Disusun oleh:
Fakultas Hukum
1.3 Tujuan
Untuk menganalisis dampak implementasi undang-undang himpunan peraturan pajak
terhadap bagi perekonomian Indonesia.
BAB II PEMBAHASAN
Perubahan UU PPN yang terlihat dari adanya UU HPP ini ternyata memiliki dampak
terhadap penerima kewajiban PPN yang ditujukan dengan naik dan turunnya daya beli
masyarakat, mengingat PPN merupakan pajak yang dikenakan atas biaya konsumsi
masyarakat atau biaya dari transaksi jual beli seperti biaya makan di restoran, atau biaya
pembelian barang dan jasa tertentu yang memiliki pajak (Wahyudi Aria & Rahmadi
Tania, 2022). Di samping itu, terdapat persoalan lain yang berkenaan dengan masalah
ketimpangan serta ketidakadilan yang masih belum dituntaskan secara efektif, atau
dengan kata lain belum dapat terakomodir melalui peraturan-peraturan perpajakan yang
ada di Indonesia, khususnya melalui UU HPP yang secara yuridis menghimpun beberapa
peraturan perpajakan yang ada (Saputra, 2022). Terkait dengan perubahan UU PPN,
tercantum dalam Pasal 7 ayat (1) dalam Pasal 4 angka 2 UU HPP yang mengatur perihal
kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi sebesar 11% yang mulai berlaku pada
tanggal 1 April tahun 2022 dan menjadi 12% di 1 Januari 2025. Jika menilik kondisi saat
ini, kenaikan PPN merupakan kondisi yang tidak tepat bagi sebagian masyarakat karena
dirasa semakin menekan masyarakat ekonomi menengah kebawah. Di masa peralihan
dari pandemi Covid-19, dapat dirasakan bahwa dengan adanya kenaikan tarif Pajak
Pertambahan Nilai tersebut akan semakin membebani masyarakat karena pada
praktiknya, kenaikan tarif PPN menjadi 11% tentu saja menjadi tanggungan oleh
konsumen atau pemakai yang jelas-jelas bukan menjadi tanggungan pengusaha. (Saputra,
2022).
Dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan inflasi, dapat terlihat dengan jelas kenaikan
tarif PPN secara makro ekonomi. Sebagian besar teori menyebutkan bahwa dampak
kenaikan PPN dalam jangka pendek adalah meningkatkan daya konsumsi (Liyana, 2021).
Hal ini tentunya dipengaruhi oleh kontribusi dari berbagai sektor jajaran dunia usaha
pasar modal. Berbicara mengenai dunia usaha, masih menjadi hal yang lumrah bahwa
perputaran pajak terjadi dan dialami oleh berbagai pihak pengembang bisnis. Pada
situasi ini, tak heran ditemukan perubahan aturan meresahkan masyarakat pada
umumnya, seperti adanya kenaikan jumlah PPN sebesar 11% yang berkontribusi dalam
menurunkan rasa percaya diri para pelaku usaha. Hal tersebut menjadi suatu kekhawatiran
dalam proses perpajakan yang diduga akan melambung tinggi sehingga para pelaku usaha
tidak lagi ampu untuk membayar pajak. Dari fenomena sosial diatas, dimana pemerintah
telah menetapkan kenaikan pajak di tahun 2022, dapat dipahami bahwa tidak semua
usaha dikenakan pajak. Namun memang, terdapat beberapa kriteria yang harus tunduk
pada aturan tersebut apabila telah memenuhi kriteria tertentu. Perlu dipahami juga bahwa
ketentuan prinsip dalam perpajakan menaruh prioritas pada kepentingan umum, dimana
memiliki tujuan antara lain untuk kestabilan ekonomi Negara.
