Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH HUKUM PAJAK

ANALISIS DAMPAK IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG


HARMONISASI PERATURAN PAJAK TERHADAP PEREKONOMIAN
MASYARAKAT

Disusun oleh:

Nayla Magisterani Faatihah (8111421524)

Rombel 10 Ilmu Hukum

Fakultas Hukum

Universitas Negeri Semarang


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada 29 Oktober 2021, Presiden Republik Indonesia mengesahkan Undang-Undang


No. 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP). Sesuai
namanya, harmonisasi peraturan perpajakan, mengandung arti bahwa terdapat
sekumpulan peraturan pajak yang dihimpun menjadi satu kesatuan dalam satu peraturan
perundang-undangan yakni Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan atau
UU HPP yang terdiri dari sembilan bab dengan enam lingkup pengaturan. Bab pertama
mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan (KUP), Pajak Penghasilan
(PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Program Pengungkapan Sukarela (PPS), Pajak
Karbon, serta Cukai. Dapat dikatakan bahwa perubahan peraturan pajak dalam UU HPP
ini merupakan perubahan yang membawa pembaharuan dibandingkan perubahan-
perubahan sebelumnya. Penegakkan UU HPP bertumpu pada asas dan tujuan yang sudah
tercantum sejak awal pembentukannya, antara lain berdasarkan pada asas adil, sederhana,
efisien, kepastian hukum, kemanfaatan, dan kepentingan negara. (Andaresta & Janiyah,
2022). Dari awal pembentukannya, UU HPP ditujukan untuk meningkatkan pertumbuhan
dan mendukung percepatan pemulihan perekonomian, mengoptimalkan penerimaan
negara, mewujudkan sistem perpajakan yang berkeadilan dan berkepastian hukum,
melaksanakan reformasi administrasi, kebijakan perpajakan yang konsolidatif, dan
perluasan basis pajak, dan meningkatkan kepatuhan sukarela Wajib Pajak. Namun
demikian, akankah implementasinya membawa dampak sesuai dengan asas dan tujuan
yang telah direncanakan?

1.2 Rumusan Masalah


Dengan melihat penerapan himpunan peraturan pajak di Indonesia, penulis tertarik
untuk mengkaji mengenai dampak implementasi undang-undang himpunan peraturan
pajak terhadap bagi perekonomian Indonesia.

1.3 Tujuan
Untuk menganalisis dampak implementasi undang-undang himpunan peraturan pajak
terhadap bagi perekonomian Indonesia.
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Dampak Implementasi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 Tentang


Harmonisasi Peraturan Pajak
Setiap peraturan hukum yang diundangkan pasti memiliki dampaknya sendiri yang
dapat berupa dampak menguntungkan maupun dampak yang merugikan masyarakat. Dari
sekian banyaknya peraturan perundang-undangan mengenai perpajakan, masing-masing
memiliki dampak yang berbeda terhadap perekonomian masyarakat. Dilihat dari beberapa
perubahan yang terjadi, salah satunya dari segi ketentuan umum perpajakan yakni
dipakainya Nomor Induk Kependudukan (NIK) sebagai Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP). Dengan demikian, masyarakat yang berkepentingan untuk melaporkan dan
membayar pajak diwajibkan untuk memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Identitas tersebut berbeda dengan Nomor Induk Kependudukan (NIK), dimana harus
diurus sendiri di Kantor Pelayanan Pajak. Oleh karena itu, dengan adanya UU HPP, NIK
akan langsung difungsikan sebagai NPWP. Ketentuan ini sebagaimana mestinya sudah
tertulis dalam Pasal 2 UU HPP. Adapun urgensi dari langkah tersebut ditujukan untuk
menyederhanakan administrasi perpajakan. Walaupun begitu, perlu diketahui bahwa
pemilik NIK tidak langsung diwajibkan membayar pajak. Melainkan, mereka baru wajib
dikenakan pajak ketika penghasilannya lebih dari Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
Menyikapi hal ini, dibutuhkan sinkronisasi antara Kementerian Keuangan dengan
Kementerian Dalam Negeri perihal pencocokan data penduduk. Di sisi lainnya, dampak
signifikan selain dipakainya NIK sebagai NPWP yakni terdapat tax amnesty. Mengutip
dari Direktorat Jendral Pajak, yang bernama tax amnesty atau pengampunan pajak
merupakan penghapusan pajak yang harusnya dibayar langsung oleh pihak yang
besangkutan. Meskipun tidak membayar pajak, yang bersangkutan tidak akan dikenakan
sanksi administrasi denda, apalagi hukuman pidana. Melainkan, mereka hanya diminta
menyebutkan harta yang seharusnya dikenai pajak. Baru setelah itu, yang bersangkutan
wajib membayar uang tebusan sesuai dengan ketentuan yang ada.

