Anda di halaman 1dari 23

PENATALAKSANAAN DIET PENYAKIT SALURAN

CERNA
TUGAS PADA MATA KULIAH ILMU GIZI
PSIK REG A1 SEMESTER 3

DOSEN PENGAMPU :
YENITA. DCN., MPH., RD.

DISUSUN :
R.n angga saputra NPM 16 14201 30 16

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA
PALEMBANG
2017/2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita hanturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah dan rahmat-nya
kami dapat menyelesaikan tugas Makalah pada Mata Kuliah Ilmu Gizi dengan judul
“PENATALAKSANAAN DIET PENYAKIT SALURAN CERNA”.
Atas dukungan moral dan material yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu YENITA, DCN., MPH., RD. selaku dosen pengajar
pada Mata Kuliah Ilmu Gizi ini .
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengatahuan dan pengalaman bagi
para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.

Palembang, November 2017

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULIS MAKALAH

BAB II PEMBAHASAN

A. DEFINISI DIET SALURAN PENCERNAAN


B. GANGGUAN SALURAN PENCERNAAN
1. Gastritis (upper Abdominal Syndrome)
2. Sindrom Fungsional Hipogastrium (Lower Abdominal Syndrome)
3. Aerofagi
4. Mencret (Diare)
5. Heartburn
6. Esofagitis
7. Peritonitis
8. Sembelit (Konstipasi)
9. Wasir atau Hemoroid
10. Kanker Usus
C. DIET PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN
1. Diet Saluran Pencernaan Atas
a. Diet Disfagia
b. Diet Pasca-Hematemesis-Melena
c. Diet Penyakit Lambung
1. Diet Lambung I
2. Diet Lambung II
3. Diet Lambung III
4. Diet Lambung IV
2. Diet Saluran Cerna Bawah
a. Diet Penyakit usus inflamatorik (inflammantory bowel disease)
b. Diet penyakit Divertikular

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kebutuhan akan asupan nutrisi merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi manusia
untuk bertahan hidup. Nutrisi tersebut juga harus memiliki persyaratan kelengkapan gizi untuk
pemenuhan secara sempurna bagi seseorang dalam melengkapi kebutuhan nutrisi.
Namun terkadang kebutuhan akan nutrisi tersebut terhambat manakala terjadi gangguan pada
sistem pencernaan. Gangguan tersebut utamanya adalah gangguan pada saluran cerna, maka harus ada
langkah rehabilitasi, salah satu caranya yaitu dengan melakukan diet saluran cerna.

B. RUMUSAN MASALAH
Berikut ini adalah rumusan masalah mengenai diet pada saluran pencernaan:
1. Apa definisi diet saluran pencernaan?
2. Apa saja gangguan saluran pencernaan?
3. Bagaimana diet pada penyakit saluran pencernaan?

C. TUJUAN PENULIS MAKALAH


Tujuan dari pembahasan mengenai diet saluran cerna adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan tentang definisi diet saluran pencernaan
2. Menjelaskan gangguan saluran pencernaan
3. Menjelaskan diet pada penyakit saluran pencernaan
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI DIET SALURAN PENCERNAAN


Dalam konteks bahasa, istilah diet memiliki arti sebagai jumlah makanan yang dikonsumsi
oleh seseorang.Di Indonesia, penggunaan istilah diet lebih menunjukkan pada usaha menurunkan
berat badan atau mengatur asupan nutrisi.

Definisi diet menurut para ahli:

1. Muda (2003) Diet merupakan aturan makan khusus untuk kesehatan dan sebagainya (biasanya atas
petunjuk dokter), berpantang atau menahan diri terhadap makanan tertentu untuk kesehatan, mengatur
kuantitas, dan jenis makanan untuk mengurangi berat badan atau karena penyakit.
2. Kim dan Lennon (2006) Diet adalah pengurangan kalori untuk mengurangi berat badan.
3. Hawks (2008) Diet merupakan usaha sadar seseorang dalam membatasi dan mengontrol makanan
yang akan dimakan dengan tujuan untuk mengurangi dan mempertahankan berat badan.

