CERNA
TUGAS PADA MATA KULIAH ILMU GIZI
PSIK REG A1 SEMESTER 3
DOSEN PENGAMPU :
YENITA. DCN., MPH., RD.
DISUSUN :
R.n angga saputra NPM 16 14201 30 16
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita hanturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah dan rahmat-nya
kami dapat menyelesaikan tugas Makalah pada Mata Kuliah Ilmu Gizi dengan judul
“PENATALAKSANAAN DIET PENYAKIT SALURAN CERNA”.
Atas dukungan moral dan material yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu YENITA, DCN., MPH., RD. selaku dosen pengajar
pada Mata Kuliah Ilmu Gizi ini .
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengatahuan dan pengalaman bagi
para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULIS MAKALAH
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kebutuhan akan asupan nutrisi merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi manusia
untuk bertahan hidup. Nutrisi tersebut juga harus memiliki persyaratan kelengkapan gizi untuk
pemenuhan secara sempurna bagi seseorang dalam melengkapi kebutuhan nutrisi.
Namun terkadang kebutuhan akan nutrisi tersebut terhambat manakala terjadi gangguan pada
sistem pencernaan. Gangguan tersebut utamanya adalah gangguan pada saluran cerna, maka harus ada
langkah rehabilitasi, salah satu caranya yaitu dengan melakukan diet saluran cerna.
B. RUMUSAN MASALAH
Berikut ini adalah rumusan masalah mengenai diet pada saluran pencernaan:
1. Apa definisi diet saluran pencernaan?
2. Apa saja gangguan saluran pencernaan?
3. Bagaimana diet pada penyakit saluran pencernaan?
PEMBAHASAN
1. Muda (2003) Diet merupakan aturan makan khusus untuk kesehatan dan sebagainya (biasanya atas
petunjuk dokter), berpantang atau menahan diri terhadap makanan tertentu untuk kesehatan, mengatur
kuantitas, dan jenis makanan untuk mengurangi berat badan atau karena penyakit.
2. Kim dan Lennon (2006) Diet adalah pengurangan kalori untuk mengurangi berat badan.
3. Hawks (2008) Diet merupakan usaha sadar seseorang dalam membatasi dan mengontrol makanan
yang akan dimakan dengan tujuan untuk mengurangi dan mempertahankan berat badan.
3. Aerofagi
Gejala yang timbul dari gangguan saluran cerna ini adalah berupa rasa sakit perut dan perut
dirasakan penuh dan membengkak, hal ini dibuktikan dengan bersendawa (belching) yang keras
bertubi-tubi. Simtom ini terutama ditemukan pada meraka yang bergantian menelan dan
mengeluarkan udara. Bila tidak dapat bersendawa, maka perut akan terasa kembung (meteorismus)
dan kentut (flatus) yang tidak berbau. Karena penyebab yang mendasari gangguan ini adalah faktor
psikologis (setelah hasil pemeriksaan tidak ditemukan adanya penyebab organik yang mendasari nya)
dari penderitanya maka selain memberikan pengobatan yang dapat mengurangi gejala yang dialami
penderitanya maka psikoterapi juga dibutuhkan untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi
gangguan ini.
4. Mencret (Diare)
Diare terjadi karena adanya rangsangan yang berlebihan pada mukosa usus sehingga gerakan
otot usus meningkat dan makanan kurang terserap secara sempurna. Diare termasuk gangguan
perncernaan yang paling sering muncul terutama pada anak-anak.
Diare akut kalau anak mencret lebih dari 4 kali sehari. Penyebabnya bisa infeksi, bisa juga
hanya karena salah makan, sebagai contoh makanan yang tidak sesuai dengan usia anak, misalnya
sudah diberikan makan padat sebelum waktunya.
Faktor kebersihan juga menjadi sebab diare. Diare yang disebabkan bakteri atau salah makan
adalah penyebab utama gangguan pencernaan pada anak di bawah 5 tahun (Balita). Selain itu, ada
juga diare akibat cacingan.
5. Heartburn
Heartburn adalah nyeri akut yang dirasakan di daerah epigastrium, yang dirasakan dapat
menyebar ke bagian lain dari dada atau lengan. Heartburn ini biasanya timbul setelah makan dan
disebabkan oleh refluks isi lambung ke esofagus.
