Anda di halaman 1dari 22

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

VETERAN
JAKARTA

MUHAMMAD AFRIAN WIJI PRATAMA


1510211038

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN UMUM
2015
BAB I

PENDAHULUAN

A. Landasan Teori
1.

Karbohidrat

Karbohidrat terdistribusi secara luas di tumbuhan dan hewan.


Karbohidrat memiliki peran yang penting secara struktural dan fungsi
metabolik. Dalam tumbuhan, glukosa disintesis dari karbondioksida dan
air oleh proses fotosintesis dan disimpan dalam bentuk pati atau digunakan
untuk mensistesis selulosa dalam kerangka tanaman. Hewan dapat
mensistesis karbohidrat dari lemak gliserol dan asam amino, tetapi
kebanyakan karbohidrat hewan berasal dari tumbuhan (Murray, 2009).
Glukosa adalah karbohidrat paling penting, kebanyakan karbohidrat
diet diabsorpsi ke pembuluh darah dalam bentuk glukosa, dan gula yang
lain dikonversi menjadi glukosa di dalam hati. Glukosa adalah bahan
bakar metabolik utama dari mamalia (kecuali ruminansia) dan sebagai
bahan bakar universal dari fetus. Karbohidrat adalah prekursor untuk
sintesis dari semua jenis karbohidrat lainnya di dalam tubuh, termasuk
glikogen untuk penyimpanan, ribose dan deoksiribosa dalam asam nukleat
dan galaktosa dalam laktosa susu, dalam glikolipid dan dalam kombinasi
protein di glikoprotein dan proteoglikan (Murray, 2009).
Terdapat tiga kelas utama dari ukuran karbohidrat, monosakarida,
oligosakarida dan polisakarida. Kata sakarida berasal dari bahasa yunani
sakcharon, yang berarti gula). Monosakarida atau gula sederhana terdiri
dari sebuah unit polihidroksi aldehid atau keton. Monosakrida yang paling
melimpah di alam adalah gula enam karbon D-glukosa, atau disebut
dekstrosa (Lehniger, 2004).
Oligosakarida terdiri dari unit rantai pendek monosakarida, atau
residu, yang bergabung dengan hubungan karakteristik yang dinamakan

ikatan glikosidik. Oligosakarida yang paling banyak adalah disakarida,


dengan dua unit monosakarida. Oligosakarida yang khas adalah sukrosa
(gula tebu), yang terdiri dari gula enam karbon D-glukosa dan D-fruktosa.
Semua monosakarida dan disakarida memiliki nama yang diakhiri dengan
akhiran "-ose (Harper, 2004).
Polisakarida merupakan polimer gula yang mengandung lebih dari 20
atau lebih unit monosakarida, dan beberapa memiliki ratusan atau ribuan
unit. Beberapa polisakarida, seperti selulosa, adalah rantai linear, namun
glikogen memilikki rantai yang bercabang. Kedua glikogen dan selulosa
terdiri dari unit D-glukosa berulang, tetapi mereka berbeda dalam jenis
hubungan glikosidik dan akibatnya memiliki sifat dan peran biologis yang
berbeda (Murray, 2009).
Pada Fruktosa, hasil uji benedict bersifat positif (+) menimbulkan
warna hijau-kuning dan kupro oksida yang diendapkan berwarna merah
bata, memiliki endapan yang halus dan jumlahnya lebih banyak. Pada
Sukrosa, hasil uji benedict bersifat positif (+), menimbulkan warna biru,
tetapi kupro oksida yang diendapkan berwarna merah bata dan memiliki
endapan yang halus dan jumlahnya banyak. Pada Glukosa, hasil uji
benedict bersifat positif (+) menimbulkan warna hijau-kuning, kupro yang
diendapkan berwarna merah bata dan memiliki endapan yang kasar dan
jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan fruktosa dan sukrosa. Pada
Aquades, hasil uji benedict bersifat negative (-), tidak menimbulkan warna
(tetap) dan kupro oksida yang di endapkan tidak ada karena aquades tidak
ada zat yang mereduksinya.
2. Lipid
Lipid adalah sekelompok senyawa heterogen, meliputi lemak, minyak,
steroid, malam (wax), dan senyawa terikat, yang berkaitan lebih karena
sifat fisiknya daripada sifat kimianya (Murray, 2012).

