Anda di halaman 1dari 21

TUGAS RUMAH

TERAPI NUTRISI PADA PASIEN STROKE

Disusun Oleh :
Widati Hikmatul Fitri G99162117

Pembimbing :
Septian Adi Permana dr., Sp.An., M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2018
1. Apakah beda pemberian nutrisi pada pasien stroke?

Diet stroke adalah diet khusus yang diberikan kepada pasien stroke, ada empat macam
yaitu diet stroke I, IIA, IIB dan IIC. (Royal College of Physicians, 2008)
Tahap Diet Stroke

Berdasarkan tahapnya diet stroke dibagi menjadi 2 fase, yaitu:

1. Fase akut (24- 48 jam)


Fase akut adalah keadaan tidak sadarkan diri atau kesadaran menurun. Pada
fase ini diberikan makanan parenteral (NPO/ nothing per oral) dan dilanjutkan
dengan makanan erenteral (naso gastric tube / NGT). Pemberian makanan
parenteral total perlu dimonitor dengan baik. Kelebihan cairan dapat
menimbulkan edema serebral. Kebutuhan energi pada NPO total adalah AMB
x 1 x 1,2; protein 1,5 g/kgBB; lemak maksimal 2,5 g/kgBB; dekstrosa
maksimal 7 g/kg BB.
2. Fase pemulihan
Fase pemulihan adalah fase dimana pasien telah sadar dan tidak mengalami
gangguan fungsi menelan (disfagia). Makanan diberikan diberikan per oral
secara bertahap dalam bentuk makanan cair, makanan saring, makanan lunak ,
makanan biasa.
Bila ada disfagia, makanan diberikan secara bertahap, sebagai gabungan
makanan NPO, per oral , dan NGT sebagai berikut:
a. NPO
b. ¼ bagian per oral (bentuk semi padat) dan ¾ bagian melalui NGT.
c. ½ bagian per oral (bentuk semi padat) dan ½ bagian melalui NGT.
d. Diet per oral (bentuk semi padat dan semi cair) dan air melalui NGT
e. Diet lengkap per oral
Tipe Diet Stroke (Royal College of Physicians, 2008)

Diet stroke terdiri dari diet stroke I, IIa, IIb, dan IIc. Dalam diet stroke ada beberapa
makanan yang dianjurkan dan ada juga yang tidak dianjurkan (Tabel I). Diet stroke
I diberikan kepada pasien dalam fase akut atau bila ada ganggguan fungsi menelan.
Oleh karena itu diet stroke I berupa makanan yang lebih mudah ditelan yaitu
makanan diberikan dalam bentuk cair kental atau kombinasi cair jernih dan cair
kental yang diberikan peroral atau enteral melalui NGT (Naso Gastic Tube) sesuai
dengan keadaan penyakit. Berbeda halnya dengan diet stroke II, diet stroke II
diberikan kepada pasien pada fase pemulihan atau sebagai makanan perpindahan
dari diet stroke I. bentuk makanan diet stroke II dapat berupa kombinasi cair jernih,
cair kental, saring, lunak, dan biasa. Pemberian diet pada pasien stroke disesuaikan
dengan penyakit penyertanya. Diet Stroke II dibagi menjadi diet stroke IIa, IIb, dan
IIc.

a. Diet Stroke I
Diet stroke I memiliki bahan makanan tersendiri (Tabel 2) dimana masing-
masing bahan makanan pada diet stroke tipe I memiliki nilai gizi tersendiri
untuk diberikan pada pasien stroke.
b. Diet Stroke II
Diet stroke II dibagi dalam tiga tahap, yaitu diet stroke II A berupa makanan
cair dan bubur saring (1700 kkal), diet stroke II B berupa makanan lunak (1900
kkal) dan diet stroke II C berupa makanan biasa (2100 kkal).
Tabel 4. Bahan Makanan untuk Makanan Biasa dalam Sehari pada Diet Stroke
I.

