang buruk.
 Keterbatasan modal untuk membeli mesin
 Terbatasnya pengetahuan terhadap perkembangan teknologi seperti mesin-mesin baru
dan alat-alat produksi
 Berdasarkan perkembangan UMKM Indonesia, mereka dibedakan satu sama lain

7.5. Kriteria UMKM di Indonesia

Ada 4 kriteria yaitu:

1. Kegiatan wirausaha adalah usaha kecil dan menengah yang dijadikan sebagai peluang
penghidupan, yang biasa disebut dengan sektor informal. Contohnya adalah pedagang
kaki lima.
2. Usaha mikro adalah usaha kecil dan menengah yang mempunyai ciri-ciri perajin,
namun belum mempunyai kewirausahaan.
3. Perusahaan kecil dinamis, adalah perusahaan kecil dan menengah yang berjiwa
wirausaha yang dapat melakukan pekerjaan outsourcing dan ekspor.
4. Fast Moving Enterprise, merupakan usaha kecil dan menengah yang telah
mempunyai jiwa wirausaha dan sedang dalam proses menjadi perusahaan besar (UB).

7.6. Perbedaan UMKM dan Startup

Beberapa tahun terakhir, istilah UMKM Indonesia identik dengan start-up. Akibat kebijakan
pemerintah yang terus berkembang baik. Targetnya adalah memiliki minimal 2% UMKM di
Indonesia dan 1.000 startup pada tahun 2020. Namun tidak semua orang mengetahui bahwa
keduanya berbeda, padahal keduanya merupakan startup yang lahir dari ide cemerlang
seseorang yang melihat peluang bisnis.

Kesamaan lainnya adalah pada modalnya yang kecil, bahkan ada yang tidak mempunyai modal.
Meski tidak sedikit pengusaha pemula yang mencari modal pinjaman. Apalagi pengelolaan
bisnis biasanya sangat sederhana di awal, hanya orang-orang terdekat saja misalnya saudara
atau keluarga yang membantu.

Bagaimana perkembangan UMKM dan startup di Indonesia? Jadi apa bedanya? Perbedaannya
terletak pada jenis usahanya. Meskipun UMKM menghasilkan lebih banyak produk, startup
lebih mengandalkan layanan. UMKM biasanya dapat menikmati langsung dari konsumen hasil
kegiatan usahanya, seperti pakaian, kuliner, dan karya seni. Di saat yang sama, startup lebih
fokus pada aplikasi atau perangkat lunak, agensi pemasaran digital, dan layanan cloud.

Kedua, soal penggunaan koneksi internet. Jika UMKM sedikit memanfaatkan Internet dalam
proses pemasaran. Namun bagi startup, akses internet ibarat jantungnya bisnis. Tanpa Internet,
perusahaan ini tidak akan berjalan karena perusahaan tersebut sejak awal menggunakan
Internet.
Ketiga, pada skala produksi, dimana kapasitas produksi UMKM terbatas karena harus
menggunakan bahan baku dan sumber daya manusia dalam pekerjaannya, sedangkan startup
tidak bergantung pada bahan baku dan tidak membutuhkan sumber daya manusia yang terlalu
banyak.

7.7 UMKM Go Online

UMKM merupakan salah satu tulang punggung peningkatan perekonomian negara. Pada akhir
tahun 2017, lapangan kerja di sektor UMKM mencapai 90 persen, dan kontribusinya terhadap
produk domestik bruto (PDB) negara adalah sebesar 58 persen. Penjualan online juga diyakini
dapat meningkatkan pendapatan UMKM hingga 26% dan meningkatkan penyerapan tenaga
kerja, yang secara bertahap dan bertahap akan berkontribusi pada peningkatan perekonomian
negara.

Berdasarkan potensi UMKM, di era Revolusi Industri 4.0 saat ini, Indonesia mempunyai peran
penting dalam memperkuat sektor ekonomi digital. Setelah itu, pada tanggal 8 November 2017
diluncurkan “Gerakan UMKM Go Online” yang bertujuan untuk mengangkat UMKM dengan
bantuan teknologi online. Gerakan nasional ini juga bertujuan untuk mendorong kekuatan
perekonomian negara berbasis UMKM.

