Anda di halaman 1dari 35

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perilaku kekerasan adalah salah satu respon terhadap stressor yang dihadapi oleh
seseorang yang di tunjukan dengan perilaku kekerasan baik pada diri sediri maupun
orang lain dan lingkungan baik secara verbal maupun non-verbal. Bentuk perilaku
kekerasan yang dilakukan bisa amuk, bermusuhan yang berpotensi melukai,
merusak baik fisik maupun kata-kata (Kio, Wardana & Arimbawa, 2020). Perilaku
Kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering juga
disebut gaduh gelisah atau amuk di mana seseorang marah berespon terhadap suatu
stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol (Yosep, 2016).
(Nanda Sutejo 2017) mengungkapkan bahwa risiko perilaku kekerasan terhadap
diri sendiri merupakan perilaku yang rentan dimana seorang individu bisa
menunjukan atau mendemonstrasikan tindakan yang membahayakan dirinya sendiri,
baik secara fisik, emosional, maupun seksual. Hal yang sama juga berlaku untuk
risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain, hanya saja ditujukan kepada orang
lain. Perilaku kekerasan pada diri sendiri dapat berupa bunuh diri atau melukai diri
atau menelantarkan diri. Perilaku kekerasan pada orang lain berupa tindakan agresif
yang ditujukan untuk melukai danmembunuh orang lain. Sedangkan perilaku
kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku merusak lingkungan seperti
memecah kaca genting, membanting, melempar semua hal yang ada di lingkungan.
Sehingga disimpulkan bahwa perilaku kekerasan merupakan respon emosi yang
timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai
ancaman dan ungkapan perasaan terhadap keadaan yang tidak menyenangkan
(kecewa, keinginan tidak tercapai, tidak puas).
Prevalensi gangguan jiwa menurut WHO tahun 2013 mencapai 450 juta
jiwa diseluruh dunia, dalam satu tahun sesuai jenis kelamin sebanyak 1,1
wanita, pada pria sebanyak 0,9 sementara jumlah yang mengalami gangguan
jiwa seumur hidup sebanyak 1,7 wanita dan 1,2 pria. Menurut National Institute of
Mental Health (NIMH) berdasarkan hasil sensus penduduk Amerika Serikat tahun
2004, diperkirakan 26,2% penduduk yang berusia 18 tahun atau lebih mengalami
gangguan jiwa NIMH, (2011) dalam Trigoboff, (2013).Prevalensi gangguan jiwa
cukup tinggi dan terjadi pada usia produktif.
Riskesdas Tahun 2018, mencatat bahwa prevalensi gangguan jiwa berat pada
penduduk Indonesia adalah 1,7 per mil. Gangguan jiwa berat terbanyak di DI
Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah. Lebih lanjut juga
Riskesdas menyebutkan bahwa prevalensi gangguan jiwa emosional pada penduduk
Jawa Tengah adalah 9,8% dari seluruh penduduk Indonesia (riskesdes RI,2018).
Berdasarkan hasil dari survey awal penelitian di RSJ Tampan Provinsi Riau pada
bulan Januari 2018 sampai Januari 2019 di dapatkan jumlah persentasi pasien
dengan diagnosa Risiko perilaku kekerasan di ruangan Upip sebanyak (17.18%),
kuantan (18%),Indragiri (12.13%), Kampar (17.28%), Siak (20.14%), Sebayang
(9.5%), Rokan (20.76%). Berdasarkan hasil jurnal Riset Kesehatan Daerah Riau, di
dapatkan hasil wawancara yang dilakukan oleh pegawai RISKESDA pada tanggal
12 maret 2019 dengan klien yang didampingi oleh perawat, perilaku kekerasan
terdapat sebanyak 3 orang di dalam ruangan diketahui bahwa Tanda dan Gejala
yaitu setiap kali klien mulai merasa marah, klien mulai mondar-mandir, mata
melotot, tangan mengepal, badan kaku, muka memerah, berteriak, Klien
mengatakan sering mengurung diri karna perilaku kekerasannya sering kambuh dan
klien kurang mau berinteraksi dengan teman-teman yang lainnya, namun di sisi lain
terdapat tanda dan gejala halusinasi seperti, mondar-mandir, berbicara sendiri,
ketawa sendiri
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Barat (2017), jumlah
kunjungan rumah sakit jiwa terbanyak di kota Padang adalah. Rumah Sakit Jiwa
Prof. Dr. HB Saanin Padang, ini merupakan satu-satunya rumah sakit jiwa tipe A
yang ada di Provinsi Sumatera Barat yang menyediakan fasilitas pengobatan untuk
pasien skizofrenia dan sebagai pusat rujukan klien gangguan jiwa serta pusat
pengembangan keperawatan jiwa di provinsi Sumatera Barat. Rumah Sakit ini
merupakan salah satu rumah sakit pendidikan yang mendukung pengembangan
dalam bidang penelitian. Angka kunjungan pasien skizofrenia ke instalasi rawat
jalan terus meningkat. Data dari Instalasi Rekam Medik RSJ. Prof. Dr. HB. Saanin
Padang pada tahun 2014 adalah 26.970, tahun 2015 mengalami peningkatan
menjadi 33.160, tahun 2017 mengalami peningkatan menjadi 38.332 dan tahun 2018
sebanyak 19.147 orang. Skizofrenia menempati urutan pertama diagnosis medis di
Instalasi rawat jalan di RSJ Prof. Dr. HB. Saanin Padang. Pada tahun 2019 angka
kunjungan pasien rawat jalan RSJ Prof. Dr. HB. Saanin Padang 3 bulan terakhir
yaitu bulan juni 643, juli meningkat menjadi 722, dan bulan agustus meningkat
sebanyak 726. Pada tanggal 25 Oktober 2019 telah dilakukan studi pendahuluan
dengan wawancara kepada 10 keluarga dan pasien skizofrenia yang berada di Poli
Rawat Jalan RSJ Prof. Dr. HB. Saanin Padang. Hasil wawancara kepada 10
keluarga pasien skizofrenia dan didapatkan bahwa seluruh keluarga pasien
mengatakan pasrah akankondisi pasien dan dapat menerima kondisi pasien saat
mengetahui pasien terkena skizofrenia, dari 10 keluarga pasien mengatakan
membantu dan menemani pasien kontrol ulang, dan 3 dari 10 orang keluarga pasien
memberikan perhatian seperti merangkul saat pasien mulai menyendiri dan sering
diajak berkomunikasi, selalu memberikan pujian ketika pasien mengerjakan sesuatu
seperti minum obat, dan selalu mengingatkan pasien supaya minum obat tepat waktu.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan
di rumah sakit jiwa HB SAANIN Padang?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan Diagnosa
perilaku kekerasan ruang Flamboyan Rumah Sakit Jiwa Prof HB Saanin
Padang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian keperawatan jiwa pada klien dengan
Diagnosa Keperawatan perilaku kekerasan ruang Flamboyan Rumah Sakit
Jiwa Prof HB Saanin Padang.
2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan jiwa pada klien dengan
Diagnosa Keperawatan perilaku kekerasan ruang Flamboyan Rumah Sakit
Jiwa Prof HB Saanin Padang.
3. Mampu menyusun perencanaan Tindakan keperawatan jiwa pada klien
dengan Diagnosa Keperawatan perilaku kekerasan ruang Flamboyan
Rumah Sakit Jiwa Prof HB Saanin Padang.
4. Mampu melaksanakan tindakan asuhan keperawatan jiwa pada klien
dengan Diagnosa Keperawatan perilaku kekerasan ruang Flamboyan
Rumah Sakit Jiwa Prof HB Saanin Padang.
5. Mampu mengevaluasi pasien dengan asuhan keperawatan jiwa pada klien
dengan Diagnosa Keperawatan perilaku kekerasan ruang Flamboyan
Rumah Sakit Jiwa Prof HB Saanin Padang.

