PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
a. Bagi Rumah Sakit Jiwa Prof HB Saanin Padang
Makalah ini diharapkan dapat memberikan acuan bahan evaluasi dalam
mengidentifikasi pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan perilaku
kekerasan.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu
keperawatan dan juga menambah bahan bacaan dalam sistem pembelajaran.
c. Bagi Kelompok
Menambah pengetahuan, pengalaman, serta keterampilan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus perilaku kekerasan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
.1 Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang, baik secara fisik maupun psikologis.Berdasarkan definisi ini, perilaku
kekerasan dapat di lakukan secara verbal di arahkan pada diri sendiri, orang lain,
dan lingkungan.Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu perilaku
kekrasan saat sedang berlangsung atau perilaku kekerasan terdahulu (riwayat
perilaku kekerasan). (Keliat, Keperawatan kesehatan jiwa komunitas, 2012)
Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stressor yang di hadapi oleh
seseorang yang di tunjukan dengan perilaku actual melakukan kekerasan, baik pada
diri sendiri orang lain maupun lingkungan secara verbal maupun nonverbal,
bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis (Menurut
Berkowizt dalam buku Yosep 2011).
Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu keadaan dimana seseorang dimana
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya
sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak
terkontrol (Wati, 2010).
2.2 Penyebab
a. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan
menurut teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan
oleh Towsend (1996 dalam Purba dkk, 2008) adalah:
1. Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap
perilaku:
a) Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif:
sistem limbik, lobus frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter juga
mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses
impuls agresif. Sistem limbik merupakan sistem informasi, ekspresi,
perilaku, dan memori. Apabila ada gangguan pada sistem ini maka akan
meningkatkan atau menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya
gangguan pada lobus frontal maka individu tidak mampu membuat
keputusan, kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif.
Beragam komponen dari sistem neurologis mempunyai implikasi
memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik terlambat
dalam menstimulasi timbulnya perilaku agresif. Pusat otak atas secara
konstan berinteraksi dengan pusat agresif.
b) Biokimia
Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine,
asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau
menghambat impuls agresif. Teori ini sangat konsisten dengan fight
atau flight yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang respons
terhadap stress.
c) Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku
agresif dengan genetik karyotype XYY.
d) Gangguan Otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku
agresif dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang
sistem limbik dan lobus temporal; trauma otak, yang menimbulkan
perubahan serebral; dan penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsy,
khususnya lobus temporal, terbukti berpengaruh terhadap perilaku
agresif dan tindak kekerasan.
2. Teori Psikologik
a) Teori Psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk
mendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak
berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah. Agresi dan
tindak kekerasan memberikan kekuatan dan prestise yang dapat
meningkatkan citra diri dan memberikan arti dalam kehidupannya.
Perilaku agresif dan perilaku kekerasan merupakan pengungkapan
secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan dan rendahnya harga
diri.
a) Teori Pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka, biasanya
orang tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena dipersepsikan
sebagai prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku tersebut diikuti dengan
pujian yang positif. Anak memiliki persepsi ideal tentang orang tua mereka
selama tahap perkembangan awal. Namun, dengan perkembangan yang
dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku guru, teman, dan orang lain.
Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orang
tua yang mendisiplinkan anak mereka dengan hukuman fisik akan
cenderung untuk berperilaku kekerasan setelah dewasa.
b) Teori Sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur
sosial terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum
menerima perilaku kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan
masalahnya. Masyarakat juga berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan,
apabila individu menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak
dapat terpenuhi secara konstruktif. Penduduk yang ramai /padat dan
lingkungan yang ribut dapat berisiko untuk perilaku kekerasan. Adanya
keterbatasan sosial dapat menimbulkan kekerasan dalam hidup individu.
b. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan
dengan (Yosep, 2009):
1. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas
seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah,
perkelahian masal dan sebagainya.
2. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial
ekonomi.
3. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
4. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
dirinya sebagai seorang yang dewasa.
5. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat
menghadapi rasa frustasi.
6. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap
2.11 Intervensi
1. Pasien
a. SP 1
- Identifikasi penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan yg dilakukan,
akibat perilaku kekerasan
- Jelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan: fisik, obat, verbal, spiritual
- Latih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 1 & 2 (tarik
nafas dalam dan pukul kasur bantal)
- Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik.