Kenaikan PPN juga dirasakan dengan meningkatnya harga buah-buahan. Peningkatan
harga ini diawali dari perusahaan-perusahaan yang di dalam proses enghasilkan buah-
buahan tersebut telah dikenakan PPN terlebih dahulu seperti bahan pupuk, vitamin
tanaman dan pestisida. Tentunya ini memiliki korelasi tersendiri bahwa ketika bahan baku
awal sudah dikenai PPN, maka dapat dipastikan akan ada pajak masukan yang harus
ditanggung oleh perusahaan tersebut. Namun, dapat terjadi hal yang sebaliknya, dimana
hasil pertanian dan buah-buahan yang dijual ke pasaran justru memperoleh fasilitas
dibebaskan PPN. Inilah yang menyebabkan pajak masukan awal yang diterima oleh
perusahaan buah-buahan tersebut harus dikapitalisasi ke dalam harga yang nantinya akan
mengakibatkan peningkatan harga buah-buahan secara signifikan. Maka dari itu, dengan
dilakukannya pemberian fasilitas pembebasan atas buah-buahan bagi masyarakat
ekonomi kebawah dirasa memberatkan banyak pihak, khususnya para petani, terutama
dalam proses administrasi perpajakan. Menimbang bahwa tidak semua petani mampu
memahami administrasi dengan baik. (Fajar dkk, 2022).
3.2. Saran
Melihat tidak sedikitnya dampak yang ditimbulkan dengan diundangkannya Undang-
Undang Harmonisasi Peraturan Pajak, alangkah baiknya dari Pemerintah dapat menilai
sekiranya dampak mana yang nantinya merugikan perekonomian masyarakat sebagai
bahan evaluasi dalam menciptakan instrumen hukum perpajakan. Mengingat bahwa tidak
semua peraturan perpajakan yang ada menimbulkan dampak positif bagi perekonomian
masyarakat, khususnya di sektor UMKM bagi masyarakat pedesaan, dimana banyak dari
mereka yang masih tidak memahami urgensi dari UU HPP. Inilah yang kemudian
menjadi tugas utama bagi pihak terkait untuk lebih giat dalam menyosialisasikan fungsi
serta petunjuk teknis dari UU HPP.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal:
Andaresta, S. D., Choerunnisa, W., & Janiyah, W. F. (2022). Sinergitas Kebijakan antara
Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP) dan Undang-Undang
Pajak Pertambahan Nilai (UU PPN). Jurnal Perpajakan dan Keuangan Publik, 1(1),
44-50.
Fajar, F. M., Prawira, Z. Y., Manullang, R. S., & Wijaya, S. (2022). Urgensi Buah-
Buahan Sebagai Barang Kena Pajak : Pro Dan Kontra. Jurnal Pajak Dan Keuangan
Negara (PKN), 4(1S), 427–434. https://doi.org/10.31092/jpkn.v4i1S.1978
Saputra, R. (2022). KONSEPSI PENGATURAN PERPAJAKAN DI INDONESIA
BERBASIS PEMULIHAN EKONOMI. Legacy: Jurnal Hukum dan Perundang-
Undangan, 2(2), 55-78.
Tri Ega Nurillah, & Isnani Yuli Andini. (2022). Dampak UU HPP (Harmonisasi
Peraturan Perpajakan) Pasca PP 23 Pada UMKM di masa Pandemi Covid –
19. Jurnal Multidisiplin Madani, 2(7), 3195–3216.
https://doi.org/10.55927/mudima.v2i7.767
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2O2I TENTANG
HARMONI SASI PERATURAN PERPAJAI(AN
Wahyudi Aria, M., & Rahmadi Tania, Z. (2022). Implikasi Kehadiran Undang-Undang
Hpp Dan Insentif. Jurnal Rekaman, 6(1), 33–41
Internet:
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20211007165852-532-704820/melihat-dampak-
uu-hpp-ke-masyarakat
https://www.pajak.com/pwf/dampak-uu-hpp-bagi-masyarakat-akanakah-positif-atau-
negatif/
https://www.ah-taxconsulting.com/sekilas-tentang-uu-no-7-tahun-2021-tentang-
harmonisasi-peraturan-perpajakan/