1.4 Manfaat
a. Bagi Rumah Sakit Jiwa Prof HB Saanin Padang
Makalah ini diharapkan dapat memberikan acuan bahan evaluasi dalam
mengidentifikasi pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan perilaku
kekerasan.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu
keperawatan dan juga menambah bahan bacaan dalam sistem pembelajaran.
c. Bagi Kelompok
Menambah pengetahuan, pengalaman, serta keterampilan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus perilaku kekerasan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

.1 Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang, baik secara fisik maupun psikologis.Berdasarkan definisi ini, perilaku
kekerasan dapat di lakukan secara verbal di arahkan pada diri sendiri, orang lain,
dan lingkungan.Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu perilaku
kekrasan saat sedang berlangsung atau perilaku kekerasan terdahulu (riwayat
perilaku kekerasan). (Keliat, Keperawatan kesehatan jiwa komunitas, 2012)
Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stressor yang di hadapi oleh
seseorang yang di tunjukan dengan perilaku actual melakukan kekerasan, baik pada
diri sendiri orang lain maupun lingkungan secara verbal maupun nonverbal,
bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis (Menurut
Berkowizt dalam buku Yosep 2011).
Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu keadaan dimana seseorang dimana
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya
sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak
terkontrol (Wati, 2010).

2.2 Penyebab
a. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan
menurut teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan
oleh Towsend (1996 dalam Purba dkk, 2008) adalah:
1. Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap
perilaku:
a) Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif:
sistem limbik, lobus frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter juga
mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses
impuls agresif. Sistem limbik merupakan sistem informasi, ekspresi,
perilaku, dan memori. Apabila ada gangguan pada sistem ini maka akan
meningkatkan atau menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya
gangguan pada lobus frontal maka individu tidak mampu membuat
keputusan, kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif.
Beragam komponen dari sistem neurologis mempunyai implikasi
memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik terlambat
dalam menstimulasi timbulnya perilaku agresif. Pusat otak atas secara
konstan berinteraksi dengan pusat agresif.
b) Biokimia
Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine,
asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau
menghambat impuls agresif. Teori ini sangat konsisten dengan fight
atau flight yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang respons
terhadap stress.
c) Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku
agresif dengan genetik karyotype XYY.
d) Gangguan Otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku
agresif dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang
sistem limbik dan lobus temporal; trauma otak, yang menimbulkan
perubahan serebral; dan penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsy,
khususnya lobus temporal, terbukti berpengaruh terhadap perilaku
agresif dan tindak kekerasan.
2. Teori Psikologik
a) Teori Psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk
mendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak
berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah. Agresi dan
tindak kekerasan memberikan kekuatan dan prestise yang dapat
meningkatkan citra diri dan memberikan arti dalam kehidupannya.
Perilaku agresif dan perilaku kekerasan merupakan pengungkapan
secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan dan rendahnya harga
diri.
a) Teori Pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka, biasanya
orang tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena dipersepsikan
sebagai prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku tersebut diikuti dengan
pujian yang positif. Anak memiliki persepsi ideal tentang orang tua mereka
selama tahap perkembangan awal. Namun, dengan perkembangan yang
dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku guru, teman, dan orang lain.
Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orang
tua yang mendisiplinkan anak mereka dengan hukuman fisik akan
cenderung untuk berperilaku kekerasan setelah dewasa.
b) Teori Sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur
sosial terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum
menerima perilaku kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan
masalahnya. Masyarakat juga berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan,
apabila individu menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak
dapat terpenuhi secara konstruktif. Penduduk yang ramai /padat dan
lingkungan yang ribut dapat berisiko untuk perilaku kekerasan. Adanya
keterbatasan sosial dapat menimbulkan kekerasan dalam hidup individu.
b. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan
dengan (Yosep, 2009):
1. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas
seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah,
perkelahian masal dan sebagainya.
2. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial
ekonomi.
3. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
4. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
dirinya sebagai seorang yang dewasa.
5. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat
menghadapi rasa frustasi.
6. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap

2.3 Rentang Respon Marah


Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif – mal adaptif.
Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut : (Keliat, 1997).
a. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang
lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
b. Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau
keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat
dari ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.
c. Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan
yang dialami.
d. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol
oleh individu. Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia
berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan
kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain
e. Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan
kontrol diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun
terhadap orang lain.

Respon kemarahan dapat berfluktusi dalam rentang adaptif-maladaptif

Respon adaptif Respon maladaptive

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk


2.4 Tanda dan Gejala
Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan
adalah sebagai berikut:
a. Fisik
Muka merah dan tegang, mata melotot/ pandangan tajam, tangan mengepal,
rahang mengatup, postur tubuh kaku, dan jalan mondar-mandir
b. Verbal
Bicara kasar, suara tinggi, membentak atau berteriak, mengancam secara verbal
atau fisik, mengumpat dengan kata-kata kotor, suara keras, dan ketus
c. Perilaku
Melempar atau memukul benda/orang lain, menyerang orang lain, melukai diri
sendiri/orang lain, merusak lingkungan, dan amuk/ agresif
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel,
tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan
menuntut.
e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan sarkasme.
f. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,
menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
h. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

2.5 Mekanisme Koping


Mekanisme koping yang sering muncul pada perilaku kekerasan menurut
Keliat (2009), yaitu sebagai berikut :
a. Displecement : Pemindahan emosi dari seseorang atau objek dengan
mengarahkan yang netral atau yang kurang berbahaya.
b. Sublimasi : Mengganti suatu tujuan untuk tujuan yang tidak dapat diterima pada
lingkungan sosial dengan perilaku yang bisa ditekan.
c. Projeksi : Memindahkan pikiran atau dorongan atau impuls emosional atau
keinginan yang dapat diterima orang lain.
d. Represi : Secara tidak sadar menimbulkan ingatan pengalaman-pengalaman,
pikiran, impuls yang menyakitkan dari alam sadarnya.
e. Reaksi Formasi : Perkembangan sikap dan pola tingkah laku yang berlawanan
dengan dorongan yang diingikan oleh seseorang.

2.6 Mekanisme Terjadinya Perilaku Kekerasan


Kemarahan diawali oleh adanya stresor yang berasal dari internal/ eksternal.
Stresor internal seperti penyakit, hormonal dendam. Sedangkan stresor eksternal
bisa berasal dari lingkungan, ledekan cacian, dan makian. Hal tersebut akan
mengakibatkan gangguan pada sistem individu. Dan hal yang terpeting adalah
bagaimana cara individu memaknainya.
Bila seseorang memaknainya dengan hal negatif maka akan memicu timbulnya
kemarahan. Kemarahan yang diekspresikan dengan kegiatan dekstruktif dapat
menimbulkan perasaan bersalah dan menyesal. Kemarahan yang dipendam akan
menimbulkan gejala psikomatis.

2.7 Pohon Masalah

Efek Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Care Problem Perilaku Kekerasan

Cause Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

2.8 Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan


a. Muka marah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Jalan mondar-mandir
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit dan berteriak
h. Mengancam secara verbal/ fisik
i. Memukul benda/ orang lain
j. Merusak barang/ benda

2.9 Diagnosa keperawatan


Diagnosa resiko perilaku kekerasan dirumuskan jika saat ini tidak melakukan
perilaku kekerasan tetapi pernah melakukan perilaku kekerasan dan belum
mempunyai kemampuan mencegah atau mengendalikan perilaku kekerasan
tersebut.