b. SP 2
- Evaluasi : tanda dan gejala perilaku kekerasan
- Validasi : kemampuan melakukan tarik nafas dalam dan pukul kasur dan
bantal
- Tanyakan manfaat melakukan latihan dan menggunakan cara fisik 1 dan 2,
beri pujian
- Latih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan obat (jelaskan 6 benar:
benar nama, benar jenis benar dosis, benar waktu, benar cara, kontinuitas
minum obat dan dampak jika tidak kontinu minum obat)
- Masukkan pada jadwal kegiatan: latihan fisik dan minum obat
c. SP 3
- Evaluasi: tanda dan gejala perilaku kekerasan
- Validasi : kemampuan pasien melakukan tarik nafas dalam, pukul kasur
dan bantal, jadual minum obat
- Tanyakan manfaat melakukan latihan tarik nafas dalam, pukul kasur dan
bantal, dan manfaat minum obat, beri pujian
- Latih cara mengontrol perilaku kekerasan secara verbal (yaitu bicara yang
baik : meminta, menolak dan mengungkapkan perasaan)
- Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik, minum obat, dan
latihan cara bicara yang baik
d. SP 4
- Evaluasi: tanda dan gejala perilaku kekerasan
- Validasi: kemampuan pasien melakukan tarik nafas dalam, pukul kasur
dan bantal, minum obat dengan benar dan patuh, bicara yang baik
- Tanyakan manfaat latihan tarik nafas dalam, pukul kasur dan bantal, patuh
minum obat, dan menerapkan cara bicara yang baik, beri pujian
- Latih mengontrol marah dengan cara spiritual (2 kegiatan)
- Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik, minum obat, verbal,
dan spiritual
2. Keluarga
a. SP 1
- Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
- Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya perilaku
kekerasan (gunakan booklet/leaflet)
- Jelaskan cara merawat perilaku kekerasan
- Latih satu cara merawat perilaku kekerasan: fisik 1 dan 2
- Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian
b. SP 2
- Evaluasi: kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala perilaku kekerasan
pasien
- Validasi: kemampuan keluarga dalam merawat/melatih pasien cara fisik1
dan 2, beri pujian
- Evaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam merawat
- Jelaskan 6 benar cara memberikan obat
- Latih cara memberikan/ membimbing minum obat
- Anjurkan membantu pasien minum
- Obat sesuai jadwal dan memberi pujian
c. SP 3
- Evaluasi: kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala perilaku kekerasan
pasien
- Validasi: kemampuan keluarga dalam membim- bing pasien melaksanakan
latihan fisik 1 dan 2, dan memberikan obat; beri pujian
- Evaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam merawat
- Jelaskan cara mengontrol rasa marah dengan cara verbal (bicara yang
baik : meminta, menolak dan mengungkapkan perasaan)
- Latih cara verbal/sosial
- Anjurkan membantu pasien melakukan kegiatan/latihan sesuai jadwal dan
memberi pujian
d. SP 4
- Evaluasi: kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala perilaku kekerasan
pasien
- Validasi: kemampuan keluarga merawat/melatih pasien cara fisik 1 dan 2,
kepatuhan minum obat, dan caraverbal/sosial; beri pujian
- Evaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam merawat
- Jelaskan cara mengontrol rasa marah dengan cara spiritual
- Latih cara spiritual
- Jelaskan follow up ke Puskesmas, tanda kambuh
- Identifikasi kendala atau kesulitan dalam melakukan kegiatan
- Jelaskan cara mengontrol rasa marah pasien jika sudah terjadi perilaku
merusak diri dan atau lingkungan
- Latih cara pengekangan dan proses rujukan
- Anjurkan membantu pasien melakukan kegiatan/latihan sesuai jadual dan
memberi pujian
3.4 FISIK
a. Tanda vital :
- TD = mmHg
- Nadi = x/menit
o
- Suhu = C
- RR = x/menit
b. Ukuran
- TB = cm
- BB = kg
c. Keluhan fisik:
Tampak tidak ada kelainan pada kepala, leher, dada, ekstremitas atas dan
bawah.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
3.5 PSIKOSOSIAL
a. Genogram:
Keterangan
: Meninggal
: Laki-laki
: Perempuan
: Serumah
: Pasien
Koping Obat-obatan
DO:
- Klien tampak gelisah
- Wajah klien sesekali tampak tegang
- Klien tampak sering jalan mondar mandir
- Klien tampak tidak mampu mengontrol
perilaku kekerasan
DO:
- Klien tampak mengkritik diri sendiri
- Klien tampak penolakan terhadap dirinya
sendiri
- Klien tampak bicara lebih banyak
menunduk dan jarang melakukan kontak
mata
DO:
- Klien tampak hanya memilih satu orang
untuk interaksinya
- Klien tampak tidak mempercayai orang lain
- Klien tampak meyakinkan teman –
temannya jika ia adalah ketua kelompok di
ruang rawat inapnya
DO:
- Klien tampak membesar – besarkan
perkataannya mengenai gaji pekerjaannya
- Klien tampak masih koko jabatannya sebagi
kepala satpam di Provinsi Riau
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
Nama : Tn. S
No MR :