Salah satu dampak penerapan Revolusi Industri 4.0 adalah teknologi Internet telah memasuki
seluruh aspek kehidupan masyarakat, mulai dari pembelian barang konsumsi sehari-hari,
transportasi, perbankan, layanan pengiriman, pembayaran tagihan, dan masih banyak lagi.
Oleh karena itu, pelaku UMKM perlu beradaptasi dengan perubahan tersebut secara online.

Sebelum melanjutkan ke pembahasan, ada baiknya memahami terlebih dahulu pengertian


UMKM Go Online? Dan istilah “online” hanya berlaku untuk penjualan? Yang dimaksud
dengan “UMKM online” adalah UMKM yang terkoneksi dengan internet. Istilah ini
menunjukkan bahwa pemerintah menginginkan UMKM melakukan segalanya secara online
untuk mengembangkan usahanya. Keunggulan UMKM Online adalah:

 Cakupan pasar mungkin lebih luas atau tidak terbatas pada satu lokasi terdekat, namun
cakupannya bisa berkisar dari pasar domestik hingga pasar global (pasar internasional)
 Pendapatan meningkat seiring dengan berkembangnya pasar dan meningkatnya
permintaan
 Belajar mandiri melalui kursus online, blog YouTube atau vlog dari pengusaha sukses
lainnya di dalam dan luar negeri
 Benchmarking atau studi banding tanpa harus mengeluarkan biaya transportasi dan
waktu bertemu langsung dengan pemiliknya
 Manajemen hubungan pelanggan dengan konsumen
 Dapatkan informasi tentang bantuan modal
 Dapatkan berita terkini tentang bisnis, perilaku konsumen, strategi bersaing, dan banyak
lagi

Mengutip Republica.co.id, sejak dicanangkannya Gerakan UMKM Go Online pada tahun 2017
hingga akhir tahun 2018, jumlah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (MEME) yang
menggunakan platform online sebagai platform bisnisnya masih sedikit. Herustitiati, Asisten
Pemasaran Kementerian Koperasi dan UKM, mengatakan sekitar 4,7 juta unit UMKM sudah
online. Angka tersebut baru sekitar delapan persen dari 58,97 juta unit UMKM yang didirikan
saat ini. Berita tersebut dapat diartikan bahwa meskipun Go Online sangat bermanfaat bagi
UMKM, namun masih banyak UMKM yang enggan atau ragu dengan manfaat Go Online?
Berikut penjelasan mengapa UMKM belum siap dengan web.

(1) Untuk alasan SDM


Pertama, UKM tergolong yang belum menyadari manfaat Go Online. Hal ini disebabkan
terbatasnya ketersediaan data. Maka pendekatannya adalah memperluas sasaran UMKM
dengan menyadarkan pentingnya Go Online bagi perkembangan UMKM. Kedua, masih adanya
UMKM yang belum mengetahui caranya karena kurangnya kemampuan digital.Untuk solusi
tersebut, pemerintah bekerja sama dengan berbagai pihak telah melakukan berbagai upaya
berupa pelatihan-pelatihan agar UMKM bisa online dan e. – melek bisnis. Selain itu ada juga
yang tidak mau, karena adanya pemahaman terhadap hal-hal yang dianggap asing, misalnya
teknologi informasi diidentikkan dengan kesulitan, mahal, kendala bahasa, keterbatasan volume
produksi, termasuk kepuasan. Memberikan sosialisasi dan motivasi, dilanjutkan dengan
pendampingan bagi UMKM Go Online.

(2) Jenis produk


Tidak semua produk dapat dijual dengan harga yang mampu menjangkau pasar lebih luas
karena sifat produknya. Misalnya makanan atau minuman tidak memiliki umur simpan yang
lama, karena jika disimpan lebih lama dari umur simpan produk maka kualitas makanan
tersebut akan terpengaruh.