2.10 Tindakan keperawatan pada klien


a. Tujuan umum: tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
b. Tujuan khusus:
1. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3. Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukan
4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan yang dilakukan
5. Klien dapat menyebutkan cara mencegah atau mengendalikan perilaku
kekerasan

2.11 Intervensi
1. Pasien
a. SP 1
- Identifikasi penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan yg dilakukan,
akibat perilaku kekerasan
- Jelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan: fisik, obat, verbal, spiritual
- Latih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 1 & 2 (tarik
nafas dalam dan pukul kasur bantal)
- Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik.
b. SP 2
- Evaluasi : tanda dan gejala perilaku kekerasan
- Validasi : kemampuan melakukan tarik nafas dalam dan pukul kasur dan
bantal
- Tanyakan manfaat melakukan latihan dan menggunakan cara fisik 1 dan 2,
beri pujian
- Latih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan obat (jelaskan 6 benar:
benar nama, benar jenis benar dosis, benar waktu, benar cara, kontinuitas
minum obat dan dampak jika tidak kontinu minum obat)
- Masukkan pada jadwal kegiatan: latihan fisik dan minum obat
c. SP 3
- Evaluasi: tanda dan gejala perilaku kekerasan
- Validasi : kemampuan pasien melakukan tarik nafas dalam, pukul kasur
dan bantal, jadual minum obat
- Tanyakan manfaat melakukan latihan tarik nafas dalam, pukul kasur dan
bantal, dan manfaat minum obat, beri pujian
- Latih cara mengontrol perilaku kekerasan secara verbal (yaitu bicara yang
baik : meminta, menolak dan mengungkapkan perasaan)
- Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik, minum obat, dan
latihan cara bicara yang baik
d. SP 4
- Evaluasi: tanda dan gejala perilaku kekerasan
- Validasi: kemampuan pasien melakukan tarik nafas dalam, pukul kasur
dan bantal, minum obat dengan benar dan patuh, bicara yang baik
- Tanyakan manfaat latihan tarik nafas dalam, pukul kasur dan bantal, patuh
minum obat, dan menerapkan cara bicara yang baik, beri pujian
- Latih mengontrol marah dengan cara spiritual (2 kegiatan)
- Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik, minum obat, verbal,
dan spiritual

2. Keluarga
a. SP 1
- Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
- Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya perilaku
kekerasan (gunakan booklet/leaflet)
- Jelaskan cara merawat perilaku kekerasan
- Latih satu cara merawat perilaku kekerasan: fisik 1 dan 2
- Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian
b. SP 2
- Evaluasi: kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala perilaku kekerasan
pasien
- Validasi: kemampuan keluarga dalam merawat/melatih pasien cara fisik1
dan 2, beri pujian
- Evaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam merawat
- Jelaskan 6 benar cara memberikan obat
- Latih cara memberikan/ membimbing minum obat
- Anjurkan membantu pasien minum
- Obat sesuai jadwal dan memberi pujian
c. SP 3
- Evaluasi: kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala perilaku kekerasan
pasien
- Validasi: kemampuan keluarga dalam membim- bing pasien melaksanakan
latihan fisik 1 dan 2, dan memberikan obat; beri pujian
- Evaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam merawat
- Jelaskan cara mengontrol rasa marah dengan cara verbal (bicara yang
baik : meminta, menolak dan mengungkapkan perasaan)
- Latih cara verbal/sosial
- Anjurkan membantu pasien melakukan kegiatan/latihan sesuai jadwal dan
memberi pujian
d. SP 4
- Evaluasi: kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala perilaku kekerasan
pasien
- Validasi: kemampuan keluarga merawat/melatih pasien cara fisik 1 dan 2,
kepatuhan minum obat, dan caraverbal/sosial; beri pujian
- Evaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam merawat
- Jelaskan cara mengontrol rasa marah dengan cara spiritual
- Latih cara spiritual
- Jelaskan follow up ke Puskesmas, tanda kambuh
- Identifikasi kendala atau kesulitan dalam melakukan kegiatan
- Jelaskan cara mengontrol rasa marah pasien jika sudah terjadi perilaku
merusak diri dan atau lingkungan
- Latih cara pengekangan dan proses rujukan
- Anjurkan membantu pasien melakukan kegiatan/latihan sesuai jadual dan
memberi pujian

2.12 Tindakan keperawatan pada keluarga


a. Tujuan: Keluarga dapat merawat klien dirumah
b. Tindakan keperawatan:
- Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga
- Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab, tanda
dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut)
- Diskusikan bersama keluarga tentang kondisi klien yang perlu segera
dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda atau
orang lain
- Bantu latihan keluarga dalam merawat klien perilaku kekerasan: anjurkan
keluarga untuk memotivasi klien melakukan tindakan yang telah diajarkan
oleh perawat.
BAB III

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Ruangan Rawat: Ruangan Flamboyan Tanggal Dirawat :

3.1 IDENTITAS KLIEN


Inisial : Tn. S Tanggal Pengkajian : 28 Juni 2021
Umur : 24 tahun No RM :
Informan : Klien

3.2 ALASAN MASUK


Pasien masuk melalui IGD pada tanggal 23 Juni 2021, pasien datang di antar oleh
keluarganya dengan keluhan pasien tampak gelisah, tidak bisa menahan keinginan
bila sudah terlintas dipikirannya. Bila tidak dituruti pasien memukul ibu dan
ayahnya, marah-marah teriak – teriak dan melakukan kekerasan secara verbal. Pada
saat dilakukan pengkajian pada pasien, Tn. S mengatakan ia sudah pernah rawat
jalan di RS Painan sekitar 7 tahun yang lalu.