6. Esofagitis
Esofagitis adalah peradangan kronik esofagus. Kelainan ini sering terjadi akibat refluks
kronik isi lambung ke dalam esofagus. Apabila hal ini terjadi, lapisan mukosa esofagus dapat
mengalami tukak oleh asam. Kerusakan lapisan mukosa dapat menyebabkan peradangan kronik,
spasme otot, dan pembentukan jaringan parut di esofagus, yang dapat menyebankan terhambatnya
makanan. Gejala klinis:
Nyeri seperti terbakar di epigastrium
Muntah
Disfagia (kesulitan menelan)
7. Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, suatu membran yang melapisi rongga abdomen.
Perionitis biasnya terjadi akibat masuknya bakteri dari saluran cerna atau organ-organ abdomen ke
dalam ruang peritoneum melalui perforasi usus atau rupturnya suatu organ. Gejala klinis:
Nyeri, terutama di atas daerah yang meradang
Peningkatan kecepatan denyut jantung akibat hipovolemia karena perpindahan cairan ke dalam
perinium
Mual dan muntah
Abdomen yang kaku
8. Sembelit (Konstipasi)
Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan dengan gejala mengalami pengerasan
feses yang sulit untuk dibuang yang dapat menyebabkan kesakitan pada penderitanya. Konstipasi
dapat disebabkan oleh pola makan, hormon, efek samping obat-obatan, dan juga karena kelainan
anatomis. Biasanya, konstipasi disebabkan karena defekasi yang tidak teratur sehingga feses mengeras
dan sulit dikeluarkan.
Pengobatan konstipasi dapat dilakukan dengan mengubah pola makan, obat pencahar
(laksatif), terapi serat, dan pembedahan, walaupun pilihan terakhir jarang dilakukan. Konstipasi hebat
disebut juga dengan obstipasi. Gangguan pada sistem pencernaan juga bisa disebabkan karena stres.
Sebab stres dapat mempengaruhi sistem saraf dalam tubuh. Sementara penanganan untuk yang susah
BAB, harus dilihat dulu apa penyebabnya.
a. Diet Disfagia
Disfagia adalah kesulitan menelan karena adanya gangguan aliran makanan pada saluran
cerna. Hal ini dapat terjadi karena kelainan sistem saraf menelan, pascastoke dan adanya massa atau
tomor yang menetupi saluran cerna.
3) Cukup cairan.
4) Bentuk makanan bergantung pada kemampuan menelan,. Diberikan secara bertahap,dimulai dari
makanan cair penuh atau cair kental, makanan saring dan makanan lunak.
5) Makanan cair jernih tidak diberikan karena sering menyebabkan tersedak atau aspirasi.
6) Cara pemberian makanan dapat per oral atau melalui pipa (selang) atau sonde.
Disfagia dapat terjadi pada lansia, adanya gangguan saraf menelan, tumor esofagus dan pascastoke.
Bentuk makanan bergantung pada cara pemberian. Bila diberikan melalui pipa, makanan diberikan
dalam bentuk makanan cair penuh, bila diberikan per oral maka makanan diberikan dalam bentuk
makanan cair kental, saring, atau lunak.
b. Diet Pasca-Hematemesis-Melena
Hematemesis-melena adalah keadaan muntah dan buang air besar berupa darah akibat luka
atau kerusakan pada saluran cerna.
1) Memberikan makanan secukupnya yang memungkinkan istirahat pada saluran cerna, mengurangi
risiko perdarahan tulang dan mencegah aspirai.
Syarat diet :
c. Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48 jam untuk memberikan
istirahat pada lambung
d. Diet diberikan jika perdarahan pada lambung atau duodenum sudah tidak ada
Diet pasca-hematemesis-melena diberikan dalam bentuk makanan cair jernih, tiap 2-3 jam pasca
perdarahan. Nilai gizi makanan ini sangat rendah, sehingga diberikan selama 1-2 hari saja.
Penyakit lambung atau gastrointestinal meliputi gastritis akut dan kronis, ulkus peptikum,
pasca-operasi lambung yang sering diikuti dengan “dumping syndrome” dan kanker lambung.