(3) Keterbatasan ruang


Di Indonesia, masih terdapat daerah perbatasan atau pinggiran kota yang belum memiliki
jangkauan WIFI sehingga jika ada UKM yang membutuhkan akses Internet harus melakukan
perjalanan sehingga menimbulkan tambahan biaya produksi.

Bagus Nuari dalam situs berita Harmawa news.detik.com (2018) juga memaparkan
pendapatnya mengenai hambatan mobilitas online bagi UMKM sebagai berikut:

Meski memiliki prospek yang cukup bagus dan peluang kontribusi yang besar, proses
digitalisasi UMKM Indonesia masih memiliki beberapa permasalahan di tingkat akar rumput.
Perkembangan UMKM Indonesia menuju pemasaran digital masih menghadapi beberapa
tantangan. Menurut studi yang dilakukan Delloite Access Economics, 36% UMKM di
Indonesia masih kesulitan dengan pemasaran tradisional. Sementara itu, 37% UMKM hanya
memiliki keterampilan dasar pemasaran online, seperti komputer dan broadband. Sisanya,
18% UMKM adalah skala Internet menengah, karena mereka memiliki akses ke situs web dan
media. Hanya 9% yang memiliki keterampilan pemasaran digital yang tergolong mahir.
Terbatasnya kondisi UMKM Indonesia untuk memasuki pasar digital juga diperkuat oleh
penelitian yang menyatakan bahwa Indonesia masih memiliki sedikit peluang untuk
mengembangkan pemasaran digital dengan menggunakan jaringan dan teknologi canggih. Hal
ini berarti 32,5% UMKM masih menggunakan situs statis, 25% menggunakan situs interaktif,
dan 7,2% UMKM masih belum terlibat secara digital.

Permasalahan lain yang dihadapi UMKM Indonesia dalam pemasaran digital adalah kurangnya
dukungan pemerintah dan suasana persaingan kompetitor yang belum mampu mendorong
UMKM IT. Padahal, dalam peta persaingan UMKM di pasar digital atau biasa disebut e-
commerce, kesiapan teknologi menjadi faktor terpenting yang mendorong UMKM mengadopsi
sistem ini.

Capaian implementasi program e-intelligence yang dicanangkan Kementerian Perindustrian


juga terlihat dari permasalahan yang dihadapi UMKM saat beralih ke pasar digital. Hingga
pertengahan tahun 2018, total omzet UMKM melalui program e-intelligence hanya sebesar Rp
600 juta. Proporsi produk yang dijual melalui beberapa toko online, misalnya UMKM yang
bergerak di bidang industri makanan sebesar 38% dan industri logam sebesar 20%. Namun
omset toko online UMKM disebut masih sangat rendah dan perlu banyak evaluasi. Dari 1700
UMKM yang memasarkan produknya secara online, hanya 68 UMKM yang berhasil
dipasarkan. Kendala terbesar yang dihadapi oleh UMKM adalah rendahnya kualitas produk
yang dipasarkan sehingga menghambat mereka mencapai pasar.

Berbagai pihak telah mencoba mendorong UMKM untuk menggunakan jaringan tersebut:

(1) Direksi
Untuk meningkatkan jumlah UMKM yang berselancar di dunia maya, Kementerian Koperasi
dan UKM serta Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) meluncurkan
program 8 Juta UMKM Go Online bersama operator toko online. Dengan kerja sama ini,
pemerintah juga berharap dapat mempercepat transisi UKM Indonesia menuju digitalisasi.
Pemerintah daerah juga punya opsi tersendiri untuk memigrasikan UMKM ke Go Online.
Misalnya saja Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya yang mencanangkan program Pahlawan
Ekonomi (PE) dan Pahlawan Muda (PM). Sejak peluncuran program ini, audiens telah
diperkenalkan dengan konsep go global, digital, dan finansial. Tujuan lainnya adalah
mendorong usaha kecil dan menengah (UKM) untuk mengembangkan bisnis mereka secara
global menggunakan teknologi digital untuk menghasilkan pendapatan yang kaya.