3.3 FAKTOR PREDISPOSISI


a. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
Pasien mengatakan ia pernah melakukan kontrol rawat jalan 7 tahun yang lalu
karena klien putus obat.
b. Pengobatan sebelumnya
Pengobatan klien sebelumnya tidak berhasil karena pasien pernah putus obat
dan tidak patuh saat mengkonsumsi obat kejiwaan yang diberikan.
c. Perilaku
- Klien mengatakan pernah melakukan aniayan fisik kepada juniornya saat
berada dalam masa pendidikan dengan korban berusia 17 tahun (XI SMK).
Saat penganiayaan tersebut banyak saksi yang melihat.
- Klien mengatakan pernah melihat penganiayaan secara seksual /
pemerkosaan yang terjadi kepada mahasiswi, korban yang berusia sekitar 20
tahunan (semester 3).
- Klien mengatakan pernah melakukan kekerasan fisik maupun secara verbal
kepada ibu kandungnya dan ayah, yang disaksikan atau dilihat oleh adik
kandungnya yang berusia 16 tahun.
Masalah keperawatan: Perilaku Kekerasan
d. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
Dan hanya dia sendiri yang mengalami gangguan kejiwaan di dalam
keluarganya.
e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:
Klien mengatakan ia pernah di bully teman – temannya karena tidak
melanjutkan sekolah pelayarannya, dan ia mengatakan jika ia mengalami
kegagalan dalam mencapai cita – cita, Tn. S ingin sekali menjadi TNI, tetapi
karena paksaan orang tuanya yang ingin Tn. S masuk sekolah pelayaran, klien
megikutinya. Dan setelah pendidikan klien tidak bekerja di pelayaran, tetapi
bekerja swasta (Satpam).
Masalah keperawatan: Harga Diri Rendah

3.4 FISIK
a. Tanda vital :
- TD = mmHg
- Nadi = x/menit
o
- Suhu = C
- RR = x/menit
b. Ukuran
- TB = cm
- BB = kg
c. Keluhan fisik:
Tampak tidak ada kelainan pada kepala, leher, dada, ekstremitas atas dan
bawah.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
3.5 PSIKOSOSIAL
a. Genogram:

Keterangan

: Meninggal

: Laki-laki

: Perempuan
: Serumah
: Pasien

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan


b. Konsep diri
1. Citra tubuh
Klien mengatakan ia sangat menyukai bagian alis matanya dan bagian
tubuh yang tidak disukai klien adalah hidung.
2. Identitas diri
Klien mengatakan sebelum dirawat di RS Jiwa HB Saanin, klien bekerja
sebagai satpam, namun karena gajinya kecil dan tidak mencukupi untuk
biaya sehari – harinya dan klien berhenti. Pada saat sekolah klien
mengatakan ia baik di tempat sekolah, kerja maupun kelompok, klien
mengatakan merasa puas sebagai status laki – laki dan tidak ingin menjadi
perempuan.
3. Peran diri
Klien mengatakan ia saling bersosialisasi di lingkungan keluarga,
kelompok, dan masyarakat seperti menjadi ketua pemuda, dan klien
mampu mengemban tugas dan peran tersebut.
4. Ideal diri
Klien mengatakan berharap kedepannya berharap lebih baik. Baik secara
fisik, peran dan juga statusnya, dan harapan klien terhadap lingkungannya
tambah disegani oleh masyarakat, dan berarap cepat sembuh terhadap
penyakit yang dideritanya sekarang.
5. Harga diri
Klien mengatakan dirinya sangat berharga dan ampu menjadi ketua di
lingkungan sekitar, dan klien mengatakan dirinya lebih berharga dari orang
lain.
Masalah Keperawatan: Gangguan Konsep Diri: Harga diri Rendah
c. Hubungan social
Klien mengatakan untuk saat ini tempat ia mengadu dan orang yang terdekat
dalam meminta bantuan serta sokongan dalam kehidupannya adalah
sepupunya, klien mengatakan di lingkungan masyarakat klien mengikuti
aktivitas pemuda. Klien mengatakan ia rajin dalam melaksanakan apa saja
kegiatan yang dilakukan dalam lingkungannya.
Masalah Keperawatan: Gangguan interaksi sosial
d. Spiritual
Klien mengatakan ia meyakini dan percaya bahwa Allah itu ada dan klien
meyakini Nabi Muhammad itu utusan Allah, dan klien mengatakan di
kehidupan sehari – hari rajin melaksanakan ibadah seperti sholat 5 waktu
sehari semalam. Klien mengatakan pandangan masyarakat terhadap gangguan
jiwa, responnya baik seperti tidak mengganggu atau mengucilkan orang dengan
gangguan jiwa.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.6 STATUS MENTAL
1. Penampilan:
Penampilan pasien tampak kurang rapi, dengan tidak memasang buah baju,
kerah baju yang kurang rapi, untuk penggunaan pakaian sesuai dengan jadwal
dan hari yang ditentukan oleh ruangan.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
2. Pembicaraan:
Klien saat di tanya menjawab dengan baik namun tidak cepat, menjawab sesuai
dengan apa yang ditanya, klien bicara sesuai intonasi dan tidak tergesa gesa,
suara klien lantang dan keras, klien tidak gugup dalam bicara ataupun gagap,
klien mampu menjelaskan kejadian kejadian yang dia rasakan, namun klien
terkadang diam sejenak dan memikirkan jawaban yang akan dilontarkan
selanjutnya
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
3. Aktivitas Motorik:
Klien saat ditanya tidak tegang tidak gelisah, klien menjelaskan dengan baik
dan mengekspresikan apa yang dia rasakan melalui gerakan tangan kaki dan
juga scara verbal sesuai dengan apa yang klien ungkapkan, klien tidak ada
masalah motorik, selalu aktif mengikuti setiap kegiatan namun tetap harus
didampingi.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
4. Alam Perasaan:
Klien pernah merasakan kesedihan saat ditanya apa yang bisa
menyebabkannya klien mengatakan ketika diluar atau dirumah klien sedih jika
sesuatu pekerjaannya tidak dapat diatasi nya, klien takut akan orang-orang
yang pergi meninggalkannya nantinya, klien khawatir untuk kedepannya
keinginannya susah terwujud
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah
5. Afek:
Untuk afek klien saat ditanya mengekspresikan dirinya dengan perubahan
muka seperti hal hal yang menyenangkan maka klien akan tertawa, jika klien
menceritakan hal hal yang kurang menyedihkan klien akan murung, emosi
pasien saat ini stabil, namun jika ada yang membuat klien tidak senang atau
keinginan klien tidak terpenuhi makan klien akan marah marah dan mondar
mandir
Masalah keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
6. Interaksi selama wawancara:
Selama interaksi wawancara klien kooperatif tidak mudah tersinggung dan
menjawab pertanyaan yang ditanyakan kepadanya, kontak mata klien bagus
dan menatap lawan bicaranya namun sesekali ada menunduk dan melihat
sekitar lingkungan, klien mengikuti arahan yang diberikan kepadanya, klien
tidak menunjukkan sikap atau perasaan tidak percaya pada orang lain.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
7. Persepsi
Halusinasi
Klien tidak ada melihat bayangan bayangan, klien tidak mendengar suara suara
yang menyuruh nya untuk berbuat kejahatan atau lainnya.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah.
8. Proses piker
Saat diwawancarai pembicaraan pasien tidak berbelit belit dan sampai pada
tujuan, pembicaraan pasien berhubungan dengan kalimat satu ke kalimat
lainnya, pembicaraan pasien kadang terhenti secara tiba tiba saat klien
memikirkan jawaban yang akan diutarakannya, pembicaraan pasien tidak
berulang
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
9. Isi Pikir
Untuk saat ini klien masih berharap untuk bisa menjadi bagian dari anggota
TNI yang ia cita citakan namun belum bisa terwujud, klien mengatakan merasa
asing untuk lingkungannya sekitar, saat ditanya klien meyakini bisa melakukan
hal hal magis terhadap orang yang sering menyakitinya.
Waham:
Klien menceritakan jika ia menerima gaji sebagai satpam 90 juta, dan klien
juga mengatakan sebagai kepala satpam di Provinsi Riau
Masalah Keperawatan: gangguan pola pikir waham kebesaran
10. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran pasien menetap, tidak ada gangguan, pasien tidak
mengalami disorientasi, klien tampak tidak bingung dan kacau, namun saat
keinginan klien tidak dituruti klien akan marah dan mondar mandir
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
11. Memori
Klien mampu mengingat kejadian kejadian yang pernah ia alami setahun
belakangan ini dan juga mampu mengingat kejadian sewaktu klien bersekolah.
pasien mampu mengingat alamat rumahnya, klien mampu mengingat kejadian
yang terjadi dalam minggu terakhir, klien mampu mengingat kejadian yang
baru saja terjadi.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Perhatian klien tidak mudah berganti dari satu objek ke objek yang lain, klien
mampu melakukan penambahan atau pengurangan pada benda benda nyata
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
13. Kemampuan penilaian
Klien mampu mengambil keputusan secara sederhana dengan bantuan orang
lain
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
14. Daya tilik diri
Klien menyadari penyakit yang dideritanya saat ini, klien mengetahui
perubahan fisik emosi nya yang terjadi belakangan ini, klien menyadari
keadaan yang ia rasakan untuk sekarang ini berasal dari dirinya pribadi.

3.7 KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Kemampuan klien memenuhi/menyediakan kebutuhan
Klien mampu menjelaskan kapan saja jadwal makanan yang disediakan mulai
dari jumlah dan frekuensinya serta variasi makanan apa saja yang ia makan,
klien sangat menyukai makanan seperti ayam dan jus jeruk, sebelum makan
klien mengatakan akan mencuci tangan terlebih dahulu berdoa, klien mampu
menyiapkan dan membersihkan alat makan secara mandiri
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2. Kegiatan sehari-hari
a. Perawatan diri
 Untuk BAB/BAK klien mampu menggunakan dan membersihkan Wc
secara mandiri, klien mampu merapikan dan membersihkan dirinya
 Mandi
Klien mampu menjelaskan tata cara mandi dan membersihkan dirinya
mulai dari menyikat gigi, mencuci rambut, menggunting kuku, dan
mencukur kumis
 Berpakaian
Klien mampu mengambil, memilih, dan mengenakan pakaian serta alas
kaki, klien mengatakan untuk frekuensi mengganti baju yaitu pada saat
mandi pagi dan terakhir sore hari
 Istirahat dan tidur
Klien mengatakan waktu tidur siang nya kurang lebih 1-2 jam karena
sering terganggu oleh lingkungan dan juga teman dikamar, klien
mengatakan sebelum tidur jarang menggosok kaki membersihkan
tempat tidur terlebih dahulu sebelum istirahat, klien mengatakan
kegiatannya setelah tidur yaitu melipat selimut, mandi dan mencuci
muka
 Penggunaan obat
Klien mengatakan mengkonsumsi obat obatan yang dibrikan pada
waktu pagi dan sore hari, klien mengetahui apa saja obat yang diberikan
dan juga jenisnya, klien mengatakan reaksi obat yang dirasakan oleh
klien yaitu rasa mengantuk dan badan terasa lelah, dan terkadang sulit
tidur
 Pemeliharaan kesehatan
Untuk selanjutnya klien akan rajin mengkonsumsi obat-obatan yang
diberikan oleh dokter dan rajin untuk kontrol dalam masa
pengobatannya
 Kegiatan di dalam rumah
Saat dirumah klien mampu memasak dan senang melakukan aktifitas
memasak dan pada saat dirumah klien mengatakn ada sesekali mencuci,
menyapu lantai, membersihkan pakaian sendiri dengan cara
mencucinya, serta memenuhi kebutuhan biaya sendiri
 Kegiatan diluar rumah
Klien terkadang belanja untuk keperluannya, dengan jalan kaki dan
terkadang mengendarai kendaraan pribadi ataupun kendaraan umum

3.8 MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


a. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : pasien mengatakan tidak ada
masalah , semua berjalan normal
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik: pasien mengatakan kurang
berkumpul dengan teman-temannya dan warga sekitar
c. Masalah dengan pendidikan, spesifik : pasien mengatakan tidak ada masalah
dengan pendidikan karena bias menyelesaikan sampai SMA
d. Masalah dengan pekerjaan, spesifik Pasien mengatakan bekerja di SPBU sejak
tahun 2011
e. Masalah dengan rumah tangga, spesifik pasien mengalami keguguran anak
pertama, setelahnya klien merasa belum menjadi istri yang sempurna
f. Masalah dengan ekonomi, spesifik : pasien mengatakan keadaan ekonomi
cukup
g. Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik : pasien berhenti control karena
merasa sudah sembuh
h. Masalah lainnya, spesifik : tidak ada masalah
Masalah Keperawatan: Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

3.9 PENGETAHUAN KURANG TENTANG

√ Penyakit jiwa Sistem pendukung

Faktor presipitasi Penyakit fisik

Koping Obat-obatan

Lainnya: tidak ada

Masalah keperawatan: Kurang pengetahuan tentang penyakit jiwa


3.10 DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
1. Perilaku kekerasan
2. Harga diri rendah
3. Gangguan interaksi sosial
4. Gangguan pola pikir (waham kebesaran)
ANALISA DATA

Data Masalah Keperawatan


DS: Perilaku Kekerasan
- Klien mengatakan pernah melakukan
kekerasan fisik maupun secara verbal
kepada ibu kandungnya dan ayah
- Klien mengatakan pernah melakukan
aniayan fisik kepada juniornya saat berada
dalam masa pendidikan
- Klien mengatakan ia frustasi karena cita –
citanya tidak tercapai menjadi anggota TNI
- Klien mengatakan ia melihat aniaya fisik
yang dilakukan pada seorang mahsiswa
- Jika ada yang membuat klien tidak senang
atau keinginan klien tidak terpenuhi makan
klien akan marah – marah

DO:
- Klien tampak gelisah
- Wajah klien sesekali tampak tegang
- Klien tampak sering jalan mondar mandir
- Klien tampak tidak mampu mengontrol
perilaku kekerasan

DS: Harga Diri Rendah


- Klien mengatakan ia pernah di bully teman
– temannya
- Klien mengatakan jika ia mengalami
kegagalan dalam mencapai cita – cita
- Klien mengatakan ia masuk sekolah
pelayaran paksaan orang tuanya
- Klien mengatakan ia setelah selesai sekolah
pelayan, bekerja menjadi satpam
- Klien mengatakan ia takut dan khawatir jika
orang terdekatnya akan meninggalkannya
nanti.
- Klien mengatakan ia khawatir jika
kedepannya keinginannya susah untuk
terwujud

DO:
- Klien tampak mengkritik diri sendiri
- Klien tampak penolakan terhadap dirinya
sendiri
- Klien tampak bicara lebih banyak
menunduk dan jarang melakukan kontak
mata

DS: Gangguan interaksi sosial


- Klien mengatakan ia bercerita atau
sosialisasi hanya kepada sepupunya saja
- Klien mengatakan ia merasa tidak percaya
kepada teman – temannya
- Klien mengatakan ia adalah ketua di
ruangan ini

DO:
- Klien tampak hanya memilih satu orang
untuk interaksinya
- Klien tampak tidak mempercayai orang lain
- Klien tampak meyakinkan teman –
temannya jika ia adalah ketua kelompok di
ruang rawat inapnya

DS: Gangguan pola pikir (waham


- Klien mengatakan saat ini klien masih kebesaran)
berharap untuk bisa menjadi bagian dari
anggota TNI
- Klien mengatakan jika ia menerima gaji
sebagai satpam 90 juta.
- Klien mengatakan sebagai kepala satpam di
Provinsi Riau.