Diet Saluran Pencernaan


Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal adalah sistem organ dalam manusia yang
berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat
gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan
sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar,
rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran
pencernaan yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
Diet saluran cerna berarti diet yang dilakukan saat terjadi gangguan pada saluran
pencernaan.Penderita dapat mengalami gangguan pencernaan walaupun penyebab dan mekanisme
terjadinya gangguan tersebut secara pasti belum diketahui secara pasti, namun gangguan tersebut
sangat dipengaruhi oleh faktor psikologis.

B. GANGGUAN SALURAN PENCERNAAN


1. Gastritis (Upper Abdominal Syndrome)
Gangguan pencernaan bagian atas yang secara umum dikenal sebagai penyakit “maag”
merupakan gangguan saluran cerna yang cukup sering dikeluhkan. Selain disebabkan oleh faktor
organik seperti adanya luka/peradangan pada saluran cerna bagian atas (lambung), gangguan ini juga
dihubungkan dengan faktor psikologis mendasarinya. Gangguan ini ditandai antara lain oleh adanya
rasa sakit dan atau rasa penuh di daerah epigastrium (ulu hati), kanan atau kiri di bawah lengkung iga.
Rasa sakit bersifat membakar atau samar-samar, tidak jarang menjalar, intensitasnya sedang,
menghebat karena makanan atau langsung setelah makan, tidak ada hubungannya dengan kejadian
tertentu. Gejala-gejala lain yang timbul antara lain gangguan menelan, eruktasi (bersendawa), pirosis
(merasa terbakar dan rasa asam atau pahit), mual dan muntah, kembung (meteorismus), dan lain-lain.
Penderita gastritis biasanya menunjukkan perubahan yang cukup mencolok yaitu sikap
depresi. Seringkali penderita menyalahkan lingkungan atau makanannya, tetapi ternyata dengan diet
(makanan) juga tidak mengurangi rasa sakitnya. Keseimbangan yang rapuh yang mudah menjadi
runtuh dapat terlihat ketika penderita mengalami keluhan pada saluran cernanya dan jelas terlihat
adanya ketergantungan pada objek yang memanjakannya.

2. Sindrom Fungsional Hipogastrium (Lower Abdominal Syndrom)


Gangguan pencernaan yang mengenai saluran cerna bagian bawah ini juga dikenal sebagai
spastic colon, irritable colon, colitis nervosa, dan obstipasi spastic. Penderita penyakit ini akan
mengeluhkan rasa sakit pada perut, biasanya di bawah pusat, diare atau obstipasi (sembelit). Bila
terjadi obstipasi, feses penderita dapat keluar berbentuk seperti potlot atau tahi kambing (obstipasi
spastik).
Faktor psikologis yang berperan pada penderitanya yaitu adanya harapan- harapan untuk
meminta lebih banyak lagi dari orang lain karena mereka telah memberi banyak pada orang tersebut.

3. Aerofagi

Gejala yang timbul dari gangguan saluran cerna ini adalah berupa rasa sakit perut dan perut
dirasakan penuh dan membengkak, hal ini dibuktikan dengan bersendawa (belching) yang keras
bertubi-tubi. Simtom ini terutama ditemukan pada meraka yang bergantian menelan dan
mengeluarkan udara. Bila tidak dapat bersendawa, maka perut akan terasa kembung (meteorismus)
dan kentut (flatus) yang tidak berbau. Karena penyebab yang mendasari gangguan ini adalah faktor
psikologis (setelah hasil pemeriksaan tidak ditemukan adanya penyebab organik yang mendasari nya)
dari penderitanya maka selain memberikan pengobatan yang dapat mengurangi gejala yang dialami
penderitanya maka psikoterapi juga dibutuhkan untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi
gangguan ini.

4. Mencret (Diare)
Diare terjadi karena adanya rangsangan yang berlebihan pada mukosa usus sehingga gerakan
otot usus meningkat dan makanan kurang terserap secara sempurna. Diare termasuk gangguan
perncernaan yang paling sering muncul terutama pada anak-anak.
Diare akut kalau anak mencret lebih dari 4 kali sehari. Penyebabnya bisa infeksi, bisa juga
hanya karena salah makan, sebagai contoh makanan yang tidak sesuai dengan usia anak, misalnya
sudah diberikan makan padat sebelum waktunya.
Faktor kebersihan juga menjadi sebab diare. Diare yang disebabkan bakteri atau salah makan
adalah penyebab utama gangguan pencernaan pada anak di bawah 5 tahun (Balita). Selain itu, ada
juga diare akibat cacingan.

