Anda di halaman 1dari 3

“PERANAN PENTING PAJAK BAGI PERTUMBUHAN EKONOMI DAN

KESADARAN PAJAK BAGI MASYARAKAT”

Alya Jihan Sawla

Pajak merupakan kewajiban bagi seluruh masyarakat yang termasuk dalam subjek pajak. Di
Indonesia sumber pendapatanya yang terbesar yaitu dari pajak, Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP) dan hibah. Dari data yang di dapat selama 5 tahun terakhir, pada tahun 2018 tercatat
Penerimaan Perpajakan sebesar Rp.1. 518.789,80 milyar, dikuti tahun 2019 sebesar
Rp.1.546.141,90 milyar, tahun 2020 sebesar Rp.1.285.136,32 milyar, tahun 2021 sebesar
Rp.1.547.841,10 milyar, dan pada tahun 2022 sebesar Rp.1.924.937,50 milyar.

Tentunya dapat dilihat dari data-data tersebut terjadi peningkatan penerimaan pajak selama 5 tahun
terakhir, hanya pada tahun 2020 terjadi penurunan sebesar Rp.1.285.136,32 milyar karena pada
tahun 2020 merupakan puncak pandemic Covid-19 yang mengakibatkan penerimaan pajak
menurun. Pada saat wabah Covid-19 pemerintah memberikan insentif pajak bagi Wajib Pajak yang
memenuhi kriteria seperti : pemberlakuan PPh dengan pegawai kriteria tertentu ditanggung
pemerintah (Pasal 21 UU PPh), tujuan pemberiannya insentif pajak secra selektif ini tentunya
untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional. Dari hasil survey bahwa insentif pajak di
dominasi oleh sector perdagangan 47%, sector industry pengolahan 19%, sector konstruksi 7%,
karena sector-sektor tersebut adalah wajib pajak yang paling terdampak oleh adanya pandemic
Covid-19.

Dengan adanya pemberian insentif pajak pada tahun 2020 berlanjut hingga tahun 2021, dengan
tujuan mempercepat pemulihan ekonomi nasional terbukti pada tahun 2021 penerimaan pajak naik
sebesar Rp.1.547.841,10 milyar dari tahun sebelumnya sebesar Rp.128513632 milyar. Pada tahun
2021 realisasi pajak baru tercapai (setelah 12 tahun).

Perkembangan penerimaan pajak periode Januari-September 2019-2022 : pada tahun 2019 sebesar
0,2%, siikuti 2020 sebesar minus 16,9%, 2021 kembali tumbuh positif 13,2%, dan pada 2022
tumbuh 54,2% (Year On Year). Sementara untuk pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang juga
merosot tajam pada tahun 2020 yakni sebesar minus 2,07%. Penurunan penerimaan pajak serta
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 disebabkan adanya Covid-19 yang berdampak
pada sector perekonomian dan pembatasan aktivitas masyarakat.

Penerimaan terbesar negara Indonesia bertumpu pada pajak sebagaimana diuraikan pada data-data
di atas. Pertumbuhan pajak sempat minus pada saat Indonesia dilanda wabah Covid-19, tetapi
tumbuh positif kembali pada tahun berikutnya.

Pajak merupakan peranan penting dalam stabilitas perekonomian di Indonesia karena sumber
utama pendapatan negara Indonesia berasal dari pajak sehingga mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi negara Indonesia, ketika pajak tumbuh maka ekonomi pun akan tumbuh. Maka
diperlukan kesadaran bagi masyarakat untuk membayar pajak karena dari pajak manfaatnya
dirasakan oleh masyarakat seperti pembangunan fasilitas umum, fasilitas transportasi ;
pembangunan jalan Tax On Location, stasiun, bandara dan lain-lain, fasilitas kesehatan ; rumah
sakit pemerintah, subsidi BBM, subsidi gas melon. Keuntungan bagi masyarakat yang membayar
pajak tepat waktu yaitu terbebas dari denda, sehingga tidak akan terbebani dengan biaya denda
yang bisa dikatakan lumayan tinggi (5% - 10%) tergantung berapa lama keterlambatan pajak
tersebut. Jika masyarakat telah memiliki kesadaran pajak yang tinggi maka untuk membayar pajak
nya pun tepat waktu dan sukarela.

Sebagai warga negara yang baik dan patuh, baiknya kita lebih meningkatkan tentang kesadaran
wajib pajak agar perekonomian negara semakin bertumbuh. Pemerintah juga harus giat melakukan
sosialisasi agar masyarakat mengetahui informasi-informasi seputar perpajakan, fungsi-fungsi
pajak agar masyarakat tidak berpikiran negative seperti uang hasil pemungutan pajak
disalahgunakan, tidak sampai ke kas negara, serta pemerintah pun harus menghilangkan stigma
negative ini pada masyarakat dengan cara menghilangkan tindakan tidak terpuji tersebut. Apalagi
media pernah di hebohkan dengan kasus eks pejabat Ditjen Pajak Kemenkeu, Rafael Alun
Trisambodo yang mana ia adalah pejabat pajak dengan jabatan Kabag Umum DJP Kanwil Jakarta
Selatan Eselon III. Rafael sebagai pejabat pajak yang tidak patuh bayar pajak berdasarkan tim
investigasi kemenkeu, karena menemukan beberapa perusahaan yang bekerja sama dengannya
tetapi tidak patuh untuk membayar pajak serta melapor SPT, serta ia juga menyalahgunakan
jabatan yang dimilikinya untuk membeli barang serta jasa di kementrian keuangan.
Fenomena tersebut menjadikan pajak berstigma buruk di masyarakat, sehingga wajar saja jika
masyarakat ogah-ogahan untuk membayar pajak serta melapor SPT. Baiknya, pemerintah harus
membenahi orang-orang yang seperti itu di DJP agar masyarakat semakin tinggi kesadaran untuk
membayar pajak.

Adapun rasio kepatuhan pajak periode 2018 -2022. Pada 2018 berada pada angka 71,1%, 2019
73,06%, tahun 2020 77,63%, tahun 2021 84,07, dan pada tahun 2022 83,2%.

Mari sadar pajak untuk Indonesia lebih maju.

Anda mungkin juga menyukai