Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH PENDIDIKAN DAN BUDAYA PATRIARKAT

TERHADAP KESETARAAN GENDER

Benedikta Yosefina Kebingin


Sekolah Tinggi Pastoral Reinha Larantuka
email: ivonnycij@ymail.com

Abstrak: Pengaruh Pendidikan dan Budaya Patriarkat Terhadap Kesetaraan Gender. Artikel ini
mengupas tentang kemerdekaan sesungguhnya, diharapkan oleh setiap insan baik perempuan maupun laki-laki
dalam bingkai pendidikan. Dalam maksud ini, pendidikan harus ditempatkan pada perspektif pembebasan.
Pendidikan adalah untuk semua dan berlangsung selama hayat. Pendidikan yang diterapkan baru akan berdaya
guna apabila ditanggapi dengan sikap dan daya belajar. Daya belajar dapat ditumbuhkan oleh keadaan
lingkungan. Dalam rangka gender, perempuan dan laki-laki perlu dididik dalam berproses untuk mencerdaskan
diri dan masyarakat. Meski demikian, kesulitan dapat saja dialami oleh kaum perempuan dalam mengenyam
pendidikan apabila kondisi riil masyarakat kurang mendukung dan memerhatikan pendidikan perempuan.
Patriarkat mengacu kepada sistem relasi yang absah di bidang hukum, ekonomi dan politik serta mengokohkan
relasi dominasi di dalam sebuah masyarakat. Ia berfungsi sebagai sebuah ideologi yang berdampak atas setiap
segi kehidupan di tengah masyarakat. Dalam masyarakat patriarkat kedudukan kaum perempuan dan anak-anak
dipandang rendah. Perendahan martabat kaum perempuan memiliki sejarah yang panjang yang erat melekat
pada pola-pola patriarkat yang ditetapkan secara tegas dan kaku. Pola-pola ini dibangun di atas suatu struktur
sosial yang beranggapan bahwa hanya kaum laki-laki yang merdeka dan mempunyai harta milik. Dengan
metode studi pustaka akan dianalisis dan disimpulkan apakah pendidikan berpengaruh pada cara pandang
manusia terhadap gender.

Kata kunci: gender; patriarkat; pendidikan

PENDAHULUAN memiliki pandangan hidup atau ideologi


Pembicaraan tentang perempuan yang diekspresikan dalam berbagai aspek
telah mengalami pergeseran yang mendasar kehidupan, baik bercorak sakral maupun
pada saat konsep gender digunakan sebagai profan.
suatu perspektif. Gender sebenarnya Ruang lingkup studi tentang
merujuk pada relasi yang di dalamnya pengaruh pendidikan dan budaya patriarkat
perempuan dan laki-laki melakukan terhadap kesetaraan gender yang
interaksi sosial. Ketidaksetaraan gender memengaruhi kehidupan masyarakat
yang merupakan perlakuan berbeda Indonesia yang menganut budaya patriarkat
terhadap perempuan dan laki-laki sejak ditempatkan dalam perspektif nilai-nilai
dalam rahim ibu, masa kanak-kanak sampai luhur gender dan gerakan feminisme.
manusia dewasa dibenarkan dalam Kesejajaran hak di hadapan kaum laki-laki
keluarga dan masyarakat. Kedudukan dan telah menjadi percakapan publik sejak
peran perempuan ditentukan berdasarkan zaman Raden Ajeng Kartini. Meski Kartini
kesepakatan sosial suatu kelompok budaya dikenal sebagai pelopor kaumnya dan
atau masyarakat. Identitas gender diabadikan oleh Pemerintah di zamannya
seseorang dibentuk oleh dua faktor, yaitu hingga saat ini melalui peringatan 21 April,
faktor biologis dan faktor budaya, yang harapan untuk terwujudnya kesejajaran itu

31
31
berjalan tertatih-tatih, tersendat bahkan urusan adat untuk perkawinan. Setiap anak
sampai dengan setengah hati oleh kaum perempuan yang dilahirkan dipandang
laki-laki. sebagai modal untuk perolehan maskawin
Dalam konteks upaya meluruskan atau belis bagi saudaranya yang laki-laki.
dan menetralisasi cara pandang paradoksal Tinggi rendahnya harga belis yang dituntut
menuju cara pandang positif yang bersifat atas anak perempuan disesuikan dengan
pengakuan utuh terhadap keberadaan harga belis yang dahulu dibayar pihak sang
perempuan di hadapan kaum laki-laki. bapak untuk ibunya. Kesempatan
Berkaitan dengannya, asumsi bahwa ketika bersekolah tidak dialami; apalagi anak-
cara pandang itu dapat terbangun secara anak perempuan dari keluarga sederhana
terstruktur akan mengubah pola dan tatanan dan miskin, mereka tidak punya pilihan lain
hidup kulturalis masyarakat. karena tidak didukung oleh kemampuan
Kata “gender” dan “seks” sering finansial untuk biaya sekolah atau kursus.
dipertautkan meski kedua konsep ini Gender menjadi masalah bukan saja
mengandung pengertian yang berbeda. kerena laki-laki menjajah perempuan atau
Seks selalu berpautan dengan aspek sebaliknya, melainkan karena kesempatan
biologis sedangkan gender selalu berpautan berperan tidak banyak dimiliki kaum
dengan aspek sosial dan kultural. Seks perempuan. Kesempatan serta peluang
merupakan penyifatan dua jenis kelamin untuk peran-peran yang produktif kurang
manusia berdasarkan hal-hal biologis yang diberikan kepada kaum perempuan
melekat pada jenis kelamin tertentu seperti sedangkan laki-laki dibebani pekerjaan,
jenis kelamin laki-laki memiliki sperma; jenis tugas, tanggung jawab yang terlalu berat
kelamin peremuan memiliki alat reproduksi
dan dituntut untuk lebih mampu dan lebih
seperti rahim. Sedangkan gender adalah sifat-
sifat yang melekat pada laki-laki dan
kuat dalam banyak hal. Gender pun
perempuan yang dikonstruksi secara sosial dipersoalkan bukan hanya karena teriakan
maupun kultural. minta tolong diperdengarkan dari
Tata tindak yang secara mekanik kelompok kaum perempuan melainkan
terjadi sejak awal seorang dilahirkan, dapat juga karena pembiasaan hidup secara turun
menyebabkan penghayatan secara salah. temurun.
Kaum perempuan sebagai kelompok yang
lemah harus menangung beban PEMBAHASAN
penderitaan. Penanggungan beban hidup Pendidikan
sebagai seorang istri atau anak perempuan Hidup peradaban terbentuk dalam diri
dalam keluarga, dirasa sebagai suatu yang seseorang sejak ia dilahirkan ke dunia.
normal. Ketika beban pekerjaan dan Seseorang dinilai berkemajuan hidup atau
perlakukan dari pihak laki-laki dirasa tidak, sangat tergantung pada tingkat dan
normal dan wajar, maka tidak diperlukan kadar budaya yang dianutnya. Orang dinilai
suatu gerakan mencapai keadilan dan cinta berbudaya adalah orang yang telah maju
kasih. Hal semacam ini dilihat sebagai dalam berbagai aspek kehidupan: tingkat
salah satu hambatan mencapai kebebasan. pendidikan, cara berpikir, cara hidup, cara
Pernikahan dalam usia yang sangat mencipta dan memelihara, cara mengubah
muda maka kesempatan menimba dan menyelaraskan. Semakin masyarakat
pengetahuan di bangku sekolah, tidak beradab, semakin peduli terhadap tingkat
dipedulikan; yang lebih dipedulikan adalah pendidikan tinggi. Semakin seseorang
berpendidikan tinggi, semakin pula ia