DO:
- Klien tampak membesar – besarkan
perkataannya mengenai gaji pekerjaannya
- Klien tampak masih koko jabatannya sebagi
kepala satpam di Provinsi Riau
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA

Nama : Tn. S
No MR :

Diagnosis Rencana Tindakan Keperawatan Intervensi


Tujuan Umum Tujuan Khusus
Perilaku kekerasan Klien dapat mengotrol 1. Bina hubungan SP 1:
/ mencegah perilaku saling percaya  Identifikasi penyebab, tanda dan gejala, perilaku
kekerasan secara fisik 2. Diskusikan kekerasan yg dilakukan, akibat perilaku kekerasan
bersama klien  Jelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan: fisik, obat,
penyebab PK saat verbal, spiritual
ini dan yang lalu  Latih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
3. Diskusikan fisik 1 & 2 (tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal)
perasaan klien jika  Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik.
terjadi penyebab Sp 2:
PK  Evaluasi : tanda dan gejala perilaku kekerasan
4. Diskusikan
 Validasi : kemampuan melakukan tarik nafas dalam dan
bersama klien PK
pukul kasur dan bantal
yang biasa
 Tanyakan manfaat melakukan latihan dan menggunakan
dilakukan pada
cara fisik 1 dan 2, beri pujian
saat marah
 Latih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan obat
5. Diskusikan (jelaskan 6 benar: benar nama, benar jenis benar dosis,
bersama klien benar waktu, benar cara, kontinuitas minum obat dan
akibat perilaku dampak jika tidak kontinu minum obat)
kekerasan  Masukkan pada jadwal kegiatan: latihan fisik dan minum
6. Diskusikan obat
bersama klien cara SP 3
mengontrol PK  Evaluasi: tanda dan gejala perilaku kekerasan
7. Latih klien  Validasi : kemampuan pasien melakukan tarik nafas
mengontrol PK dalam, pukul kasur dan bantal, jadual minum obat
secara fisik  Tanyakan manfaat melakukan latihan tarik nafas dalam,
8. Latih klien pukul kasur dan bantal, dan manfaat minum obat, beri
mengontrol secara pujian
sosial dan verbal  Latih cara mengontrol perilaku kekerasan secara verbal
(yaitu bicara yang baik : meminta, menolak dan
mengungkapkan perasaan)
 Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik,
minum obat, dan latihan cara bicara yang baik
SP 4
 Evaluasi: tanda dan gejala perilaku kekerasan
 Validasi: kemampuan pasien melakukan tarik nafas
dalam, pukul kasur dan bantal, minum obat dengan benar
dan patuh, bicara yang baik
 Tanyakan manfaat latihan tarik nafas dalam, pukul kasur
dan bantal, patuh minum obat, dan menerapkan cara
bicara yang baik, beri pujian
 Latih mengontrol marah dengan cara spiritual (2
kegiatan)
 Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik,
minum obat, verbal, dan spiritual
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA

DIAGNOSA Hari/Tanggal IMPLEMENTASI EVALUASI (SOAP) TTD


Perilaku Senin, 28 Juni SP 1: S: Klien mengatakan masih ingin
Kekerasan 2021  Mengidentifikasi penyebab, tanda dan melanjutkan cita – cita menjadi anggota TNI
gejala, perilaku kekerasan yg dilakukan, O: Klien tampak masih berjalan mondar
akibat perilaku kekerasan mandir
 Menjelaskan cara mengontrol perilaku A: Klien dibantu dalam melakukan SP 1
kekerasan: fisik, obat, verbal, spiritual P: Optimalkan SP 1
 Melatih cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara fisik 1 & 2 (tarik
nafas dalam dan pukul kasur bantal)
 Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk
latihan fisik.

Perilaku Selasa, 29 Juni SP 1: S: Klien mengatakan masih ingin


kekerasan 2021  Mengidentifikasi penyebab, tanda dan melanjutkan cita – cita menjadi anggota TNI
gejala, perilaku kekerasan yg dilakukan, O: Klien tampak masih berjalan mondar
akibat perilaku kekerasan mandir
 Menjelaskan cara mengontrol perilaku A: Klien tampak mandiri dalam melakukan
kekerasan: fisik, obat, verbal, spiritual SP 1
 Melatih cara mengontrol perilaku P: Lanjutkan SP 2
kekerasan dengan cara fisik 1 & 2 (tarik
nafas dalam dan pukul kasur bantal)
 Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk
latihan fisik.

Perilaku Rabu, Sp 2: S: Klien mengatakan ia mengetahui obat –


kekerasan 30 Juni 2021  Evaluasi : tanda dan gejala perilaku obat yang di konsumsi dan diminumnya
kekerasan untuk mengatasi perilaku kekerasannya
 Validasi : kemampuan melakukan tarik O: Klien tampak kooperatif dan aktif dalam
nafas dalam dan pukul kasur dan bantal menjelaskan obat yang di konsumsinya
 Tanyakan manfaat melakukan latihan dan Klien tampak hanya mengetahui nama obat
menggunakan cara fisik 1 dan 2, beri yang di konsumsi, tetapi tidak mengetahui
pujian kegunaan dan bentuk sediaan obat yang di

 Latih cara mengontrol perilaku kekerasan konsumsinya


dengan obat (jelaskan 6 benar: benar A: Klien dibantu dalam melakukan SP 2
nama, benar jenis benar dosis, benar P: Optimalkan SP 2
waktu, benar cara, kontinuitas minum
obat dan dampak jika tidak kontinu minum
obat)
 Masukkan pada jadwal kegiatan: latihan
fisik dan minum obat

Anda mungkin juga menyukai