Gangguan gastrointestinal sering d hubungkan dengan emosi atau Psikoneurosis dan makan terlalu
cepat karena kurang kunyah serta terlalu banyak merekok. Gangguan pada lambung umumnya berupa
sindroma distepsia, yaitu kumpulan gejala yang terdiri dari mual, muntah, nyeri efigastrium,
kembung, nafsu makan berkurang dan rasa cepat kenyang.
Tujuan diet :
Tujuan diet penyakit lambung adalah untuk memberikan makanan dan cairan secukupnya yang tidak
memberatkan lambung serta mencegah dan menetralkan sekresi lambung yang berlebihan.
Syarat Diet :
Diet lambung diberikan pada pasien dengan gastritis, ulkus pektikum, tifus abdominalis, dan
paska bedah saluran cerna atas.
Diet Lambung I
Diet lambung 1 diberikan pada pasien ulkus poptikum akut, ulkus peptikum pendarahan,
oeseophagitis dan gastritis akut serta penderita tifus abdominalis berat. Makanan diberikan berupa
susu dan bubur susu dan hanya diberikan selama 2 hari saja karena membosankan serta kurang energi,
zat besi, tiamin, dan vitamin C. Makanan diberikan dalam porsi kecil tiap 3 jam.
Nilai Gizi :
Kalsium 2.6 gr
Diet Lambung II
Diet lambung II diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung I, setelah fase akut dapat
diatasi kepada pasien tifus abdominalis dengan suhu tubuh tinggi dan sesudah operasi saluran
pencernaan. Makanan berbentuk saring atau cincang, tiap 3 jam. Sebaiknya diberikan selama
beberapa hari saja karena membosankan.
Nilai Gizi :
Kalsium 1,2 g
Pembagian bahan makanan sehari :
Pagi :
Pukul 10.00 :
Pukul 16.00 :
Pukul 20.00 :
Sumber Beras dibubur atau ditim; kentang Beras ketan, beras tumbuk, roti
karbohidrat dipure; macaroni direbus; roti whole wheat, jagung; ubi,
dipanggang; biscuit; krekers; mi, singkong, tales; cake, dodol,dan
bihun, tepung-tepungan dibuat berbagai kue yang terlalu manis
pudding atau bubur. dan beremak tinggi.
Daging sapi empuk, hati, ikan, ayam Daging, ikan ,ayam yang diawet,
Sumber protein
digiling atau dicincang dan direbus, digoreng; daging babi; telur
hewan
disemur, ditim, dipanggang; telur diceplok atau digoreng.
ayam direbus, didadar, ditim, diceplok
air dan dicampur dalam makanan;
susu.
Sumber protein Tahu, tempe digoreng; kacang
Tahu, tempe disrebus ditim, ditumis;
nabati tanah, kacang merah, kacang polo.
kacang hijau direbus, dan dihaluskan.
Diet lambung III diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung II pada pasien dengan ukus
peptikum, tifus abdominalis yang suhu tubuhnya sudah kembali normal. Makanan yang berbentuk
lunak atau yang bergantung pada toleransi pasien. Diberikan 6 kali sehari dengan porsi kecil.
Makanan ini cukup energi, protein, mineral, vitamin C, dan kurang tiamin.
Nilai Gizi :
Kalsium 0,8 g
Pagi :
Telur 50 g = 1 btr
Pukul 10.00 :
Maizena 15 g = 3 sdm
Siang :
Margarine 10 g = 1 sdm
Sayuran 74 g = ¾ gls
Pukul 16.00 :
Meizena 15 g = 3 sdm
Sayuran 74 g = ¾ gls
Margarine 10 g = 1 sdm
Pukul 20.00 :
Roti 40 gr = 2 ptg
Margarine 10 gr = 1 sdm
Telur 50 gr = 1 btr
Sumber protein Daging sapi empuk, hati ayam Daging, ikan, ayam dan telur ayam
hewani dan ikan direbus, telur ayam di ceplok atau digoeng
didadar
Sumber protein nabati Tahu dan tempe direbus, kacang Tahu dan tempe digoreng, kacang
hijau direbus dan dihaluskan tanah-kacangan digoreng
Sayuran Sayuran yang tidak banyak serat : Sayuran lain dimasak dan sayuran
bayam, buncis, kacang panjang, mentah
bit, labusiam, labu kuning, wortel,
tomat direbus.
