Anda di halaman 1dari 16

KEJADIAN IKUTAN PASKA IMUNISASI SEBAGAI MASALAH

KESEHATAN KELUARGA BINAAN PADA GAMPONG


UTEUNKOT DI KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2021

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN


BLOK FAMILY ORIENTED MEDICAL EDUCATION (FOME)

Oleh:
Refi Syifa Ghinanda (180610004)
Nursadillah (180610032)
Ali Raflyno (180610044)
Rizqa Ramadhani (180610048)
Afifah Mardhatillah (180610072)
Annisa Amelia Lubis (180610074)

Pembimbing:

dr. Cut Khairunnisa M.Kes

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka Kematian Bayi menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat


kesehatan anak karena merupakan cerminan dari status kesehatan anak saat ini. WHO 2010
mencatat sebanyak 4,5 juta kematian dari10,5 juta per tahun terjadi akibat penyakit infeksi
yang bisa dicegah dengan imunisasi. Seperti pneumococcus (28 %),campak (21 %), tetanus
(18%), rotavirus penyebab diare (16%), dan hepatitis B (16%). Sementara itu data WHO ini
diperkirakan setidaknya 50% angk kematian di Indonesia bisa dicegah dengan imunisasi dan
Indonesia termasuk sepuluh besar negara dengan jumlah terbesar anak tidak tervaksinasi
(WHO, 2010). Sebagian anak tidak mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap sehingga
anak dinyatakan drop out tahun 2009, anak usia 12-23 bulan yang mendapatkan imunisasi
dasar tidak lengkap yaitu 33,5% (Kemenkes, 2010).
Pemberian imunisasi kadang menimbukan efek samping, rasa ketakutan pada efek
samping vaksinasi menjadi lebih dominan dibandingkan dengan ketakutan terhadap
penyakitnya. Padahal akibat dari penyakit jelas lebih membahayakan dibandingkan dengan
dampak imunisasi. Anak yang terkena campak dapat mengalami demam tinggi (terjadi pada
90% kasus) sehingga mengalami kejang (anak yang mempunyai riwayat kejang demam),
dapat mengalami pneumonia (40% kasus) atau dapat mengalami ensefalitis 2% sebagai
komplikasi campak. Sedangkan akibat imunisasi campak tidak seberapa apabila
dibandingkan dengan penyakitnya, demam akan timbul satu minggu setelah imunisasi terjadi
pada sekitar 10% dari anak yang diimunisasi dan dapat diobati dengan obat penurun panas
(IDAI, 2011).
Efek samping dari vaksinasi ini, dikenal dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
(KIPI) yakni kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi baik berupa efek vaksin
ataupun efek samping, toksisitas, reaksi sensivitas, efek farmakologis, atau kesalahan
program, koinsidensi, reaksi suntikan, atau hubungan kausal yang tidak dapat di tentukan
(Brunswick, 2011). Efek ini dapat menimbulkan berbagai reaksi/ gejala klinis yang umumnya
sudah dapat diprediksi terlebih dahulu karena merupakan reaksi simpang vaksin dan secara
klinis hebat seperti reaksi anafilaktik sistem dengan resiko kematian (IDAI, 2011).
Gejala klinis KIPI dapat timbul secara cepat maupun lambat dan dapat dibagi menjadi
gejala lokal, sistemik, reaksi susunan saraf pusat, serta reaksi lainnya. Pada umumnya makin
cepat KIPI terjadi, makin cepat gejalanya (PP KIPI, 2005).Reaksi lokal ditandai dengan rasa
nyeri di tempat suntikan, bengkak-kemerahan di tempat suntikan (10%), bengkak pada
suntikan DPT dan tetanus (50%), BCG scar terjadi minimal 2 minggu kemudian ulserasi dan
sembuh setelah beberapa bulan dan reaksi sistemik yang akan terjadi yakni demam (10%),
kecuali DPT hampir 50% juga reaksi lainnya seperti iritabel dan malaise, MMR dan campak
terjadi demam atau ruam dan konjungtivitis (5%-15%), pada mumps terjadi reaksi vaksin
pembengkakan kelenjar parotis, rubela terjadi rasa nyeri sendi 15% dan pembengkakan
Limfe. OPV kurang dari 1% diare, pusing dan nyeri otot. Pada reaksi vaksin berat dapat
terjadi kejang, trombositopenia, anafilaksis dan ensefa-lopati akibat imunisasi campak atau
DPT (IDAI, 2011).

