Disusun Oleh :
Widati Hikmatul Fitri G99162117
Pembimbing :
Septian Adi Permana dr., Sp.An., M.Kes
Diet stroke adalah diet khusus yang diberikan kepada pasien stroke, ada empat macam
yaitu diet stroke I, IIA, IIB dan IIC. (Royal College of Physicians, 2008)
Tahap Diet Stroke
Diet stroke terdiri dari diet stroke I, IIa, IIb, dan IIc. Dalam diet stroke ada beberapa
makanan yang dianjurkan dan ada juga yang tidak dianjurkan (Tabel I). Diet stroke
I diberikan kepada pasien dalam fase akut atau bila ada ganggguan fungsi menelan.
Oleh karena itu diet stroke I berupa makanan yang lebih mudah ditelan yaitu
makanan diberikan dalam bentuk cair kental atau kombinasi cair jernih dan cair
kental yang diberikan peroral atau enteral melalui NGT (Naso Gastic Tube) sesuai
dengan keadaan penyakit. Berbeda halnya dengan diet stroke II, diet stroke II
diberikan kepada pasien pada fase pemulihan atau sebagai makanan perpindahan
dari diet stroke I. bentuk makanan diet stroke II dapat berupa kombinasi cair jernih,
cair kental, saring, lunak, dan biasa. Pemberian diet pada pasien stroke disesuaikan
dengan penyakit penyertanya. Diet Stroke II dibagi menjadi diet stroke IIa, IIb, dan
IIc.
a. Diet Stroke I
Diet stroke I memiliki bahan makanan tersendiri (Tabel 2) dimana masing-
masing bahan makanan pada diet stroke tipe I memiliki nilai gizi tersendiri
untuk diberikan pada pasien stroke.
b. Diet Stroke II
Diet stroke II dibagi dalam tiga tahap, yaitu diet stroke II A berupa makanan
cair dan bubur saring (1700 kkal), diet stroke II B berupa makanan lunak (1900
kkal) dan diet stroke II C berupa makanan biasa (2100 kkal).
Tabel 4. Bahan Makanan untuk Makanan Biasa dalam Sehari pada Diet Stroke
I.
a. Nutrisi enteral paling lambat sudah harus diberikan dalam 48 jam, nutrisi oral
hanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi menelan baik.
b. Bila terdapat gangguan menelan atau kesadaran menurun, makanan, nutrisi
diberikan melalui pipa nasogastrik.
c. Pada keadaan akut, kebutuhan kalori sebesar 25-30 kal/kgBB/hari dengan
komposisi :
Karbohidrat 30-40 % dari kebutuhan kalori
Lemak 25-35 % (pada gangguan nafas dapat lebih tinggi 35-55%)
Protein 20-30% (pada saat stress kebutuhan protein 1,4 - 2,0 g/kgBB/hari,
pada gangguan fungsi ginjal < 0,8 gram/kgBB/hari)
d. Apabila kemungkinan pemakaian pipa nasogastrik diperkirakan lebih dari 6
minggu, pertimbangkan untuk gastrostomi.
e. Pada keadaan tertentu, yaitu nutrisi enteral tidak memungkinkan, dukungan
nutrisi boleh diberikan secara parenteral.
f. Perhatikan diet pasien yang tidak bertentangan dengan pemberian obat-obatan
yang diberikan. Contohnya hindarkan makanan yang banyak mengandung
vitamin K pada pasien yang mendapat warfarin.
Batasi konsumsi garam hingga 2300 mg per hari, substitusi dengan bahan
perasa lainnya.
Sayur dan buah : ada beberapa bukti yang menyatakan bahwa sayuran dan
buah-buahan memiliki efek proteksi terhadap stroke. Sayur dan buah
membantu mengurangi tekanan darah dan mencegah hipertensi yang
merupakan faktor risiko utama untuk stroke. Sayur dan buah yang mengandung
kalium sangat cocok untuk pasien stroke seperti kentang, bayam, tomat, pisang,
jeruk, dan apel
Batasi konsumsi alkohol hingga dua gelas perhari untuk laki-laki dan satu gelas
untuk perempuan
Pilihlah produk susu yang rendah lemak atau bebas lemak. Ini akan membantu
memenuhi kebutuhan tubuh akan kalsium dan natrium.