Implementasi Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Pajak dari Dimensi Undang-


Undang PPN

Perubahan UU PPN yang terlihat dari adanya UU HPP ini ternyata memiliki dampak
terhadap penerima kewajiban PPN yang ditujukan dengan naik dan turunnya daya beli
masyarakat, mengingat PPN merupakan pajak yang dikenakan atas biaya konsumsi
masyarakat atau biaya dari transaksi jual beli seperti biaya makan di restoran, atau biaya
pembelian barang dan jasa tertentu yang memiliki pajak (Wahyudi Aria & Rahmadi
Tania, 2022). Di samping itu, terdapat persoalan lain yang berkenaan dengan masalah
ketimpangan serta ketidakadilan yang masih belum dituntaskan secara efektif, atau
dengan kata lain belum dapat terakomodir melalui peraturan-peraturan perpajakan yang
ada di Indonesia, khususnya melalui UU HPP yang secara yuridis menghimpun beberapa
peraturan perpajakan yang ada (Saputra, 2022). Terkait dengan perubahan UU PPN,
tercantum dalam Pasal 7 ayat (1) dalam Pasal 4 angka 2 UU HPP yang mengatur perihal
kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi sebesar 11% yang mulai berlaku pada
tanggal 1 April tahun 2022 dan menjadi 12% di 1 Januari 2025. Jika menilik kondisi saat
ini, kenaikan PPN merupakan kondisi yang tidak tepat bagi sebagian masyarakat karena
dirasa semakin menekan masyarakat ekonomi menengah kebawah. Di masa peralihan
dari pandemi Covid-19, dapat dirasakan bahwa dengan adanya kenaikan tarif Pajak
Pertambahan Nilai tersebut akan semakin membebani masyarakat karena pada
praktiknya, kenaikan tarif PPN menjadi 11% tentu saja menjadi tanggungan oleh
konsumen atau pemakai yang jelas-jelas bukan menjadi tanggungan pengusaha. (Saputra,
2022).
Dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan inflasi, dapat terlihat dengan jelas kenaikan
tarif PPN secara makro ekonomi. Sebagian besar teori menyebutkan bahwa dampak
kenaikan PPN dalam jangka pendek adalah meningkatkan daya konsumsi (Liyana, 2021).
Hal ini tentunya dipengaruhi oleh kontribusi dari berbagai sektor jajaran dunia usaha
pasar modal. Berbicara mengenai dunia usaha, masih menjadi hal yang lumrah bahwa
perputaran pajak terjadi dan dialami oleh berbagai pihak pengembang bisnis. Pada
situasi ini, tak heran ditemukan perubahan aturan meresahkan masyarakat pada
umumnya, seperti adanya kenaikan jumlah PPN sebesar 11% yang berkontribusi dalam
menurunkan rasa percaya diri para pelaku usaha. Hal tersebut menjadi suatu kekhawatiran
dalam proses perpajakan yang diduga akan melambung tinggi sehingga para pelaku usaha
tidak lagi ampu untuk membayar pajak. Dari fenomena sosial diatas, dimana pemerintah
telah menetapkan kenaikan pajak di tahun 2022, dapat dipahami bahwa tidak semua
usaha dikenakan pajak. Namun memang, terdapat beberapa kriteria yang harus tunduk
pada aturan tersebut apabila telah memenuhi kriteria tertentu. Perlu dipahami juga bahwa
ketentuan prinsip dalam perpajakan menaruh prioritas pada kepentingan umum, dimana
memiliki tujuan antara lain untuk kestabilan ekonomi Negara.
Kenaikan PPN juga dirasakan dengan meningkatnya harga buah-buahan. Peningkatan
harga ini diawali dari perusahaan-perusahaan yang di dalam proses enghasilkan buah-
buahan tersebut telah dikenakan PPN terlebih dahulu seperti bahan pupuk, vitamin
tanaman dan pestisida. Tentunya ini memiliki korelasi tersendiri bahwa ketika bahan baku
awal sudah dikenai PPN, maka dapat dipastikan akan ada pajak masukan yang harus
ditanggung oleh perusahaan tersebut. Namun, dapat terjadi hal yang sebaliknya, dimana
hasil pertanian dan buah-buahan yang dijual ke pasaran justru memperoleh fasilitas
dibebaskan PPN. Inilah yang menyebabkan pajak masukan awal yang diterima oleh
perusahaan buah-buahan tersebut harus dikapitalisasi ke dalam harga yang nantinya akan
mengakibatkan peningkatan harga buah-buahan secara signifikan. Maka dari itu, dengan
dilakukannya pemberian fasilitas pembebasan atas buah-buahan bagi masyarakat
ekonomi kebawah dirasa memberatkan banyak pihak, khususnya para petani, terutama
dalam proses administrasi perpajakan. Menimbang bahwa tidak semua petani mampu
memahami administrasi dengan baik. (Fajar dkk, 2022).