32
32
dimampukan untuk keluar dari bentuk- maupun tidak diterima, sehalus apa pun
bentuk ketertutupan hidup yang bentuknya sehingga dalam segala bidang
membelenggu. Pendidikan tinggi menjadi kehidupan kaum laki-laki menjadi pusat
modalitas jalan keluar. dan kaum perempuan dimarginalkan.
Peran pendidikan memungkinkan Sebagai budaya, patriarka menjadi tata
perubahan pola pikir masyarakat, terkhusus hidup yang dianut oleh kelompok
tentang kesetaraan gender. Kenyataan masyarakat tertentu.
membahasakan bahwa perlakuan tak adil Ide patriarkat merupakan suatu tahap
yang terjadi dalam zaman kemerdekaan ini perkembangan penting yang terdapat juga
disebabkan karena norma adat atau dalam teori sosial Marx, Engels dan Weber,
masyarakat bahkan kebiasaan yang melekat juga dalam teori psikoanalisis yang
kuat dari nenek moyang atau leluhur yang dikembangkan oleh Freud. Untuk
menempatkan suami pada posisi nomor perbandingan ditampilkan tulisan Engel
satu dalam keluarga, juga anak-anak laki- (1884) bahwa kepala rumah tangga yang
laki yang dilahirkan dalam perkawinan. bersifat patriarkat mengontrol dan
Dalam situasi seperti ini, cara pandang dan mengarahkan wanita sebagai penghasil
perilaku masyarakat akan dapat diubah keturunan. Engel melihat posisi soal
dengan mengenyam pendidikan bahkan wanita, tidak seperti laki-laki, telah
pendidikan tinggi karena dengan cakrawala dibentuk oleh sifat alamiah keadaan fisik
berpikir lebih luas, mereka tidak tetap mereka. Pemikiran Engel ini memberikan
tinggal dalam kerangka berpikir yang kerangka bagi para feminis Marxis untuk
sempit. Dengan kemampuan akademik mengritik patriarkat. Namun, dari sini
yang dimiliki, pribadi bersangkutan pantas terjadilah ketegangan terus menerus antara
dihargai karena memberi andil bagi aliran materialisme historis Marxis, yang
perkembangan masyarakat. Dalam kondisi bersikeras dengan pendapatnya bahwa
berubah ini, peran perempuan dapat perubahan hubungan antarkelas akan
semakin dilibatkan sampai pada tahap membebaskan wanita dari penindasan, dan
pengambilan keputusan. implikasi dari pertimbangan biologis
Engel, justru mengemukakan bahwa
Budaya Patriarkat kemungkinan pembebasan wanita itu tidak
Dalam ilmu-ilmu sosial, istilah akan terjadi.
kebudayaan sesungguhnya memiliki makna Dalam perdebatan ini, pertanyaan
bervariasi, yang sebagian dari antaranya yang selalu muncul adalah apakah
bersumber dari keragaman, model yang penindasan terhadap perempuan itu
mencoba menjelaskan hubungan antara bersifat natural ataukah universal.Karena
masyarakat, kebudayaan dan individu. perspektifnya lintas budaya, antropologi
Patriarkat, secara harfiah berarti senantiasa memiliki kritik atas asumsi
aturan dari pihak ayah, merupakan istilah bahwa hubungan antara pria dan wanita di
yang dipakai luas untuk berbagai mana pun sama. Akan tetapi baru pada
pengertian yang berbeda, yang mencoba tahun 1970-an disiplin ilmu ini mulai dilirik
mendeskripsikan atau menjelaskan kondisi oleh perspektif feminis (misalnya Ortner
superioritas laki-laki atas perempuan. 1974; Reiter 1974; Rosaldo dan Lamphere
Ringkasnya, patriarkat merupakan segala 1974) dan mulai mengubah fokusnya dari
bentuk dominasi terhadap perempuan, baik hubungan kekerabatan dekat ke arah
terwujud diskriminasi, ketidakadilan gender. Dengan memaparkan bukti-bukti

