Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTEK KLINIK KMB 1

PRODI DIII KEPERAWATAN TANJUNGKARANG

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas praktik kilik keperawatan (pkk) KMB 1
yang dibimbing oleh :
Merah Bangsawan, SKM,. M.Kes

Disusun oleh :
Suci Tri Lestari
1814401038
Tingkat II/Reguler I

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


PRODI DIII KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN NUTRISI
AKIBAT PATOLOGI SISTEM PENCERNAAN DAN METABOLIK ENDOKRIN

A. DASAR TEORI
A.1. DEFINISI DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan : Resiko Defisit Nutrsi
Beresiko mengalami asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.

A.2. PENYEBAB
1. Ketidakmampuan menelan makanan
2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
4. Peningkatan kebutuhan metabolisme
5. Faktor ekonomi (mis. Finansial tidak mecukupi)
6. Faktor psikologis (mis. Stres, keengganan untuk makan)

A.3. GEJALA DAN TANDA MAYOR


Subyektif :
( tidak tersedia)

Obyektif:
Berat badan menurun minimal 10 % dibawah rentang ideal.

A.3. GEJALA DAN TANDA MINOR


Subyektif:
1. cepat kenyang setelah makan
2. kram /nyeri abdomen
3. nafsu makan menurun

Obyektif :
1. bising usung hiperaktif
2. otot pengunyah lemah
3. membrane mukosa pucat
4. sariawan
5. serum albumin turun
6. rambut rontok berlebih
7. diare

A.4. KONDISI KLINIS TERKAIT (Uraikan patofisiologi kondisi klinis yang terkait, boleh
ditambahkan barisnya)

1. Penyakit chron’s
Enteritis regionl/ penykit crohn umumnya terjadi pada remaja atau dewasa
muda , tetapi dapt terjadi kapan saja selama hidup. Keadaan ini sering terlihat pada
populasi lansia (50-80 tahun). Meskipun ini dpat terjdi dimana saja disepanjang
sluran gastrointestinal , area paling umum yang sering terkena adalah ileum distl dan
kolon.
Enteritis regional dalah penykit inflamasi kronois dan subakut yang meluas
keseluruh lapisan dinding usus dari mukosa usus, ini disebut juga transmural.
Pembentukan fistula . fistula dan abses terjadi sesuai luasnya inflamasi kedalam
peritoneum . lesi (ulkus)tidak pada kontak terus menerus satu sama lain dipisahkan
oleh jaringan normal. Granuloma terjadi pada setengah kasus . pada kasus lanjut
mukosa usus mempunyai penampilan (coblostone) dengan berlanjutnya penyakit ,
dinding usus menebal dan menjadi fibrotic dan lumen usus menyempit. (brunner &
suddarth. 2002)
Manifestasi pada penyakit Corhn akan terjadi nyeri abdoemn menetap dan diare
yang tidak hilang dengan defeksi. Diare terjadi pada 90% pasien. Jaringan parut dan
pembentukan granuloma mempengaruhi kemampuan usus untuk mentraspor
produk dari pencernaan usus atas melalu lumen yang terkonstriksi, mengakibatkan
nyeri abdomen berupa kram. Gerakan peristaltik usus dirangsang oleh makan
sehingga nyeri kram terjadi setelah makan. Untuk menghindari nyeri kram ini, pasien
cenderung untuk membatasi masukan makanan, mengurangi jumlah dan jenis
makanan sehingga kebutuhan nutrisi normal tidak terpenuhi. Akibatnya adalah
penurunan berat badan, malnutrisi, anemia sekunder. Selain itu, pembentukan ulkus
dilapisan membran usus dan ditempat terjadinya inflamasi akan menghasilkan rabas
pengiritasi konstan yang dialirkan ke kolon dari usus yang tipis, bengkak, yang
menyebabkan diare kronis. Kekurangan  nutrisi dapat terjadi akbiat absorbsi
terganggu. Malabsorbsi terjadi sebagai akibat hilangnya fungsi penyerapan
permukaan mukosa. Fenomena ini dapat mengakibatkan malnutrisi protein – kalori,
dehidrasi dan beberapa kekurangan gizi.

A.4. PENATALAKSANAAN MEDIS ( penatalaksanaan kondisi klinis terkait)

 Koreksi anemia , malnutrisi, dehidrasi


 Diet rendah serat, suplementasi vitamin, besi, atau asam folat.
 5-Aminosalicylic acid (5ASA mesalazine). Ini adalah senyawa dari aksi local anti-
inflamasi, terutama pada colon, dan dapat pangaturan rectal atau oral. Perlambatan
perumusan pelepasan(pentasa atau asacol) melarutkan di dalam kolon , pada saat
mentransrifkan pembentukan dari 5ASA (sulphasalazine,osalazine,dan basalazine)
adalah pelepasa enzim di dalam colon oleh bakteri.
 Corticosteroids ,terapi steroid biasanya efektif mempengaruhi remisi dan bisa
digunakan terutama untuk pengobatan penyakit yang akut dan sudah mulai adanya
pembusukan. Itu mungkin dapat diatur oleh parenteral,oral, dan rectal.
Memperpanjang pengobatan steroid sistemik banyak efek yang merugikan.
Mrncangkup memperburuk osteoporosis . budesonide adalah sintetik steroid proses
metabolisme dengan cepat oleh liver. Menghasilkan level sistemik yang lebih
rendah, dan kemungkinan itu sebagai partikel yang efektif dari penyakit terminal
crohn disease.

 Immunosuppressives, obat seperti azathioprine, 6-mercaptopurine dan


methotrexate dapat digunakan , terutama ketika sering mengalami relaps
mengharuskan mengulangi pengobatan steroid.

 Antibiotic , metronidazole , mungkin membujuk remisi dari beberapa penyebab


crohn disease tapi ini tidak efektif di ulseratif colitis.
 Probiotik , bacteria yang hidup, untuk memperbaiki dari keseimbangan flora normal
pada usus, telah digunakan untuk pengobatan dengan berhasil.

B. RENCANA KEPERAWATAN (lihat SLKI dan SIKI)


Diagnosa Keperawatan : resiko defisit nutrisi
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan n nutrisi
pada tubuh kembali normal.

Kriteria Hasil :
1. Teridentifikasi kebutuhan nutrisi dan berat badan yang terkontrol
2. Terjadi peningkatan berat badan sesuai batasan waktu
3. Peningkatan status nutrisi.
Intervensi :
1. Kaji status nutrisi pasien meliputi ABCD, tanda-tanda vital, sensori, dan bising usus.
Rasional : Membantu mengkaji keadaan pasien .
2. Sajikan makanan yang mudah dicerna, dalam keadaan hangat, tertutup, dan berikan
sedikit-sedikit tapi sering
Rasional : Meningkatkan selera makan dan intake makan
3. Ukur intake makanan dan timbang berat badan
Rasional : Observasi kebutuhan nutrisi
4. Anjurkan pasien untuk makan sedikit-sedikit tapi sering
Rasional : Meningkatkan nafsu makan
5. Anjurkan pasien untuk menghindari makanan yang banyak mengandung gas
Rasional : Mengurangi rasa nyaman
6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang tepat bagi pasien
Rasional : Diet sesuai dengan kebutuhan nutrisi pasien
7. Monitor hasil lab, seperti glukosa, elektrolit, albumin, hemoglobin, kolaborasi
dengan dokter
Rasional : Monitor status nutrisi
DAFTAR PUSTAKA

1. Tim Prokja SDKI. DPD & PPNI. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : definisi dan
indicator diagnostic. (Edisi 1). Jakarta: DPPPPNI.

2. Wilkinson, Ahem. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. (Edisi 9). (Terjemahan Esty
Wahyuningsih). Jakarta : EGC.

3. Smeltzer & Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Edisi 8. Jakarta: EGC.

4. Doenges, EM(2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta. EGC.

Anda mungkin juga menyukai