Senyawa ini merupakan konstituen makanan yang penting tidak saja


karena nilai energinya yang tinggi, tetapi juga karena vitamin larut-lemak
dan asam lemak esensial yang terkandung di dalam lemak makanan alami
(Murray, 2012).
Lipid diklasifikasikan menjadi :
1. Lipid Sederhana
Ester asam lemak dengan berbagai alcohol
a. Lemak (fat)
Ester asam lemak dengan gliserol. Minyak (oil) adalah lemak
dalam keadaan cair.
b. Wax (malam)
Ester asam lemak dengan alkohol monohidrat berberat molekul
tinggi.
2. Lipid Kompleks
Ester asam lemak yang mengandung gugus-gugus selain alkohol
dan asam lemak.
a. Fosfolipid
Lipid yang mengandung suatu residu asam fosfor, selain asam lemak
dan alkohol.
b. Glikolipid (glikosfingolipid)
Lipid yang mengandung asam lemak, sfingosin, dan karbohidrat.
c.

Lipid kompleks lain

Lipid seperti sulfolipid dan aminolipid. Lipoprotein juga dapat


dimasukkan ke dalam kelompok ini.
3. Prekusor dan lipid turunan
Kelompok ini mencakup asam lemak, gliserol, steroid, alkohol lain,
aldehid lemak, badan keton, hidrokarbon, vitamin larut-lemak, dan
hormon. Karena tidak bermuatan, asilgliserol (gliserida), kolesterol, dan
ester kolesteril disebut lipid netral.

Asam lemak didalam tubuh terutama terdapat sebagai ester dalam


minyak dan lemak alami, tetapi di dalam plasma terdapat dalam bentuk
tak-terseterifikasikan sebagai asam lemak bebas, yakni suatu bentuk
transpor. Asam lemak yang terdapat dalam lemak alami biasanya
mengandung atom karbon berjumlah genap. Rantai tersebut dapat jenuh
(tidak mengandung ikatan rangkap) atau tidak jenuh (menandung satu atau
lebih ikatan rangkap) (Murray, 2012).
Asam lemak jenuh dapat digambarkan berbasis asam asetat (CH3COOH) sebagai anggota pertama rangkaian dengan CH2 ditambahkan
secara bertahap di antara gugus CH3 - dan COOH terminal (Murray,
2012) .
Asam lemak tak jenuh dapat dibagi lagi menjadi :
1. Asam tidak jenuh tunggal (monoetenoid, monoenoat), mengandung
satu ikatan rangkap.
2. Asam tidak jenuh ganda (polietenoid, polienoat), mengandung dua
atau lebih ikatan rangkap.
3. Ekosanoid, Senyawa yang berasal dari asam lemak polienoat (20
karbon) eikosa ini, terdiri dari prostanoid, leukotrien (LT), dan lipokisin
(LX). Prostanoid mencakup prostaglandin (PG), prostasiklin (PGI), dan
tromboksan (TX).
Titik leleh asam lemak karbon berjumlah genap meningkat seiring
dengan panjang rantai dan menurun sesuai ketidakjenuhannya. Suatu
triasilgliserol yang mengandung tiga asam lemak jenuh dengan 12 karbon
atau lebih bersifat padat pada suhu tubuh, sedangkan jika residu asam
lemaknya 18:2, lemak ini berbentuk cair hingga dibawa 0 oC. Lipid
membran yang seharusnya cair pada semua suhu lingkungan, lebih tidak
jenuh daripada dengan lipid simpanan. Lipid di jaringan yang sering
terkena udara dingin, misalnya pada hibernator atau di ekstremitas hewan,
lebih tidak jenuh (Murray, 2012).

B. Tujuan
1. Memperlihatkan sifat mereduksi dari beberapa karbohidrat.
2. Memperlihatkan bahwa lemak tidak larut dalam air dan hanya larut dalam
pelarut organic.
3. Memperlihatkan bahwa minyak ada yang jenuh (tidak mempunyai ikatan
rangkap) dan yang tidak jenuh (mempunyai ikatan rangkap).
4. Menentukan konsentrasi trigliserida dalam serum menggunakan Accutrend
GCT meter

BAB II
ISI
1. Karbohidrat
A. Alat dan Bahan
1. Larutan benedict (tediri dari kuprisulfat (CuSO4), natrium karbonat
(Na2CO3), Natrium sitrat)
2. Larutan glukosa 2%
3. Larutan laktosa 2%
4. Larutan sukrosa 2%
5. Larutan amilum 2%
6. Pipet tetes
7. 4 buah tabung reaksi
8. Waterbath
9. Rak tabung reaksi
B. Cara Kerja
1. 4 buah tabung reaksi disiapkan. Masing-masing tabung diisi dengan
larutan benedict sebanyak 2,5 ml.
2. Tabung reaksi diberi label sesuai dengan nama larutan yang akan
dimasukkan.