33
33
etnografis dari luar Eropa, para ahli adalah sebuah wawasan sosial yang berakar
antropologi semakin gencar memberikan dalam pengalaman kaum perempuan
pendapat bahwa perbedaan-perbedaan menyangkut diskriminasi dan penindasan
biologis antara pria dan wanita tidak harus oleh karena jenis kelamin, suatu gerakan
memperhitungkan, atau menjelaskan secara yang memperjuangkan pembebasan kaum
langsung banyaknya cara menguraikan perempuan dari semua bentuk seksisme dan
berbagai hubungan antar jenis kelamin. sebuah metode analisis ilmiah yang
digunakan pada hampir semua cabang ilmu.
Kesetaraan Gender dan Gerakan Feminisme mencakup semua hal tersebut
Feminisme namun serentak lebih dari semuanya,
Gender adalah pembagian peran karena ia merupakan sebuah sisi tilik yang
manusia pada maskulin dan feminin yang di mewarnai keseluruhan pengharapan, tekad
dalamnya terkandung peran dan sifat yang serta tindakan seseorang. Feminisme
dilekatkan oleh masyarakat kepada kaum mendapat beragam definisi yang luas, juga
perempuan dan laki-laki, dikonstruksikan yang sempit. “Seperangkat ide yang tertata
secara sosial ataupun kultural. Peran dan dan sekaligus suatu rencana aksi yang
sifat gender ini tidak bisa dipertukarkan, praktis yang berakar dalam kesadaran kritis
tidak bersifat permanen dan berbeda pada kaum perempuan tentang bagaimana suatu
daerah, kultur dan periode tertentu. Peran kebudayaan yang dikendalikan arti dan
perempuan dan laki-laki yang dikonstruksi tindakannya oleh kaum laki-laki demi
oleh kondisi sosial dan kultural inilah yang keuntungan mereka sendiri, menindas
bisa menimbulkan ketidakadilan gender kaum perempuan dan serentak
dalam bentuk marjinalisasi, subordinasi, merendahkan martabat kaum laki-laki
sterotip, diskriminasi, kekerasan, beban sebagai manusia” (Anne, 2002:28-29).
kerja ganda, dan ketidakproporsionalan. Definisi ini menyurahkan perhatian pada
Gender menjadi masalah bukan saja persoalan-persoalan kaum perempuan yang
kerena laki-laki menjajah perempuan atau bertalian dengan seksisme, klaim-klaim
sebaliknya, melainkan karena kesempatan terbuka dan kadang-kadang agak tidak
berperan tidak banyak dimiliki kaum kentara tentang kendali kaum laki-laki atas
perempuan. Kesempatan serta peluang diri perempuan berlandas pada anggapan
untuk peran-peran yang produktif kurang bahwa kaum laki-laki secara kodrati lebih
diberikan kepada kaum perempuan unggul dari kaum perempuan.
sedangkan laki-laki dibebani pekerjaan, Feminisme secara gamblang menolak
tugas, tanggung jawab yang terlalu berat determinisme biologis sebagai alasan
dan dituntut untuk lebih mampu dan lebih penentuan peran tertentu, entah kepada
kuat dalam banyak hal. Gender pun peremuan atau laki-laki. Feminisme
dipersoalkan bukan hanya karena teriakkan dikelompokkan dalam beberapa model.
minta tolong diperdengarkan dari Pertama, feminisme liberal yang
kelompok kaum perempuan melainkan menekankan hak-hak sipil, memandang
juga karena pembiasaan hidup secara turun hak kaum perempuan untuk secara bebas
temurun. mengambil keputusan atas kesehatan
Feminisme adalah sebuah fenomena seksual dan reproduktif mereka sebagai hak
mendunia yang punya banyak bentuk, dan privasi. Kedua, feminisme kultural yang
memaksudkan hal-hal yang berbeda untuk disebut juga “feminisme romantis” dan
orang-orang yang berbeda pula. Feminisme “feminisme reformasi”. Feminisme ini

34
34
menekankan keunggulan moral kaum konsekuensi dari perubahan adalah
perempuan atas kaum laki-laki, serta nilai- interupsi dari aktivitas yang telah
nilai yang secara tradisional dipertautkan berlangsung sebelumnya dan pengenalan
dengan kaum perempuan, seperti bela rasa, ketidakpastian terhadaap kontrol masa
pengasuhan serta pencipta kedamaian. depan.
Feminisme ini juga mengupayakan Peran pendidikan dalam gender
perbaikan masyarakat dengan menekankan terkait inteligensi, perlu diperjelas bahwa
berbagai sumbangsih yang ditunaikan oleh kecerdasan bukan monopoli laki-laki atau
kaum perempuan. Ketiga, feminisme khusus bagi perempuan, melainkan
radikal yang menekankan merajalelanya merupakan milik bersama. Karenanya,
dominasi kaum laki-laki, yang merupakan perilaku penididikan yang bijaksana adalah
akar dari semua masalah kemasyarakatan, memanfaatkan kepintaran perempuan
serta pentingnya “kebudayaan yang dalam bidangnya sebagaimana laki-laki
terpusat pada kaum perempuan”, yang memanfaatkan potensinya di bidang
dicirikan oleh pengasuhan, kedekatan tertentu pula. Tidak selamanya orang
kepada alam penciptaan dan bela rasa. cerdas dari dasar bawaan lahir disebabkan
Feminsme ini mengupayakan penghapusan oleh ia adalah laki-laki atau perempuan.
patriarkat dalam rangka membebaskan Bila ditelusuri, perbedaan yang
kaum perempuan dari kendali kaum laki- berkaitan dengan jenis kelamin tampaknya
laki di dalam setiap ranah kehidupan, terletak pada tiga aspek pokok, yaitu fisik,
termasuk kehidupan keluarga, Keempat, emosi dan kemampuan pikiran. Berkaitan
feminisme sosialis, yang menekankan dengan pikiran, tidak dapat diukurkan
dominasi kaum laki-laki berkulit putih di bahwa laki-laki lebih cerdas daripada
dalam perjuangan kelas ekonomi perempuan, atau sebaliknya perempuan
masyarakat kapitalis. Feminsme ini percaya lebih cerdas daripada laki-laki. Sudah
bahwa dominasi itu merupakan alasan atas terbukti bahwa laki-laki dan perempuan
pembagian kerja menurut jenis kelamin dan memiliki bakat-bakat yang tidak
ras, serta perendahan nilai kerja kaum dikhususkan hanya dimiliki oleh jenis
perempuan, khususnya kerja membesarkan kelamin tertentu.
anak-anak. Bagaimana pendidikan berperan
Feminisme ini berupaya diakhirinya mempengaruhi kesetaraan gender, tidak
ketergantungan ekonomi kaum perempuan hanya berkat informasi edukatif yang
pada kaum laki-laki, serta mencapai diterima oleh kaum perempuan dan laki-
reformasi sosial menyeluruh yang akan laki sebagai masyarakat sasar melainkan
mengakhiri pembagian kelas, dan pendidikan juga harus mempengaruhi para
menyanggupkan semua perempuan dan pemangku adat dan kepentingan, dalam diri
laki-laki agar memiliki peluang yang sama para tua adat dan pemuka masyarakat
untuk mencari nafkah dengan bekerja dan patriarkat.
terlibat secara aktif dalam peran sebagai Dengan pencapaian pendidikan
orang tua (Anne, 2002:41). menjadikan manusia pribadi berbudi luhur.
Ini merupakan basis andal bagi penataan
Pendidikan dan Kesetaraan Gender kehidupan masyarakat yang menyangkut
Ciri yang signifikan dari sejarah semua aspek kehidupan, yang bermuatan
kehidupan adalah penyesuaian yang nilai-nilai luhur yang bermuara pada empat
diperlukan oleh perubahan. Dua

35
35
faktor, yaitu kebenaran, kejujuran, Upaya-upaya untuk memecahkan
keadilan, dan kepastian. kontradiksi ini juga membuat beberapa
Perilaku orangtua dalam mendidik aliran feminis Marxis menolak penggunaan
sejak dini berkorelasi langsung dengan istilah patriarkat sepenuhnya. Struktur
sikap dan pribadi anak di masa mendatang. hubungan nilai-nilai patriarkat antargender
Dengan perlakuan mengutamakan kaum dan ketidaksejajaran gender menjadi
laki-laki sehingga perempuan yang paradigma bagi semua ketidakseimbangan
mendapat perlakuan atau nasib seperti itu sosial serta tidak bisa direduksi untuk
tidak merasa tertekan atau tertindas kasus-kasus lain. Meski merupakan suatu
walaupun kaum perempuan lain yang penjelasan sosial mengenai adanya
menyaksikannya, berontak karena penindasan gender, pandangan tentang
mengalaminya sebagai realitas yang tidak patriarkat ini juga cenderung menerima
adil. Dalam kondisi ini, peran gender dan saja perbedaan alamiah antara laki-laki dan
gerakan feminisme adalah lebih untuk perempuan karena fokusnya tertuju pada
menyadarkan kaum perempuan akan dikotomi gender yang antagonis.
keberadaan harkat dan martabatnya dan
memosisikan kaum laki-laki dalam peran Pendidikan dan Budaya Patriarkat
dan kedudukannya juga pada tempatnya. Peran pendidikan terhadap budaya
patriarkat mengusahakan kesejajaran antara
Budaya Patriarkat dan Kesetaraan gender dengan kaum pria kini sudah
Gender menjadi tuntutan dan kebutuhan kaum
Menurut Ensiklopedi Ilmu-ilmu wanita dan dengan begitu sesama
Sosial (Adam Kuper & Yessica Kuper), antarkaum gender saling berkompetisi
secara umum kebudayaan diartikan sebagai secara wajar, sehat dalam menempati posisi
kumpulan pengetahuan yang secara sosial tertentu yang mendapat pengakuan,
diwariskan dari satu generasi ke generasi penghargaan dan legitimasi di mata kaum
berikutnya. Bila dikaitkan dengan pria, bahkan legalitas regulatif atas posisi
patriarkat, pewarisan antargenerasi penerus dan peran kaum wanita. Untuk mencapai
yang dimaksud adalah bagaimana peran itu, kaum wanita benar-benar harus
dominasi kaum laki-laki dalam percaturan mengenyam pendidikan.
hidup. Taraf pendidikan yang dikenyam oleh
Munculnya kesadaran sebagian kecil masyarakat sangat ditentukan oleh budaya
anggota masyarakat, umumnya yang dianut, karena kebudayaan terdiri atas
dipengaruhi oleh beberapa hal, yakni taraf pandangan hidup, sikap, dan sistem dunia
pendidikan masyarakat mulai meningkat; dan kehidupan manusia. Kebudayaan
hidup berbaur menjadi realitas yang sulit diungkapkan, dihayati dan dibatinkan
dihindari, dan semakin mencuatnya melalui simbol-simbol dan upacara-
perjuangan dalam hal kesetaraan dan upacara sosial. Kebudayaan suatu
keadilan gender, baik perorangan, masyarakat dalam lingkungan tertentu
kelompok maupun masyarakat sebagai mengekspresikan kehidupan manusia di
kelompok organisasi. Aksi ini tentu sangat hadapan alam yang senantiasa mengalami
mempengaruhi perubahan pola tingkahlaku perubahan. Dalam perjalanan waktu ia
dan sikap untuk mengupayakan kesetaraan selalu dinamis bergerak menuju arah
dan keadilan tersebut. kemajuan adab, harkat dan martabat

36
36
kemanusiaan ke tingkat yang lebih tinggi macam usaha pengelompokan. Moltman
(Geertz, 1973). (1990:122), misalnya, mengelompokkan
Manusia, pemilik kebudayaan, itulah hak-hak asasi manusia sebagai berikut: (a)
yang menjadi agen perubahan dan hak-hak yang bersifat protektip, yakni hak
perkembangannya melalui aktivitas untuk hidup, kemerdekaan dan keamanan;
hariannya, dimungkinkan oleh tingkat dan (b) hak-hak yang menyangkut kebebasan
kadar pendidikan yang dimiliki. Dengan yakni hak kebebasan beragama,
pendidikan yang dimiliki, manusia menyatakan pendapat dan berserikat; (c)
disadarkan bahwa dirinya adalah agen hak-hak sosial, seperti hak untuk bekerja,
perubahan, meski acapkali ia dibatasi oleh makanan cukup, perumahan, dan lain-lain;
berbagai faktor seperti pelanggaran HAM, (d) hak-hak untuk berpartisipasi, yakni hak
pribadi-pribadi terasing dan tersaing akibat untuk menentukan dalam kehidupan
kondisi sosial kehidupannya sehingga ekonomi dan politik.
orang mencari makna dan kepenuhan Edith Stein mengemukakan
kehidupan dengan berbagai cara, dapat pendapatnya tentang perbedaan laki-laki
terjadi dalam bentuk kelompok-kelompok dan peremuan serta pendidikan perempuan
alami dan sukarela, pembagian rasial dan (Tinambunan, 2007:ii-iii). Ia membeberkan
etnis, diskriminasi. Orang acapkali mencari kodrat perempuan yang merupakan titik
jatidirinya dengan mengasingkan yang lain tolak untuk mengubah anggapan bahwa
dan menegaskan serta mempertahankan perempuan itu kelas dua. Bagi Stein,
jatidirinya yang tertutup, bahkan dengan sebaliknya perempuan malah lebih tinggi
kekerasan. derajatnya daripada laki-laki. Stein
Dengan studi manusia mengalami membeberkan hal mengenai kesetaraan dan
perkembangan dalam cara pandang kelebihan kaum perempuan itu pada
terhadap gender dan sebaliknya, dengan kesempatan ia membawakana ceramah
berbagai pikiran feminis telah memberi pada 30 Oktober 1932 di Aachen, Jerman
pengaruh penting dalam studi pendidikan kepada mahasiswa dari berbagai perguruan
terutama fokusnya pada pemilahan proses tinggi dengan judul “Perbedaan laki-laki
belajar dan penalaran berdasarkan gender. dan perempuan menurut Kodrat dan
Prespektif pendidikan sebagai pembebasan Rahmat”.
akan mengatasi persoalan ini dengan Di tempat lain, Stein menyelaraskan
terkipranya medan kebebasan dengan kaum laki-laki dan perempuan sebagai
muatan nilai-nilai pribadi dan sosial. konfirmasi terhadap Surat Paulus kepada
jemaat Efesus (5:22-33),
Hak-hak Asasi Manusia - Adil Gender “Posisi kaum laki-laki sebagai suami yang
Pada akhir sinode para Uskup, 1974, mengepalai keluarga tidak sama dengan
posisi Kristus sebagai kepala Gereja;
Paus Paulus VI menyampaikan pesan alasannya karena Kristus adalah pencipta dan
mengenai hak-hak asasi manusia dan suami adalah ciptaan; Kristus menganugerahi
perdamaian. Menurut Paus, hak-hak asasi talenta dan sedangkan suami hanya
manusia dibedakan seperti berikut: (a) hak memilikinya. Oleh sebab itu tugas suami
atas hidup, (b) hak atas makanan, (c) hak- adalah mengarahkan keluarga menjadi
bagian dari tubuh mistik Kristus sehingga
hak sosio-ekonomis, (d) hak-hak politis dan setiap orang dapat mengembangkan talenta
kultural (e) hak atas kebebasan beragama. yang dimiliki untuk keselamatan masing-
Keluasan cakupan hak-hal azasi itu masing anggota dan orang lain”
memang telah menampilkan bermacam- (Tinambunan, 2007:48).

37
37
Mengenai pendidikan kaum tinggal di sana. Selain mengajar, Athiyah
perempuan, Stein membedakannya dengan termasuk seorang penulis produktif dengan
dua sasaran, yaitu pendidikan akan karya sebanyak 51 judul. Athiyah termasuk
memampukan kaum perempuan untuk kelompok feminis sosialis, yaitu gerakan
melaksanakan kewajibannya sebagai istri yang menyatukan dirinya dengan gerakan
dan ibu dari anak-anak dalam kodrat dan di emansipasi masyarakat luas yang bercita-
atas kodrat, yaitu Kerajaan Allah. Untuk cita mewujudkan sistem politik, ekonomi,
mencapai sasaran ini, sangat tergantung maupun kebudayaan, tidak hanya bagi
dari muatan materi yang dibelajarkan, kaum perempuan.
sehingga dapat membentuk perkembangan Ide dasar dari Athiyah adalah tentang
jiwa dan kemampuan untuk mengatasi kemanusiaan, persamaan, demokrasi,
rintangan yang dihadapi dalam proses kebebasan, dan keadilan. Dari ide dasar
pembentukan diri. Stein juga menekankan tersebut Athiyah mengembangkan
pentingnya penataan emosi bagi kaum pemahamannya tentang pendidikan
perempuan, perempuan. Athiyah menolak budaya
patriarkat, karena itu, memertegas
“Emosi harus ditanggapi secara rasisonal. pendapatnya tersebut ia mengatakan bahwa
Oleh sebab itu perempuan membutuhkan
pendidikan untuk membedakan perasaan kaum perempuan dan laki adalah sama
yanga sesungguhnya dan perbedaan yang derajatnya di hadapan Allah; oleh
muncul dari realitas lingkungan jiwa; kalau karenanya dalam pengaturan rumah tangga
perempuan tidak bisa melaksanakannya, itu dan berbagai peran sosial politik, tidaklah
berarti pendidikan perempuan tidak bijaksana jika didominasi oleh laki-laki.
menyentuh pemikirannya (Tinambunan, Berkenaan dengan inteligensi, menurut
2007:74-75). Athiyah, kecerdasan bukan monopoli laki-
laki atau khusus bagi perempuan,
Pandangan ini dimaksudkan bahwa melainkan merupakan milik bersama.
bukan hak-hak hidup kaum perempuan Karenanya, perilaku pendidikan yang
yang menimbulkan ketidakadilan; bukan bijaksana adalah memanfaatkan kepintaran
pula akibat dari perbedaan biologis; perempuan dalam bidangnya sebagaimana
melainkan lebih karena ideologi laki-laki memanfaatkan potensinya di
(konstruksi sosial) gender. bidang tertentu pula. Tidak dapat disangkal
Dari sudut pandang lain, bahwa semakin tinggi pendidikan, akan
ketidakadilan bukanlah akibat dari semakin tinggi rasa optimis dan semakin
perbedaan biologis, melainkan lebih karena berani untuk bersaing mengemban tugas-
ideologi (konstruksi sosial) gender. Oleh tugas baru yang menantang. Kenyataan ini
karenanya analisis gender diperlukan untuk menandakan bahwa terjadi peningkatan
memahami posisi kaum perempuan yaitu peran perempuan disebabkan oleh
dengan ide dasar Athiyah. Atiyah adalah keberhasilan pendidikan (Roqib, 2002:
seorang sarjana dari Akster dan London, 27,73). Dari segi tanggung jawab sosial,
Inggris, yang telah lama berkecimpung Athiyah berpendapat bahwa tidak ada
dalam dunia pendidikan di Mesir, pusat salahnya diberi pendidikan kepada kaum
ilmu pengetahuan Islam, dan terakhir perempuan yang memungkinkan ia
sebagai guru besar pada fakultas Darul mencari kehidupan dan mandiri di bidang
Ulum, Cairo University. Darul Ulum ekonomi, baik saat kritis maupun ditinggal
sekolah Mesir maupun bangsa Eropa yang mati suaminya (Roqib, 2002:93).

38
38
PEMBAHASAN menjadi sumber pencemaran diri dan nama
Ada beberapa pokok pikiran yang baik perempuan itu. Keberpihakan Yesus
dapat dikemukakan berkaitan dengan pada perempuan itu membuka tirani
pembahasan ini, yakni: perhambaan yang ditangungnya sebagai
Pertama, memijak kenyataan zaman wanita pendosa. Dalam kisah lain, Yesus
sekarang, perspektip adil gender masih bertindak membebaskan perempuan dari
harus dipertajam dan terfokus agar dapat ancaman hukuman mati dirajam setelah
sampai pada praksis. Maka pendasaran dirinya dimangsa, diperdaya oleh kaum
Kitab Suci perlu mendapat tempat untuk laki-laki, dan kemudian menuntut hukuman
dimengerti secara benar dan pada porsi mati atasnya. Dengan sikap dan cara
maksimal. Dalam Kitab Suci ditemukan bertindakNya, Yesus membongkar budaya
ungkapan mengenai manusia sebagai citra patriarkat, membongkar dominasi dan
Allah (imago Dei). Citra Allah selayaknya penindasan terhadap perempuan. Yang
tidak hanya dipahami secara personal, dilawan bukanlah kaum laki-laki
yakni panggilan pribadi untuk hidup akrab melainkan sistem dan struktur patriarkat
dengan Allah, tetapi juga secara sosial, laki- yang berlaku.
laki dan perempuan sebagai ciptaan Kedua, nilai-nilai Injil yang
sederajat, sebagai gambar Allah, diwartakan dalam situasi rawan gender
“…Menurut gambar Allah diciptakanNya adalah bagaimana menampilkan identitas
dia, laki-laki dan perempuan, Allah yang tidak memonopoli salah satu
diciptakanNya mereka“ (Kej 1:27b). Dalam identitas manusia, entah sebagai laki-laki
kitab Kidung Agung, perempuan atau perempuan saja, sebagaimana tampak
ditempatkan pada posisinya yang dalam cara bertindak Yesus. Pewarisan
menentukan. Peranan perempuan kerasulan dari tangan Yesus kepada para
diperlihatkan sebagai yang memrakarsai rasul, perlu dilihat sebagai realitas Gereja
cinta, menikmati dan menginginkan yang terbentuk dari pengalaman Paskah.
kebutuhan erotis secara wajar (Kid 8:5). Kelompok para rasul adalah Gereja. Gereja
Perempuan tidak lagi harus menjadi pihak adalah semua orang yang beriman akan
yang terhukum atau disanjung-sanjung Kristus: laki-laki dan perempuan. Maka
karena seksualitas mereka. keterlibatan kaum perempuan dalam
Level paralel laki-laki dan perempuan membangun Gereja, seharusnya mendapat
yang sejak semula telah dipaparkan dalam ruang yang tidak dibedakan dari kaum laki-
kisah penciptaan dan ditampakkan pula laki.
dalam pentas peranan perempuan lain Penjelmaan, Allah menjadi manusia
dalam kisah Perjanjian Pertama (Ester, dalam diri Yesus Kristus menandakan dan
Debora, Yudit, dll.), dimanifestasikan oleh mendasari terintegrasinya nilai-nilai
Yesus melalui kisah-kisah tertentu dalam kesejajaran manusia dengan sesamanya
karya dan cara bertindakNya. Yesus dalam hal ini perempuan dan laki-laki.
mengampuni perempuan yang datang Tidaklah cukup memahami kesejajaran
menangisi dosanya, mengusapi kaki Yesus perempuan – laki-laki atas dasar penciptaan
dengan minyak wangi (Yoh 12: 1-8) yang perempuan dari rusuk Adam. Bukan soal
dipandang hina oleh kaum laki-laki sebagai rusuk yang berasal dari bagian tubuh yang
seorang pelacur. Yesus bertindak menunjukkan kesejajaran, melainkan
membebaskan perempuan itu dari ancaman persoalannya terletak pada dari mana atau
tuduhan kaum laki-laki yang sebetulnya dari siapa rusuk itu berasal. Asal rusuk dari

39
39
Adam memberi iklim untuk suatu kondisi karyaNya, bahkan kenyataan inkarnasi
ketergantungan asali dari kaum perempuan. menjadi titik tolak perspektif adil gender
Kenyataan ini tidak melahirkan dimaksud. Murid yang dikumpulkannya
kemerdekaan pribadi bagi perempuan. dalam kelompok besar (72 orang) dan
Demikianlah pendapat aliran feminisme kelompok lebih kecil (12 orang) adalah
jaman ini yang dapat dibaca dalam banyak suatu komunitas yang melambangkan
buku dan artikel. eksistensi Gereja. Gereja beranggotakan
Ketiga, dalam Perjanjian Baru pun perempuan dan laki-laki. Maka dalam
ternyata ditemukan sekian kadar signal pemuridan, tidak dibedakan antara laki-laki
ketidakadilan antara perempuan dan laki- dan perempuan. Di tempat lain, pernyataan
laki. Perikop-perikop tertentu dalam pengakuan sekaligus pemakluman diri
Perjanjian Baru, seperti dalam 1 Kor, sama Yesus adalah Mesias yang dinantikan,
seperti dalam semua Jemaat orang-orang terungkap dari mulut Petrus dan Martha
kudus, perempuan-perempuan harus (Yoh 11:27; Mat 16:16).
berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan Perjanjian Baru memberi banyak
Jemaat sebab mereka tidak diperbolehkan bukti bahwa ada perempuan yang
untuk berbicara. Mereka harus bernubuat (1 Kor 11:5; Kis 21:9). Kaum
menundukkan diri, seperti yang dikatakan perempuan ambil bagian di dalam
juga oleh hukum Taurat. Jika mereka ingin pelayanan Yesus, nyata jelas dalam Kisah
mengetahui sesuatu, baiklah mereka Injil tentang perempuan-perempuan yang
menanyakannya kepada suaminya di melayani Yesus, meski tidak dikisahkan
rumah. Sebab tidak sopan bagi perempuan dengan terang dan panjang.
untuk berbicara dalam pertemuan Jemaat“ Perempuan-perempuan itu adalah pertama,
(1 Kor 14:34-35). Perempuan dibatasi Maria, Ibu Yesus. Maria adalah orang
ruang geraknya, bahwa perempuan pertama yang percaya kepada Yesus
memperoleh keselamatan karena ia Kristus, yang pertama menjadi murid
melahirkan anak dan bersikap hidup Kristus dan yang pertama mengomunika-
sederhana (1 Tim 2:15). Pembatasan- sikan Yesus Kristus kepada dunia. Maria
pembatasan ini bertentangan dengan apa berperan dalam pewartaan pertama sebagai
yang dikatakan dalam Gal 3:28, bahwa seorang perempuan dalam mana dengan
pembaptisan menghilangkan segala kekuatan Rohkudus Yesus dilahirkan.
perbedaan antara manusia. Pembaptisan Maria adalah yang pertama menerina
membuat seorang melihat dirinya sama pewartaan dari Kritus dan juga yang
dengan orang lain dalam kesetaraan. pertama mengomunikasikanNya kepada
Kesetaraan itu tidak berarti perempuan dan orang lain. Maria telah berpartisipasi dalam
laki-laki sama. Keduanya berbeda namun pewartaan dan dalam pengajaran iman pada
perbedaan sebagai diskriminasi perlu Gereja perdana sebagaimana yang
ditolak. Bahasa yang digunakan Paulus, ditampilkan dalam tulisan Bapa-bapa
“tidak ada laki-laki atau perempuan“ Gereja, “Dengan ketaatannya Maria telah
(Anne, 2002:130). Berkat Yesus Kristus menyelamatkan dirinya dan seluruh umat.
laki-laki dan perempuan mengalami Ketidaktaatan Hawa telah ditebus dengan
kesatuan dan kesetaraan di dalam Dia. iman Maria.
Interpretasi kesatuan dan kesetaraan ini Kedua, kaum perempuan yang
dapat ditemukan dalam sikap Yesus yang mendukung karya pewartaan Yesus seperti
melibatkan perempuan dalam hidup dan dikisahkan dalam Injil Lukas bab 8:1-3

40
40
merupakan gambaran keberpihakan Yesus Maria Magdalena, oleh karena
terhadap kaum perempuan pada zamanNya. berbagai tafsiran patriarkat atas Luk 7:36-
Mereka adalah Zusana; Maria Salome: 50 dan 8:2, seringkali diserupakan dengan
Maria istri Kusa, Maria istri Klopas. seorang pelacur yang bertobat, yang
Aktivitas kaum perempuan ini mengarahkan kembali kepada Yesus
menggambarkan suatu aksi kontras dengan “cinta” yang sebelumnya ia hamburkan
kaum perempuan yang meratapi sengsara kepada para pelanggan yang mau
Yesus di jalan salibNya. Starta sosial membayarnya. Para cendekian feminis
bangsa Yahudi yang tidak memerhitungkan ketika menerapkan hermeneutika
kaum perempuan sebagai bagian penting kecurigaan terhadap tradisi Magdalena
dari pergerakan kemajuan agama, budaya yang menaruh perhatian pada lancungnya
dan hidup sosial kemasyarakatan, mereka logika yang menggambarkan Maria
itu pada gilirannya diakomodasi oleh Magdalena sebagai seorang pelacur.
Yesus, dan dilibatkan dalam pergerakan Magdalena dilihat sebagai prototipe
karya perutusan bersama para murridNya. perempuan berdosa dan padanan yang
Keberpihakan Yesus ini menjadi suatu sebanding dari Perjanjian Baru tentang
pengalaman kelahiran baru bagi kaum Hawa yang bergelimang dosa itu, Maria
perempuan tesebut. Sesuatu yang tidak Magdalena cenderung membedakannya
pernah mereka lihat dan rasakan sebelum dari perempuan yang dibebaskan oleh
itu. Mereka memiliki pengalaman baru: Yesus dari ketujuh roh jahat. Maria
pengalaman perjumpaan dengan Yesus Magdalena, perempuan yang diutus
sebagai pribadi yang mengangkat harkat mewartakan kabar baik tentang
dan martabat mereka; seorang figur kebangkitan Yesus kepada para
pemrakarsa emansipasi kaum perempuan di pengikutNya, jauh lebih tepat dikenang
tengah hingar-bingarnya hasrat kuasa kaum sebagai “rasul para rasul’ - dalam kemitraan
Farisi dan ahli-ahli taurat; pada penguasa dengan Yesus mewartakan iman Paskah
Romawi yang hauskan kuasa patriarkat; daripada seorang pelacur yang bertobat
dan di tengah maraknya perjuangan (Anne, 2002: 133-144).
pencarian jatidiri siapakah “Israel Sejati” Misi yang diemban Maria Magdalena
itu di kalangan Yudaisme. merupakan suatu awal kenyataan yang
Ketiga, Maria Magdalena. menyingkap tabir misteri kehidupan
Perempuan-perempuan yang melayani eskatologis sebagaimana diwartakan Yesus
Yesus dalam Injil lebih disebutkan seorang tentang Kerajaan Allah. Warta Maria
Maria dari kota Magdala. Dalam tradisi Magdalena tentang kenyataan kubur
Markus, Maria Magdalena adalah orang kosong yang mengagakan kenyataan
pertama yang melihat Yesus yang bangkit. bahwa Yang Hidup, tak didapati antara
Dalam Injil Yohanes dikisahkan bahwa ia orang-orang mati, “Mengapa kamu mencari
pergi sendirian ke makam Yesus pada hari Dia yang hidup di antara orang mati?” (Luk
Paskah. Ia bukanorang pertama yang 24:5b). Maria Magdalena, utusan yang
menyaksikan kubur kosong, melainkan menjalankan misi Yesus dengan sukacita
juga orang pertama yang menyaksikan karena peristiwa iman yang dialaminya,
penampakan Yesus yang bangkit dan perjumpaan dengan Yang bangkit. Seorang
mendapat perintah untuk mewartakan utusan yang mendahului para rasul
kepada para murid yang lain kabar gembira menyaksikan misteri kebangkitan, yang
tenang kebangkitanNya (Yoh 20 :1-18). mengandilkan Paulus dalam mengukuhkan

41
41
warta tentang kebangkitan itu dalam dan perdamaian. Dalam talian pergerakan
suratnya kepada Jemaat Kolose, yang penyamaan hak-hak hidup ini, semenjak
menjadi dasar pijak Gereja “Jika Kristus roh feminisme muncul sejak abad terakhir,
tidak bangkit maka sia-sialah kepercayaan nampak bahwa kaum perempuan sedang
kamu Mengapa” (1 Kor 15:17). mengafirmasi bahasa-bahasa baru, dan
Maria menyadari dirinya, semula nilai-nilai baru dari simbol-simbol. Mereka
sebagai kubur yang dijejali oleh kehidupan sedang menemukan bukan hanya
yang serba bebas dan menggairahkan. Dari pemahaman antropologi dan teologi tetapi
kubur itu, Yesus telah menariknya keluar merka pun membangun suatu dunia bagi
dan ia mengalami kehidupan baru dalam semua manusia untuk hidup bersama dalam
disposisi batin yang lepas bebas yaitu cara-cara baru.
kebebasan yang sesungguhnya; kebebasan Ketiga, di satu sisi, kaum perempuan
yang berbeda dengan yang dijalani selama menghadirkan suatu penampakan kekuatan
waktu sebelum ia berjumpa dengan Yesus. baru, sementara di sisi lain, Gereja-gereja
menghasilkan kekuatan tradisi patriarkat
PENUTUP yang banyak memerlihatkan sebagai
Ada beberapa kesimpulan yang dapat sesuatu yang tidak berubah meskipun tidak
dikemukakan. bergitu mudah, namun tetap menjadi
Pertama, realitas gender dalam harapan bahwa akan muncul pertalian
sejarah zaman dari periode ke periode telah persaudaraan yang baru oleh kaum
memerlihatkan baik perbedaan maupun perempuan dan laki-laki dan dari
kemajuannya; dinamika pergerakannya. persaudaraan ini akan berlanjut pada
Melalui ilmu pengetahuan dan penelitian kehidupan generasi yang kemudian.
para cendekia, gagasan dan pemahaman Keempat, dalam menanggapai
yang berpijak pada kenyataan hidup telah fraternitas dan harmoni, kaum perempuan
meminta pertanggungjawaban manusia dan kaum laki-laki diundang untuk
terhadap hak-hak hidup yang telah mendukung satu sama lain guna
digariskan oleh Allah Sang Pencipta. merefleksikan panggilan hidup mereka
Kedua, keberperanan kaum untuk membangun sebuah komunitas yang
perempuan sebagai hasil dari proses juga adalah keluarga, komunitas iman dan
emansipasi yang telah mengambil tempat sosietas. Di sini pun komunitas Trinitas
secara khusus dalam beberapa dekade dapat membantu kita untuk memahami
terakhir telah menitikberatkan pada suatu egalitas antara kaum laki-laki dan kaum
relasi buadaya baru antara kaum perempuan. Trinitas dipahami dalam term
perempuan dan laki-laki. Pada manusia sebagai suatu komunitas atas
tempatnyalah kita diundang untuk pribadi awam, fondasi untuk suatu sosietas,
membangun suatu komunitas masyarakat saudara-saudara dan saudari-saudari dari
yang sederajat tetapi berbeda dalam egalitas dalam mana dialog dan konsensus
gambaran kerja sama antara pribadi dan merupakan konsistuante basis dari hidup
Trinitas. Ini akan menjadi relasi yang bersama dunia dan Gereja (Cahill,
sejajar, bebes dan yang bekerja sama Irarrazaval and Wainwright, 40-41).
menuju communion, inkarnasi dalam hidup Kelima, tingkat pendidikan
sosial yang baru dan nilai mutual memungkinkan kaum perempuan
communio, inkarnasi dalam solidaritas menyadari kemartabatannya di hadapan
baru, mulai dari mutual resiprokal, unitas kaum laki-laki. Persoalannya adalah, tidak

42
42
semua perempuan menyadari bahwa Kerlinger. F. N. 2000. Asas-Asas
dirinya didiskriminasi. Mereka merasa Penelitian Behavioral. Yogyakarta:
mapan dengan kondisi ketertindasan yang Gadjah Mada University Press.
dialaminya sebagai hukum kodrat bagi
seorang perempuan. Kesulitan dalam Kṻng, Hans. 2001. Women in Christianity,
menyadarkan kaum perempuan yang ada (translate by John Bowden), Lexington
dalam kelompok ini, diatasi dengan Avenue: New York.
penerapan pendidikan dan pemberian
kesempatan secara umum tanpa muatan Moh. R. M. A. 2003. Pendidikan
motivasi pembebesan kaum perempuan Perempuan. Yogyakarta: Gama Media.
dari ketidakadilan gender. Karena
pendidikan pada hakikatnya berefek Priyatna, Aquarini. 1998. Feminst Thought.
mengubah, membarui, meningkatkan ke Pengantar Paling Komprehensif
arah kebaikan dan pembebasan. kepada Arus Utama Pemikirian
Feminis (terjemahan dari: Rosemarie
Putnam Tong, A More A
DAFTAR PUSTAKA Comprehensive Introduction, Secon,
Adam. K. & Jessica. K. 2000. Ensiklopedi Westview Press: Colorado).
Ilmu-Ilmu Sosial Seri 2. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada. Roqib, Moh. 2002. Pendidikan Perempuan,
Gama Media dan Stain Press:
Budi. H. 2003. Teologi Pendidikan Purwokerto.
Pembebasan. Yogyakarta: Kanisius.
Sanga. F. & Fernandez I. Y. & Tifaona. A.
Clifford. A. M. 2002. Memperkenalkan E. & Hayon. S. Y. & Keban. Y. 2007.
Teologi Feminis. Maumere-Flores: Etika dan Moralitas Publik. Larantuka:
Ledalero. Yayasan Cinta Kasih.

Dillistone F.W. 2002. The Power Of Tinambunan, Edison R.L. 2007.


Simbol. Yogyakarta: Kanisius. Perempuan menurut Edith Stein
Dioma: Malang.
Fernandez. C. 2005. Meneropong
Pendidikan SDM Handal. Kupang: Gita
kasih.

Kelen, B., Aloysisus. 2000. Gender dalam


Presepsi Budaya Lamaholot, Ende:
Nusa Indah.

------- 2011. Gender Sebuah Pendekatan


Feminisme Antropologi, Nusa Indah:
Ende.

43
43

Anda mungkin juga menyukai