Batasi konsumsi lemak jenuh dan lemak tras ke nilai minimal. Jenis lemak ini
dapat meningkatkan kadar LDL yang merupakan suatu lemak jahat di dalam
tubuh. Lemak jenuh ditemukan pada makan yang bersumber dari binatang
seperti daging-daging berlemak tinggi, susu utuh, mentega, minyak kelapa, dan
produk-produk susu yang dibuat dari susu utuh. Lemak trans ditemukan pada
semua makanan dibuat dengan minyak yang dihidrogenasi seperti pada
makanan yang digoreng, krekers, dan makanan yang dibuat dengan margarine.
Pilihlah makan yang mengandung lemak tidak jenuh seperti kedelai, minyak
zaitun
Jaga agar lemak total yang dikonsumsi kurang dari 25%-35% dari kalori yang
terdapat pada makanan dan minuman. Batasi kolesterol yang didapat dari
makanan hingga 200 mg per hari. Makanan yang tinggi kolesterol seperti
kuning telur, daging berlemak, dan produk susu.
Ikan : asam lemak omega-3 yang ditemukan pada ikan, seperti ikan salmon,
tuna, dan sardine dipandang memiliki efek protektif terhadap stroke.
Direkomendasikan untuk mengkonsumsi ikan 2-3 kali dalam seminggu.
Sumber omega-3 yang lain adalah telur dan minyak kedelai.
Dianjurkan mengkonsumsi 20-30 gram serat per hari. Makan yang banyak
mengandung banyak serat seperti sayur, buah, dan biji-bijian. Konsumsi serat
ini hendaknya disertai dengan peningkatan konsumsi air untuk membantu tubuh
dalam memetabolisme serat tersebut.
2. Apakah resiko pemasangan NGT pada pasien stroke?
a) Distres nafas pada pemasangan awal NGT terjadi akibat penempatan posisi
pasien serta teknik pemasangan NGT yang tidak tepat. Ini dapat dicegah dengan
memposisikan pasien pada posisi fowler atau sniffing serta melakukan setiap
tahapan prosedur pemasangan NGT dengan berurutan, serta yang paling penting
adalah konfirmasi letak pipa. Penangan awal bila muncul tanda-tanda distres nafas
adalah dengan segera menarik keluar NGT.
c) Trauma pada mukosa terjadi akibat terlalu memaksakan mendorong pipa saat
terdapat tahanan. Risiko ini meningkat pada pasien dengan perforasi saluran cerna
atas.
d) Pneumonia aspirasi terjadi akibat aspirasi isi lambung saat pasien muntah ini
dapat dicegah dengan memposisikan pasien dengan baik, bila perlu lakukan
intubasi bila saluran napas tidak lapang terutama pada pasien yang tidak sadar.
Menelan yang gentle dan cepat saat pemasangan NGT juga akan mengurangi
sensasi ingin muntah.
e) Pneumonitis dapat terjadi akibat pemberian makanan atau obat melalui pipa yang
posisi atau letaknya setinggi trakea. Selain itu cara mencegah terjadinya
pneumonitis yaitu dengan pemakaian lubrikan yang larut dalam air, karena akan
diserap dengan baik bila saat pemasangan NGT, pipa masuk ke dalam saluran
pernapasan dibandingkan dengan menggunakan lubrikan yang larut dalam minyak.
h) Hipoksemia terjadi akibat obstruksi saluran napas karena penempatan NGT yang
kurang tepat.
PEG adalah suatu prosedur medis dengan metode menempatkan sebuah tabung
ke dalam perut, dibantu oleh endoskopi yang di gunakan untuk menyediakan
makanan, cairan dan obat (bila perlu) langsung ke dalam lambung melalui
sebuah kateter yang dimasukan melalui dinding perut yang telah di insisi.
Prosedur ini dilakukan untuk pasien yang mengalami kesulitan menelan,
sehingga kebutuhan nutrisinya tetap terpenuhi. PEG merupakan singkatan dari
perkutan (melalui kulit) Endoskopi (menggunakan alat endoskopik)
gastrostomy (berarti lambung). PEG diberikan saat pasien menunjukkan tanda-
tanda obstruksi gastrointestinal dengan muntah terus-menerus dan
ketidakmampuan untuk mendapatkan makanan secara oral. Teknik ini pertama
kali diperkenalkan oleh Gauderer pada tahun 1980. Variasi teknik ini
bermacam-macam termasuk teknik pull (Ponsky), push (Sachs-Vine),
introducer (Russell), and Versa (T-fastener)
Indikasi PEG
a. Pasien yang tidak dapat memfasilitasi pemasukkan makanan melalui mulut
kelambung, misalkan karena stroke, cerebral palsy, cedera kepala,
amyotrophiclateral sclerosis dan kesulitan menelan. Pasien yang memiliki
trauma, kanker atau operasi GIT atas atau traktus respiratorius dilakukan untuk
mempertahankan asupan nutrisi.
b. Dekompresi usus karena keganasan abdominal yang menyebabkan gastric
outlet atau obstruksi usus halus atau ileus.