Penatalaksanaan Umum Nutrisi di Ruang Rawat (Perdossi, 2011)

a. Nutrisi enteral paling lambat sudah harus diberikan dalam 48 jam, nutrisi oral
hanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi menelan baik.
b. Bila terdapat gangguan menelan atau kesadaran menurun, makanan, nutrisi
diberikan melalui pipa nasogastrik.
c. Pada keadaan akut, kebutuhan kalori sebesar 25-30 kal/kgBB/hari dengan
komposisi :
 Karbohidrat 30-40 % dari kebutuhan kalori
 Lemak 25-35 % (pada gangguan nafas dapat lebih tinggi 35-55%)
 Protein 20-30% (pada saat stress kebutuhan protein 1,4 - 2,0 g/kgBB/hari,
pada gangguan fungsi ginjal < 0,8 gram/kgBB/hari)
d. Apabila kemungkinan pemakaian pipa nasogastrik diperkirakan lebih dari 6
minggu, pertimbangkan untuk gastrostomi.
e. Pada keadaan tertentu, yaitu nutrisi enteral tidak memungkinkan, dukungan
nutrisi boleh diberikan secara parenteral.
f. Perhatikan diet pasien yang tidak bertentangan dengan pemberian obat-obatan
yang diberikan. Contohnya hindarkan makanan yang banyak mengandung
vitamin K pada pasien yang mendapat warfarin.

Mengontrol Faktor Risiko Makanan (Perdossi, 2011)

Pedoman Makanan untuk Mengontrol Hipertensi

 Batasi konsumsi garam hingga 2300 mg per hari, substitusi dengan bahan
perasa lainnya.
 Sayur dan buah : ada beberapa bukti yang menyatakan bahwa sayuran dan
buah-buahan memiliki efek proteksi terhadap stroke. Sayur dan buah
membantu mengurangi tekanan darah dan mencegah hipertensi yang
merupakan faktor risiko utama untuk stroke. Sayur dan buah yang mengandung
kalium sangat cocok untuk pasien stroke seperti kentang, bayam, tomat, pisang,
jeruk, dan apel
 Batasi konsumsi alkohol hingga dua gelas perhari untuk laki-laki dan satu gelas
untuk perempuan
 Pilihlah produk susu yang rendah lemak atau bebas lemak. Ini akan membantu
memenuhi kebutuhan tubuh akan kalsium dan natrium.

Pedoman Makanan untuk Kengontrol Kolesterol

 Batasi konsumsi lemak jenuh dan lemak tras ke nilai minimal. Jenis lemak ini
dapat meningkatkan kadar LDL yang merupakan suatu lemak jahat di dalam
tubuh. Lemak jenuh ditemukan pada makan yang bersumber dari binatang
seperti daging-daging berlemak tinggi, susu utuh, mentega, minyak kelapa, dan
produk-produk susu yang dibuat dari susu utuh. Lemak trans ditemukan pada
semua makanan dibuat dengan minyak yang dihidrogenasi seperti pada
makanan yang digoreng, krekers, dan makanan yang dibuat dengan margarine.
 Pilihlah makan yang mengandung lemak tidak jenuh seperti kedelai, minyak
zaitun
 Jaga agar lemak total yang dikonsumsi kurang dari 25%-35% dari kalori yang
terdapat pada makanan dan minuman. Batasi kolesterol yang didapat dari
makanan hingga 200 mg per hari. Makanan yang tinggi kolesterol seperti
kuning telur, daging berlemak, dan produk susu.
 Ikan : asam lemak omega-3 yang ditemukan pada ikan, seperti ikan salmon,
tuna, dan sardine dipandang memiliki efek protektif terhadap stroke.
Direkomendasikan untuk mengkonsumsi ikan 2-3 kali dalam seminggu.
Sumber omega-3 yang lain adalah telur dan minyak kedelai.
 Dianjurkan mengkonsumsi 20-30 gram serat per hari. Makan yang banyak
mengandung banyak serat seperti sayur, buah, dan biji-bijian. Konsumsi serat
ini hendaknya disertai dengan peningkatan konsumsi air untuk membantu tubuh
dalam memetabolisme serat tersebut.
2. Apakah resiko pemasangan NGT pada pasien stroke?

