Anda di halaman 1dari 4

Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan

UU HPP adalah bagian dari reformasi di bidang perpajakan dengan tujuan mendukung
percepatan pembangunan nasional serta pemulihan ekonomi. Di dalam UU HPP tersebut terdapat
perubahan-perubahan peraturan perpajakan yang dianggap lebih berpihak pada rakyat dan lebih
ringan dibandingkan peraturan perundangan yang berlaku sebelumnya. Perubahan atas peraturan
perpajakan PPh orang pribadi serta UMKM termasuk poin yang terdapat pada UU Harmonisasi
Peraturan Perpajakan tersebut.

Tujuan dari di terbitkannya UU Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan

1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan mendukung percepatan


pemulihan perekonomian;
2. Mengoptimalkan penerimaan negara guna membiayai pembangunan nasional secara mandiri
menuju masyarakat Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera;
3. Mewujudkan sistem perpajakan yang lebih berkeadilan dan berkepastian hukum;
4. Melaksanakan reformasi administrasi, kebijakan perpajakan yang konsolidatif, dan
perluasan basis perpajakan; dan
5. Meningkatkan kepatuhan sukarela Wajib Pajak.

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengesahkan Rancangan Undang-Undang tentang


Harmonisasi Peraturan Perpajakan (RUU HPP) menjadi Undang-Undang (UU) dalam Sidang
Paripurna DPR RI ketujuh pada 7 Oktober 2021. RUU HPP diharapkan menjadi komponen penting
dalam reformasi perpajakan, terutama dalam menuju sistem perpajakan yang adil, sehat, efektif, dan
akuntabel.

RUU HPP memuat enam kelompok materi utama yang terdiri dari 9 BAB dan 19 Pasal,
yaitu mengubah beberapa ketentuan yang diatur dalam beberapa UU perpajakan, baik UU
Ketentuan Umum Perpajakan (UU KUP), UU Pajak Penghasilan (UU PPh), UU Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (UU PPN), UU Cukai, Program Pengungkapan
Sukarela (PPS), dan memperkenalkan Pajak Karbon.

Pandemi Covid-19 telah memberikan momentum dan sudut pandang baru dalam menata
ulang dan membangun fondasi baru perekonomian, termasuk menata ulang sistem perpajakan agar
lebih kuat menghadapi tantangan pandemi dan dinamika masa depan. Reformasi perpajakan
diselaraskan dengan langkah pemerintah demi mempercepat proses pemulihan ekonomi dan
meningkatkan kualitas kebijakan fiskal sebagai instrumen kebijakan mendukung pembangunan
nasional. RUU HPP yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari reformasi perpajakan juga
ditujukan untuk meningkatkan tax ratio dan kepatuhan pajak agar menjadi lebih baik.

Kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 10% menjadi 11% mulai berlaku pada
Jumat 1 April 2022. Penerapan tarif PPN 11% merupakan amanat pasal 7 Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP). Meski seharusnya ketentuan
tersebut mulai diberlakukan, namun aturan teknis mengenai tarif PPN 11% tak kunjung
disosialisasikan.

Kenaikan tarif PPN ini diperkirakan akan berdampak pada aktivitas konsumsi rumah tangga
dan dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, pendapat lain mendukung
pembentukan UU HPP. Pengamat Pajak, Bawono Kristiaji menilai UU HPP dapat mengatasi
persoalan fundamental perpajakan nasional, sehingga akan berdampak positif terhadap
perekonomian.

Melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan


(UU HPP), pemerintah menaikkan tarif PPN secara bertahap, yakni 11% mulai April tahun ini dan
12% pada beberapa tahun berikutnya.

Kemenreian keuangan menerbitkan 14 aturan turunan berupa peraturan menteri keuanggan


(PMK) untuk penerapan ketentuan pada undang-undang nomor 7 tahun 2021 tentang harmonisasu
peraturan perpajakan (UU HPP).

1. PMK Nomor 58/PMK.03/2022

PMK 58/PMK.03/2022 berisi pokok aturan mengenai penyerahan barang dan atau jasa yang
dilakukan oleh rekanan dan pihak Lain sebagai pemungut atas transaksi pengadaan barang dan atau
jasa melalui sistem informasi pengadaan pemerintah serta pajak yang dipungut oleh pihak lain yang
meliputi pajak penghasilan (PPh) Pasal 22, pajak pertambahan nilai (PPN), atau PPN dan pajak
penjualan barang mewah (PPnBM).

2. PMK Nomor 59/PMK.03/2022

PMK 59/PMK.03/2022 berisi pokok aturan mengenai pengecualian pemotongan dan atau
pemungutan pajak oleh instansi pemerintah untuk transaksi yang dilakukan melalui sistem
informasi pengadaan pemerintah serta perlakuan pemungutan pajak untuk transaksi yang
menggunakan kartu kredit pemerintah bagi pemerintah daerah dan pemerintah desa menjadi sama
dengan perlakuan untuk transaksi yang menggunakan kartu kredit pemerintah pusat.
3. PMK Nomor 60/PMK.03/2022

PMK 60/PMK.03/2022 berisi pokok aturan yang mengatur dalam hal pedagang luar negeri (LN)
atau penyedia jasa LN melakukan transaksi dengan pembeli barang dan atau penerima jasa melalui
penyelenggara perdagangan melalui sistem elektronik (PMSE) LN atau penyelenggara PMSE
dalam negeri (DN) maka PPN yang terutang atas pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud
dan atau jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean dipungut, disetorkan, dan
dilaporkan oleh pedagang LN, penyedia jasa LN, penyelenggara PMSE LN, atau penyelenggara
PMSE DN yang ditunjuk sebagai pemungut PPN PMSE.

4. PMK Nomor 61/PMK.03/2022

PMK 61/PMK.03/2022 mengatur tentang PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri.

5. PMK Nomor 62/PMK.03/2022

PMK 62/PMK.03/2022 mengatur tentang PPN atas penyerahan liquified petroleum gas (LPG)
tertentu.

6. PMK Nomor 63/PMK.03/2022

PMK 63/PMK.03/2022 mengatur tentang PPN atas penyerahan hasil tembakau.

7. PMK Nomor 64/PMK.03/2022

PMK 64/PMK.03/2022 mengatur tentang PPN atas penyerahan barang hasil pertanian tertentu.

8. PMK Nomor 65/PMK.03/2022

PMK 65/PMK.03/2022 mengatur tentang PPN atas penyerahan kendaraan bermotor bekas.

9. PMK Nomor 66 /PMK.03/2022

PMK 66/PMK.03/2022 mengatur tentang PPN atas penyerahan pupuk bersubsidi untuk sektor
pertanian.

10. PMK Nomor 67/PMK.03/2022

PMK 67/PMK.03/2022 mengatur tentang PPN atas penyerahan jasa agen asuransi, jasa pialang
asuransi, dan jasa pialang reasuransi.

11. PMK Nomor 68/PMK.03/2022

PMK 68/PMK.03/2022 mengatur tentang PPN dan PPh atas transaksi perdagangan aset kripto.

12. PMK Nomor 69/PMK.03/2022


PMK 69/PMK.03/2022 mengatur tentang perlakuan perpajakan atas teknologi finansial (financial
technology atau fintech).

13. PMK Nomor 70/PMK.03/2022

PMK 70/PMK.03/2022 mengatur tentang kriteria dan atau rincian makanan dan minuman, jasa
kesenian dan hiburan, jasa perhotelan, jasa penyediaan tempat parkir, serta jasa boga atau katering
yang tidak dikenai PPN.

14. PMK Nomor 71/PMK.03/2022

PMK 71/PMK.03/2022 mengatur tentang PPN atas penyerahan jasa kena pajak tertentu.

Anda mungkin juga menyukai