3. Tabung 1 ditambakan larutan glukosa sebanyak 4 tetes lalu dikocok


hingga larutan tercampur.
4. Tabung 2 ditambakan larutan laktosa sebanyak 4 tetes lalu dikocok
hingga larutan tercampur.
5. Tabung 3 ditambakan larutan sukrosa sebanyak 4 tetes lalu dikocok
hingga larutan tercampur.
6. Tabung 4 ditambakan larutan amilum sebanyak 4 tetes lalu dikocok
hingga larutan tercampur.
7. Seluruh tabung dipanaskan pada air mendidih di waterbath selamat 3
menit, lalu diangkat dan diamkan hingga dingin di rak tabung reaksi.
8. Hasil perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.

C. Hasil
No

Larutan
Tabung 1 (Larutan benedict
1. 2,5 ml dan larutan glukosa 4
tetes)

Hasil
Terbentuk
endapan merah
bata

Gambar

2.Tabung 2 (Larutan benedict

Terbentuk

2,5 ml dan larutan laktosa 4

endapan merah

tetes)

bata

3.Tabung 3 (Larutan benedict

Tidak terbentuk

2,5 ml dan larutan sukrosa 4

endapan merah

tetes)

bata

4.Tabung 4 (Larutan benedict

Tidak terbentuk

2,5 ml dan larutan amilum 4

endapan merah

tetes)

bata

A. PEMBAHASAN
a.

Uji Benedict pada Glukosa

Pada percobaan yang dilakukan terhadap glukosa, laktosa, sukrosa dan amilum
diketahui yang menghasilkan endapan merah bata atau positif adalah glukosa dan
laktosa sedangkan pada sukrosa dan amilum tidak dihasilkan endapan merah bata
yang berarti negatif terhadap uji benedict.
Pembahasan
Uji benedict dilakukan untuk mengidentifikasi karbohidrat mana yang
mengandung gula pereduksi dan non pereduksi. Uji ini akan bereaksi positif
dengan ditandai munculnya endapan merah bata pada hasil percobaan. Larutan
benedict mengandung kuprisulfat(CuSO4), natrium karbonat (Na2CO3), dan
natrium sitrat.

Gugus aldehid atau keton bebas gula akan mereduksi kuproksida dalam
pereaksi benedict menjadi kuprooksida yang berwarna. Dengan ini dapat
diperkirakan secara kasar (semi kuantitatif) kadar gula dalam urin (Penuntun
praktikum, 2012).
Reaksi yang terbentuk adalah 2Cu+ + 2OH- Cu2O + H2O
Pada percobaan ini, sampel yang digunakan adalah larutan glukosa, laktosa,
sukrosa, dan amilum. Larutan benedict sebanyak 2,5 ml dimasukkan ke dalam
masing-masing 4 tabung reaksi lalu ditambahkan masing-masing 4 tetes larutan
sampel berbeda dan diberi label untuk upaya penandaan. Keempat tabung reaksi
dikocok supaya larutan tercampur dengan rata. Hasil yang diperoleh adalah
keempat larutan berwarna biru yang merupakan warna khas Cu dalam larutan
benedict.
Setelah itu keempat tabung reaksi dipanaskan di air mendidih selama 2-3
menit. Setelah itu, tabung reaksi diangkat dan didiamkan hingga dingin. Adapun
hasil yang diperoleh adalah tabung 1 berwarna merah bata, tabung dua ada
endapan merah bata, tabung 3 tetap berwarna bitu, sedangkan tabung 4 juga tetap
berwarna biru. Warna-warna yang terbentuk pada masing-masing tabung
dikarenakan ada atau tidaknya gugus aldehid atau keton bebas gula pada larutan
sampel yang digunakan. Pereaksi Benedict yang mengandung kuprisulfat dalam
suasana basa akan tereduksi oleh gula yang menpunyai gugus aldehid atau keton
bebas (misal oleh glukosa), yang dibuktikan dengan terbentuknya kuprooksida
berwarna merah.
Pada hasil pengamatan diperoleh bahwa pada tabung 1, yaitu larutan glukosa,
diperoleh endapan merah bata karena glukosa mengandung gugus aldehid.
Sementara pada tabung 2, yaitu larutan laktosa, diperoleh juga endapan merah
bata dikarenakan laktosa adalah suatu disakarida yang mengandung 2
monosakarida yaitu galaktosa dan glukosa. Dengan adanya glukosa yang
mengandung gugus aldehid menyebabkan tabung 2 membentuk endapan merah.
Pada tabung 3 dan 4, yaitu larutan fruktosa dan amilum tidak diperolah endapan
merah bata. Fruktosa merupakan monosakarida yang tidak mengandung gugus