Komplikasi-komplikasi dapat terjadi akibat trauma mekanik selama proses


pemasangan awal NGT maupun penempatan NGT yang tidak tepat antara lain
(Todd WT, Robert WS, dan Gary SS, 2006)

a) Distres nafas pada pemasangan awal NGT terjadi akibat penempatan posisi
pasien serta teknik pemasangan NGT yang tidak tepat. Ini dapat dicegah dengan
memposisikan pasien pada posisi fowler atau sniffing serta melakukan setiap
tahapan prosedur pemasangan NGT dengan berurutan, serta yang paling penting
adalah konfirmasi letak pipa. Penangan awal bila muncul tanda-tanda distres nafas
adalah dengan segera menarik keluar NGT.

b) Epistaksis masif dapat menyebabkan gangguan pada jalan nafas, sehingga


memerlukan pemasangan tampon. Risiko komplikasi ini dapat dikurangi dengan
melakukan teknik pemasangan NGT yang tepat yaitu dengan menelusuri dasar
hidung menuju ke arah telinga saat mendorong masuk NGT untuk mengurangi
terjadinya turbinasi dan nyeri serta epistaksis.3 Memberikan nasal dekongestan
seperti oxymethazoline atau phenylephrine untuk vasokonstriksi pembuluh darah
mukosa hidung juga dapat dilakukan sebelum pemasangan NGT.

c) Trauma pada mukosa terjadi akibat terlalu memaksakan mendorong pipa saat
terdapat tahanan. Risiko ini meningkat pada pasien dengan perforasi saluran cerna
atas.

d) Pneumonia aspirasi terjadi akibat aspirasi isi lambung saat pasien muntah ini
dapat dicegah dengan memposisikan pasien dengan baik, bila perlu lakukan
intubasi bila saluran napas tidak lapang terutama pada pasien yang tidak sadar.
Menelan yang gentle dan cepat saat pemasangan NGT juga akan mengurangi
sensasi ingin muntah.
e) Pneumonitis dapat terjadi akibat pemberian makanan atau obat melalui pipa yang
posisi atau letaknya setinggi trakea. Selain itu cara mencegah terjadinya
pneumonitis yaitu dengan pemakaian lubrikan yang larut dalam air, karena akan
diserap dengan baik bila saat pemasangan NGT, pipa masuk ke dalam saluran
pernapasan dibandingkan dengan menggunakan lubrikan yang larut dalam minyak.

h) Hipoksemia terjadi akibat obstruksi saluran napas karena penempatan NGT yang
kurang tepat.

i) Pneumothorak dapat terjadi akibat injuri pulmoner setelah pemasangan NGT.


Pada pasien yang sebelumnya memiliki riwayat menelan bahan-bahan kimia kuat
yang bersifat iritatif curigai adanya abnormalitas pada esofagus, karena bila
dipaksakan melakukan pemasangan NGT akan beresiko penempatan NGT yang
salah berupa perforasi hipofaring atau perforasi esofagus. Sedangkan komplikasi
pemasangan pipa nasogastik jangka panjang dapat terjadi berupa erosi mukosa
hidung, sinusitis, esofagitis, esofagotrakeal fistula, ulkus lambung, infeksi paru dan
infeksi mulut

3. Storoke yang onsetnya kurng dari 24 jam ?


TIA
Menurut World Health Organization pada tahun 1988, transient
ischemicattack (TIA) adalah gangguan fungsi serebral focal atau global yang
memberikan gejala neurologis singkat, kurang dari 24 jam tanpa disertai adanya
gambarankerusakan vaskular. Sedangkan The National Institute of
Neurological Disordersand Stroke Report pada tahun 1990, transient ischemic
attack adalah suatuepisode cepat kehilangan fungsi otak secara focal kurang
dari 24 jam, merupakangejala awal untuk terbentuknya stroke ischemic,
biasanya dapat disebabkangangguan pada satu sistem perdarah otak. (NICE,
2008)
4. Cara Pemberian Makanan stroke
Gastrostomi dan Cental Vein Catheter

