Anda di halaman 1dari 84

Pajak Penghasilan Orang Pribadi

&
SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

1
CV TRAINER - SUWARSO

• Pendidikan:
D III STAN Tahun 1995, S1 FE UI Tahun 1999, S1 FH UI Tahun 2010, MH UGM Tahun 2017

• Sertifikasi Profesi:
Chartered Accountant (IAI), Certified Public Accountant (IAPI), Certified Tax Consultant – C (IKPI), Konsultan Hukum Pasar Modal (HKHPM),
Advokat (PERADI)

• Pengalaman Pekerjaan:
1. BPPK – Departemen Keuangan RI (1995 – 2006)
2. Partner JMT House dan JMT Law House (2006 - 2017);
3. Direktur Keuangan, SDM dan Umum PT Tirta Gemah Ripah (2017 – 2018);
4. Partner Taxindo Prime Consulting (2018 - 2019 );
5. Partner SSP Law Firm (2021 – sekarang)
6. Managing Partner PT Mitra Pratama Consulting (2016 – sekarang)

• Info Company:
PT MITRA PRATAMA CONSULTING (“MPC”) KAP GATOT PERMADI, AZWIR & ABIMAIL (“KAP GPAA”)
website: www.mpcworld.co.id website: www.gpaa.co.id
Email: info@mpcworld.co.id Email: info@gpaa.co.id
Telp/WA: 021 2761 7001 atau 0812 8184 9512 Telp: 021 2761 7001 atau WA: 0812 8184 9512

2
3
KEBUTUHAN AKAN SISTEM PERPAJAKAN YANG ADIL, SEHAT, EFEKTIF DAN AKUNTABEL

4
URGENSI SISTEM PERPAJAKAN YANG ADIL, SEHAT, EFEKTIF DAN AKUNTABEL

5
REFORMASI PERPAJAKAN MEMPERKUAT FUNGSI APBN DALAM MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN

6
UNDANG-UNDANG HARMONISASI PERATURAN PERPAJAKAN (UU No. 7/2021)

7
UU HPP - CLUSTER KUP

8
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (“KUP”)

9
PERKEMBANGAN UU KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (“KUP”)
No Nomor UU KUP Diundangkan Masa Berlaku Perubahan
1 UU No. 6 Tahun 1983 31 Desember 1 Januari 1984 – sekarang -
1983
2 UU No. 9 Tahun 1994 9 November 1994 1 Januari 1995 – sekarang I
3 UU No. 16 Tahun 2000 2 Agustus 2000 1 Januari 2001 – sekarang II
4 UU No. 28 Tahun 2007 17 Juli 2007 1 Januari 2008 – sekarang III
5 Perppu No. 5/2008 (UU No. 31 Desember 1 Januari 2009 – sekarang IV
16/2009) 2009
6 Perppu No. 1/2020 (UU No. 18 Mei 2020 18 Mei 2020 – sekarang -
2/2020) *)
7 UU No. 11/2020 2 November 2020 2 November 2020 – V
sekarang

Keterangan:
• UU No. 2/2020 hanya mencabut pemberlakuan beberapa ketentuan jangka waktu di UU KUP sepanjang
berkaitan dengan kebijakan keuangan negara untuk penanganan COVID-19 dan/atau dalam rangka
menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan/atau stabilitas keuangan sesuai
PERPPU No. 1/2020.
• Ketentuan jangka waktu sebagaimana dimaksud di atas, merujuk pada [a] Pasal 11 ayat (2), [b] Pasal
17B ayat (1), [c] Pasal 25 ayat (3), [d] Pasal 26 ayat (1), dan [e] Pasal 36 ayat (1c).
10
SISTEMATIKA UU HPP – CLUSTER KUP

NO. PASAL MUATAN MATERI JENIS PERUBAHAN

BAB I ASAS, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP (Pasal 1)


1 Pasal 1 Asas, Tujuan, dan Ruang Lingkup Baru
BAB II KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (Pasal 2)
1 Pasal 2 KUP Pengaturan NIK sebagai NPWP Baru
2 Pasal 8 KUP Batas waktu pengungkapan ketidakbenaran SPT saat pemeriksaan Revisi
3 Pasal 13 KUP Besaran sanksi saat pemeriksaan Revisi (penurunan)
4 Pasal 14 KUP Penagihan atas wanprestasi pembayaran angsuran/penundaan kurang Baru
bayar SPT Tahunan
5 Pasal 20A KUP Kerja sama bantuan penagihan pajak antarnegara Baru

6 Pasal 25 KUP Besaran sanksi akibat keberatan ditolak atau diterima sebagian Revisi (penurunan)
7 Pasal 27 KUP Besaran sanksi akibat banding/PK mempertahankan ketetapan DJP Revisi (penurunan)

8 Pasal 27C KUP Prosedur persetujuan bersama dalam rangka menyelesaikan masalah Baru
dalam penerapan persetujuan penghindaran pajak berganda

9 Pasal 32 KUP Kuasa Wajib Pajak Revisi

11
SISTEMATIKA UU HPP – CLUSTER KUP (Lanjutan)

No. Pasal MUATAN MATERI Jenis perubahan


10. Pasal 32A KUP Penunjukan pihak lain untuk memungut PPh, PPN, PTE Baru
11. Pasal 34 KUP Pemberian data dalam rangka penegakan hukum dan kerja sama Revisi
untuk kepentingan negara

12. Pasal 40 KUP Daluwarsa penuntutan pidana pajak Revisi


13. Pasal 43A KUP Pemeriksaan bukti permulaan dilaksanakan berdasarkan surat Revisi
Perintah pemeriksaan bukti permulaan

14. Pasal 44 KUP Kewenangan penyidik pajak untuk melakukan pemblokiran/penyitaan Revisi
aset tersangka sesuai UU hukum acara pidana

15. Pasal 44A, 44B KUP Penghentian penyidikan Revisi

16. Pasal 44C KUP Pidana denda tidak disubsider Baru


17. Pasal 44D KUP Persidangan in absentia Baru
BAB IXA PENDELEGASIAN KEWENANGAN
18. Pasal 44E KUP Pendelegasian kewenangan Revisi

12
NIK = NPWP?

13
NIK = NPWP?

14
Penggunaan NIK sebagai NPWP Orang Pribadi (Baru)

Pasal 2 : Penggunaan NIK sebagai NPWP Orang Pribadi (Baru)


• Integrasi basis data kependudukan dengan sistem administrasi
perpajakan bertujuan mempermudah WP orang pribadi melaksanakan
pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan demi kesederhanaan
administrasi dan kepentingan nasional.
• Penggunaan NIK sebagai NPWP tidak serta merta menyebabkan
setiap orang pribadi membayar pajak. Pembayaran pajak dilakukan
apabila:
a. Penghasilan setahun di atas batasan PTKP; atau
b. Peredaran bruto di atas Rp 500juta/tahun bagi pengusaha yang
membayar PPh Final 0,5% (PP-23/2018).
c. Terpenuhinya Kewajiban Subjektif & Objektif sebagai Wajib Pajak

15
Pengungkapan Ketidakbenaran SPT Saat Pemeriksaan

Ps 8 ayat (4)
Pengungkapan Ketidakbenaran Surat Pemberitahuan (SPT) Saat
Pemeriksaan.

Batas waktu pengungkapan ketidakbenaran SPT saat pemeriksaan:


Aturan lama : sebelum Dirjen Pajak menerbitkan SKP
Aturan baru : sebelum SPHP

16
Sanksi Pada Saat Pemeriksaan

Ps 13 ayat (3):
Besaran Sanksi Pada Saat Pemeriksaan (Perubahan)
Untuk keadilan dan kepastian hukum, dilakukan penurunan sanksi pada saat
pemeriksaan.