Dampak Penerapan UU HPP Terhadap UMKM


Tidak hanya berdampak terhadap masyarakat secara general, adanya Undang-Undang
Harmonisasi Peraturan Perpajakan juga turut serta berdampak pada pelaku UMKM
dengan meringankan pajak UMKM untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam UU
HPP, dinyatakan bahwa pemerintah menetapkan UMKM dengan pendapatan kotor atau
bruto sejumlah Rp. 500.000.000 per tahun yang tidak dikenai pajak. Tidak hanya itu,
pemerintah pun memberikan keringanan berupa diskon tarif sebesar 50% atas Pajak
Penghasilan (PPh) untuk para pelaku UMKM yang berhasil meraih omzet hingga
mencapai Rp. 4.800.000.000 per tahun. Berkenaan dengan untung dan tidaknya pelaku
UMKM terhadap penerapan UU HPP, dari data dan fakta yang diperoleh melalui
wawancara dengan beberapa pelaku UMKM, diketahui bahwa terdapat dua diantara tiga
pelaku UMKM yang menyampaikan bahwa penerapan UU HPP menimbulkan dampak
negatif yang cenderung tidak membawa keuntungan bagi keberlangsungan para pelaku
UMKM. Salah satu penyebabnya yakni adanya ketidakpahaman pelaku UMKM terhadap
aturan perpajakan, khususnya bagi pelaku UMKM yang tinggal di daerah pedesaan,
dimana mereka tidak mendapatkan informasi secara komprehensif dan detail yang
berbentuk sosialisasi dari petugas pajak. Sementara, satu dari tiga pelaku UMKM
menyatakan bahwa kehadiran UU HPP berdampak positif dan membawa keuntungan
karena dinilai dapat meringankan beban dari tarif pajak sebelumnya. (Nurilah & Andini,
2022).