Kontraindikasi PEG
Peritonitis
penyakit paru berat
Uncorrected coagulopathy atau thrombocytopenia
Instabilitas hemodinamik
Sepsis
Perforasi intra abdominal
Obstruksi gastric outlet
Gastroparesis yang parah
Gastrectomy total
Informed consent mengenai prosedur pemasangan yang tidak adekuat.
Kontraindikasi Relatif PEG
Ascites yang parah
Keganasan pada oropharyngeal atau oesophageal.
Hepatomegali
Neoplasma lambung
Splenomegali
Hipertensi portal dengan varises gastric
Riwayat operasi abdominal sebelumnya
Hernia ventralis
Infeksi dinding abdomen pada daerah pemasangan
Persiapan
Beritahu dokter jika Anda memiliki riwayat penyakit paru-paru atau
kondisi jantung, kecenderungan perdarahan atau jika alergi obat.
Riwayat penggunaan obat juga perlu di sampaikan, agar dosis obat
dapat disesuaikan, misalnya Jika Anda memiliki diabetes dan insulin
digunakan, Anda mungkin perlu menyesuaikan dosis insulin sebelum
melakukan prosedur PEG
Jangan makan atau minum apa pun selama 8 jam sebelum prosedur.
Pelaksanaannya
Pasien akan diberi obat pereda nyeri (analgetik) dan obat penenang
secara intravena (dalam pembuluh darah ) sehingga pasien merasa rileks
dan mengantuk.
Pasien harus terlentang, dengan kepala diangkat atau di tinggikan
membentuk sudut 30 derajat untuk mengurangi resiko aspirasi.
Selanjutnya sebuah Endoscope yaitu pipa fleksibel dengan kamera dan
lampu pada bagian akhir dimasukan melalui mulut, tenggorokan dan
kerongkongan ke dalam lambung. Endoscope digunakan untuk
memastikan posisi yang benar dari tabung PEG pada lambung yang
dapat di lihat melalui layar monitor.
Setelah dapat di tentukan lokasi yang tepat untuk meletakan tabung
PEG melalui endoskop, kemudian dilakukan dengan Local anesthesia
di lokasi di mana tabung PEG ditempatkan.
Dokter kemudian membuat kecil insisi (memotong) pada kulit perut
bagian atas perut dan mendorong jarum melalui kulit dan masuk ke
perut. Tabung untuk makannan kemudian didorong melalui jarum dan
masuk ke perut. Tabung kemudian dijahit (terikat) di tempat untuk kulit.
(Matthew K, Mark EM, David W, dan David SS, 2010)
6. Diet Heart Failure
Prinsip diet
Terapi gizi bagi pasien –pasien gagal jantung kongestif (decompensasi jantung) harus
berfokos pada keseimbangan status cairan dan elektrolit (Michael BR, dan Senthil KS,
2010)
:
a. Pemantauan status kalium jika pasien mendapatkan terapi deuretik;
pada hipokalemia, kalium dapat diberikan dalam bentuk makanan yang
banyak mengandung kalium seperti kacang hijau atau suplemen
kalium.
b. Pembatasan asupan garam (natrium) hingga 2-3 g natrium perhari
(konsumsi garam yang berlebihan dapat menyebabkan retensi cairan
sehingga menambah berat gejala edema yang biasa terjadi pada
decompensasi jantung). Diet rendah natrium merupakan kontraindikasi
pada salt-depleting renal diseases seperti pielenofritis yang menggangu
fungsi tubulus ginjal dalam menyerap natrium.
c. Penyusuain pembatasan cairan dilakukan menurut :
a) Respons pasien terhadap pengobatan
b) Kepatuhan terhadap pembatasan natrium
c) Intensitas / prorestifitas penyakit
Daftar makanan yang tinggi natrium dan kalium dapat ditemukan masing –
masing dalam tabel 3-14 dan 3-15. Obat – obatan juga dapat mengandung
natrium dalam jumlah yang berarti ( barbiturat, antibiotik, alkalires lambung,
dll ) dan dengan demikian pasien harus berkonsultasi dengan dokter tentang
kandungan natrium dalam obat – obatan yang digunakan .
