Anda di halaman 1dari 21

NAMA : ASNA SAFITRI

NIM : 190610033

KELOMPOK :4

MODUL 6 GIZI KLINIK

SKENARIO 6

Makanan lewat selang hidung dan Infus

Tn.S 55 tahun harus menjalani operasi pemotongan usus besar karena ada tumor. Setelah
operasi, Tn. S tidak diperbolehkan makan lewat mulut selama 2 hari. Hari ke 3 Tn.S baru
dibolehkan makan lewat selang yang dipasang lewat hidung (NGT) dan sebagian besar lewat
infus. Kondisi Tn.S saat di berikan nutrisi enteral dan parenteral. BB : 56 Kg, TB : 170 cm, Suhu
Tubuh 38º C Bagaimana anda menjelaskan kebutuhan kalori harian Tn.S?

JUMP 1 : TERMINOLOGI

1. Gizi klinik
disiplin ilmu yang mempelajari hubungan antara makanan dan asupan nutrisi di dalamnya
dengan kesehatan dan penyakit-penyakit terkait gizi serta kondisi medis tertentu. Mulai
dari penyakit akut maupun kronis, serta proses penuaan (degeneratif).
2. NGT
Alat untuk membantu pemberian makanan dan obat-obatan kepada pasien yang tidak bisa
mengonsumsi makanan atau obat dari mulut, misalnya bayi prematur atau pasien koma.
Selain itu, selang nasogastrik juga bisa digunakan untuk mengeluarkan gas atau cairan
dari dalam lambung.
3. Nutrisi Enteral
nutrisi yang diberikan pada pasien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya
melalui rute oral, formula nutrisi diberikan melalui tube ke dalam lambung (gastric tube),
nasogastrik tube (NGT), atau jejunum dapat secara manual maupun dengan bantuan
pompa mesin (gastrostomy dan jejunum percutaneous)
4. Nutrisi Parenteral
Nutrisi parenteral/ Parenteral Nutrition (PN) adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang
diberikan langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan

JUMP 2 : RUMUSAN MASALAH

1. Apakah ada hubungan antara usia, jenis kelamin dan kasus Tn.S?
2. kenapa Tn.S harus menjalankan operasi usus besar?
3. kenapa terdapat tumor pasa usus Tn.S?
4. kenapa setelah operasi tn.s tidak boleh makan lewat mulut selama 2 hari?
5. Kenapa pada hari ketiga Tn.S boleh makan lewat NGT dan infus?
6. Apa saja tujuan pemasangan NGT?
7. Apa kontraindikasi dari pemasangan NGT?
8. Apa itu nutrisi enteral dan parenteral?
9. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik Tn.S?
10. Berapa kebutuhan kalori Tn.S?
11. Apa itu gizi klinik?

JUMP 3 : HIPOTESIS

1. Penelitian Wahidin , laki-laki > perempuan terserang kanker kolorektal, diikuti dengan
penelitian lit et al , kanker kolorektal ini berhubungan dengan tingkat estradiol. Dari segi
usia, punya pengaruh bahwa insiden lebih tinggi diusia 50 tahun keatas disbanding usia
20an.
2. tumor yg harus diangkat itu tumor yg dpt mengganggu fungsi tubuh
Tumor Jinak
Tumor jinak adalah pertumbuhan sel abnormal, tetapi tidak menyerang jaringan di
dekatnya. Tumor ini tumbuh secara lambat dan umumnya tidak berbahaya. Barulah
dikatakan berbahaya jika tumor ini tumbuh di dekat organ vital, menekan saraf, atau
membatasi aliran darah. Tumor jinak biasanya juga dapat merespon pengobatan dengan
baik.Belum diketahui apa yang menjadi penyebab dari tumor jinak.
Tumor Ganas

Tumor jenis ini kerap disebut juga sebagai kanker. Munculnya benjolan akibat tumor
ganas ini kerap dianggap sebagai gejala penyakit kanker. Perlu diketahui bahwa kanker
merupakan penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh normal,
yang berubah menjadi sel kanker.

3. Usia =Usia Tn.S yaitu 55 tahun ini merupakan salah satu faktor risiko terjadinya tumor
pada usus besar
Pola makanan = Ketika daging merah dipanggang pada subu tinggi,bahan kimia yang
disebut Heterocyclic amine dan Polyciclic aromatic hidrocarbon bisa dilepaskan.HCA
dan PAH ini telah ditemukan menyebakan perubahan DNA yang dapat meningkatkan
risiko kanker.
4. Karna untuk menormalkan sistem pencernaan yang biasanya membutuhkan 24-36jam
untuk melakukan proses pencernaan, sehingga tuan s tidak diperbolehkan makan lewat
mulut selama 2 hari
5. Karena pada pasien yang baru saja dilakukan operasi pada saluran pencernaan
berdasarkan scenario Tn S yaitu pemotongan usus besar, jadi untuk proses pemulihan
maka makanan harus diberikan lewat NGT dan Infus yang bertujuan agar makanannya
nya langsung ke lambung, pada pasien yang mengalami gangguan fungsi usus,
mengalami kesulitan untuk mencerna makanan bertekstur. Oleh karena itu, pemasangan
NGT dilakukan untuk menyuplai makanan dan minuman agar mudah dicerna.
Sedangkan Makan dan minum melalui cairan infus yang dimasukkan ke dalam pembuluh
darah venanya. Cairan infus tersebut mengandung elektrolit, yang terdiri dari garam atau
zat lainnya, untuk mencegah pasien koma dari kelaparan atau dehidrasi.
6. tujuan pemasangan NGT
- Dekompresi : mengeluarkan cairan dan gas dari saluran gastrointestinal/lambung
- Feeding :memberikan cairan dan nutrisi ke dalam lambung pada pasien yang tidak
mampu menelan
- Kompresi (memberi tekanan internal dengan menggunakan balon untuk mencegah
perdarahan gastrointestinal)
- lavage (irigasi lambung pada kasus perdarahan aktif, keracunan atau dilatasi lambung
7. kontraindikasi dari pemasangan NGT
Ada dua kontraindikasi pemasangan NGT antara lain, kontraindikasi absolut seperti
sumbata jalan napas, riwayat konsumsi bahan alkali, riwayat konsumsi hidrokarbon,
fraktur wajah dengan Cribriform plate injury, luka penetrasi di leher, diverkulum Zenker,
atresia koana, striktur esofagus. Serta kontraindikasi relative seperti koagulopati berat,
setelah operasi orofaringeal, operasi hidung maupun operasi lambung, demensia
8. Nutrisi enteral : nutrisi yang diberikan pada pasien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan
nutrisinya melalui rute oral, formula nutrisi diberikan melalui tube ke dalam lambung
(gastric tube), nasogastrik tube (NGT), atau jejunum dapat secara manual maupun dengan
bantuan pompa mesin (gastrostomy dan jejunum percutaneous)
Nutrisi parenteral/ Parenteral Nutrition (PN) adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang
diberikan langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan
9. Dilihat berdasarkan BB dan TB nya, jika kita hitung IMT nya adalah 19,3 yg berarti
masih dalam batas normal, kemudian utk suhu 38 derajat sudah dikategorikan
febris/demam
10. Berapa kebutuhan kalori Tn.S?
Rumus Harris-Benedict
BMR Pria = 66,5 + (13,7 × berat badan) + (5 × tinggi badan) – (6,8 × usia)
BMR Wanita = 655 + (9,6 × berat badan) + (1,8 × tinggi badan) – (4,7 × usia)
Pada pasien ini didapatkan sejumlah 1309,2 kkal
11. Gizi klinik yaitu disiplin ilmu yang mempelajari hubungan antara makanan dan
kandungan nutrisi didalamnya dengan kesehatan dan penyakit-penyakit terkait gizi serta
kondisi medis tertentu. Mulai dari penyakit akut maupun kronik, serta kondisi degeneratif
yang biasanya disebabkan oleh proses penuaan. Ilmu gizi klinik dalam medis digunakan
dalam aspek pencegahan, penyembuhan, dan pencegahan komplikasi berlanjut dari suatu
penyakit.
JUMP 4 : SKEMA

JUMP 5 : Learning Objective

1. Penilaian status gizi


2. Perhitungan jumlah kebutuhan kalori, protein, lemak dan mikronutrien
a. Dewasa
b. Stress metabolik dan critical ill
3. Program realimentasi stress metabolic
a. Enteral feeding
b. Parenteral feeding
LO 1 PENILAIAN STATUS GIZI

Definisi

Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang
diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai
status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien.
Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta
biokimia dan riwayat diit

Faktor yg mempengaruhi
Status gizi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu konsumsi makanan dan tingkat kesehatan,
terutama adanya penyakit infeksi.

Penyakit infeksi adalah sebuah penyakit yang di sebabkan oleh sebuah agen biologis
seperti virus, bakteri atau parasit, bukan di sebabkan oleh faktor fisik seperti luka bakar atau
keracunan. status gizi seseorang selain di pengaruhi oleh jumlah asupan makan yang di konsumsi
juga terkait dengan penyakit infeksi, seseorang yang baik dalam mengonsumsi makanan apabila
sering mengalami diare atau demam maka rentan terkena gizi kurang

Sedangkan faktor tidak langsung yang mempengaruhi pola konsumsi konsumsi adalah zat
gizi dalam makanan, ada tidaknya program pemberian makan di luar keluarga, kebiasaan makan,
dan faktor tidak langsung yang mempengaruhi penyakit infeksi adalah daya beli keluarga,
kebiasaan makan, pemeliharaan kesehatan, lingkungan fisik dan sosial. (Supariasa, Bakri, dan
Fajar, 2016)

Masalah gizi anak


menurut (Kusumawardani, 2012) ada dua yaitu kurang gizi dan kelebihan gizi.

a. Kurang Gizi
Kekurangan gizi (seperti energi dan protein) menyebabkan berbagai keterbatasan, antara
lain pertumbuhan mendatar, berat, dan tinggi badan menyimpang dari pertumbuhan
normal, dapat diamati pada anak-anak yang kurang Gizi. Keadaan kurang Gizi juga
berasosiasi dengan keterlambatan perkembangan motorik.
Pada keadaan kurang energi dan protein (KEP), anak menjadi tidak aktif, apatis, pasif,
dan tidak mampu berkonsentrasi. Akibatnya dalam melakukan kegiatan eksplorasi
lingkungan fisik tidak dapat melakukan dalam waktu yang lama dibandingkan dengan
anak yang gizinya baik.
b. Kelebihan Gizi
Penyebab obesitas dipengaruhi beberapa faktor, yaitu pertama, suatu asupan makanan
berlebih. Dua, rendahnya pengeluaran energi basal, dan ketiga, kurangnya aktivitas fisik.
Terjadinya obesitas karena adanya ketidakseimbangan antara asupan energi dan energi
yang dikeluarkan atau digunakan untuk beraktivitas

Penilaian status gizi


Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data yang diperoleh dengan
menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan suatu populasi atau individu yang
memiliki risiko status gizi kurang maupun gizi lebih.
a. Penilaian Status Gizi Secara Langsung
- Antropometri
Merupakan pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat
umur antara lain : Berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di
bawah kulit. Antropometri telah lama di kenal sebagai indikator sederhana untuk
penilaian status gizi perorangan maupun masyarakat. Antropometri sangat umum di
gunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan
energi dan protein.
Faktor umur sangat penting dalam menentukan status gizi. Hasil pengukuran tinggi
badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan
penentuan umur yang tepat. Pengukuran status gizi balita dapat dilakukan dengan
indeks antropometri dan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus
perhitungan IMT sebagai berikut:
Secara umum, rumus perhitungan Z-score adalah
Z-score = Nilai Individu Subyek – Nilai Median Baku Rujukan

Nilai Simpang Baku Rujukan


Nilai simpang baku rujukan disini maksudnya adalah selisih kasus dengan standar +1
SD atau -1 SD. Jadi apabila BB/TB pada kasus lebih besar daripada median, maka
nilai simpang baku rujukannya diperoleh dengan mengurangi +1 SD dengan median.
Tetapi jika BB/TB kasus lebih kecil daripada median, maka nilai simpang baku
rujukannya menjadi median dikurangi dengan -1 SD. Menurut (Kemenkes RI, 2010)
kategori dan ambang batas status gizi berdasarkan Indeks Masa Tubuh menurut Umur
(IMT/U) anak umur 5-18 tahun yang sudah dimodifikasi oleh peneliti adalah:

b. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung


Survei Konsumsi Makanan
a) Pengertian Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara
tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
b) Penggunaan Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran
tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini
dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.
LO 2 PERHITUNGAN JUMLAH KEBUTUHAN KALORI, PROTEIN,
LEMAK DAN MIKRONUTRIEN

A. DEWASA

Sebelum mempelajari bagaimana melakukan penilaian buntuk status gizi seseorang, kita
harus tau komposisi yang ada didalam tubuh, Komposisi tubuh menjelaskan bahwa komposisi
tubuh manusia akan berubah seiring dengan pertambahan usianya yang dimulai sejak embrio
sampai dengan dewasa, yang dimaan akan berpengaruh terhadap nilai status gizinya. Setelah
seseorang berusia 30 tahun, presentase lemaknya akan meningkat 2% dari berat badan per-10
tahunnya. Perubahan yang signifikan ini tentu saja akan berpengaruh pada masalah kesehatan
lansia seperti penyakit kronis, sindrom geriatrik (mobility impairment, jatuh, dan fungsi organ-
organ yang menurun).

Energi/ tenaga yang di perlukan, diperoleh dari konsumsi makanan yang mengandung zat
gizi karbohidrat, protein dan lemak. Bagi orang Indonesia kecukupan rata energi dan zat gizi
dasusun dalam tabel yang dikenal dengan “Angka Kecukupan gizil (AKG)“.

Angka Kecukupan gizil (AKG) adalah : Suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari
bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukurun tubuh, aktivitas tubuh dan
kondisi fisiologis khusus untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Jenis zat gizi yang
dianjurkan dalam AKG meliputi energi, protein, vitamin (A, D, E, K, B dan C ) seta mineral
(kalsium, fosfor, besi,zinc, yodium, dan selensium ).

Tabel AKG dapat juga digunakan untuk mendeteksi kondisi kesehatan seseorang dengan
mengetahui umurnya, dan tinggi badan saja.maka dapat diperkirakan berat badan dan kecukupan
energi , protein dan zat pengatur lainnya. Untuk pemahaman lebih lanjut tentang AKG , maka
perlu dipelajari lebih lanjut tentang cara menghitung kecukupan energi dan protein .

Faktor-faktor yang merupakan komponen dari Kebutuhan Energi yaitu :

1. Metabolisme Basal (EMB)


2. Energi untuk aktifitas fisik
3. Energi pencernaan (SDA)

Besarnya Energi Metabolisme Basal (EMB)/ Angka Metabolisme Basal (AMB) dapat dihitung
dengan cara:

a) Menurut Harris dan Benedict tahun 1909 dengan rumus

b) Berdasarkan BB

c) Berdasarkan BEE (BEE (Basal Expenditure Energy) BEE = BB x 1 x 24 jam (L)

BB x 0,9 x 24 jam (P)


B. STRESS METABOLIK DAN CRITICAL ILL

Respon Metabolik terhadap Stress adalah Peningkatan ekskresi nitrogen, kalium dan
fosfor di urin setelah terjadi trauma (zat gizi yang sama yang ada di otot).

Terapi Nutrisi

- Sangat individual.
- Tergantung trauma, operasi, infeksi, sepsis, usia, tinggi, dan berat.

Kebutuhan Energi

- Energi Basal:
Pria: 66,5 + (13,8 x BB(kg)) + (5 x TB(cm)) – (6,8 x U)
Wanita: 65,1 + (9,6 x BB(kg)) + (1,8 x TB(cm)) – (4,7 x U)
- Energi saat stress:
(KEB x faktor aktivitas x faktor stress)

Faktor Aktivitas dan Stres

- Aktivitas
 Tirah baring: 1,2
 Beraktivitas: 1,3
- Stress
 Demam: 1,13 tiap derajat di atas 37°C
 Bedah minor: 1,1 – 1,3
 Bedah mayor: 1,5
 Infeksi: 1,2 – 1,6
 Trauma: 1,1 – 1,8
 Sepsis: 1,4 – 1,9
 Luka bakar: 1,9 – 2,1

Vitamin dan Mineral

- Kebutuhan meningkat.
- Belum ada guideline yang spesifik.
- Vitamin C dan vitamin A perlu perhatian khusus.
- Vit. C: 500-1000 mg/hari
- Vit. A: satu tablet multivitamin, 900-1000 µg, 1 – 4 kali/hari

Pasien kritis

1. Lemak
Selama hari-hari pertama pemberian emulsi lemak khususnya pada pasien yang
mengalami stres, dianjurkan pemberian infus selambat mungkin, yaitu untuk pemberian
emulsi Long Chain Triglyseride (LCT) kurang dari 0,1 gram/kgbb/jam dan emulsi
campuran Medium Chain Triglyseride (MCT)/Long Chain Triglyseride (LCT) kecepatan
pemberiannya kurang dari 0,15 gram/kgbb/jam. Kadar trigliserida plasma sebaiknya
dimonitor dan kecepatan infus selalu disesuaikan den- gan hasil pengukuran
2. Protein
Namun selama sakit kritis kebutuhan protein meningkat menjadi 1,2 – 1,5
gram/kgbb/hari. Pada beberapa penyakit tertentu, asupan protein harus dikontrol,
misalnya kegagalan hati akut dan pasien uremia, asupan protein dibatasi sebesar 0,5
gram/kgbb/hari.15 Kebutuhan pro- tein pada pasien sakit kritis bisa mencapai 1,5 – 2
gram protein/kgbb/hari, seperti pada keadaan kehilangan pro- tein dari fistula pencernaan,
luka bakar, dan inflamasi yang tidak terkontrol.3 Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Elwyn21 yang hanya menggunakan dekstrosa 5% nutrisi, menunjukkan bahwa perbedaan
kecepatan kehilangan nitrogen berhubungan dengan tingkat keparahan penyakit.
Disamping itu, keseimbangan ni- trogen negatif lebih tinggi 8 kali pada pasien dengan
luka bakar, dan 3 kali lipat pada sepsis berat apabila dibandingkan dengan individu
normal. Data ini dengan jelas mengindikasikan pertimbangan kondisi penyakit ketika
mencoba untuk mengembalikan keseimbangan nitrogen.
3. Mikronutrien
Pasien sakit kritis membutuhkan vitamin-vitamin A, E, K, B1 (tiamin), B3 (niasin), B6
(piridoksin), vita- min C, asam pantotenat dan asam folat yang lebih banyak
dibandingkan kebutuhan normal sehari-harinya. Khusus tiamin, asam folat dan vitamin K
mudah terjadi defisiensi pada TPN. Dialisis ginjal bisa menyebabkan kehilangan vitamin-
vitamin yang larut dalam air. Selain defisiensi besi yang sering terjadi pada pasien sakit
kritis dapat jugaterjadidefisiensiselenium,zinc,mangandan copper.
Implementasi Program Realimentasi pd Stres metabolik

Stres Metabolik disebabkan oleh Sepsis (infeksi), Trauma (termasuk luka bakar) dan Tindakan
bedah, Setelah respons sistemik diaktifkan, perubahan fisiologis dan metabolik yang terjadi
serupa dan dapat menyebabkan syok septik.

Infeksi, Deama dan Anoreksia


- Keadaan inflamasi  sitokin  adalah peptida yang bersifat katabolik  anoreksia
- Kolesistokinin (CCK): katabolik febrigenesis yang menimbulkan anoreksia,
meningkatkan metabolisme dan temperatur
- Leptin akan memicu pengeluaran sitokin dan peptida katabolik lain  anoreksia
- MSH dan corticotropin releasing factor: memicu mekanisme adaptif katabolik

Keadaan Hiperkatabolik

- Keadaan hiperkatabolik: dipicu oleh karena diproduksinya berbagai mediator akibat


adanya trauma, sepsis, dan sakit lanjut
- Munculan: kehilangan protein yang progresif, gangguan metabolisme karbohidrat,
peningkatan oksidasi lemak, peningkatan volume ekstraseluler  organ failure  tapi
juga berperan dalam proses perbaikan dan menurunkan infalamasi Respon Metabolik
terhadap trauma

- Moore dkk menemukan terjadi peningkatan ekskresi nitrogen, kalium dan fosfor di urin
setelah terjadi trauma Zat gizi yang sama yang ada di otot

Trauma

- Setelah trauma terdapat 2 fase


- Ebb Phase : respon seketika setelah trauma
- Flow Phase: Fase setelah ebb phase berakhir
1. Ebb Phase:

o Instabilitas hemodinamik, ekstremitas dingin, hipometabolik


o Waktu: bervariasi, 12-24 jam, paling lama 3 hari
o Tergantung cukupnya resusitasi cairan
o Cardiac output menurun
o Konsumsi oksigen berkurang
o Penggunaan substrat menurun
o Penurunan fungsi sel

2. Flow Phase:

- Peningkatan cardiac put


- Peningkatan expenditure,
- Peningkatan ekskresi nitrogen
- Peningkatan hormon katekolamin, kortisol dan glukagon
- Peningkatan mobilisasi asam amino dan asam lemak dari perifer
-  Bertujuan mempercepat perbaikan
3. Hormon Stress Respone
- Aldosterone—corticosteroid menyebabkan retensi sodium
- Antidiuretic hormone (ADH)—merangsang absorpsi air di tubular renal
- Mempertahankan air dan garan untuk menunjang sirkulasi volume darah
- ACTH — bekerja pada korteks adrenal untuk melepaskan kortisol (memobilisasi
asam amino dari otot rangka)
- Katekolamin — epinefrin dan norepinefrin dari medula ginjal untuk merangsang
glikogenolisis hati, mobilisasi lemak, glukoneogenesis
4. Pemakaian Energi
- Pada fase flow, pemakaian energi meningkat, seiring peningkatan tingkat
metabolisme
- Konsumsi oksigen bertambah, seiring bertambahnya oksidasi zat gizi mayor
(karbohidrat, lemak dan asam amino)
- Peningkatan sesuai dengan besarnya trauma: minimal hingga dua kali lipat pada luka
bakar 40%
LO 3 PROGRAM REALIMENTASI STRESS METABOLIC

A. ENTERAL FEEDING

Nutrisi enteral didefinisikan sebagai pemberian makanan yang langsung diberikan ke


traktus gastrointestinal pasien (pipa nasogastrik, pipa nasointestinal, pipa gastrostomi, pipa
jejunostomi).

Pemberian makanan melalui traktus gastrointestinal (nutrisi enteral) lebih dipilih


dibandingkan pemberian makanan intravena (IV) karena bersifat lebih fisiologis. Nutrisi enteral
memberikan gizi yang menstimulasi faktor trofik (mis gastrin, kolesistokinin, bombesin) yang
dilepaskan dari lumen yang mempertahankan integritas lambung (mis tautan rapat antara sel
intraepitel dan tinggi vilus) dan aktivitas absorbsi dari usus halus. , rute enteral sebaiknya
digunakan kecuali ada kontraindikasi (obstruksi usus, luas permukaan usus yang tidak adekuat,
diare yang tidak sembuh).

Indikasi

Proses Pemberian Nutrisi Melalui Pipa Enteral

Pemasangan secara bedah dari pipa esofagostomi atau gastrostomi dapat diindikasikan
untuk pemberian makan jangka panjang. Untuk pemberian makan enteral berkelanjutan, pompa
infus otomatis untuk mengontrol laju pemberian formula nutrisi sangat berguna. Memang,
absorpsi dan toleransi membaik dan insiden efek samping berkurang dengan pemberian makan
konstan secara lambat dalam beberapa jam. Laju infus biasanya 100 sampai 120 mL per jam.
Laju infus yang lambat ini mencegah sindrom dumping, yang dapat muncul ketika cairan
hiperosmolar diberikan secara cepat ke usus halus.

Efek Samping

Pemberian makan enteral sering diberhentikan karena keluhan pasien kembung atau
distensi; muntah; residu lambung yang tinggi (biasanya 200 sampai 250 mL); diare; abdomen
yang distensi pada pemeriksaan fisis; penurunan pasase, atau tidak adanya flatus; atau penemuan
abnormal dari radiologi abdomen.

Adanya diare selalu menjadi kekhawatiran, tapi kita harus mempertimbangkan penjelasan
alternatif sebelum memutuskan bahwa diare tersebut disebabkan oleh osmolaritas dari produk
enteral. Jika ada indikasi klinis, kadar elektrolit serum harus diukur untuk mengidentifikasi
kehilangan berlebih atau tanda-tanda dehidrasi

Aspirasi pulmoner selalu merupakan kegawatan ketika pemberian makan pipa enteral
digunakan. Pasien harus dipertahankan dalam posisi setengah duduk (kepala dinaikkan 30
derajat) dan, pada pasien dengan resiko aspirasi yang tinggi, pipa makan harus diletakkan
melalui piloris. Sediaan yang mengandung kandungan elektrolit dalam jumlah besar harus
diberikan dengan hati-hati pada pasien dengan penyakit jantung, ginjal, atau hati.
B. PARENTERAL FEEDING

Nutrisi parenteral didefinisikan sebagai pemberian nutrisi yang langsung masuk ke


sirkulasi vena (vena perifer atau vena sentral). Sebelumnya tujuan utama dari bantuan nutrisi
pada pasien yang dirawat adalah memenuhi kebutuhan energi dan membuat pasien menjadi
anabolik. Tujuan saat ini mencakup memenuhi dan melemahkan respon metabolik terhadap stres
dan, sebagai tambahan, mengurangi kerusakan seluler dan memodulasi respon imun terhadap
cedera.

Nutrisi parenteral menggunakan cairan isotonik yang diberikan melalui vena perifer dapat
diterima ketika pasien membutuhkan kurang dari 2000 kalori setiap harinya dan perkiraan
kebutuhan bantuan nutrisi hanya dalam waktu singkat. Ketika kebutuhan gizi lebih dari 2000
kalori per hari atau diperlukan bantuan nutrisi untuk jangka panjang, kateter dipasang pada
sistem vena sentral untuk memungkinkan infus cairan nutrisi hipertonik (1900 mOsm/L).

Indikasi

Secara umum, indikasi pemberian nutrisi parenteral adalah untuk pasien malnutrisi dan
berisiko mengalami malnutrisi yang kontraindikasi/ tidak dapat menerima makanan melalui
saluran cerna. Selain itu, juga bagi pasien yang kebutuhan nutrisinya tidak dapat tercukupi hanya
dengan pemberian nutrisi melalui saluran cerna. Penentuan kondisi malnutrisi dan risiko
malnutrisi dapat melalui perhitungan Nutritional Risk Screening (NRS) 2002. Beberapa kondisi
yang berisiko mengalami malnutrisi dan mungkin memerlukan nutrisi secara intravena antara
lain:

- Gangguan penyerapan atau kehilangan nutrisi Contohnya adalah sindrom usus pendek
(short bowel syndrome), pengeluaran cairan fistula saluran cerna >500 ml/hari, serta
gangguan mukosa usus halus yang disebabkan oleh radiasi atau kemoterapi, enteropati
akibat autoimun, atau diare pada bayi yang sulit sembuh.
- Obstruksi usus mekanis Sumbatan lumen usus dapat terjadi karena penyempitan,
perlekatan, inflamasi, kanker peritoneum, serta superior mesenteric artery
syndrome (penekanan duodenum oleh aorta dan arteri superior mesenteric). Oleh karena
itu, pasien dengan obstruksi usus mekanis akan mengalami muntah berulang dan terbatas
dalam menerima asupan secara oral.
- Pembatasan asupan oral atau enteral Kondisi ini terjadi apabila pasien dengan iskemik
usus dan pankreatitis berat.
- Gangguan motilitas Gangguan motilitas dapat terjadi pada ileus berkepanjangan, pseudo-
osbtruction, dan gangguan perlekatan usus yang berat.
- Ketidakmampuan mempertahankan akses enteral Kondisi ini dapat terjadi pada pasien
yang mengalami perdarahan aktif saluran cerna, atau pada bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR).
- Pasien kritis1 Society of Critical Care Medicine (SCCM) dan American Society for
Parenteral and Enteral Nutrition (A.S.P.E.N.) merekomendasikan pemberian nutrisi
parenteral segera pada pasien ICU yang kontraindikasi dengan pemberian nutrisi enteral,
mengalami malnutrisi berat, atau termasuk kategori high nutrition risk (NRS >3). Selain
itu, rekomendasi pemberian nutrisi parenteral sebagai tambahan nutrisi enteral juga untuk
pasien yang tidak dapat mencapai setidaknya 60% kebutuhan energi dan protein setelah
7-10 hari perawatan di ICU. Rekomendasi waktu pemberian nutrisi secara intravena
sebagai tambahan tidak bersifat mutlak, bergantung pada keparahan penyakit dan risiko
malnutrisi pada pasien.
- Pasien kanker3 Ketika pemberian makanan secara oral atau enteral tidak adekuat untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi dan kalori. Contohnya pada pasien enteritis radiasi yang
berat, mengalami malabsorpsi berat, obstruksi usus kronis, atau kanker peritoneum.
Pemberian nutrisi parenteral merupakan kontraindikasi bagi pasien dengan saluran cerna
yang dapat berfungsi dengan baik untuk mengabsorpsi makronutrien dan mikronutrien
secara adekuat. Kontraindikasi relatif lainnya adalah akses vena yang sulit, risiko
pemberiannya lebih besar dari manfaatnya, dan kondisi pasien tidak memungkinkan
untuk menerima dukungan nutrisi secara agresif.11
Terapi Parenteral Untuk Janngka Pendek

Terapi parenteral jangka pendek (3 sampai 5 hari pada pasien tanpa defisit gizi) setelah prosedur
bedah tanpa komplikasi sering diberikan dengan cairan hipokalorik, nonnitrogen glukosa-
elektrolit. Cairan ini memberikan kebutuhan elektrolit dan cairan total dan kalori yang cukup
untuk mengurangi katabolisme protein dan mencegah ketosis
Terapi Parenteral Untuk Jangka Lama (TPN)

Total parenteral nutrition (TPN) digunakan ketika satu-satunya sumber suplai makanan hanya
melalui rute parenteral. TPN (hiperalimentasi IV) adalah teknik memberikan kebutuhan nutrisi
total dengan infus asam amino digabungkan dengan glukosa dan sejumlah lemak yang beragam.
Massa tubuh tanpa lemak dijaga, penyembuhan luka ditingkatkan, dan mungkin ada juga
perbaikan pada mekanisme respon imun yang terganggu, Jika pasien telah menjalani TPN, harus
dilanjutkan pada periode perioperatif, sedangkan nutrisi enteral harus dihentikan sekitar 6 jam
sebelum operasi (menurut rekomendasi pencernaan makanan sebelum operasi elektif).

Cairan TPN mengandung proporsi kalori dari glukosa yang besar sehingga bersifat
hipertonik. Karena hal ini, cairan ini harus diinfuskan melalui vena sentral dengan aliran darah
yang tinggi untuk memberikan dilusi yang cepat. Kateter biasanya dipasang secara perkutan ke
vena subklavia dan diarahkan ke atrium kanan. Cairan nutrisi parenteral biasanya diinfuskan
secara terus-menerus selama 24 jam. Karena cairan yang digunakan saat ini tidak hipertonik dan
hiperkalorik seperti dulu, tidak ada kekhawatiran bahwa pasien akan menjadi hipoglikemi jika
infus diberhentikan secara tiba-tiba tapi tetap harus dipertimbangkan

Efek Samping

Efek samping TPN antara lain komplikasi infeksi, mekanik, dan metabolik. Diantara
komplikasi infeksius, sepsis berhubungan dengan kateter adalah salah satu yang paling umum
dan dihubungkan dengan morbiditas yang signifikan. Komplikasi mekanik seperti pneumothorax
dan thrombosis jika kateter dibiarkan dalam periode yng lama, adalah komplikasi yang
berhubungan dengan pemasangan jalur sentral dan sering ditemui oleh ahli anastesi.

Anda mungkin juga menyukai