Hal ini juga sejalan dengan semangat pengaturan dalam Undang-Undang Cipta Kerja.

WP tidak menyampaikan SPT / tidak membuat pembukuan:

17
Sanksi Pada Saat Pemeriksaan

18
Penagihan atas Wanprestasi Pembayaran Angsuran/Penundaan Kurang Bayar SPT Tahunan

Pasal 14 ayat (1) huruf i:


Penagihan atas Wanprestasi Pembayaran Angsuran/Penundaan
Kurang Bayar SPT Tahunan (Baru)

Dalam hal WP tidak melaksanakan kewajiban untuk membayar angsuran


atau penundaan kurang bayar SPT Tahunan sebagaimana Surat
Keputusan Angsuran / Penundaan dapat ditagih dengan Surat Tagihan
Pajak (STP).

19
Sanksi Pada Saat Upaya Hukum

Pasal 25 dan 27:


Besaran Sanksi Pada Saat Upaya Hukum (Perubahan)
Untuk keadilan dan kepastian hukum, dilakukan penurunan sanksi pada
saat upaya hukum. Hal ini juga sejalan dengan semangat pengaturan
dalam Undang-Undang Cipta Kerja.
Sanksi setelah upaya hukum jika keputusan/putusan menguatkan
ketetapan DJP:

20
Sanksi Pada Saat Upaya Hukum

21
Sanksi Pada Saat Upaya Hukum

22
Kuasa WP, Penunjukkan sebagai Pemotong dan Rahasia Jabatan

6.Ps 32 : Kuasa Wajib Pajak (Perubahan)


Kuasa Wajib Pajak dapat dilakukan oleh siapapun, sepanjang memenuhi persyaratan kompetensi
menguasai bidang perpajakan. Pengecualian syarat diberikan jika kuasa yang ditunjuk merupakan
suami, istri, atau keluarga sedarah/semenda sampai 2 (dua) derajat

7.Ps 32A : Penunjukan Pihak Lain Sebagai Pemotong/Pemungut Pajak (Baru)


Pemerintah dapat menetapkan pihak lain (misalnya: penyedia sarana transaksi elektronik) sebagai
Pemotong/Pemungut Pajak atas transaksi yang melibatkan pihak lain tersebut. Hal ini sebagai sebagai
solusi bagi perkembangan transaksi ekonomi yang semakin dinamis, termasuk yang melibatkan
penyedia sarana transaksi elektronik, sehingga pemungutan pajak dapat dilakukan secara efisien,
sederhana, dan efektif

8. Ps 34 ayat (3) : Rahasia Jabatan (Perubahan)


Untuk kepentingan negara, dalam rangka penyidikan, penuntutan,atau kerjasama dengan lembaga
negara, instansi pemerintah lain, badan hukum yang dibentuk dengan UU atau PP, atau pihak lain,
Menteri Keuangan berwenang memberikan izin tertulis untuk memperlihatkan keterangan tentang Wajib
Pajak.

23
Kuasa Wajib Pajak

24
Penjelasan Pasal 32 (3)

25
Penjelasan Pasal 32 (3a)

26
Fungsi Penegakan Hukum Pidana di Bidang Perpajakan

27
Penegakan Hukum Pidana di Bidang Perpajakan

28
Pemeriksaan Bukti Permulaan: Bahan

29
Pemeriksaan Bukti Permulaan: Pelaksanaan

30
Pemeriksaan Bukti Permulaan: Perubahan pada UU HPP

31
Daluwarsa: Penegasan Daluwarsa Penuntutan pada UU HPP

32
Penghentian Penyidikan (Pasal 44A): Latar Belakang

33
Penghentian Penyidikan (Pasal 44A): Penegasan dalam UU HPP

34
Ultimum Remedium

35
Ultimum Remedium: Latar Belakang

36
Ultimum Remedium: Penegakan Hukum Berbasis Pemulihan KPPN

37
Ultimum Remedium: Posisi dalam Penegakan Hukum Pidana

38
Ultimum Remedium: Vonis Pidana

39
Ultimum Remedium: Besaran Sanksi

40
Konsep Dasar PPN & Perubahan UU HPP

41
Basis Utama Pemajakan

42
SISTEMATIKA UU HPP – CLUSTER PPh
No. Pasal MUATAN MATERI Jenis perubahan

BAB III PAJAK PENGHASILAN (PASAL 3)


