Anda di halaman 1dari 5

Tatalaksana nutrisi pada luka bakar

Penderita luka bakar membutuhkan kebutuhan kaloriyang berbeda dengan orang


normal. Hal ini disebabkan karena umumnya penderita luka bakar dihadapkan pada
permasalahan khusus yang merupakan karakteristik luka bakar sesuai dengan fase
yang ialaminya.
Fase akut, sejalan dengan upaya mengatasi sejalan dengan upaya mengatasi
dampak hipoperfusi splang nikus yang diikuti terjadinya disrupsi mukosa usus,
Nutrisi Enteral Dini (NED) adalah tindakan preventif yang menjadi acuan. Penerapan
NED bertujuan gut feeding yang terbukti mencegah terjadinya atrofi vili-vili
mukosa. Pemberianya mulai dalam delapan jam pasca trauma, dengan dosis kecil
dan terus ditingkakan secra bertahap.
Fase berikutnya, saat stabilitas hemodinamik tercapai, penderita mengalami konsisi
hipermetabolik (Hiperkatabolik). Beberapa kondisi dibawah ini berpengaruh dan
memeperberat kondisi hipermetabolik yang sudah ada.
1. Status gizi penderita, massa bebas lemak, umur, jenis kelamin dan luas
permukaan tubuh.
2. Riwayat penyakit sebelumnya seperti diabetes militus, penyakit hati berat,
penyakit ginjal dan lain lain.
3. Luas dan kedalaman luka.
4. Suhu dan kelembaban ruangan.
5. Nyeri dan kecemasan
6. Aktivitas fisik
7. Penggunaan obat obatan tertentu
8. Prosedur yang dilakukan
a. Fisioterapi
b. Pembedahan
c. Penggantian balutan.
Metode untuk menentukan kebutuhan kalori basal penderita
1. Indirect calorimetry
Metode yang paling ideal dengan mengukur kebutuhan kalori secara
langsung.penghitungan kebutuhan kalori menggunakan alat ini telah
diperhitungkan faktor-faktor yang berpengaruh, misalnya berat badan, jenis
kelamin, luas luka bakar, luas permukaan tubuh adanya infeksi dll.untuk
menghitung kalori total ditambakan faktor stresss sebesar 20-30 %.
2. Menggunakan perhitungan
Dikarenakan tidak semua rumahsakit memiliki alat indirect calorimeter maka
dapat menggunakan ekuasi matematika untuk dapat menentukan kebutuhan
kalori diantaranya :
a. Harris benedict
Perhitungan yang lazim digunakan untuk menentukan kalori basal.
Pria

: 66 + (13.7 x BB) + (5 x TB) (6.8 x U) x AF x FS

Wanita

: 665 + (9.6 x BB) + (1.8 x TB) (4.7 x U) x AF x FS

Ket :
BB
TB
U
AF
FS

:
:
:
:
:

Berat Badan
Tinggi badan
Usia
Aktivitas Fisik
Faktor Stress

b. Rule of Thumb
Merupakan suatu metode perhitungan yang praktis. Penerapanya
menghindari kemungkinan overfeeding.
Kebutuhan Kaloi = 25 30 kal/kgBB

Jalur pemberian nutrisi


Penatalaksanaan nutrisi penderita luka bakar dapat dilakukan dengan beberapa
metoda yaitu : oral, enteral dan parenteral.
1. Pemberian makanan peroral
Pemberian melalui oral dapat diberikan bila penderita kooperatif (sadar) dan
dapat menghabiskan porsi makanan.
2. Pemberian Enteral
Pada penderita yang tidak kooperatif atau tidak mungkin memperoleh asupan
makanan melalui oral (missal pada fase akut)
Fase akut, pasca syok, untuk program gut feeding sebagai upaya
menjaga integritas mukosa
Fase selanjutnya, untuk menjamin asupan kebutuhan kalori.
Prinsip yang dianut saat ini adalah pemberian nutrisi melalui enteral
diutamakan karena bersifat lebih fisiologik dan mengacu pada disfungsi
saluran cernayang berperan sebagai motor MODS.
Pemberian nutrisi Enteral
Pemberian Nutrisi Enteral adalah pemberian nutrisi menggunakan pipa ke
saluran cerna (tube feeding) sehingga langsung dapat dicerna maupun
melalui proses digesti sebelumnya.
Pemberian Nutrisi
diantaranya :

Enteral

dapa

dilakukan

melalui

beberapa

cara

1. Pipa Nasogastrik / Nasogastric Tube (NGT)


Merupakan jalur yang paling sering digunakan sebagai sarana tube
feeding.pemasangannya amat mudah dan relative aman. Pemilihan pipa
untuk tujuan Feeding, didasari pada kebutuhan praktis dan dikaitkan dengan
kenyamanan penderita serta komplikasi yang mungkin timbul. Diameter pipa
terkecil yang digunakan berukuran 12 Fr; dengan pipa ukuran ini, nutriens
dengan osmolaritas sedang dapat mengalir tanpa hambatan.

Komplikasi yang mungkin terjadi :

Penekanan mukosa terutama di lubang hidung, mulai dari iskemi jaringan


sampai nekrosis
Gangguan reftlek enelan yang meningkatkan kemungkinan tersedak dan
timbulnya aspirasi.

Catatan pemberian dengan nasogastric adalah pemasangan pipa ini bukan


hal yang fisiologik sehingga menurunya reflek menelan.
2. Nasoduodenal dan post-pyloric
Pemasangan untuk kasus perdarahan di lambung, ujung pipa diletakan di
duodenum.pemasangananya dilakukan dengan 1. Melalui gastrotomy terbuka
atau 2. Menggunakan pipa khussus. Atau 3. Dengan bantuan endoskopi.
3. Gastrotomi
Gastrotomi terbuka konvensional
Merupakan metode operatif untuk memasang akses keg aster dilakukan
dengan melakukan sayatan pada kulit membuka lapisan dinding abdomen
dan membuat stoma pada gaster.

Gastotomi Perkutan

Gastronomi
banyak
digunakan
karena
kepraktisanya,
meskipun
pemasangany amemerlukan prosedur endoskopi. Alatnya dikenal dengan
sebutan percutaneous Endoscopic cGastronomy.

Jejunostomi

Akses pemberian nutrisi melalui gastrotomi dan jejunostomi diterapkan pada


kasus luka bakar dengan trauma inhalasi dan trauma pada daerah oo-faring.
3. Nutrisi Parenteral
Pemberian Nutrisi dengan Parenteral diberikan bila tidak memungkinkan
kembali diberikan nutrisi dengan cara enteral. Pemberian nutrisi parenteral
perlu diperhatikan kelengkapan komposisi zat gizi dan osmoralitas caian yang
akan diberikan.

Nutrisi Dini
Nutrisi Dinii (ND) adalah pemberian nutrisi baik oral,enteral maupun parenteral
sesgera mungkin setelah terjadinya trauma.
Penelitian enelitian menunjukan waktu inisiasi pemberian nutrisi dini pada penderita
luka bakar memnunjukan waktu yang bervatiasi yaitu waktu 4 sampai 48 jam pasca
trauma. Pengalaman di RSCM menunjukan bahwa pemberian dalam waktu delapan
jam pasca trauma menunjukan hasil yang baik (yafta moenadjat,2009)
Komposisi Nutrien

Karbohidrat
Kondisis yang dijumpai pada penderita luka bakar berat adalah hiperglikemi.
Pemberian karbohidrat dan asam amino dalam hal ini bertujuan untuk menstimulasi
anaerobic hormone insulindianjurkan untuk diberikan sebagai usaha melindungi
penguraian protein dan cadangan glikogen hati.
Pemberian insulin direkomendasikan bila kadar glukosa >180mg/dL
Anjuran pemberian karbohidrat pada fase akut adalah 30 50 % dari kalori total
atau tidak melebihi 5 mg/KgBB/menit
Protein
Pada luka bakar katabolisme protein terjadi begitu cepat. Pada fase akut asam
amino akan dijadikan sumber energy.
Jumlah protein yang dibutuhkan dipengaruhi oleh bebrapa hal diantaranya:
1. Derajat kerusakan jaringan
2. eksresi nitrogen melalui urin dan eksudat luka
3. kemampuan hati dalam mensintesis protein
4. adekuasi terapi nutria.
Pada luka bakar berat direkomendasikan pemberian protein sebesar 23 25 % dari
kalori total dengan perbandingan kalori : nitrogen *0 ; 1 atau 2,5 4 gram
protein/KgBB.perlu diperhatikan pula jenis protein yang diberikan ke pasien.
Lipid
Pemberian lidpid bertujuan untuk memenuhi kebtuhan energy; pemberianya
memeperkecil katabolisme endogen.lipid akan menyediakan kalori tanpa disertai
peningkatan osmolaritas.
Rekomendasi pemberian lipid pada kasus trauma adalah 5%-15% dari total kalori.
Suplementasi mikronutrien
Mikronutrien diperlukan sebagai konzim dan kofaktor untuk berlangsungnya proses
fisiologis di dalam sel, metabolism maro nutrient dan energy.dengan meningkatnya
kebutuhan energy dikarenakan karena luka maka mikro nutrient ini pasti sangat
diperlukan untuk membantu proses penyediaan energy yang hilang.
Vitamin berpotensi mensintesis protein, memperbaiki fungsi imunitas, dan berperan
sebagai antioksidan, juga dibutuhkan pada proses penyembuhan luka.
Mineral sangat penting sekali dalam fungsi imunitas, antioksidan dan penyembuhan
uka.
Pada penderita luka bakar kebutuhan vitamin dan mineral meningkat beberapakali
diatas angka kebutuhan gizi.

Anda mungkin juga menyukai