tujuan utama yaitu kepatuhan sukarela yang tinggi, kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang
tinggi dan produktivitas aparat perpajakan yang tinggi. Reformasi perpajakan merupakan salah satu
yang mendasar dari reformasi birokrasi di Kementerian Keuangan. Reformasi perpajakan ini berlaku di
segala bidang perpajaka, mulai dari peraturan peraturan perpajakan, administrasi dan pengawasan.
Menurut Malcolm Gillis (1989:9) atribut yang menjadi dasar suatu reformasi perpajakan adalah:
1. Breadth of reform. Reformasi perpajakan memfokuskan pada struktur pajak atau sistem pajak,
dan administrasi pajak.
2. Scope or reform. Reformasi perpajakan dilakukan secara comprehensive (semua sumber
penerimaan yang penting), atau dilakukan secara parsial (harus meliputi satu atau dua komponen
penting dari sistem perpajakan).
3. Revenue goals. Reformasi perpajakan untuk meningkatkan penerimaan dalam prosentase terhadap
PDB yaitu rasio pajak (revenue enhanching); untuk mengganti penerimaan (revenue neutral
reform); atau bahkan untuk mengurangi penerimaan (revenue-decreasing reform).
4. Equity goals. Reformasi perpajakan untuk menegakkan keadilan (redistributive). Orang
berpenghasilan tidak sama pajaknya diperlakukan tidak sama juga, namun jika reformasi
perpajakan tidak dimaksudkan untuk merubah didistribusi pendapatan yang sudah ada maka
disebut distributionally neutral reform.
5. Resource allocations goals. Reformasi perpajakan yang berusaha mengurangi pengenaan pajak
pada sumber daya agar dapat dialokasikan lebih efisien (euconominally neutral), jika sistem
perpajakan untuk mempengaruhi aliran sumber daya sektor ekonomi atau aktivitas tertentu maka
disebut interventionist reforms.
Sedangkan di Indonesia, Reformasi perpajakan dilakukan oleh pemerintah karena :
a. Sebagai upaya menstabilkan perekonomian yang tidak menentu karena pengaruh perekonomian
internasional maupun nasional
b. Sebagai usaha mengalihkan sektor penerimaan APBN dari migas yang semula sebagai sektor
primadona menjadi pajak sebagai sumber yang lebih dapat menjanjikan karena secara rasional
pajak adalah penerimaan yang berkelanjutan tidak seperti migas.
c. Usaha mengikuti ketentuan dunia terutama dalam hal pendanaan (pinjaman luar negeri) yang
d.
e.
f.
g.
mensyaratkan struktur pajak yang ada harus disesuaikan dengan kondisi seharusnya.
Meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak
Membuat beban pajak akan makin adil dan wajar
Meningkatkan kepatuhan bagi wajib pajak
Menerapkan prinsip konsep good governance, dengan adanya asas transparansi, responsibility,
Secara bertahap, sampai dengan saat ini dapat dikatakan ada 5 tahapan Reformasi Perpajakan (Tax
Reform), yaitu :
1. Reformasi Pajak (Tax Reform ) Tahap I 1983-1985
Diterbitkan serangkaian Undang-undang yaitu:
a. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU
KUP);
b. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh 1984);
c. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (UU PPN 1984 dan UU PPn Bm 1984);
d. Undang-undang No. 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi (UU PBB) dan Bangunan; dan
e. Undang-undang No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai (UU BM).
Dalam reformasi perpajakan pertama ini terdapat suatu perubahan sistem yang sangat mendasar,
yaitu dari official assessment menjadi self assessment, di mana wajib pajak tidak hanya menjadi
obyek tetapi justru menjadi subyek yang diharapkan aktif berpartisipasi dalam system
perpajakan nasional. Selain perubahan system tersebut, terdapat beberapa perubahan penting
dalam tax reform pertama ini, antara lain:
1)
2)
3)
4)
2.
perhatian, di antaranya:
1) Reformasi perpajakan tahun 1983 ternyata belum mampu memperkecil prosentase hutang luar
negeri dalam struktur APBN;
2) Masih terdapat beberapa loopholes dalam undang-undang pajak tahun 1983, sehingga
memberikan kesempatan bagi timbulnya upaya-upaya penghindaran pajak;
3) Reformasi perpajakan pertama belum banyak mengantisipasi aktivitas-aktivitas ekonomi yang
semakin global;
4) Strategi perpajakan nasional pada tahun 1983 belum secara maksimal untuk membantu
pengusaha agar mendapat akses pada persaingan global.
Oleh karena hal tersebut maka diterbitkan serangkaian undang-undang perpajakan yaitu :
a. Undang-undang No. 9 tahun 1994 tentang perubahan pertama atas Undang-undang No. 6 tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan;
b. Undang-undang No. 10 tahun 1994 tentang perubahan kedua atas Undang-undang No. 7 tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan;
c. Undang-undang No 11 tahun 1994 tentang perubahan pertama atas Undang-undang No 8 tahun
1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah;
d. Undang-undang No. 12 tahun 1994 tentang perubahan pertama atas Undang-undang No. 12
Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan;
e. Undang-undang No.13 tahun 1985 tentang Bea Materai
Dalam tax reform II ini, terdapat beberapa perubahan sistem perpajakan yang mendasar, antara
lain:
1) Di bidang hukum pajak, meliputi:
usahanya;
Ditambahnya masa daluwarsa dari 5 tahun menjadi 10 tahun;
Sanksi pidana diperberat dan cakupan pidananya diperluas.
Di bidang Pajak Penghasilan, meliputi:
Pemisahan subyek pajak BUT dengan subyek pajak badan;
Perluasan biaya yang diperbolehkan yang berkaitan dengan peningkatan sumber daya manusia
dan pemeliharaan lingkungan;
Perubahan lapisan tarif pajak, namun masih tetap bersifat progresif;
Di bidang PPN dan PPnBM, meliputi perluasan obyek pajak.
Di bidang PBB dan BPHTB, meliputi:
Diberlakukan adanya NJOP;
Diadakannya tindak pidana di bidang PBB.
Reformasi Pajak (Tax Reform ) Tahap III 1997
Tax reform tahap III tahun 1997 dilatar belakangi oleh adanya kebutuhan akan perlunya
keberadaan peradilan pajak sebagai sarana untuk menyelesaikan persengketaan di bidang
perpajakan antara wajib pajak dengan Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Pemerintah juga perlu
menyediakan payung hukum bagi pemungutan pajak daerah dan sektor-sektor lain seperti
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB) agar lebih sederhana demi adanya kepastian hukum. Adapun serangkaian Undang-
undang No. 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa;
Undang-undang No. 20 tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak
Undang-undang No. 21 tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Reformasi Pajak (Tax Reform ) Tahap IV 2000
Diterbitkan serangkaian Undang-undang yaitu :
Undang-undang No. 16 tahun 2000 tentang perubahan kedua atas Undang-undang No. 6 tahun
Daftar Pustaka :
Suhardjito, Reformasi Perpajakan Dalam Rangka Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak, Tata
Kelola Yang Baik Serta Kemandirian Bangsa FORUM MANAJEMEN Vol 13 No. 03 Lembaran
Publikasi Ilmiah Pusdiklat Migas
Malcom Gillis,1989, Tax Reform in Developing Countries, Duke University
Press