5. Heartburn
Heartburn adalah nyeri akut yang dirasakan di daerah epigastrium, yang dirasakan dapat
menyebar ke bagian lain dari dada atau lengan. Heartburn ini biasanya timbul setelah makan dan
disebabkan oleh refluks isi lambung ke esofagus.

6. Esofagitis
Esofagitis adalah peradangan kronik esofagus. Kelainan ini sering terjadi akibat refluks
kronik isi lambung ke dalam esofagus. Apabila hal ini terjadi, lapisan mukosa esofagus dapat
mengalami tukak oleh asam. Kerusakan lapisan mukosa dapat menyebabkan peradangan kronik,
spasme otot, dan pembentukan jaringan parut di esofagus, yang dapat menyebankan terhambatnya
makanan. Gejala klinis:
 Nyeri seperti terbakar di epigastrium
 Muntah
 Disfagia (kesulitan menelan)

7. Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, suatu membran yang melapisi rongga abdomen.
Perionitis biasnya terjadi akibat masuknya bakteri dari saluran cerna atau organ-organ abdomen ke
dalam ruang peritoneum melalui perforasi usus atau rupturnya suatu organ. Gejala klinis:
 Nyeri, terutama di atas daerah yang meradang
 Peningkatan kecepatan denyut jantung akibat hipovolemia karena perpindahan cairan ke dalam
perinium
 Mual dan muntah
 Abdomen yang kaku

8. Sembelit (Konstipasi)
Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan dengan gejala mengalami pengerasan
feses yang sulit untuk dibuang yang dapat menyebabkan kesakitan pada penderitanya. Konstipasi
dapat disebabkan oleh pola makan, hormon, efek samping obat-obatan, dan juga karena kelainan
anatomis. Biasanya, konstipasi disebabkan karena defekasi yang tidak teratur sehingga feses mengeras
dan sulit dikeluarkan.
Pengobatan konstipasi dapat dilakukan dengan mengubah pola makan, obat pencahar
(laksatif), terapi serat, dan pembedahan, walaupun pilihan terakhir jarang dilakukan. Konstipasi hebat
disebut juga dengan obstipasi. Gangguan pada sistem pencernaan juga bisa disebabkan karena stres.
Sebab stres dapat mempengaruhi sistem saraf dalam tubuh. Sementara penanganan untuk yang susah
BAB, harus dilihat dulu apa penyebabnya.

9. Wasir atau hemoroid


Wasir atau hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah balik (vena) di dalam anyaman
pembuluh darah. Keluhan pertama kali yaitu darah segar menetes setelah buang air besar (BAB).
Biasanya tanpa disertai rasa nyeri dan gatal di anus. Pencegahannya adalah perlu diet tinggi serat
dengan makan sayur sayuran dan buah-buahan yang bertujuan membuat volume tinjanya besar, tetapi
lembek, sehingga saat BAB, karena tidak perlu mengejan dapat merangsang wasir.

10. Kanker usus


Kanker usus merupakan penyakit ketiga yang menjadi penyebab kematian di seluruh dunia.
Studi pada manusia juga menunjukan keseluruhan jumlah kalsium yang dikonsumsi sangat positif
dalam mengurangi tingkat dari resiko kanker susu ini. Setiap kenaikan 1.000 miligram kalsium sehari
atau lebih akan mempu mengurangi 15% resiko dari kanker usus pada wanita dan 10% pada pria.
Konsumsi susu dan kalsium bisa mengurangi resiko terkena kanker usus. Keju dan yoghurt juga
merupakan hasil olahan dari susu.
Cara terbaik untuk mencegah dan mengurangi risiko kanker usus adalah dengan
mengkonsumsi makanan yang seimbang antara buah, sayuran, dan kalori. untuk mengurai proses
penimbunan lemak.

C. DIET PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN

1. DIET SALURAN PENCERNAAN ATAS

a. Diet Disfagia
Disfagia adalah kesulitan menelan karena adanya gangguan aliran makanan pada saluran
cerna. Hal ini dapat terjadi karena kelainan sistem saraf menelan, pascastoke dan adanya massa atau
tomor yang menetupi saluran cerna.

Tujuan diet disfagia adalah :

1) Menurunkan risiko aspirasi akibat masuknya makanan ke dalam saluran pernapasan.

2) Mencegah dan mengoreksi defisiensi zat gizi dan cairan.

Syarat-syarat diet disfagia adalah:

1) Cukup energi, protein dan zat gizi lainnya.

2) Mudah dicerna, porsi makanan kecil dan sering diberikan.

3) Cukup cairan.

4) Bentuk makanan bergantung pada kemampuan menelan,. Diberikan secara bertahap,dimulai dari
makanan cair penuh atau cair kental, makanan saring dan makanan lunak.

5) Makanan cair jernih tidak diberikan karena sering menyebabkan tersedak atau aspirasi.

6) Cara pemberian makanan dapat per oral atau melalui pipa (selang) atau sonde.

Disfagia dapat terjadi pada lansia, adanya gangguan saraf menelan, tumor esofagus dan pascastoke.
Bentuk makanan bergantung pada cara pemberian. Bila diberikan melalui pipa, makanan diberikan
dalam bentuk makanan cair penuh, bila diberikan per oral maka makanan diberikan dalam bentuk
makanan cair kental, saring, atau lunak.

b. Diet Pasca-Hematemesis-Melena

Hematemesis-melena adalah keadaan muntah dan buang air besar berupa darah akibat luka
atau kerusakan pada saluran cerna.

Tujuan diet pasca-hematomesis-melena adalah:

1) Memberikan makanan secukupnya yang memungkinkan istirahat pada saluran cerna, mengurangi
risiko perdarahan tulang dan mencegah aspirai.

2) Mengusahakan keadaan gizi sebaik mungkin.

Syarat diet :

a. Tidak merangsang sal.cerna


b. Tidak meninggalkan sisa

c. Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48 jam untuk memberikan
istirahat pada lambung

d. Diet diberikan jika perdarahan pada lambung atau duodenum sudah tidak ada

Diet pasca-hematemesis-melena diberikan dalam bentuk makanan cair jernih, tiap 2-3 jam pasca
perdarahan. Nilai gizi makanan ini sangat rendah, sehingga diberikan selama 1-2 hari saja.

c. Diet Penyakit Lambung

Penyakit lambung atau gastrointestinal meliputi gastritis akut dan kronis, ulkus peptikum,
pasca-operasi lambung yang sering diikuti dengan “dumping syndrome” dan kanker lambung.
Gangguan gastrointestinal sering d hubungkan dengan emosi atau Psikoneurosis dan makan terlalu
cepat karena kurang kunyah serta terlalu banyak merekok. Gangguan pada lambung umumnya berupa
sindroma distepsia, yaitu kumpulan gejala yang terdiri dari mual, muntah, nyeri efigastrium,
kembung, nafsu makan berkurang dan rasa cepat kenyang.

Tujuan diet :

Tujuan diet penyakit lambung adalah untuk memberikan makanan dan cairan secukupnya yang tidak
memberatkan lambung serta mencegah dan menetralkan sekresi lambung yang berlebihan.

Syarat Diet :

1. Mudah cerna, posi kecil dan sering diberikan.


2. Energy dan protein cukup, sesuai kemampuan pasien untuk menerimanya.
3. Lemak rendah, yaitu 10-15%dari kebutuhan energy total yang di tingkatkan secara bertahap
hingga sesuai dengan kebutuhan.
4. Rendah serat, terutama serat tidak larut air yang ditingkatkan secara bertahap.
5. Cairan cukup, terutama bila ada muntah.
6. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara teknis, mekanis,
maupun kimiawi (disesuaikan daya terima perorangan)
7. Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa, umumnya tidak dianjurkan minum susu
terlalu banyak.
8. Makan secara perlahan dilingkungan yang tenang.
9. Pada fase akut dapat diberikan makan parenteral saja selama 24-48 jam untuk memberi
istrahat pada lambung.
Macam Diet dan Indikasi Pemberian :

Diet lambung diberikan pada pasien dengan gastritis, ulkus pektikum, tifus abdominalis, dan
paska bedah saluran cerna atas.

Diet Lambung I

Diet lambung 1 diberikan pada pasien ulkus poptikum akut, ulkus peptikum pendarahan,
oeseophagitis dan gastritis akut serta penderita tifus abdominalis berat. Makanan diberikan berupa
susu dan bubur susu dan hanya diberikan selama 2 hari saja karena membosankan serta kurang energi,
zat besi, tiamin, dan vitamin C. Makanan diberikan dalam porsi kecil tiap 3 jam.

Bahan makanan yang diberikan setiap hari :

Bahan makanan Berat (gr) Urt


Susu 1800 9 gls
Maizena 60 12 sdm
Gula pasir 90 9 sdm

Nilai Gizi :

Kalori 1630 gr Besi 2.0 mg

Protein 58 gr Vitamin A 2340 SI

Lemak 63 gr Tiamin 0,5 mg

KH arang 213 gr Vitamin C 18 mg

Kalsium 2.6 gr

Pembagian makanan sehari :

Pukul 07.00 bubur susu 200ml = 1 gls

Susu 200ml = 1 gls

Pukul 10.00 Susu 200ml = 1 gls

Pukul 13.00 bubur susu 200ml = 1 gls

Susu 200ml = 1 gls


Pukul 15.00 Susu 200ml = 1 gls

Pukul 18.00 bubur susu 200ml = 1 gls

Susu 200ml = 1 gls

Pukul 20.00 Susu 200ml = 1 gls

Diet Lambung II

Diet lambung II diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung I, setelah fase akut dapat
diatasi kepada pasien tifus abdominalis dengan suhu tubuh tinggi dan sesudah operasi saluran
pencernaan. Makanan berbentuk saring atau cincang, tiap 3 jam. Sebaiknya diberikan selama
beberapa hari saja karena membosankan.

Bahan makanan sehari :

Bahan makanan Berat (gr) Urt

Beras 60 2 gls bubur saring


Maizena 50 100 sdm
Biskuat 20 2 buah
Daging 100 0,5 glassering
Telur 150 3 btr
Susu segar 900 4 gls
Pepaya 200 1 gls saring
Sayuran 100 1 gls
Margarine 20 2 sdm
Gula pasir 70 7 sdm

Nilai Gizi :

Energi 1990 gr Besi 12.8 mg

Protein 73 gr Vitamin A 10103 SI

Lemak 84 gr Tiamin 0,9 mg

Karbohidrat 236 gr Vitamin C 174 mg

Kalsium 1,2 g
Pembagian bahan makanan sehari :

Pagi :

Maizena 20g = 4 sdm

Telur 50g = 1 btr

Susu 300g = 1,5 gls

Gula pasir 20g = 2 sdm

Pukul 10.00 :

Meizena 15hr = 3 sdm

Susu 300gr = 1,5 sdm

Gula pasir 20gr = 2 sdm

Siang dan sore :

Beras 30g = 1 gls bubur saring

Daging 50g = 0,5 gls saring

Margarine 10g= 1 sdm

Telur 50g= 1 btr

Sayuran 50g= 0,5 gls saring

Pepaya 100g= o,5 gls saring

Pukul 16.00 :

Meizena 15gr= 3sdm

Susu 100ml= 0,5 gls

Gula pasir 20gr= 2 sdm

Pukul 20.00 :

Susu 200ml= 1 gls

Gula pasir 10gr= 1 sdm


Biscuit 20gr= 2bh

Bahan Makanan Yang Dianjurkan Dan Tidak Dianjurkan :

Bahan makanan Dianjurkan Tidak dianjurkan

Sumber Beras dibubur atau ditim; kentang Beras ketan, beras tumbuk, roti
karbohidrat dipure; macaroni direbus; roti whole wheat, jagung; ubi,
dipanggang; biscuit; krekers; mi, singkong, tales; cake, dodol,dan
bihun, tepung-tepungan dibuat berbagai kue yang terlalu manis
pudding atau bubur. dan beremak tinggi.

Daging sapi empuk, hati, ikan, ayam Daging, ikan ,ayam yang diawet,
Sumber protein
digiling atau dicincang dan direbus, digoreng; daging babi; telur
hewan
disemur, ditim, dipanggang; telur diceplok atau digoreng.
ayam direbus, didadar, ditim, diceplok
air dan dicampur dalam makanan;
susu.
Sumber protein Tahu, tempe digoreng; kacang
Tahu, tempe disrebus ditim, ditumis;
nabati tanah, kacang merah, kacang polo.
kacang hijau direbus, dan dihaluskan.

Sayuran Sayuran yang tidak banyak serat dan


Sayuran mentah, sayuran berserat
tidak menimbulkan gas dimasak;
tinggi dan menimbulkan gas seperti
bayam, bir, labu siam, labu kuning,
daun singkong, kacang panjang,
wortel, tomat direbus dan ditumis.
kol, lobak, sawi, dan asparagus.

Buah-buahan Buah yang tinggi serat atau dapat


Papaya, pisang, jeruk manis, sari buah;
pir dan peach dalam kaleng. menimbulkan gas seperti jambu
biji, nanas, apel, kedondong,
durian, nangka; buah yang
dikeringkan.

Lemak Lemak hewan, santan kental.


Margarine dan mentega; minyak untuk
menumis dan santan encer.
Minuman
Sirup, teh. Minuman yang mengandung soda
dan alcohol, kopi, ice cream.
Bumbu
Gula, garam, vetsin, kunci, kencur, Lombok, bawang, merica, cuka,
jahe, kunyit, terasi, laos, saam sereh. dan sebagainya yang tajam

Diet lambung III

Diet lambung III diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung II pada pasien dengan ukus
peptikum, tifus abdominalis yang suhu tubuhnya sudah kembali normal. Makanan yang berbentuk
lunak atau yang bergantung pada toleransi pasien. Diberikan 6 kali sehari dengan porsi kecil.
Makanan ini cukup energi, protein, mineral, vitamin C, dan kurang tiamin.

Bahan makanan sehari :

Bahan makanan Berat (gr) Urt

Beras 90 2 3/4 gls bubur saring


Maizena 30 6 sdm
Roti 40 2 ptg
Daging 100 2 ptg sdg
Telur 100 2 btr
Susu 600 3 gls
Sayuran 200 2 gls
Buah 200 2 ptg sdg pepaya
Margarine 35 3,5 sdm
Gula pasir 70 7 sdm

Nilai Gizi :

Energy 1921 kkal Besi 17,8 mg

Protein 61 g Vitamin A 10469 SI

Lemak 74 g Tiamin 0,8 mg


Karbohidrat 257 g Vitamin C 134 mg

Kalsium 0,8 g

Pembagian bahan makanan sehari :

Pagi :

Beras 30 g = 1 gls bubur

Telur 50 g = 1 btr

Sayuran 50 g = 0,5 gls

Gula pasir 10 g = 1 sdm

Margarine 5 g = 0,5 sdm

Pukul 10.00 :

Maizena 15 g = 3 sdm

gula pasir 25 g = 2,5 sdm

susu 300 g = 1,5 gls

Siang :

Beras 30 g = 1 gls bubur

Daging 50 g = 1 ptg sdg

Margarine 10 g = 1 sdm

Sayuran 74 g = ¾ gls

Pukul 16.00 :

Meizena 15 g = 3 sdm

Susu 300 g = 1,5 gls

Gula pasir 25 g =2,5 sdm

Pepaya 100 g = 1 ptg sdg


Sore :

Beras 30 g = 1 gls bubur

Daging 50 g = 1 ptg sdg

Sayuran 74 g = ¾ gls

Pepaya 100 g = 1 ptg sdg

Margarine 10 g = 1 sdm

Pukul 20.00 :

Roti 40 gr = 2 ptg

Margarine 10 gr = 1 sdm

Telur 50 gr = 1 btr

Gula pasir 10 gr = 1 sdm

Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan :

Bahan makanan Dianjurkan Tidak dianjurkan


Sumber karbohidrat Beras di tim, nasi kentang Beras ketan, mi bihun, cake, dodol,
direbus, roti, biscuit, krekers dan makanan manis

Sumber protein Daging sapi empuk, hati ayam Daging, ikan, ayam dan telur ayam
hewani dan ikan direbus, telur ayam di ceplok atau digoeng
didadar

Sumber protein nabati Tahu dan tempe direbus, kacang Tahu dan tempe digoreng, kacang
hijau direbus dan dihaluskan tanah-kacangan digoreng

Sayuran Sayuran yang tidak banyak serat : Sayuran lain dimasak dan sayuran
bayam, buncis, kacang panjang, mentah
bit, labusiam, labu kuning, wortel,
tomat direbus.

Buah-buahan Pepaya, pisang, sawo, jeruk Buah yang tinggi serat dan dapat
manis, sari buah, pir dan peach menumbulkan gas: jambu biji nanas,
dalam kaleng kedondong, durian, nangka dan
buah yang dikeringkan

Lemak Margarine dan mentega Lemak hewani dan santan

Minuman Sirup dan teh encer Teh kental, minuman soda alkohol
dan kopi

Bumbu Gula dan garam dalam jumlah Cabe, bawang merah, merica, cuka
terbatas, kunyit, jahe dan sebagainya yang memiliki rasa
tajam

Diet lambung IV

Diet lambung IV diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet lambung III arau kepada
pasien ulkus peptikum ringan, gastritis ringan, esofagus ringan, serta tifus abdominalis yang hampir
sembuh. Makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa, tergantung toleransi pasien. Makanan ini
cukup dan semua zat gizi.

Bahan makanan yang diberikan sehari


Bahan makanan Berat (gr) Urt

Beras 200 4 gls tim


Maizena 15 3 sdm
Biscuit 20 2 bh
Daging 100 2 ptg sdg
Telur 50 1 btr
Susu 400 2 gls
Tempe 100 4 ptg sdg
Sayuran 200 2 gls
Buah 200 2 ptg pepaya sdg
Minyak 25 2,5 sdm
Gula 40 4 sdm

Nilai gizi

Kalori 2.080 kkal Zat besi 21,3 mg

Protein 74 gr Vitamin A 9055 SI

Lemak 65 gr Tiamin 0,9 mg

Karbohidrat 303 gr Vitamin C 132 mg

Kalsium 0,8 gr

Pembagian makanan sehari

Pagi :

Beras 50 gr = 1 gls tim

Telur 50 gr = 1 btr

Sayuran 50 gr = ½ gls

Gula pasir 10 gr = 1 sdm

Minyak 5 gr = ½ gls

Pukul 10.00 :
Maizena 15 gr = 3 sdm

Susu 200 gr = 1 gls

Gula pasir 20 gr = 2 sdm

Siang dan sore :

Beras 75 gr = 11/2 gls tim

Daging 50 gr = 1 ptg sdg

Tempe 50 gr = 2 ptg sdg

Sayuran 75 gr = ¾ gls

Pepaya 100 gr = 1 ptg sdg

Minyak 10 gr = 1 sdm

2. DIET PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN BAWAH

a. Diet penyakit usus inflamatorik (inflammantory bowel disease)

penyakit usu inflamatorik adalah peradangan terutama pada ileum dan usus besar dengan
gejala diare, disertai darah, lendir, nyeri abdomen, berat badan berkurang, demam, dan kemungkinan
terjadi streatorea (adanya lemak dalam feses). Penyakit ini dapat berupa Kolitis Ulseratif dan Chron’s
Disease.

Tujuan diet penyakit Inflamatorik adalah :

1. Memperbaiki ketikdakseimbangan cairan dan elektrolit


2. Mengganti kehilangan zat gizi dan memperbaiki status gizi kurang
3. Mencegah iritasi dan inflamasi lebih lanjut
4. Mengistirahatkan usus pada masa akut

Syarat-syarat diet penyakit usus inflamatorik :

1. Pada feses akut dipuasakan dan diberi makanan secara perenteral saja
2. Bila feses akut teratasi, pasien diberi makanan secara bertahap, mulai dari bentuk cair
(perorang maupun enteral), kemudian menigkat menjadi diet sisa rendah dan serat rendah
3. Bila gejala hilang dapat diberi makanan biasa
4. Kebutuhan gizi yaitu :
 Energi dan protein tinggi
 Suplemen vitamin dan mineral antara lain vitamin A,C,D asam folat, vitamin B12,
kalsium, zat besi, magnesium dan seng
5. Makana enteral rendah atau bebas laktosa dan mengandung asam lemak rantai sedang
(medium chain trygliceride = MTC) dapat diberikan karena sering terjadi intoleransi laktosa
dan malabsorpsi lemak
6. Cukup cairan dan elektrolit
7. Menghindari makanan yang mengandung gas
8. Sisa rendah dan secara bertahap kembali ke makanan biasa
9.

b. Diet penyakit Divertikular

Penyakit divertikular tersiri atas penyakit divertikulosis dan divertikulitis. Penyakit


divertikulosis adalah penyakit adanya kantong-kantong kecil yeng berbentuk pada dinding kolon yang
terjadi akibat tekanan intrakolon yang tinggi pada konstipasi kronik. Hal ini terutama terjadi pada usia
lanjut yang makanannyarendah serat. Penyakit divertikulitis yaitu terjadi apabila penumpukan pada
divertikular menyebabkan peradangan. Gejala-gejala antara lain kram pada bagian kiri bawah perut,
mual, kembung, muntah, konstipase atau diare, menggigil dan demam.

Tujuan diet penyakit divertikulosis :

1. Meningkatkan volume dan konsistensi feses


2. Menurunkan tekanan intra luminal
3. Mencegah infeksi
4. Mengistirahatkan usus untuk mencegah perforasi
5. Mencegah akibat laksatif dari makanan berserat tinggi

Syarat diet penyakit divertikulosis :

1. Kebutuhan energi dan zat-zat gizi normal


2. Cairan tinggi, yaitu 2-2,5 liter sehari
3. Serat tinggi
4. Mengusahakan asupan energi dan zat-zat gizi cukup sesuai dengan batasan diet yang
ditetapkan
5. Bila ada pendarahan, dimulai dengan makanan cair jernih
6. Makanan diberikan secara bertahap, dimulai dari diet sisa rendah I ke diet sisa rendah II
dengan konsistensi yang sesuai
7. Hindari makanan yang banyak mengandung biji-biji kecil, seperti tomat, jambu biji dan
stroberi yang menumpuk dalam divertikular
8. Bila perlu diberi makanan enternal rendah atau bebas laktosa

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Diet saluran cerna berarti diet yang dilakukan saat terjadi gangguan pada saluran cerna dan
mekanisme pencernaan dalam tubuh manusia. Gangguan atau kelainan dalam system pencernaan
antara lain : Gastritis (upper Abdominal Syndrome), Sindrom Fungsional Hipogastrium (Lower
Abdominal Syndrome), Aerofagi, Mencret (Diare), Heartburn, Esofagitis, Peritonitis, Sembelit
(Konstipasi) dan Wasir atau Hemoroid

Diet pada saluran cerna dibagi menjadi 2 yaitu : Diet saluran cerna atas (diet disfagia, diet
pasca hematemesis dan diet lambung) dan Diet saluran cerna bawah (diet penyakit usus inflamatorik
dan diet divertikular).
B. SARAN
Dalam melakukan diet, hendaknya ditetapkan target waktu dan hasil, penyesuaian gejala
dengan aktivitas olahraga sehingga diet akan tetap sehat. Penyesuaian gejala utamanya dilakukan saat
terjadi gangguan (seperti gangguan saluran cerna) dan diharuskan melakukan diet, sehingga nantinya
diet akan lebih maksimal memberikan hasil.
Kami sangat menyadari bahwa dalam penysunan makalah ini masih banyak
kekurangan, kami sangat mengharapkan saran dari dosen pengampuh mata kuliah psikologi
untuk menjadikan makalah kami makalah yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Beck, Mary E.2011.Ilmu Gizi dan Diet – Hubungannya dengan Penyakit-penyakit untuk Perawat dan
Dokter.jakarta:Andi Publisher

Mary courtney moore.2012.Terapi Diet dan Nutrisi.Edisi2.jakarta:Hipokrates

Anda mungkin juga menyukai