(2) Google
Gapura Digital merupakan program Google yang mendukung usaha kecil dan menengah di
Indonesia untuk mempromosikan bisnis melalui digital. Terdapat serangkaian topik pelatihan
yang dapat diikuti dan setelah mengikuti pelatihan, seluruh peserta pelatihan akan mendapatkan
sertifikat dari Google. Gapura Digital telah beroperasi sejak tahun 2015 dan kini memiliki 14
lokasi di 12 kota antara lain Jakarta, Bandung, Denpasar, Malang, Medan, Surabaya, dan
Makassar.

Dipinjam dari Femina.com, Women will adalah program Google yang bertujuan untuk
memberdayakan wirausaha perempuan. Program ini resmi diluncurkan di Jakarta pada tanggal
17 Mei 2017. Latar belakang program ini didasarkan pada data penggunaan internet
perempuan. Menurut Badan Statistik Finlandia, 47 persen pengusaha Indonesia jarang
menggunakan teknologi, seperti komputer atau Internet, untuk mengembangkan bisnisnya.
Faktanya, dunia digital dapat membuka peluang bisnis yang lebih besar, mulai dari mencari
pelanggan baru hingga meningkatkan efisiensi kerja. Sementara itu, laporan International
Finance Corporation pada tahun 2016 menemukan bahwa perempuan memiliki 51 persen usaha
mikro dan kecil, namun hanya 34 persen dari seluruh usaha menengah. Hal ini menunjukkan
bahwa perempuan masih membutuhkan dukungan dalam pengelolaan teknologi digital untuk
mengembangkan usahanya.

(3) Perbankan
Salah satu kendala bagi UKM adalah terbatasnya modal yang dapat memenuhi permintaan
pasar yang berkembang pesat setelah diperkenalkannya konektivitas Internet. Oleh karena itu,
tugas utama perbankan adalah membantu UKM dalam bentuk pinjaman berbunga rendah,
sehingga dapat mengatasi kendala-kendala tersebut. Selain itu, perbankan Indonesia juga
memberikan berbagai dukungan seperti inkubator bisnis, pelatihan dan pendampingan bisnis,
serta bermitra dengan marketplace seperti Lazada untuk memberikan akses pemasaran Go
Online kepada UKM.

(4) Bekraf
Untuk mendorong koneksi internet UKM BEKRAF, Badan Perekonomian bekerja sama
dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemcominfo) dan Kementerian Koperasi
dan UKM mendorong berbagai kegiatan bagi UKM offline untuk memanfaatkan koneksi online
dan membantu UKM. UKM meningkatkan cakupan pasar internasional. Salah satu bentuk
dukungannya adalah Bekraf membantu UKM yang ingin online dengan menyediakan internet
nirkabel (wifi) gratis. Dengan harapan para pelaku UMKM dapat memasarkan produknya
melalui sistem online.

Pada tahun 2017, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) juga bermitra dengan Bukalapak untuk
memberikan bantuan pemasaran online kepada UKM, memfasilitasi hak cipta, pengembangan
bakat, mendorong pengembangan produk kreatif dan membuka akses permodalan (sumber:
id.techinasia.com).
(5) Market Place
Pada tahun 2017, enam marketplace besar di Indonesia, Lazada, Tokopedia, Bukalapak,
Blibli.com, Shopee dan Blanja.com, berkomitmen untuk bersinergi dengan pemerintah untuk
memberikan pendampingan dan pelatihan kepada usaha kecil dan menengah untuk maju secara
online. Penjualan . Selain mendorong UKM untuk memanfaatkan jaringan tersebut untuk
meningkatkan transaksi jual beli dan jangkauan pasar, mereka juga mempunyai tugas untuk
mengedukasi UKM dalam hal ini (sumber: biz.kompas.com)

Anda mungkin juga menyukai