BAB III PENUTUP


3.1. Simpulan
Kehadiran UU HPP ditengah-tengah masyarakat seakan membawa angin segar bagi
segelintir pihak. Sebagai bagian dari reformasi administrasi perpajakan, dapat dikatakan
bahwa UU HPP banyak memberikan dampak positif bagi masyarakat. Terlebih dari segi
pelaksanaan administrasi yang mampu mendorong peningkatan kepatuhan sukarela
dengan memperkuat sistem administrasi pengawasan dan pemungutan perpajakan, serta
memberikan kepastian hukum perpajakan. Ini tercermin melalui penggunaan NIK sebagai
NPWP OP, penyesuaian persyaratan bagi kuasa Wajib Pajak, penunjukan pihak lain
sebagai pemungut pajak, meningkatkan kerja sama penagihan pajak antarnegara, dan
pengaturan pelaksanaan persetujuan bersama. Disamping itu, khusus pelaku UMKM,
hadirnya UU HPP juga membawa dampak positif bagi sebagian pihak, dimana UU HPP
mendorong pelaku UMKM untuk lebih giat lagi dalam menjalankan kegiatan usaha dan
bisnis.

3.2. Saran
Melihat tidak sedikitnya dampak yang ditimbulkan dengan diundangkannya Undang-
Undang Harmonisasi Peraturan Pajak, alangkah baiknya dari Pemerintah dapat menilai
sekiranya dampak mana yang nantinya merugikan perekonomian masyarakat sebagai
bahan evaluasi dalam menciptakan instrumen hukum perpajakan. Mengingat bahwa tidak
semua peraturan perpajakan yang ada menimbulkan dampak positif bagi perekonomian
masyarakat, khususnya di sektor UMKM bagi masyarakat pedesaan, dimana banyak dari
mereka yang masih tidak memahami urgensi dari UU HPP. Inilah yang kemudian
menjadi tugas utama bagi pihak terkait untuk lebih giat dalam menyosialisasikan fungsi
serta petunjuk teknis dari UU HPP.
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal:
Andaresta, S. D., Choerunnisa, W., & Janiyah, W. F. (2022). Sinergitas Kebijakan antara
Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP) dan Undang-Undang
Pajak Pertambahan Nilai (UU PPN). Jurnal Perpajakan dan Keuangan Publik, 1(1),
44-50.

Fajar, F. M., Prawira, Z. Y., Manullang, R. S., & Wijaya, S. (2022). Urgensi Buah-
Buahan Sebagai Barang Kena Pajak : Pro Dan Kontra. Jurnal Pajak Dan Keuangan
Negara (PKN), 4(1S), 427–434. https://doi.org/10.31092/jpkn.v4i1S.1978
Saputra, R. (2022). KONSEPSI PENGATURAN PERPAJAKAN DI INDONESIA
BERBASIS PEMULIHAN EKONOMI. Legacy: Jurnal Hukum dan Perundang-
Undangan, 2(2), 55-78.
Tri Ega Nurillah, & Isnani Yuli Andini. (2022). Dampak UU HPP (Harmonisasi
Peraturan Perpajakan) Pasca PP 23 Pada UMKM di masa Pandemi Covid –
19. Jurnal Multidisiplin Madani, 2(7), 3195–3216.
https://doi.org/10.55927/mudima.v2i7.767
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2O2I TENTANG
HARMONI SASI PERATURAN PERPAJAI(AN
Wahyudi Aria, M., & Rahmadi Tania, Z. (2022). Implikasi Kehadiran Undang-Undang
Hpp Dan Insentif. Jurnal Rekaman, 6(1), 33–41

Internet:
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20211007165852-532-704820/melihat-dampak-
uu-hpp-ke-masyarakat
https://www.pajak.com/pwf/dampak-uu-hpp-bagi-masyarakat-akanakah-positif-atau-
negatif/
https://www.ah-taxconsulting.com/sekilas-tentang-uu-no-7-tahun-2021-tentang-
harmonisasi-peraturan-perpajakan/

Anda mungkin juga menyukai