aldehid, sementara amilum terdiri atas dua macam polisakarida yaitu amilosa dan
amilopektin. Pada amilum terdapat glukosa rantai terbuka pada ujung rantai
polimer, namun konsentrasinya sangat kecil sehingga warna hasil reaksi tidak
tampak.
Kesimpulan
Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa glukosa dan laktosa merupakan
gula pereduksi, sedangkan amilum dan fruktosa merupakan gula non pereduksi.
Gula yang dapat mereduksi logam Cu adalah gula yang mempunyai gugus aldehid
atau keton bebas gula seperti glukosa dan laktosa. Sementara fruktosa tidak
mengandung gugus aldehid atau keton bebas. Amilum mengandung glukosa
namun konsentrasinya sangat kecil sehingga warna merah bata tidak terlihat.
Adanya gula pereduksi pada larutan ditandai dengan munculnya endapan
merah bata setelah dipanaskan. Pemanasan bertujuan untuk mempercepat reaksi
logam Cu pada larutan benedict dan gula pereduksi pada larutan sampel.

A.2. Cara kerja


1. Disiapkan 4 buah tabung dari rak tabung reaksi.
2. Diisi 4 buah tabung dengan larutan minyak 10 tetes.
3.

Dimasukkan larutan berbeda-beda ke dalam 4 buah tabung. Tabung 1 diberi aquades


2 ml. Tabung 2 diberi air dan dipanaskan dengan suhu 100oC sebanyak 2 ml. Tabung
ketiga diberi alkhohol 2ml. Tabung keempat diberi eter 2 ml.

4. Dikocok kuat-kuat keempat tabung, kemudian tabung ditutup rapat.


5. Diamati kelarutan lipid dari masing-masing tabung.
6. Ditulis hasilnya dalam table hasil kelarutan.
A.3. Hasil
No

Larutan

Hasil

1.

Tabung 1 (minyak dan 2

Minyak tidak bisa larut

ml aquades)

dengan aquades
sehinggan minyak
mengendap di atas air

2.

Tabung 2 (minyak dan 2

Minyak tidak dapat larut

ml air 100oC)

dengan air 100oC


sehingga minyak di atas
air

3.

Tabung 3 (minyak dan 2

Minyak dapat larut

ml alcohol)

dengan alkohol

Gambar

4.

Tabung 4 (minyak dan 2

Minyak dapat larut

ml eter)

dengan eter

Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa

pada

percobaan minyak dan air telah dibuktikan bahwa minyak (mengandung lemak) tidak
dapat larut dalam akuades. Aquades tidak dapat bercampur dengan minyak, karena
aquades merupakan senyawa yang bersifat polar, sedangkan minyak bersifat nonpolar. Minyak punya massa jenis lebih ringan sehingga posisinya di atas air. Pada
percobaan minyak dan eter ini telah dibuktikan bahwa minyak (mengandung lemak)
dapat larut sempurna ketika dicampurkan dengan eter. Hal ini terjadi karena keduanya
memiliki karakter yang sama, yaitu sama-sama bersifat non-polar. Pada percobaan
minyak dan alkohol ini telah dibuktikan bahwa minyak (mengandung A.2. Cara
kerja
1. Disiapkan 4 buah tabung dari rak tabung reaksi.
2. Diisi 4 buah tabung dengan larutan minyak 10 tetes.
3.