5. Jelaskan mengenai PEG

PEG adalah suatu prosedur medis dengan metode menempatkan sebuah tabung
ke dalam perut, dibantu oleh endoskopi yang di gunakan untuk menyediakan
makanan, cairan dan obat (bila perlu) langsung ke dalam lambung melalui
sebuah kateter yang dimasukan melalui dinding perut yang telah di insisi.
Prosedur ini dilakukan untuk pasien yang mengalami kesulitan menelan,
sehingga kebutuhan nutrisinya tetap terpenuhi. PEG merupakan singkatan dari
perkutan (melalui kulit) Endoskopi (menggunakan alat endoskopik)
gastrostomy (berarti lambung). PEG diberikan saat pasien menunjukkan tanda-
tanda obstruksi gastrointestinal dengan muntah terus-menerus dan
ketidakmampuan untuk mendapatkan makanan secara oral. Teknik ini pertama
kali diperkenalkan oleh Gauderer pada tahun 1980. Variasi teknik ini
bermacam-macam termasuk teknik pull (Ponsky), push (Sachs-Vine),
introducer (Russell), and Versa (T-fastener)

Indikasi PEG
a. Pasien yang tidak dapat memfasilitasi pemasukkan makanan melalui mulut
kelambung, misalkan karena stroke, cerebral palsy, cedera kepala,
amyotrophiclateral sclerosis dan kesulitan menelan. Pasien yang memiliki
trauma, kanker atau operasi GIT atas atau traktus respiratorius dilakukan untuk
mempertahankan asupan nutrisi.
b. Dekompresi usus karena keganasan abdominal yang menyebabkan gastric
outlet atau obstruksi usus halus atau ileus.

Kontraindikasi PEG
 Peritonitis
 penyakit paru berat
 Uncorrected coagulopathy atau thrombocytopenia
 Instabilitas hemodinamik
 Sepsis
 Perforasi intra abdominal
 Obstruksi gastric outlet
 Gastroparesis yang parah
 Gastrectomy total
 Informed consent mengenai prosedur pemasangan yang tidak adekuat.
 Kontraindikasi Relatif PEG
 Ascites yang parah
 Keganasan pada oropharyngeal atau oesophageal.
 Hepatomegali
 Neoplasma lambung
 Splenomegali
 Hipertensi portal dengan varises gastric
 Riwayat operasi abdominal sebelumnya
 Hernia ventralis
 Infeksi dinding abdomen pada daerah pemasangan

Persiapan
 Beritahu dokter jika Anda memiliki riwayat penyakit paru-paru atau
kondisi jantung, kecenderungan perdarahan atau jika alergi obat.
 Riwayat penggunaan obat juga perlu di sampaikan, agar dosis obat
dapat disesuaikan, misalnya Jika Anda memiliki diabetes dan insulin
digunakan, Anda mungkin perlu menyesuaikan dosis insulin sebelum
melakukan prosedur PEG
 Jangan makan atau minum apa pun selama 8 jam sebelum prosedur.

Pelaksanaannya
 Pasien akan diberi obat pereda nyeri (analgetik) dan obat penenang
secara intravena (dalam pembuluh darah ) sehingga pasien merasa rileks
dan mengantuk.
 Pasien harus terlentang, dengan kepala diangkat atau di tinggikan
membentuk sudut 30 derajat untuk mengurangi resiko aspirasi.
 Selanjutnya sebuah Endoscope yaitu pipa fleksibel dengan kamera dan
lampu pada bagian akhir dimasukan melalui mulut, tenggorokan dan
kerongkongan ke dalam lambung. Endoscope digunakan untuk
memastikan posisi yang benar dari tabung PEG pada lambung yang
dapat di lihat melalui layar monitor.
 Setelah dapat di tentukan lokasi yang tepat untuk meletakan tabung
PEG melalui endoskop, kemudian dilakukan dengan Local anesthesia
di lokasi di mana tabung PEG ditempatkan.
 Dokter kemudian membuat kecil insisi (memotong) pada kulit perut
bagian atas perut dan mendorong jarum melalui kulit dan masuk ke
perut. Tabung untuk makannan kemudian didorong melalui jarum dan
masuk ke perut. Tabung kemudian dijahit (terikat) di tempat untuk kulit.
(Matthew K, Mark EM, David W, dan David SS, 2010)
6. Diet Heart Failure