Pasien gagal jantung kongestif yang lanjut dapat menderita kakeksia ( cardiac
cahexia ) berat dan penurunan masa lemak maupun otot. Etiologi kakeksia
jantung ini mencakup anoreksia, hipermetabolisme yang berhubungan dengan
kardiomegali, dan kehilangan nitrogen yang berhubungan dengan hipoksia /
malabsorpsi. Terapi kakeksia jantung memerlukan dukungan gizi yang agresif
yang umumnya mencakup enteral feeding untuk membantu asupan oral. Kalau
perlu , formula enteral bagi keperluan ini mengandung unsur – unsur gizi
elemental seperti peptida , maltodekstrin dan minyak rantai sedang (MCT) agar
kalori yang cukup dapat diberikan tanpa memboroskan banyak energi untuk
menyerap unsur – unsur tersebut.
Nutrisi preventif
Untuk mencegah penyakit koroner/ kardiovaskuler,kita perlu memperhatikan
beberapa hal berikut ini:
1) Mempertahankan kadar kolestrol total <200 mg/dL rasio kolesterol
total:HDL kolesterol <4,5 LDL-kolesterol <100 mg/dL (bila pasien
pernah mengalami serangan jantung koroner atau menderita penyakit
diabetes)
2) Mempertahankan IMT agar kurang dari 23 dan lingkaran perut kurang
dari 80cm (pada wanita) serta kurang dari 90cm (pada laki-laki) jika hal
ini di mungkinkan.
3) Mengurangi asupan lemak penuh hingga kurang dari 5% dari total
kalori atau gunakan hanya 2-3 sendok makan minyak( khususnya
minyak nabati yang mengandung asam lemak tak-jenuh) per hari.
Hindari makanan yang banyak mengandung lemak jenuh seperti
tercantum dalam tabel 3-2. cara memasak yang baik untuk mengurangi
asupan lemak ini adalah merebus,mengukus,
menanak,menumis,memanggang,membakar dan memepes.
4) Tingkatkan asupan lemak tak-jenuh tunggal (MUFA),seperti minyak
zaitun,minyak kanola,minyak kacang dan alpukat,hingga sekitar 20%
dari total kalori per hari. Makan makanan yang mengandung asam
lemak omega-3 seperti ikan laut (lihat tabel 3-3) dan minyak tak jenuh-
ganda (PUFA) dalam jumlah sekitar 10% dari total kalori per hari.
Dalam penelitian diet jantung di Lyon (Lyon Diet Heart
Study),prancis,terhadap 600 orang responden dengan riwayat serangan
jantung koroner ternyata diet mediteranian yang terdiri atas menu
sayuran,buah,sereal utuh,ikan dan minyak zaitun atau kanola sebagai
sumber ternyata menghasilkan angka insidensi serangan jantung ulang
yang lebih kecil bila di bandingkan dengan kelompok sama yang makan
biasa
5) Jika kadar trigliserida tinggi,kurang konsumsi hidratarang sederhana
seperti gula pasir,gula aren,madu,dan makanan manis
lainnya.perbanyak konsumsi hidratarang kompleks seperti
sayuran,buah,dan sereal/ bijian yang utuh serta makanan berserat
lainnya (agar-agar,kolang-kaling,selasih,rumput laut,cincau).
6) Jika kadar homosistein dalam darah tinggi,diet yang dapat di lakukan
untuk menurunkannya adalah dengan meningkatkan konsumsi makanan
nabati yang kaya akan asam folat dan vitamin B6 seperti sayuran hijau
serta biji-bijian atau kacang-kacangan yang utuh.
7) Tingkatkan asupan serat pangan hingga 35 gram/ hari dengan konsumsi
jenis-jenis makanan seperti di sebutkan di atas (lihat pula tabel 3-19)
8) Makan makanan yang banyak mengandung nutrient antioksidan seperti
vitamin E,C dan beta-karoten (tabel 3-4,3-7,3-13,dan 3-18) yang akan
mengurangi kadar LDL teroksidasi. LDL teroksidasi lebih sukar
difagositosis oleh sel-sel fagosit seperti makrofag dari pada LDL biasa
sehingga bentuk teroksidasi ini lebih bertahan dalam serum.