1 Pasal 4 PPh Pengenaan pajak atas natura Revisi
2 Pasal 6 PPh Pengenaan pajak atas natura Revisi
3 Pasal 7 PPh Batas peredaran bruto tidak dikenai pajak bagi Wajib Pajak orang Baru
pribadi
4 Pasal 9 PPh Pengenaan pajak atas natura Revisi
5 Pasal 11, 11A PPh Penyusutan dan amortisasi aset dengan masa manfaat lebih dari Revisi
20 tahun
6 Pasal 17 PPh Tarif PPh orang pribadi dan badan Revisi
7 Pasal 18 PPh Instrumen pencegahan penghindaran pajak Revisi
8 Pasal 32A PPh Kesepakatan/perjanjian internasional di bidang perpajakan Revisi
BAB VIIA PENDELEGASIAN KEWENANGAN
9 Pasal 32C PPh Pendelegasian kewenangan Revisi

43
PENGENAAN PAJAK ATAS NATURA (Pasal 4, 6 dan 9)

Pemberian natura kepada pegawai dapat dibiayakan oleh


pemberi kerja dan merupakan penghasilan bagi pegawai.
Natura tertentu bukan merupakan penghasilan bagi
penerima:

1. Penyediaan makan/minum bagi seluruh pegawai;


2. Natura di daerah tertentu;
3. Natura karena keharusan pekerjaaan, contoh: alat
keselamatan kerja atau seragam;
4. Natura yang bersumber dari APBN/APBD;
5. Natura dengan jenis dan Batasan tertentu.

44
TARIF PPh ORANG PRIBADI

45
TARIF PPh ORANG PRIBADI – Ilustrasi Penghitungan

46
BATAS PEREDARAN BRUTO TIDAK DIKENAI PAJAK BAGI WP OP

47
TARIF PPh BADAN

48
PENYUSUTAN/AMORTISASI ASET DENGAN MANFAAT > 20 TAHUN

Pasal 11 ayat (6a)


Apabila bangunan permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (6) mempunyai
masa manfaat melebihi 20 (dua puluh) tahun, penyusutan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bagian yang sama besar, sesuai dengan
masa manfaat sebagaimana dimaksud pada ayat (6) atau sesuai dengan masa
manfaat yang sebenarnya berdasarkan pembukuan Wajib Pajak.

Pasal 11A ayat (2a)


Apabila bangunan permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (6) mempunyai
masa manfaat melebihi 20 (dua puluh) tahun, penyusutan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bagian yang sama besar, sesuai dengan
masa manfaat sebagaimana dimaksud pada ayat (6) atau sesuai dengan masa
manfaat yang sebenarnya berdasarkan pembukuan Wajib Pajak.