Prinsip diet
Terapi gizi bagi pasien –pasien gagal jantung kongestif (decompensasi jantung) harus
berfokos pada keseimbangan status cairan dan elektrolit (Michael BR, dan Senthil KS,
2010)
:
a. Pemantauan status kalium jika pasien mendapatkan terapi deuretik;
pada hipokalemia, kalium dapat diberikan dalam bentuk makanan yang
banyak mengandung kalium seperti kacang hijau atau suplemen
kalium.
b. Pembatasan asupan garam (natrium) hingga 2-3 g natrium perhari
(konsumsi garam yang berlebihan dapat menyebabkan retensi cairan
sehingga menambah berat gejala edema yang biasa terjadi pada
decompensasi jantung). Diet rendah natrium merupakan kontraindikasi
pada salt-depleting renal diseases seperti pielenofritis yang menggangu
fungsi tubulus ginjal dalam menyerap natrium.
c. Penyusuain pembatasan cairan dilakukan menurut :
a) Respons pasien terhadap pengobatan
b) Kepatuhan terhadap pembatasan natrium
c) Intensitas / prorestifitas penyakit

Daftar makanan yang tinggi natrium dan kalium dapat ditemukan masing –
masing dalam tabel 3-14 dan 3-15. Obat – obatan juga dapat mengandung
natrium dalam jumlah yang berarti ( barbiturat, antibiotik, alkalires lambung,
dll ) dan dengan demikian pasien harus berkonsultasi dengan dokter tentang
kandungan natrium dalam obat – obatan yang digunakan .

Pasien gagal jantung kongestif yang lanjut dapat menderita kakeksia ( cardiac
cahexia ) berat dan penurunan masa lemak maupun otot. Etiologi kakeksia
jantung ini mencakup anoreksia, hipermetabolisme yang berhubungan dengan
kardiomegali, dan kehilangan nitrogen yang berhubungan dengan hipoksia /
malabsorpsi. Terapi kakeksia jantung memerlukan dukungan gizi yang agresif
yang umumnya mencakup enteral feeding untuk membantu asupan oral. Kalau
perlu , formula enteral bagi keperluan ini mengandung unsur – unsur gizi
elemental seperti peptida , maltodekstrin dan minyak rantai sedang (MCT) agar
kalori yang cukup dapat diberikan tanpa memboroskan banyak energi untuk
menyerap unsur – unsur tersebut.

