Anda di halaman 1dari 7

REFORMASI PERPAJAKAN

Disusun oleh:
1. Ririn Suharningsih (15170201M)

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
2020
REFORMASI PERPAJAKAN

A. Definisi Reformasi Perpajakan


Reformasi pajak memiliki makna yang luas dan terus berkembang.
Williamson dalam Mas’oed (1994 : 60) menyatakan bahwa reformasi
perpajakan meliputi perluasan basis perpajakan, perbaikan administrasi
perpajakan, mengurangi terjadinya penghindaran dan manipulasi pajak, serta
mengatur pengenaan pada aset yang berada di luar negeri. Menurut Chaizi
Nasucha, reformasi administrasi perpajakan adalah penyempurnaan atau
perbaikan kinerja administrasi, baik secara individu, kelompok, maupun
kelembagaan agar lebih efisien, ekonomis, dan cepat. Sedangkan Anggito
Abimanyu menyebutkan bahwa reformasi perpajakan adalah perubahan
mendasar di segala aspek perpajakan yang memiliki 3 (tiga) tujuan utama,
yaitu tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi, kepercayaan terhadap
administrasi perpajakan yang tinggi dan produktivitas aparat perpajakan yang
tinggi (Kusuma dan Bagus, 2009).

B. Langkah-langkah dalam Melakukan Reformasi Perpajakan


Adapun langkah-langkah reformasi perpajakan tersebut antara lain meliputi :
1. Langkah-langkah pembaruan kebijakan (tax policy reform) ; melalui
Perubahan UU PPh, Perubahan UU PPN dan PPnBM, Perubahan UU
PBB, Perubahan UU Bea Materai, serta UU Kepabeanan dan UU cukai.
Pada intinya Paket Amandemen Undang-Undang Perpajakan ini lebih
dititik-beratkan pada pemberian rasa keadilan dan kepastian hukum di
bidang perpajakan, yang bertujuan untuk mendorong investasi, serta
mengoptimalkan penerimaan perpajakan.
2. Langkah-langkah pembaruan administrasi perpajakan (tax administrative
reform) ; meliputi :
a. Penyempurnaan peraturan pelaksanaan undang-undang perpajakan;
b. Pembentukan dan perluasan kantor pelayanan pajak (kpp) khusus
wajib pajak (WP) besar (large taxpayer office, lto), diantaranya
meliputi pembentukan organisasi berdasarkan fungsi,
pengembangan sistem administrasi perpajakan yang terintegrasi
dengan pendekatan fungsi, dan implementasi dari prinsip-prinsip
good corporate governance;
c. Pembangunan kpp khusus WP menengah, dan kpp khusus WP
kecil di Kanwil VI Direktorat Jenderal Pajak;
d. Pengembangan basis data, pembayaran pajak dan penyampaian
SPT secara online;
e. Perbaikan manajemen pemeriksaan pajak; serta
f. Peningkatan efektivitas penerapan kode etik di jajaran direktorat
jenderal pajak dan komisi ombudsman nasional.

C. Alasan Negara Melakukan Reformasi Perpajakan


Adapun alasan Negara melakukan reformasi perpajakan adalah :
1. Untuk menstabilkan perekonomian yang tidak menentu karena pengaruh
perekonomian internasional maupun nasional.
2. Upaya mengalihkan sektor penerimaan APBN dari migas yang semula
sebagai sektor primadona menjadi pajak sebagai sumber yang lebih dapat
menjanjikan karena secara rasional pajak adalah penerimaan yang
berkelanjutan tidak seperti migas.
3. Usaha mengikuti ketentuan dunia terutama dalam hal pendanaan
(pinjaman luar negeri) yang mensyaratkan struktur pajak yang ada harus
disesuaikan dengan kondisi seharusnya.
4. Meningkatkan penerimaan Negara dari sektor pajak.

D. Tujuan Reformasi Perpajakan


Adapun tujuan reformasi perpajakan adalah :
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada Wajib Pajak (taxpayer’s quality
services) sebagai sumber aliran dana untuk mengisi kas Negara.
2. Menekan terjadinya penyelundupan pajak (tax evasion) oleh Wajib Pajak.
3. Meningkatkan kepatuhan bagi Wajib Pajak dalam penyelenggaraan
kewajiban perpajakannya.
4. Menerapkan konsep good governance, adanya transparansi, responsibility,
keadilan dan akuntabilitas dalam meningkatkan kinerja instansi pajak,
sekaligus publikasi jelasnya pos penggunaan pengeluaran dana pajak.
5. Meningkatkan penegakan hukum pajak, pengawasan yang tinggi dalam
pelaksanaan administrasi pajak baik kepada fiskus maupun kepada Wajib
Pajak.

E. Perjalanan Reformasi Perpajakan di Indonesia


1. Reformasi Pajak (Tax Reform) Tahun 1983
Reformasi pajak (tax reform) atau pembaruan perpajakan, telah dilakukan
sejak tanggal 1 Januari 1984. Bersamaan dengan dikeluarkannya
serangkaian undang-undang, yaitu :
a. UU Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (KUP).
b. UU Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan (PPh). Kedua
undang-undang tersebut berlaku sejak 1 Januari 1984.
c. UU Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai/Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah (PPN/PPnBM), direncanakan
diberlakukan tahun 1984 juga, tetapi karena masih ada sesuatu
yang harus dipersiapkan lebih matang maka undang-undang
tersebut diberlakukan mulai 1 April 1985.
d. UU Nomor 12 Tahun 1985 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB).
e. UU Nomor 13 Tahun 1985 Tentang Bea Materai (BM).
f. Undang-undang No. 12 Tahun 1985 dan Undang-undang No. 13
Tahun 1985 mulai diberlakukan tahun 1995. Selanjutnya pada
tahun 1991, Undang-undang No. 7 tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan diubah dengan Undang-undang No. 7 tahun 1991.
2. Reformasi Pajak (Tax Reform) Tahun 1994
Reformasi perpajakan tidak berhenti begitu saja, tetapi terus dilakukan
perubahan dan penyempurnaan sesuai dengan tuntutan perubahan sistem
perekonomian. Pada tahun 1991, perubahan pertama dilakukan terhadap
Pajak Penghasilan. Kemudian pada tahun 1994, setelah satu dasawarsa
peraturan pajak dilaksanakan diadakan lagi serangkaian perubahan
terhadap peraturan perpajakan. Undang-undang pajak yang dikeluarkan
adalah :
a. UU Nomor 9 Tahun 1994 Tentang Perubahan Atas UU Nomor 6
Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(KUP).
b. UU Nomor 10 Tahun 1994 Tentang Perubahan Atas UU Nomor 7
Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan (PPh) Sebagaimana Telah
Diubah dengan UU Nomor 7 Tahun 1991.
c. UU Nomor 11 Tahun 1994 Tentang Perubahan Atas UU Nomor 8
Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai/Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah (PPN/PPnBM).
d. UU Nomor 12 Tahun 1994 Tentang Perubahan Atas UU Nomor 12
Tahun 1985 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

Selanjutnya tahun 1997 dikeluarkan lagi serangkaian undang-undang baru


untuk melengkapi undang-undang yang telah ada, yaitu :
a. UU Nomor 17 Tahun 1997 Tentang Badan Penyelesaian Sengketa
Pajak.
b. UU Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
c. UU Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak dan Surat
Paksa.
d. UU Nomor 20 Tahun 1997 Tentang Penerimaan Negara Bukan
Pajak.
e. UU Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan.

3. Reformasi Pajak (Tax Reform) Tahun 2000


Pada tahun 2000 seiring dengan perkembangan sosial dan ekonomi,
Pemerintah kembali mengeluarkan serangkaian undang-undang untuk
mengubah undang-undang yang telah ada, yaitu :
a. UU Nomor 16 Tahun 2000 Tentang Perubahan Kedua Atas UU
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (KUP).
b. UU Nomor 17 Tahun 2000 Tentang Perubahan Ketiga Atas UU
Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan (PPh).
c. UU Nomor 18 Tahun 2000 Tentang Perubahan Kedua Atas UU
Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan
Jasa, dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.
d. UU Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat
Paksa.
e. UU Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan atau Bangunan.
f. UU Nomor 34 Tahun 2000 tentang perubahan atas UU Nomor 18
Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

4. Reformasi Pajak (Tax Reform) Tahun 2008


Pada tahun 2008, terjadi perubahan undang-undang dan disahkanlah UU
No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,
serta UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

DAFTAR PUSTAKA
Bawazier, Fuad. 2011. Reformasi Pajak di Indonesia. Jurnal Legislasi Indonesia
Vol. 8 No. 1.

J. G. Kusuma, R. Bagus. 2009. Tinjauan Teoritis Terhadap UU KUP, viewed 19


July, Diakses pada : http://baguskusuma.wordpress.com/xmlrpc.php.

Setiyaji, Gunawan, dan Amir, Hidayat. 2005. Evaluasi Kinerja Perpajakan


Indonesia, Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia Esa Unggul.

Anda mungkin juga menyukai