Anda di halaman 1dari 4

Nama : Anisa Yuniawati

NIM : 1706621064
Kelas : S1 Akuntansi A 2021
Tugas : Resume
Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021
Oleh Bapak Brian Pramudita S.E., Ak., M.Ak., CA, CPA
Pada Live Instagram @taxcenterunj & @bats.official
Rabu, 9 November 2022 pukul 19.30-selesai
Sistematika UU HPP

 BAB I : Asas, Tujuan dan Ruang Lingkup (Pasal 1)


 BAB II : Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Pasal 2)
 BAB III : Pajak Penghasilan (Pasal 3)
 BAB IV : Pajak Pertambahan Nilai (Pasal 3)
 BAB V : Program Pengungkapan Sukarela WP (Pasal 5-12)
 BAB VI : Pajak Karbon (Pasal 13)
 BAB VII : Cukai (Pasal 14)
 BAB VIII : Ketentuan Peralihan (Pasal 15)
 BAB IV : Ketentuan Penutup (Pasal 16-19)

BAB I : Asas, Tujuan dan Ruang Lingkup (Pasal 1)

 Asas – Asas Terbentuknya UU HPP:


1. Keadilan
Pengaturan perpajakan menjunjung tinggi keseimbangan hak dan kewajiban
setiap pihak yang terlibat
2. Efisiensi
Pengaturan perpajakan harus berorientasi pada minimalisasi penggunaan sumber
daya untuk mencapai hasil kerja yang terbaik.
3. Kemanfaatan
Pengaturan perpajakan bermanfaat bagi kepentingan negara, bangsa, dan
masyarakat, khususnya dalam memajukan kesejahteraan umum
4. Kesederhanaan
Pengaturan perpajakan harus dapat memberikan kemudahan pelayanan kepada
masyarakat dalam memenuhi hak dan kewajibannya
5. Kepastian hukum
pengaturan perpajakan harus dapat mewujudkan ketertiban dalam m
6. Kepentingan nasional
Pelaksanaan perpajakan mengutamakan kepentingan bangsa, negara, dan
masyarakat di atas kepentingan lainnya.
 Tujuan Pembentukan UU HPP
1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan mendukung percepatan
pemulihan ekonomi
2. Mengoptimalkan penerimaan negara
3. Mewujudkan sistem perpajakan yang lebih berkeadilan dan berkepastian hokum
4. Mereformasi administrasi, konsolidasi perpajakan, perluasan basis perpajakan M
5. Meningkatkan kepatuhan sukarela WP
 Perubahan dan penambahan regulasi UU HPP
Mengubah
1. UU KUP, berlaku mulai tanggal diundangkan (29 Oktober 2021)
2. UU PPh, berlaku tahun pajak 2022
3. UU PPN, berlaku 1 April 2022 PPS, berlaku 1 Januari s.d. 30 Juni 2022 Pajak
Karbon, berlaku 1 April 2022
4. UU Cukai, berlaku mulai tanggal diundangkan (29 Oktober 2021)
Menambah
1. PPS, berlaku 1 Januari s.d. 30 Juni 2022
2. Pajak Karbon, berlaku 1 April 2022

BAB II : Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Pasal 2)

 Penggunaan NIK sebagai NPWP Orang Pribadi (Pasal 2 ayat 1a, UU HPP) penambahan
 Pengungkapan ketidakbenaran SPT saat pemeriksaan (Pasal 8 ayat 4 UU HPP)
perubahan
 Penurunan besaran sanksi bunga pada saat pemeriksaan (Pasal 13 ayat 3, 3b, dan 3c)
perubahan
 Surat tagihan atas wanprestasi pembayaran angsuran/penundaan kurang bayar SPT
tahunan (Pasal 14 ayat 1 huruf i UU HPP) penambahan
1. Besaran sanksi dalam upaya hokum (Pasal 25 dan 27, UU HPP) perubahan
 Pajak Internasional:
1. Pengaturan asistensi penagihan pajak global (Pasal 20A, UU HPP) penambahan
2. Penetapan konsensus tarif pajak global (Issue perpajakan KTT G20)
3. Pengaturan mutual agreement procedure (Pasal 27C, UU HPP) penambahan
 Kuasa WP (Pasal 32 ayat 3a, UU HPP) perubahan
1. Kerjasama pertukaran informasi antara djp dan lembaga/badan hukum yang
ditentukan oleh Undang – Undang (Pasal 34 Ayat 3a, UU HPP) perubahan
 Penegakan Hukum Pidana Pajak (dengan pemulihan kerugian pendapatan negara)

BAB III : Pajak Penghasilan (Pasal 3)

 Perubahan Tarif PPh orang pribadi: Biaya yang tidak boleh dikurangkan dalam
menentukan besarnya penghasilan kena pajak (Pasal 9 ayat 1 huruf e).
 Pengenaan pajak atas natura (Pasal 4 ayat 3 huruf d, UU HPP) perubahan
 Perusahaan batas bawah omzet PPh Final
 Perubahan tarif PPh Badan
Mulai 2022, tarif pajak penghasilan (PPh) badan ditetapkan kembali menjadi 22 persen di
UU HPP
 Pengaturan instrument pencegahan penghindaran pajak (Pasal 18, UU HPP) penambahan