Nutrisi preventif
Untuk mencegah penyakit koroner/ kardiovaskuler,kita perlu memperhatikan
beberapa hal berikut ini:
1) Mempertahankan kadar kolestrol total <200 mg/dL rasio kolesterol
total:HDL kolesterol <4,5 LDL-kolesterol <100 mg/dL (bila pasien
pernah mengalami serangan jantung koroner atau menderita penyakit
diabetes)
2) Mempertahankan IMT agar kurang dari 23 dan lingkaran perut kurang
dari 80cm (pada wanita) serta kurang dari 90cm (pada laki-laki) jika hal
ini di mungkinkan.
3) Mengurangi asupan lemak penuh hingga kurang dari 5% dari total
kalori atau gunakan hanya 2-3 sendok makan minyak( khususnya
minyak nabati yang mengandung asam lemak tak-jenuh) per hari.
Hindari makanan yang banyak mengandung lemak jenuh seperti
tercantum dalam tabel 3-2. cara memasak yang baik untuk mengurangi
asupan lemak ini adalah merebus,mengukus,
menanak,menumis,memanggang,membakar dan memepes.
4) Tingkatkan asupan lemak tak-jenuh tunggal (MUFA),seperti minyak
zaitun,minyak kanola,minyak kacang dan alpukat,hingga sekitar 20%
dari total kalori per hari. Makan makanan yang mengandung asam
lemak omega-3 seperti ikan laut (lihat tabel 3-3) dan minyak tak jenuh-
ganda (PUFA) dalam jumlah sekitar 10% dari total kalori per hari.
Dalam penelitian diet jantung di Lyon (Lyon Diet Heart
Study),prancis,terhadap 600 orang responden dengan riwayat serangan
jantung koroner ternyata diet mediteranian yang terdiri atas menu
sayuran,buah,sereal utuh,ikan dan minyak zaitun atau kanola sebagai
sumber ternyata menghasilkan angka insidensi serangan jantung ulang
yang lebih kecil bila di bandingkan dengan kelompok sama yang makan
biasa
5) Jika kadar trigliserida tinggi,kurang konsumsi hidratarang sederhana
seperti gula pasir,gula aren,madu,dan makanan manis
lainnya.perbanyak konsumsi hidratarang kompleks seperti
sayuran,buah,dan sereal/ bijian yang utuh serta makanan berserat
lainnya (agar-agar,kolang-kaling,selasih,rumput laut,cincau).
6) Jika kadar homosistein dalam darah tinggi,diet yang dapat di lakukan
untuk menurunkannya adalah dengan meningkatkan konsumsi makanan
nabati yang kaya akan asam folat dan vitamin B6 seperti sayuran hijau
serta biji-bijian atau kacang-kacangan yang utuh.
7) Tingkatkan asupan serat pangan hingga 35 gram/ hari dengan konsumsi
jenis-jenis makanan seperti di sebutkan di atas (lihat pula tabel 3-19)
8) Makan makanan yang banyak mengandung nutrient antioksidan seperti
vitamin E,C dan beta-karoten (tabel 3-4,3-7,3-13,dan 3-18) yang akan
mengurangi kadar LDL teroksidasi. LDL teroksidasi lebih sukar
difagositosis oleh sel-sel fagosit seperti makrofag dari pada LDL biasa
sehingga bentuk teroksidasi ini lebih bertahan dalam serum.
9) Pertimbangkan suplementasi 500 mg vitamin C dan 200 IU vitamin E
per hari.
10) Lakukan olahraga aerobic selama 30 menit per hari.

Nutrisi Kuratif
Terapi nutrisi harus di tujukan kepada hal-hal berikut ini:
1. Lakukan penimbangan berat badan dengan memperhatikan lingkaran perut
(Bab 5).
2. Kurangi asupan kolesterol hingga <300 mg/dL. Pada pasien diabetes
dengan dislipidemia, asupan kolesterolnya harus dikurangi hingga di
bawah 200 mg/ hari.
3. Kurangi asupan total lemak hingga kurang-lebih 20% dari total kalori.
4. Kurangi asupan lemak jenuh hingga di bawah 5% dari total kalori.
5. Tingkatkan asupan serat, khususnya serat larut,hingga 25-35 gram per hari
untuk mengikat kolesterol yang di hasilkan oleh tubuh sendiri dalam
bentuk garam empedu sehingga kolesterol ini tidak di serap kembali oleh
usus.
6. Tingkatkan konsumsi ikan,khususnya ikan laut yang kaya akan asam lemak
omega-3,paling tidak 2-3 kali seminggu.
7. Ganti konsumsi daging merah dengan daging putih seperti ayam kampung
dan ikan atau dengan protein nabati seperti tempe atau tahu (kedelai
mengandung soya-lecithine dan isoflavon yang dapat menurunkan kadar
LDL kolesterol.)
8. Terapi diet dan olahraga harus di coba terlebih dahulu sebelum
menggunakan obat-obat penurun kolesterol

Jenis Diet

1. Diet jantung I: unt ps jantung akut spt MCI ( Myocardium infarc) atau
dekompensasi kordis berat. Bentuk makanan berupa cairan 1-1,5 l/hari.
Diberikan beberapa hari.
2. Diet jantung II: bentuk makanan saring atau bubur. Setelah masa akut
terlewati. Bila ada odema diberikan rendah garam.
3. Diet jantung III: bentuk makanan lunak atau biasa. Kondisi tidak berat. RG
bila ada odema dan hipertensi.
4. Diet jantung IV: bentuk makanan biasa. Perpindahan dari DJ III. Keadaan
baik. RG bila ada odema dan hipertensi.
5. Manajemen diet
6. Diet stroke I: bentuk cair unt keadaan akut. Biasanya cair kental dan cair
bening. Pemberian peroral atau perNGT.
7. Diet stroke II: peralihan dari diet stroke I bentuk cair jernihm kental, saring,
lunak dan biasa. Disesuaikan dengan penyakitnya.
(Daurice et all, 2010)
7. Hukum Guyton
Arthur Guyton mengusulkan bahwa karakteristik dari sirkulasi vena adalah
sangat penting dalam pengaturan cardiac output dan aliran darah. Guyton
merasa bahwa tiga faktor adalah pusat dalam penentuan curah jantung: fungsi
memompa jantung, resistensi terhadap aliran darah melalui sirkulasi perifer,
dan tingkat pengisian sistem peredaran darah dengan darah.
Dalam model Guyton, jantung akan memompa darah sebanyak yang disajikan
kepadanya, dalam batas kontraktilitas dan detak jantung yang intrinsik. Dalam
model Guyton, jantung akan memompa sebanyak mungkin yang disajikan,
dalam batas kontraktilitas dan detak jantung yang intrinsik. (Daniel AB dan
Eric OF, 2011; Keith RW dan A William S, 2010)

8. Heart lunx Interaction


Dalam pandangan yang disederhanakan, sistem sirkulasi manusia terdiri dari
dua komponen utama: sirkuit dan pompa. Sirkuit ini merepresentasikan
pembuluh darah sistemik, termasuk resistensi arteri dan pembuluh kapasitansi
vena. Ventrikel kanan dan kiri adalah konstituen utama pompa. Mereka bekerja
secara paralel, karena keduanya tertutup oleh perikardium, tetapi dipompa
secara seri, dihubungkan oleh sirkulasi pulmonal. Interaksi jantung-paru terjadi
karena jantung tercakup oleh paru-paru di fossa juxtacardiac dan semuanya
terbungkus dalam dinding dada yang kaku. Oleh karena itu, jantung bertindak
sebagai ruang tekanan di dalam ruang tekanan lain. Pemenuhan paru-paru (CL)
dan dinding dada (CCW), serta kepatuhan dan pengisian pembuluh darah
intrathoracic dan bilik jantung, memodifikasi efek volume paru-paru, alveolar
(PAL), pleura (PPL) dan tekanan perikardial ( PPER) pada fungsi sirkulasi
kardiovaskular dan sebaliknya (Frédéric M dan Jean-LT,2000 ;Grübler
MR,Wigger O,Berger D,dan Bloechlinger S, 2017).
9. Kebutuhan kalori harian

Cara Menghitung Kebutuhan Kalori Harian Tubuh kita :


Langkah 1 :
Hitung Berat Badan Ideal (BBI),
Cara Menghitung BBI:
Untuk Pria dengan Tinggi Badan (TB) < 160 cm dan Wanita dengan Tinggi
Badan (TB) < 150 cm :
BBI = ( Tinggi Badan dalam cm – 100) x 1 kg
Untuk Pria dengan Tinggi Badan (TB) >= 160 cm dan Wanita dengan Tinggi
Badan (TB) >= 150 cm :
BBI = ((Tinggi Badan dalam cm – 100) x 1 kg) x 90%

Cara Menghitung BBI dengan rumus broca:


BBI = (Tinggi badan - 100) - (10% (Tinggi badan - 100)).
Untuk orang yang tinggi badannya kurang dari 150 cm, BBI = (Tinggi badan -
100).
Rentang BB ideal menurut rumus broca adalah rentang 80-120 persen dari BBI

Langkah 2 :
Lalu hitunglah kebutuhan kalori basal
Cara Menghitung Kalori Basal (menggunakan BBI) :
Pria : BBI x 30 kkal
Wanita : BBI x 25 kkal

Langkah 3 :
Tambahkan Faktor Aktifitas dan Stress pada kebutuhan kalori basal :
 Tambahkan 10 – 20% pada aktifitas Ringan
 Tambahkan 20 – 20% pada aktifitas Sedang
 Tambahkan 40 – 50% pada aktifitas Berat

Langkah 4 :
Kurangi perhitungan Kalori Basal pada kondisi Kelebihan Berat Badan (BB)
dan disesuaikan dengan Usia

Tabel Klasifikasi penyesuaian perhitungan kalori berdasarkan Berat Badan &


Usia
Kondisi &
Koreksi
Umur
40 – 59 tahun - 5% (minus)
60 -69 tahun - 10% (minus)
> 70 tahun - 20% (minus)
- 20 s/d 30% (minus; tergantung derajat obesitas
BB lebih
individu)
+ 20 s/d 30% (plus; tergantung derajat kekurusan
BB kurang
individu)
Stress dan + 10 – 30 – 40% (plus; terantung berat ringannya
Infeksi penyakit)

Maka Total Kebutuhan Kalori Harian dapat dihitung dengan rumus :


Total Kebutuhan Kalori Harian = Kebutuhan Kalori Basal + Koreksi Faktor
Aktivitas – Koreksi Faktor Usia
10. Kebutuhan cairan harian
Kebutuhan normal cairan dan elektrolit harian Orang dewasa rata-rata
membutuhkan cairan ± 30-35 ml/kgBB/hari dan elektrolit utama Na+=1-2
mmol/kgBB/haridan K+= 1mmol/kgBB/hari. Kebutuhan tersebut merupakan
pengganti cairan yang hilang akibat pembentukan urine, sekresi gastrointestinal,
keringat (lewat kulit) dan pengeluaran lewat paru atau dikenal dengan insensible
water losses. Cairan yang hilang ini pada umumnya bersifat hipotonus (air lebih
banyak dibandingkan elektrolit)
(Barry M. Popkin, 2010; World Health Organization August 2004).
DAFTAR PUSTAKA

1. Guideline Stroke tahun 2011, Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia


(PERDOSSI ) , Jakarta; 2011
2. National clinical guideline for stroke, NICE, London ; 2016
3. Stroke, Diagnosis and Initial management of acute stroke and transient
ischaemic attack (TIA). NICE, London; 2008
4. Todd W.T, Robert W.S, dan Gary S.Nasogastric Intubation, N Engl J Med,
2006;354
5. Matthew K, Mark E.M,David W, dan David S.S, Percutaneous endoscopic
gastrostomy (PeG) feeding, BMJ; 2010;340
6. Michael BR dan Senthil KS. Internal Medicine, The New Heart Failure Diet:
Less Salt Restriction, More Micronutrients , 2010, 25(10):1136–7 General
7. Daurice AG, Marian CO, Patricia CC, Sandra BD, Nutrient Intake in Heart
Failure Patients, J Cardiovasc Nurs, 2008 ; 23(4): 357–363.
8. Daniel AB dan Eric OF, Understanding Guyton’s venous return curves, Am J
Physiol Heart Circ Physiol, 2011, 301
9. William RH, Donald EGG, Keith RW dan William S, Guyton - the role of mean
circulatory fi lling pressure and right atrial pressure in controlling cardiac
output, Critical Care, 2010, 14:243
10. Frédéric M dan Jean-LT, Review Using heart–lung interactions to assess fluid
responsiveness during mechanical ventilation, Crit Care, 2000, 4:282–289
11. Grübler M,Wigger O,Berger D, dan Bloechlinger S, Basic concepts of heart-
lung interactions during mechanical ventilation, Swiss Med Wkly. 2017;147
12. Barry MP, Kristen ED, dan Irwin HR, Water, Hydration and Health , NIH
Public Access, Rev . 2010; 68(8): 439–458.
13. Grandjean, Water Requirements, Impinging Factors, and Recommended
Intakes, World Health Organization, 2004

Anda mungkin juga menyukai