9) Pertimbangkan suplementasi 500 mg vitamin C dan 200 IU vitamin E
per hari.
10) Lakukan olahraga aerobic selama 30 menit per hari.
Nutrisi Kuratif
Terapi nutrisi harus di tujukan kepada hal-hal berikut ini:
1. Lakukan penimbangan berat badan dengan memperhatikan lingkaran perut
(Bab 5).
2. Kurangi asupan kolesterol hingga <300 mg/dL. Pada pasien diabetes
dengan dislipidemia, asupan kolesterolnya harus dikurangi hingga di
bawah 200 mg/ hari.
3. Kurangi asupan total lemak hingga kurang-lebih 20% dari total kalori.
4. Kurangi asupan lemak jenuh hingga di bawah 5% dari total kalori.
5. Tingkatkan asupan serat, khususnya serat larut,hingga 25-35 gram per hari
untuk mengikat kolesterol yang di hasilkan oleh tubuh sendiri dalam
bentuk garam empedu sehingga kolesterol ini tidak di serap kembali oleh
usus.
6. Tingkatkan konsumsi ikan,khususnya ikan laut yang kaya akan asam lemak
omega-3,paling tidak 2-3 kali seminggu.
7. Ganti konsumsi daging merah dengan daging putih seperti ayam kampung
dan ikan atau dengan protein nabati seperti tempe atau tahu (kedelai
mengandung soya-lecithine dan isoflavon yang dapat menurunkan kadar
LDL kolesterol.)
8. Terapi diet dan olahraga harus di coba terlebih dahulu sebelum
menggunakan obat-obat penurun kolesterol
Jenis Diet
1. Diet jantung I: unt ps jantung akut spt MCI ( Myocardium infarc) atau
dekompensasi kordis berat. Bentuk makanan berupa cairan 1-1,5 l/hari.
Diberikan beberapa hari.
2. Diet jantung II: bentuk makanan saring atau bubur. Setelah masa akut
terlewati. Bila ada odema diberikan rendah garam.
3. Diet jantung III: bentuk makanan lunak atau biasa. Kondisi tidak berat. RG
bila ada odema dan hipertensi.
4. Diet jantung IV: bentuk makanan biasa. Perpindahan dari DJ III. Keadaan
baik. RG bila ada odema dan hipertensi.
5. Manajemen diet
6. Diet stroke I: bentuk cair unt keadaan akut. Biasanya cair kental dan cair
bening. Pemberian peroral atau perNGT.
7. Diet stroke II: peralihan dari diet stroke I bentuk cair jernihm kental, saring,
lunak dan biasa. Disesuaikan dengan penyakitnya.
(Daurice et all, 2010)
7. Hukum Guyton
Arthur Guyton mengusulkan bahwa karakteristik dari sirkulasi vena adalah
sangat penting dalam pengaturan cardiac output dan aliran darah. Guyton
merasa bahwa tiga faktor adalah pusat dalam penentuan curah jantung: fungsi
memompa jantung, resistensi terhadap aliran darah melalui sirkulasi perifer,
dan tingkat pengisian sistem peredaran darah dengan darah.
Dalam model Guyton, jantung akan memompa darah sebanyak yang disajikan
kepadanya, dalam batas kontraktilitas dan detak jantung yang intrinsik. Dalam
model Guyton, jantung akan memompa sebanyak mungkin yang disajikan,
dalam batas kontraktilitas dan detak jantung yang intrinsik. (Daniel AB dan
Eric OF, 2011; Keith RW dan A William S, 2010)
Langkah 2 :
Lalu hitunglah kebutuhan kalori basal
Cara Menghitung Kalori Basal (menggunakan BBI) :
Pria : BBI x 30 kkal
Wanita : BBI x 25 kkal
Langkah 3 :
Tambahkan Faktor Aktifitas dan Stress pada kebutuhan kalori basal :
Tambahkan 10 – 20% pada aktifitas Ringan
Tambahkan 20 – 20% pada aktifitas Sedang
Tambahkan 40 – 50% pada aktifitas Berat
Langkah 4 :
Kurangi perhitungan Kalori Basal pada kondisi Kelebihan Berat Badan (BB)
dan disesuaikan dengan Usia