Buah-buahan Pepaya, pisang, sawo, jeruk Buah yang tinggi serat dan dapat
manis, sari buah, pir dan peach menumbulkan gas: jambu biji nanas,
dalam kaleng kedondong, durian, nangka dan
buah yang dikeringkan
Minuman Sirup dan teh encer Teh kental, minuman soda alkohol
dan kopi
Bumbu Gula dan garam dalam jumlah Cabe, bawang merah, merica, cuka
terbatas, kunyit, jahe dan sebagainya yang memiliki rasa
tajam
Diet lambung IV
Diet lambung IV diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet lambung III arau kepada
pasien ulkus peptikum ringan, gastritis ringan, esofagus ringan, serta tifus abdominalis yang hampir
sembuh. Makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa, tergantung toleransi pasien. Makanan ini
cukup dan semua zat gizi.
Nilai gizi
Kalsium 0,8 gr
Pagi :
Telur 50 gr = 1 btr
Sayuran 50 gr = ½ gls
Minyak 5 gr = ½ gls
Pukul 10.00 :
Maizena 15 gr = 3 sdm
Sayuran 75 gr = ¾ gls
Minyak 10 gr = 1 sdm
penyakit usu inflamatorik adalah peradangan terutama pada ileum dan usus besar dengan
gejala diare, disertai darah, lendir, nyeri abdomen, berat badan berkurang, demam, dan kemungkinan
terjadi streatorea (adanya lemak dalam feses). Penyakit ini dapat berupa Kolitis Ulseratif dan Chron’s
Disease.
1. Pada feses akut dipuasakan dan diberi makanan secara perenteral saja
2. Bila feses akut teratasi, pasien diberi makanan secara bertahap, mulai dari bentuk cair
(perorang maupun enteral), kemudian menigkat menjadi diet sisa rendah dan serat rendah
3. Bila gejala hilang dapat diberi makanan biasa
4. Kebutuhan gizi yaitu :
Energi dan protein tinggi
Suplemen vitamin dan mineral antara lain vitamin A,C,D asam folat, vitamin B12,
kalsium, zat besi, magnesium dan seng
5. Makana enteral rendah atau bebas laktosa dan mengandung asam lemak rantai sedang
(medium chain trygliceride = MTC) dapat diberikan karena sering terjadi intoleransi laktosa
dan malabsorpsi lemak
6. Cukup cairan dan elektrolit
7. Menghindari makanan yang mengandung gas
8. Sisa rendah dan secara bertahap kembali ke makanan biasa
9.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diet saluran cerna berarti diet yang dilakukan saat terjadi gangguan pada saluran cerna dan
mekanisme pencernaan dalam tubuh manusia. Gangguan atau kelainan dalam system pencernaan
antara lain : Gastritis (upper Abdominal Syndrome), Sindrom Fungsional Hipogastrium (Lower
Abdominal Syndrome), Aerofagi, Mencret (Diare), Heartburn, Esofagitis, Peritonitis, Sembelit
(Konstipasi) dan Wasir atau Hemoroid
Diet pada saluran cerna dibagi menjadi 2 yaitu : Diet saluran cerna atas (diet disfagia, diet
pasca hematemesis dan diet lambung) dan Diet saluran cerna bawah (diet penyakit usus inflamatorik
dan diet divertikular).
B. SARAN
Dalam melakukan diet, hendaknya ditetapkan target waktu dan hasil, penyesuaian gejala
dengan aktivitas olahraga sehingga diet akan tetap sehat. Penyesuaian gejala utamanya dilakukan saat
terjadi gangguan (seperti gangguan saluran cerna) dan diharuskan melakukan diet, sehingga nantinya
diet akan lebih maksimal memberikan hasil.
Kami sangat menyadari bahwa dalam penysunan makalah ini masih banyak
kekurangan, kami sangat mengharapkan saran dari dosen pengampuh mata kuliah psikologi
untuk menjadikan makalah kami makalah yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Beck, Mary E.2011.Ilmu Gizi dan Diet – Hubungannya dengan Penyakit-penyakit untuk Perawat dan
Dokter.jakarta:Andi Publisher