49
Konsep Dasar PPN & Perubahan UU PPN
di UU HPP

50
MAPPING KETENTUAN PPN DI UU HPP

51
MAPPING KETENTUAN PPN DI UU HPP

52
MAPPING KETENTUAN PPN DI UU HPP

53
MATERI POKOK PERUBAHAN PPN DI UU HPP

54
PENGURANGAN OBJEK DAN FASILITAS PPN

55
BARANG TIDAK KENA PPN

56
BARANG TIDAK KENA PPN

57
JASA TIDAK KENA PPN

58
JASA TIDAK KENA PPN

59
JASA TIDAK KENA PPN

60
KENAIKAN TARIF PPN

61
KENAIKAN TARIF PPN

62
KENAIKAN TARIF PPN

63
KEMUDAHAN DAN KESEDERHANAAN

64
PAJAK KARBON DAN PERUBAHAN
KETENTUAN TENTANG CUKAI

65
PERUBAHAN UNDANG-UNDANG CUKAI

66
PERUBAHAN UNDANG-UNDANG CUKAI

67
PERUBAHAN UNDANG-UNDANG CUKAI

68
PAJAK KARBON
1.Latar Belakang
a. Perlu pengendalian peningkatan emisi gas rumah kaca di atmosfer yang menyebabkan kenaikan suhu
permukaan bumi sehingga akan menurunkan risiko perubahan iklim dan bencana di Indonesia.
b. Komitmen Pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebanyak 29%
(dengan usaha sendiri) atau 41% (dengan dukungan internasional) pada tahun 2030 sesuai dengan
konvensi perubahan iklim yang sudah disepakati.
c. Mitigasi perubahan iklim di Indonesia membutuhkan pembiayaan.
d. Mengubah perilaku pelaku aktivitas ekonomi yang berpotensi menghasilkan emisi gas rumah kaca.

2.Pengaturan dalam RUU HPP


a. Pajak karbon akan dilakukan secara bertahap sesuai dengan roadmap yang akan
memperhatikan perkembangan pasar karbon, pencapaian target NDC, kesiapan sektor,
dan kondisi ekonomi.
b. Penerapan pajak karbon akan mengedepankan prinsip keadilan (just) dan
keterjangkauan (affordable) dengan memperhatikan iklim berusaha, dan masyarakat
kecil.
c. Tarif pajak karbon ditetapkan lebih tinggi atau sama dengan harga karbon di pasar
karbon dengan minimal tarif Rp30,00 per kilogram karbon dioksida ekuivalen (CO2e).
d. Implementasi pertama kali 1 April 2022 pada sektor PLTU batubara dengan skema cap
and tax yang searah dengan implementasi pasar karbon yang sudah mulai berjalan di
sektor PLTU batubara.
69
PAJAK KARBON

70
PROGRAM PENGUNGKAPAN SUKARELA
(PPS)

71
PROGRAM PENGUNGKAPAN SUKARELA/VOLUNTARY DISCLOSURE PROGRAM

72
PROGRAM PENGUNGKAPAN SUKARELA

73
PROGRAM PENGUNGKAPAN SUKARELA

74
PROGRAM PENGUNGKAPAN SUKARELA - ILUSTRASI

75
PERSYARATAN MENGIKUTI PPS

76
PERSYARATAN MENGIKUTI PPS

77
PERSYARATAN MENGIKUTI PPS

78
PERSYARATAN MENGIKUTI PPS

79
DEADLINE REPATRIASI DAN INVESTASI DI PPS

80
DEADLINE REPATRIASI DAN INVESTASI DI PPS

81
DEADLINE REPATRIASI DAN INVESTASI DI PPS

82
PASAL 31 E

Peredaran bruto PT XYZ dalam tahun pajak 2022 sebesar Rp30.000.000.000,00


(tiga puluh miliar rupiah) dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). Penghitungan Pajak Penghasilan yang
terutang:
1. Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang memperoleh
fasilitas:
(Rp4.800.000.000,00 : Rp30.000.000.000,00) x Rp3.000.000.000,00 =
Rp480.000.000
2. Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak
memperoleh fasilitas : Rp 3.000.000.000,00 - Rp 480.000.000,00 = Rp
2.520.000.000,00
Pajak Penghasilan yang terutang:
– (50% x 22%) x Rp 480.000.000,00 = Rp52.800.0000,-
– 22% x Rp 2.520.000.000,00 = Rp544.400.000,- (+)
Jumlah Pajak Penghasilan yang terutang Rp597.200.000

83
TERIMA KASIH

84

Anda mungkin juga menyukai