Dimasukkan larutan berbeda-beda ke dalam 4 buah tabung. Tabung 1 diberi aquades


2 ml. Tabung 2 diberi air dan dipanaskan dengan suhu 100oC sebanyak 2 ml. Tabung
ketiga diberi alkhohol 2ml. Tabung keempat diberi eter 2 ml.

4. Dikocok kuat-kuat keempat tabung, kemudian tabung ditutup rapat.


5. Diamati kelarutan lipid dari masing-masing tabung.
6. Ditulis hasilnya dalam table hasil kelarutan.
A.3. Hasil
No

Larutan

Hasil

1.

Tabung 1 (minyak dan 2

Minyak tidak bisa larut

Gambar

ml aquades)

dengan aquades
sehinggan minyak
mengendap di atas air

2.

Tabung 2 (minyak dan 2

Minyak tidak dapat larut

ml air 100oC)

dengan air 100oC


sehingga minyak di atas
air

3.

4.

Tabung 3 (minyak dan 2

Minyak dapat larut

ml alcohol)

dengan alkohol

Tabung 4 (minyak dan 2

Minyak dapat larut

ml eter)

dengan eter

Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa

pada

percobaan minyak dan air telah dibuktikan bahwa minyak (mengandung lemak) tidak
dapat larut dalam akuades. Aquades tidak dapat bercampur dengan minyak, karena
aquades merupakan senyawa yang bersifat polar, sedangkan minyak bersifat nonpolar. Minyak punya massa jenis lebih ringan sehingga posisinya di atas air. Pada
percobaan minyak dan eter ini telah dibuktikan bahwa minyak (mengandung lemak)
dapat larut sempurna ketika dicampurkan dengan eter. Hal ini terjadi karena keduanya
memiliki karakter yang sama, yaitu sama-sama bersifat non-polar. Pada percobaan
minyak dan alkohol ini telah dibuktikan bahwa minyak (mengandung Pembahasan
a.

Uji Kelarutan Lemak

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa :

Minyak

Aquades:

Pada

percobaan ini telah dibuktikan bahwa minyak (mengandung lemak)


tidak dapat larut dalam akuades. Aquades tidak dapat bercampur

dengan minyak, karena aquades merupakan senyawa yang bersifat


polar, sedangkan minyak bersifat non-polar.

Minyak + Eter: Pada percobaan


ini telah dibuktikan bahwa minyak (mengandung lemak) dapat larut
sempurna ketika dicampurkan dengan eter. Hal ini terjadi karena
keduanya memiliki karakter yang sama, yaitu sama-sama bersifat
non-polar.

Minyak

Kloroform:

Pada

percobaan ini telah dibuktikan bahwa minyak (mengandung lemak)


dapat larut sempurna ketika dicampurkan, alasannya tidak jauh beda
dengan tabung eter, yaitu karena bersifat sama-sama non-polar.

Minyak + Alkohol: pada


percobaan ini telah dibuktikan bahwa minyak (mengandung lemak)
tidak dapat larut ketika dicampurkan dengan alcohol.
a. Uji Kejenuhan Lemak
Alat dan bahan
1.
2.
3.
4.
5.

Minyak kelapa 0,5 ml


minyak jagung 0,5 ml
Minyak jagung yang telah digunakan/ dipanaskan berulang
Tiga buah tabung reaksi a,b, dan c,
Pemanas

Cara Kerja
Hasil :
Cara Kerja:
Bahan

Tabung
2

Minyak kelapa

0,5 mL

Minyak jagung

0,5 mL

0,5 mL

Minyak jagung
yang telah
digunakan/

dipanaskan
berulang

Percobaan dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya ikatan rangkap


pada lemak dan diperoleh hasil bahwa :

Minyak Kelapa + Hubl: pada

percobaan ini telah didapatkan data yang menyebutkan bahwa


membutuhkan sebanyak lima tetesan untuk mengubah warna minyak
menjadi warna larutan hubl.

Minyak Jagung + Hubl: pada

percobaan ini telah didapatkan data yang menyebutkan bahwa


membutuhkan sebanyak empat tetesan untuk mengubah warna
minyak menjadi warna larutan hubl.