1.2 Gambaran Umum Keluarga Binaan

Alamat : Dusun Sawang Kupula, Uteunkot Muara Dua, Lhokseumawe, Provinsi Aceh
No Nama Kedudukan Gender Umur Pendidikan Pekerjaan
dalam (Tahun)
keluarga

1. Ali Kepala Laki-laki 39 thn SMA Anggota


Mustala keluarga Kebersihan

2. Junida Istri Perempuan 38 thn SMP IRT

3. Alfaiz R Anak Laki-Laki 8 thn SD Pelajar

4. Ayatul Anak Perempuan 8 bln - -


Zoya

Tn. Ali dan Ny. Junida mempunyai 2 orang anak, yaitu 1 orang anak laki-laki dan 1
orang anak perempuan
Genogram Keluarga Tn. Ali

1.3 Data Kesehatan Keluarga


BAB II

ANALISIS MASALAH

2.1 Analisis status kesehatan keluarga

Status kesehatan keluarga Tn. Ali untuk keseluruhan anggota keluarga dalam keadaan
baik. Tetapi Ny. Junidah memiliki riwayat hipertensi saat kehamilan dan anak ketiga tidak
pernah di imunisasi sejak lahir, pemberian MPASI terlalu dini sejak usia 3 bulan serta
memiliki ruam di pipi akibat menyusui.

2.2 Analisis pelayanan kesehatan


Pelayanan kesehatan yang digunakan oleh keluarga hanyalah Puskesmas dan
Posyandu terdekat. Puskesmas yang biasa digunakan keluarga Tn.Ali adalah Puskesmas
Muara Dua. Apabila anggota keluarga Tn. Ali ingin ke Puskesmas, mereka biasa pergi
dengan menggunakan becak, karena Tn. Ali sempat berprofesi sebagai tukang becak.
Sedangkan apabila Ny. Junidah hendak memeriksa dan mengontrol kesehatan anak ketiga
nya yang masih berusia 8 bulan, Ny. Junida berjalan kaki menuju Posyandu terdekat. Seluruh
anggota keluarga Tn. Ali menggunakan pelayanan Kesehatan Kartu Indonesia Sehat (KIS).
Pelayanan tersebut digunakan untuk membantu keluarga untuk memeriksakan kesehatan
keluarga ataupun berobat.

2.3 Analisis perilaku kesehatan keluarga


Perilaku kesehatan keluarga binaan terbilang cukup baik. Keluarga binaan menjaga
kesehatan pribadi dengan mandi 2 kali sehari,rutin sikat gigi, memotong kuku, rutin
membersihkan rumah dan mengganti seprei 1x seminggu. Gizi keluarga terjaga baik, mulai
dari cara pengolahan makanan, kuantitas makanan dan kualitas makanan diperhatikan oleh
keluaraga binaan. Seperti makanan diolah sendiri dengan menu yang seimbang seperti nasi,
ikan, dilengkapi sayur-mayur, tahu-tempe dan juga susu untuk anaknya. Tn Ali juga bekerja
yang melatih aktifitas fisik dan keluarga rutin berjalan-jalan di sekitar rumah pada pagi dan
sore hari.
Namun keluarga Tn. Ali kurang sadar tentang pentingnya mencegah penyakit
berbahaya untuk anak-anaknya dengan melakukan imunisasi lengkap, anak ketiga dari Tn.
Ali dan Ny. Junidah tidak diberikan imunisasi akibat trauma saat imunisasi anak kedua nya
yang sekarang tinggal dengan saudaranya mengalami pembengkakan di daerah paha serta
demam. Selain itu, banyak isu tentang vaksin yang buruk sehingga keluarga Tn. Ali takut
melakukan imunisasi pada anak-anaknya.
Tn. Ali memiliki kebiasaan buruk untuk kesehatannya yaitu merokok aktif diluar
maupun di dalam rumah meskipun di rumah ada bayi. Tn. Ali juga sering begadang karena
Tn. Ali bekerja sampingan manjaga kolam lele tetangga.

2.4 Analisis faktor lingkungan


Perilaku kesehatan keluarga binaan dan keadaan kebersihan lingkungan rumah
terbilang sangat baik, keluarga rajin membersihkan rumah dan rumah tampak rapih. Kondisi
sirkulasi udara di dalam rumah juga cukup baik, terdapat banyak jendela dan ruangan tidak
pengap ataupun lembap.
Halaman rumah keluarga Tn. Ali cukup luas, terlihat banyak tanaman yang dirawat
dengan rapih dan bersih oleh Ny. Junida. Mereka menggunakan air yang bersih dan juga
cukup jernih, kamar mandi keluarga Tn. Ali juga terlihat sangat bersih, terlihat dari
jambannya yang tampak rutin dibersihkan.

BAB III

MENETAPKAN PRIORITAS MASALAH


3.1 Teknik / Metode Pemecahan Masalah yang Digunakan

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan prioritas masalah
kesehatan, baik dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Namun, dalam hal ini kami
menetapkan prioritas masalah dengan menggunakan scoring technique (metode penskoran),
yaitu dengan memberikan score (nilai) untuk beberapa parameter yang telah ditetapkan. Pada
teknik ini menentukan prioritas masalah dapat dilakukan secara lebih objektif, cakupan nya
luas dan memudahkan dalam menentukan prioritas yang dapat di selesaikan dalam masalah
kesehatan. Dan teknik skoring yang kami gunakan dengan metode Hanlon.
Penggunaan metode Hanlon dalam penetapan alternatif prioritas jenis intervensi yang akan
digunakan menggunakan 4 kriteria yaitu:
1. Besarnya Masalah (Prevalence) (A)
- Meliputi besarnya presentase penduduk yang menderita langsung karena penyakit
tersebut,
- Besarnya pengeluaran biaya yang diperlukan untuk mengatasi masalah
- Besarnya kerugian lain yang diderita
- Dapat diberikan skor 1-10 sesuai tabel
2. Keseriusan Masalah (B)
- Tingkat urgensi
- Kecendrungan
- Tingkat keganasan
- Dapat diberikan skor 1-10 sesuai tabel
3. Kemudahan Penanggulangan (C)
- Amat sulit (6)
- Sulit (7)
- Cukup sulit (8)
- Mudah (9)
- Sangat mudah (10)

Untuk menentukan pembobotan dapat dihitung dengan:


P = {A + (2xB)} x C

P= Prioritas Skor

Dalam hal ini kami menemukan ada beberapa masalah dalam keluarga tersebut,
sehingga kami memasukkan data yang kami peroleh kedalam tabel perhitungan sesuai
dengan teknik Hanlon, yaitu sebagai berikut:

Indikator A B C P Rangking
Kesehatan Besaran Keseriusan Efektif Skor
Masalah Masalah Prioritas
[A+(2xB)]x
C
Ibu tidak ingin 8 8 7 168 1
melakukan
imunisasi
terhadap
anaknya
Ayah perokok 8 8 6 144 2
aktif
Prioritas faskes 4 3 9 90 3
keluarga :
Puskesmas
Muara Dua

Dari data prioritas permasalahan maka didapatkan tingkatan prioritas masalah sebagai
berikut:
1. Ibu tidak ingin melakukan imunisasi terhadap anaknya.
2. Ayah perokok aktif.
3. Prioritas faskes keluarga : Puskesmas Muara Dua.

BAB IV
ANALISIS PENYEBAB MASALAH KESEHATAN PADA KELUARGA

4.1 Mencari penyebab masalah


Untuk mencari penyebab masalah yang kami lakukan adalah dengan teknik Fishbone
diagram. Diagram tulang ikan atau fishbone adalah salah satu metode / tool di dalam
meningkatkan kualitas.
Teknik Fishbone diagram atau diagram tulang ikan diperkenalkan oleh Dr. Kaoru
Ishikawa, seorang ahli pengendalian kualitas dari Jepang, Fishbone diagram digunakan
ketika kita ingin mengidentifikasi kemungkinan penyebab masalah sehingga akan lebih
mudah dilakukan jika masalah dan akar penyebab masalah sudah ditemukan.
Diagram fishbone ini dapat digunakan untuk :
 Mengenali akar penyebab masalah atau sebab mendasar dari akibat, masalah, atau
kondisi tertentu
 Memilah dan menguraikan pengaruh timbal balik antara berbagai faktor yang
mempengaruhi akibat atau proses tertentu
 Menganalisa masalah yang ada sehingga tindakan yang tepat dapat diambil
Maka dari itu, kami memilih Teknik Fishbone diagram sebagai cara dalam menentukan
prioritas masalah yang terjadi dalam keluarga binaan kami. Pada bagian sebelumnya telah
ditemukan bahwa prioritas masalah pada keluarga binaan kami ialah Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi. Maka Fishbone diagram dari masalah tersebut ialah :
No Hari Bentuk Kegiatan Masukan PemeriksaanFisik
Kunjungan
1. Minggu, 31 - Berkenalan dengan Memberikan Bapak
januari 2021 anggota keluarga edukasi agar TD :120/70mmHg
- Menjelaskan maksud pasien tetap KGD 107 mg/dl
dan tujuan kami kepada menjaga kuantitas BB : 55kg
keluarga binaan dan kualitas TB : 155cm
- Menjelaskan tujuan dari makanan, Dan IMT : 22,9
kegiatan Home visit juga meningkatkan Ibu
- Mewawancarai aktifitas fisik TD :120/80mmHg
keluarga binaan perihal untuk menjaga KGD : 111mg/dl
kehidupan sehari-hari. kesehatan. BB : 54kg
- Melakukan Dari pemeriksaan TB : 150cm
pemeriksaan fisik fisik, didapatkan IMT : 24
umum kepada keluarga hasil yang normal Bayi
binaan dari segala aspek. PB : 64cm
- Melakukan anamnesa Baik BB/TB anak BB : 7,6kg
lebih dalam terkait semua sesuai
masalah kesehatan di dengan usianya,
keluarga tidak ada tanda -
- Melakukan alloamnesa tanda stunting.
dan pengamatan Dari aloanamnesa,
perilaku kepada diketahui ibu
anggota keluarga yang pernah mengalami
mengalami masalah preeclampsia pada
kesehatan kehamilan ketiga,
- Memberikan edukasi dan anak ketigas
dan rekomendasi tidak diimunisasi
kepada keluarga binaan karena khawatir
akan sakit setelah
mendapat
imunisasi seperti
pada anak kedua.
2. Selasa, 2 - Melanjutkan - Memberika Tidak dilakukan
Februari wawancara kesehatan n edukasi pemeriksaan fisik,
2021 dan memberikan mengenai hanya follow up
edukasi tentang imunisasi, hasil pertemuan
kesehatan secara umum kejadian ikutan pertama dan
dan menjaga pasca imunisasi kedua
kebersihan lingkungan dan cara
- Memantau penyebarannya.
perkembangan kondisi - Memberika
anak n edukasi
- Memantau perubahan mengenai
perilaku dan pentingnya
pemahaman mengenai menjaga
imunisasi kebersihan diri
dan lingkungan
- Memberika
n edukasi pada
keluarga untuk
menjaga
kesehatan
dengan rutin
melakukan
aktifitas fisik
dan menjaga
kualitas
makanan
LAMPIRAN FOTO KELUARGA BINAAN

Keterangan : Berkenalan dengan anggota keluarga binaan dan menjelaskan maksud dan
tujuan kami kepada keluarga binaan.

Keterangan : kondisi kamar dan ruang tamu


Keterangan : kondisi kamar mandi dan dapur

Keterangan : kondisi meja makan dan bagian depan rumah


Keterangan : kondisi bagian samping rumah

Keterangan : Pemeriksaan kesehatan umum


Keterangan : foto bersama keluarga binaan
DAFTAR PUSTAKA

Buku Paduan Skill Lab FOME I Tahap Akademik


http://www.academia.edu/15782905/Metode_Hanlon_dan_Fish_Bone (Diakses
pada tanggal 7 Januari 2018)

Anda mungkin juga menyukai