BAB IV : Pajak Pertambahan Nilai (Pasal 5-12)

 Pengurangan objek dan fasilitas PPN (Ps. 4a ayat 2 dan 3, UU HPP)


 Kenaikan tarif PPN (Ps. 7 ayat 1, UU HPP)
 Kemudahan dan kesederhanaan (Pasal 8A ayat (2) dihapus & penambahan ayat (3))
 Pengkreditan pajak masukan (Pasal 9 Ayat 5)
 Pendelegasian wewenang (BAB VB, Pasal 16G, UU HPP) Penambahan
1. Menghapus Pasal 8A ayat (2), Pasal 9 ayat (4d), dan Pasal 9 ayat (13)
2. Mengatur pendelegasian wewenang bagi ketentuan pada Pasal 9A

BAB V : Program Pengungkapan Sukarela WP (Pasal 5-12)


Pasal 8, UU HPP
Pemberian kesempatan kepada WP untuk melaporkan/mengungkapkan kewajiban
perpajakan yang belum dipenuhi secara sukarela melalui pembayaran PPh berdasarkan
pengungkapan harta. Program dilaksanakan selama 6 bulan (1 Januari 2022 – 30 Juni 2022).
Terdapat 2 (dua) Kebijakan dalam Program Pengungkapan Sukarela (PPS) ini yaitu,
masih terdapat peserta Pengampunan Pajak yaitu Wajib Pajak Badan dan Wajib Pajak Orang
Pribadi (WP OP) yang belum mendeklarasikan seluruh aset pada saat Pengampunan Pajak Jilid 1
pada tahun 2016 yang lalu dan masih terdapat Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) yang belum
mengungkapkan seluruh penghasilan dalam SPT Tahunan 2016 sampai dengan 2020.
BAB VI : Pajak Karbon (Pasal 13)

 Latar Belakang Pajak Karbon


1. Perlu pengendalian peningkatan emisi gas rumah kaca di atmosfer yang menyebabkan
kenaikan suhu permukaan bumi sehingga akan menurunkan risiko perubahan iklim
dan bencana di Indonesia.
2. Komitmen Pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK)
sebanyak 29% (dengan usaha sendiri) atau 41% (dengan dukungan internasional)
pada tahun 2030 sesuai dengan konvensi perubahan iklim yang sudah disepakati.
3. Mitigasi perubahan iklim di Indonesia membutuhkan pembiayaan.
4. Mengubah perilaku pelaku aktivitas ekonomi yang berpotensi menghasilkan emisi
gas rumah kaca.
 Pengaturan Pajak Karbon dalam UU HPP
1. Pajak karbon akan dilakukan secara bertahap sesuai dengan roadmap yang akan
memperhatikan perkembangan pasar karbon, pencapaian target NDC, kesiapan
sektor, dan kondisi ekonomi.
2. Penerapan pajak karbon akan mengedepankan prinsip keadilan (just) dan
keterjangkauan (affordable) dengan memperhatikan iklim berusaha, dan masyarakat
kecil.
3. Tarif pajak karbon ditetapkan lebih tinggi atau sama dengan harga karbon di pasar
karbon dengan minimal tarif Rp30,00 per kilogram karbon dioksida ekuivalen
(CO2e).
4. Implementasi pertama kali 1 April 2022 pada sektor PLTU batubara dengan skema
cap and tax yang searah dengan implementasi pasar karbon yang sudah mulai berjalan
di sektor PLTU batubara

BAB VII : Cukai (Pasal 14)

 Penguatan mekanisme penetapan Barang Kena Cukai: penambahan atau pengurangan


jenis Barang Kena Cukai disampaikan oleh pemerintah kepada DPR RI untuk dibahas
dan disepakati dalam penyusunan RAPBN. (Pasal 4 Ayat 2, UU HPP)
 Penambahan atau pengurangan Barang Kena Cukai atas barang tertentu, Pemerintah akan
mempertimbangkan antara lain: >> Kondisi aktual dalam menghadapi pandemi COVID-
19 >> Langkah penanganan dan pemulihan ekonomi >> Kebijakan di bidang kesehatan,
lingkungan, dan kebijakan lainnya secara berkelanjutan (UU CUKAI Pasal 40B Ayat 2,
UU HPP)
 Menerapkan prinsip pemberlakuan sanksi pidana sebagai upaya terakhir (ultimum
remedium) dalam pelanggaran pidana di bidang cukai atas pelanggaran perizinan,
pengeluaran Barang Kena Cukai, Barang Kena Cukai tidak dikemas, Barang Kena Cukai
yang berasal dari tindak pidana, dan jual beli pita cukai. (UU CUKAI Pasal 64 Ayat 2,
UU HPP)

Anda mungkin juga menyukai