Minyak Jagung (direbus) + Hubl:


pada percobaan ini telah didapatkan data yang menyebutkan bahwa
membutuhkan sebanyak dua tetesan untuk mengubah warna minyak
menjadi warna larutan hubl.
Larutan Hubl pada dasarnya memang banyak digunakan untuk
indicator perubahan yang ditunjukkan dengan berubahnya warna larutan
sample menjadi serupa dengan warna larutan hubl. Jadi pada percobaan

ini dapat diketahui bahwa semakin banyak tetesan yang harus diteteskan
untuk mengubah warna maka hal itu berbanding lurus dengan tingkat
kejenuhan lemak tersebut.

c. Pengukuran Kuntitatif Trigliserida Darah


Alat dan Bahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Darah
Lanset
alkohol 70%
Kapas
Strip trigliserida
Accutrend GCT meter

Cara Kerja
1. Tangan dicuci dengan air hangat, untuk menghilangkan lemak yang
ada di permukaan kulit
2. Alat Accutrend GCT meter diaktifkan
3. Kode trigliserida dimasukkan
4. Strip uji dimasukkan hingga terdengar suara beep 2x
5. Penutup alat dibuka
6. Darah sampel diambil menggunakan lanset dan alkohol 70% dan
diteteskan di area uji pada strip uji, hingga seluruh area tertutup
7. Penutup alat ditutup segera
8. Kadar trigliserida yang tampak pada layar dicatat
9. Penutup alat dibuka dan ambil strip yang sudah dibaca.
Hasil
No

Sampel

Kadar Trigliserida

1.

Faiz Adnan

83 mg/dL

2.

Yordan Teofilus

80 mg/dL

3.

Diky Mujiwinanto

95 mg/dL

4.

Hafizh Zafran L

135 mg/dL

5.

Toni K

126 mg/dL

Pada percobaan kali ini dilakukan pengukuran secara kuantitatif


terhadap kadar trigliserida darah. Trigliserida sendiri merupakan suatu
senyawa

yang

terdiri

dari

tiga

molekul

asam

lemak

yang

dikombinasikan dengan molekul gliserol. Semua sample menunjukkan


bahwa kadar trigliserida yang terkandung pada masing-masing sample
belum melampaui batas tingginya kadar trigliserida, yaitu diatas 150
mg/dl.

PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Uji Karbohidrat

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik sebuah kesimpulan,


bahwa sifat reduksi yang dimiliki tiap jenis karbohidrat berbeda-beda dan
dapat dibuktikan dengan uji benedict. Jika dalam uji benedict didapatkan
endapan merah, maka hal itu menandakan bahwa karbohidrat tersebut
memiliki sifat reduksi dan memiliki gugus aldehid (aldose) atau keton
(ketosa) bebas yang akan mengalami reaksi dengan larutan benedict dan
membentuk endapan merah.
2. Uji Lemak (lipid)
a. Uji Kelarutan Lemak
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik sebuah kesimpulan,
bahwa lemak (bersifat non-polar) hanya dapat larut dalam pelarut nonpolar. Lemak tidak dapat larut dalam pelarut lain seperti pelarut polar.
b. Uji Kejenuhan Lemak
Pada percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik sebuah kesimpulan,
bahwa larutan hubl digunakan sebagai indicator untuk menunjukkan
ada atau tidak adanya ikatan rangkap yang ada pada lemak. Lemak
jenuh tidak memiliki ikatan rangkap, sebaliknya lemak tidak jenuh
memiliki ikatan rangkap.
c. Pengukuran Kuantitatif Trigliserida Darah
Pada percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan, bahwa
masing-masing sample yang telah diuji kadar trigliseridanya
menunjukkan angka dibawah 150 mg/dl
B. Saran
Saran yang dapat diberikan merujuk pada hasil akhir percobaan ini, bahwa
peneliti selanjutnya harus lebih teliti dalam memperhatikan perubahan warna
yang terjadi pada saat proses pengujian berlangsung. Karena akibat ketidak

telitian dalam pengamatan dapat berakibat data yang didapatkan tidak valid
dan penelitian harus diulang kembali.

DAFTAR PUSTAKA
Brown, Wiliam H. 1994. Biokimia jilid II. EGC : Jakarta.

Dawn,B. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar. EGC : Jakarta.


Girindra, A. 2000. Biokimia I. Gramedia. Jakarta.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Murray, R. K. dkk. 2009. Biokimia Harper. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai