Anda di halaman 1dari 16

A.

SIFAT FISIK AIR LAUT

1. Temperatur

Dalam oseanografi dikenal dua istilah untuk menentukan temperatur air laut yaitu
temperatur insitu (selanjutnya disebut sebagai temperatur saja) dan temperatur
potensial. Temperatur adalah sifat termodinamis cairan karena aktivitas molekul
dan atom di dalam cairan tersebut. Semakin besar aktivitas (energi), semakin tinggi
pula temperaturnya. Temperatur menunjukkan kandungan energi panas. Energi
panas dan temperatur dihubungkan oleh energi panas spesifik. Energi panas
spesifik sendiri secara sederhana dapat diartikan sebagai jumlah energi panas yang
dibutuhkan untuk menaikkan temperatur dari satu satuan massa fluida sebesar 1o.
Jika kandungan energi panas nol (tidak ada aktivitas atom dan molekul dalam
fluida) maka temperaturnya secara absolut juga nol (dalam skala Kelvin). Jadi nol
dalam skala Kelvin adalah suatu kondisi dimana sama sekali tidak ada aktivitas
atom dan molekul dalam suatu fluida. Temperatur air laut di permukaan
ditentukan oleh adanya pemanasan (heating) di daerah tropis dan pendinginan
(cooling) di daerah lintang tinggi. Kisaran harga temperatur di laut adalah -2o s.d.
35oC.

Tekanan di dalam laut akan bertambah dengan bertambahnya kedalaman. Sebuah


parsel air yang bergerak dari satu level tekanan ke level tekanan yang lain akan
mengalami penekanan (kompresi) atau pengembangan (ekspansi). Jika parsel air
mengalamai penekanan secara adiabatis (tanpa terjadi pertukaran energi panas),
maka temperaturnya akan bertambah. Sebaliknya, jika parsel air mengalami
pengembangan (juga secara adiabatis), maka temperaturnya akan berkurang.
Perubahan temperatur yang terjadi akibat penekanan dan pengembangan ini
bukanlah nilai yang ingin kita cari, karena di dalamnya tidak terjadi perubahan
kandungan energi panas. Untuk itu, jika kita ingin membandingkan temperatur air
pada suatu level tekanan dengan level tekanan lainnya, efek penekanan dan
pengembangan adiabatik harus dihilangkan.
Maka dari itu didefinisikanlah temperatur potensial, yaitu temperatur dimana
parsel air telah dipindahkan secara adiabatis ke level tekanan yang lain. Di laut,
biasanya digunakan permukaan laut sebagai tekanan referensi untuk temperatur
potensial. Jadi kita membandingkan harga temperatur pada level tekanan yang
berbeda jika parsel air telah dibawa, tanpa percampuran dan difusi, ke permukaan
laut. Karena tekanan di atas permukaan laut adalah yang terendah (jika
dibandingkan dengan tekanan di kedalaman laut yang lebih dalam), maka
temperatur potensial (yang dihitung pada tekanan permukaan) akan selalu lebih
rendah daripada temperatur sebenarnya.

Gambar 1.

Temperatur Profile

Satuan untuk temperatur dan temperatur potensial adalah derajat Celcius.


Sementara itu, jika temperatur akan digunakan untuk menghitung kandungan
energi panas dan transpor energi panas, harus digunakan satuan Kelvin. 0oC =
273,16K. Perubahan 1oC sama dengan perubahan 1K.

Seperti telah disebutkan di atas, temperatur menunjukkan kandungan energi


panas, dimana energi panas dan temperatur dihubungkan melalui energi panas
spesifik. Energi panas persatuan volume dihitung dari harga temperatur
menggunakan rumus

Q = densitas x energi panas specific x temperatur

(temperatur dalam satuan Kelvin). Jika tekanan tidak sama dengan nol,
perhitungan energi panas di lautan harus menggunakan temperatur potensial.
Satuan untuk energi panas (dalam mks) adalah Joule. Sementara itu, perubahan
energi panas dinyatakan dalam Watt (Joule/detik). Aliran (fluks) energi panas
dinyatakan dalam Watt/meter2 (energi per detik per satuan luas).

2. Densitas Air Laut

Densitas merupakan salah satu parameter terpenting dalam mempelajari dinamika


laut. Perbedaan densitas yang kecil secara horisontal (misalnya akibat perbedaan
pemanasan di permukaan) dapat menghasilkan arus laut yang sangat kuat. Oleh
karena itu penentuan densitas merupakan hal yang sangat penting dalam
oseanografi. Lambang yang digunakan untuk menyatakan densitas adalah ρ
(rho).

Densitas air laut bergantung pada temperatur (T), salinitas (S) dan tekanan (p).
Kebergantungan ini dikenal sebagai persamaan keadaan air laut (Equation of State
of Sea Water):

ρ = ρ(T,S,p)

Penentuan dasar pertama dalam membuat persamaan di atas dilakukan oleh


Knudsen dan Ekman pada tahun 1902. Pada persamaan mereka, ρ dinyatakan
dalam g cm-3. Penentuan dasar yang baru didasarkan pada data tekanan dan
salinitas dengan kisaran yang lebih besar, menghasilkan persamaan densitas baru
yang dikenal sebagai Persamaan Keadaan Internasional (The International Equation
of State, 1980). Persamaan ini menggunakan temperatur dalam oC, salinitas dari
Skala Salinitas Praktis dan tekanan dalam dbar (1 dbar = 10.000 pascal = 10.000 N
m-2). Densitas dalam persamaan ini dinyatakan dalam kg m-3. Jadi, densitas
dengan harga 1,025 g cm-3 dalam rumusan yang lama sama dengan densitas
dengan harga 1025 kg m-3 dalam Persamaan Keadaan Internasional.
Densitas bertambah dengan bertambahnya salinitas dan berkurangnya
temperatur, kecuali pada temperatur di bawah densitas maksimum. Densitas air
laut terletak pada kisaran 1025 kg m-3 sedangkan pada air tawar 1000 kg m-3. Para
oseanografer biasanya menggunakan lambang σt (huruf Yunani sigma dengan
subskrip t, dan dibaca sigma-t) untuk menyatakan densitas air laut. dimana σt = ρ –
1000 dan biasanya tidak menggunakan satuan (seharusnya menggunakan satuan
yang sama dengan ρ). Densitas rata-rata air laut adalah σt = 25. Aturan praktis yang
dapat kita gunakan untuk menentukan perubahan densitas adalah: σt berubah
dengan nilai yang sama jika T berubah 1oC, S 0,1, dan p yang sebanding dengan
perubahan kedalaman 50 m.

Densitas maksimum terjadi di atas titik beku untuk salinitas di bawah 24,7 dan di
bawah titik beku untuk salinitas di atas 24,7. Hal ini mengakibatkan adanya
konveksi panas.

• S 24.7 : konveksi selalu terjadi di keseluruhan badan air. Pendinginan diperlambat


akibat adanya sejumlah besar energi panas (heat) yang tersimpan di dalam badan
air. Hal ini terjadi karena air mencapai titik bekunya sebelum densitas maksimum
tercapai.

Seperti halnya pada temperatur, pada densitas juga dikenal parameter densitas
potensial yang didefinisikan sebagai densitas parsel air laut yang dibawa secara
adiabatis ke level tekanan referensi

3. Warna Air Laut

Warna air laut ditentukan oleh kekeruhan air laut itu sendiri dari kandungan
sedimen yang dibawa oleh aliran sungai. Pada laut yang keruh, radiasi sinar
matahari yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis tumbuhan laut akan kurang
dibandingkan dengan air laut jernih. Pada perairan laut yang dalam dan jernih,
fotosintesis tumbuhan itu mencapai 200 meter, sedangkan jika keruh hanya
mencapai 15 – 40 meter. Laut yang jernih merupakan lingkungan yang baik untuk
tumbuhnya terumbu karang dari cangkang binatang koral.
Air laut juga menampakan warna yang berbeda-beda tergantung pada zat-zat
organik maupun anorganik yang ada. Ada beberapa warna-warna air laut karena
beberapa sebab:

a. Pada umumnya lautan berwarna biru, hal ini disebabkan oleh sinar matahari
yang bergelombang pendek (sinar biru) dipantulkan lebih banyak dari pada
sinar lain.

b. Warna kuning, karena di dasarnya terdapat lumpur kuning, misalnya sungai


kuning di Cina.

c. Warna hijau, karena adanya lumpur yang diendapkan dekat pantai yang
memantulkan warna hijau dan juga karena adanya planton-planton dalam
jumlah besar.

d. Warna putih, karena permukaannya selalu tertutup es seperti di laut kutub


utara dan selatan.

e. Warna ungu, karena adanya organisme kecil yang mengeluarkan sinar-sinar


fosfor seperti di laut ambon.

f. Warna hitam, karena di dasarnya terdapat lumpur hitam seperti di laut hitam

g. Warna merah, karena banyaknya binatang-binatang kecil berwarna merah


yang terapung-apung.

4. Tekanan Hidrostatis

Tekanan hidrostatis sendiri merupakan persamaan kata dari tekanan zat cair.
Dalam fisika, tekanan zat cair atau tekanan hidrostatis diartikan sebagai tekanan di
dalam zat cair diam yang terjadi karena zat cair tersebut dipengaruhi oleh
kedalaman. Ilmu yang mempelajari mengenai zat cair diam disebut sebagai
hidrostatika atau statika fluida.

Tekanan yang terjadi pada suatu titik dalam zat cair terjadi akibat gaya berat zat
cair yang ada di atas titik tersebut. Gaya berat tersebut bekerja pada bidang dasar
sebab adanya gaya gravitasi yang mengakibatkan adanya tekanan. Semakin banyak
air yang ada di atas bidang dasar, maka akan semakin besar tekanan di bidang
dasar tersebut. Tekanan akibat pengaruh gaya gravitasi itulah yang disebut dengan
tekanan hidrostatis. Persamaan dari tekanan hidrostatis adalah sebagai berikut:

P=F.A

Keterangan:

P = tekanan hidrostatis

F = gaya berat zat cair

A = luas permukaan bejana

 Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Hidrostatis

Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi terjadinya tekanan hidrostatis, yaitu:

1. Masa Jenis Zat Cair (ρ)

Jika massa jenis suatu zat cair makin besar massa jenis, maka akan semakin
besar pula tekanan hidrostatisnya. Misalnya, ada tiga jenis zat cair, yaitu air,
minyak, dan larutan garam yang dimasukkan ke tiga wadah yang terpisah. Saat
kita menunjuk titik dengan kedalaman yang sama pada masing-masing cairan,
maka efeknya akan berbeda. Tekanan hidrostatis pada titik larutan garam akan
lebih besar daripada air biasa. Sementara, tekanan hidrostatis air akan lebih
besar dibanding minyak.

2. Kedalaman Zat Cair (h)

Kedalaman zat cair juga mempengaruhi tekanan hidrostatis pada zat cair.
Semakin jauh suatu titik dalam zat cair dari permukaannya, maka akan semakin
besar tekanan hidrostatisnya. Maksudnya, tekanan hidrostatis akan semakin
meningkat seiring dengan bertambahnya kedalaman titik zat cair.

Misalnya, pada sebuah wadah diberi tiga lubang yang posisi ketinggiannya
berbeda. Jarak pancaran air pada titik atau lubang yang paling bawah akan lebih
jauh daripada titik yang berada si atasnya. Hal tersebut dikarenakan lubang yang
paling bawah mengalami tekanan hidrostatis yang paling besar dibanding dua
titik lain yang ada di atasnya.

3. Percepatan Gravitasi (g)

Percepatan gravitasi juga dapat mempengaruhi tekanan hidrostatis pada zat


cair. Percepatan gravitasi yang dikombinasikan dengan massa jenis zat cair,
maka akan menghasilkan besaran berat zat cair (S). Persamaannya adalah
sebagai berikut:

S=ρ.g

Keterangan: S =
berat jenis zat cair ρ
= massa jenis zat
cair g = percepatan
gravitasi Faktor
yang tidak
mempengaruhi
besarnya tekanan
hidrostatis adalah
hal – hal yang tidak
disebutkan dalam
persamaan diatas
seperti : berat jenis
zat cair, massa jenis
zat cair, dan
percepatan
gravitasi.

5. Kompresibilitas Dan Rambat Gelombang Suara

Kompresibilitas air laut sangat dipengaruhi oleh densitas dan suhu. Semakin
tinggi densitas suatu badan air, maka dia akan memiliki kemampatan yang lebih
tinggi, dan suhu yang juga ikut meningkat. Hal ini menyebabkan kenapa gelombang
suara merambat lebih cepat pada perairan dengan suhu yang hangat.

-Rambat Gelombang Suara

Pada udara terbuka, gelombang suara mengalami pelemahan yang lebih besar
daripada gelombang cahaya. Hal ini menyebabkan kita bisa melihat lebih jauh
daripada apa yang kita dengar. Namun, konsep ini ternyata berlaku sebaliknya saat
kita berada di dalam laut. Pada laut yang jernih, cahaya matahari mampu
menembus masuk hingga kedalaman 1000 meter, akan tetapi mata kita hanya
sanggup menangkap cahaya secara detail hingga sekitar kedalaman 50 meter saja.
Berlawanan dengan cahaya, gelombang suara dalam laut justru dapat dideteksi
dari jarak yang sangat jauh.

Gelombang suara dapat merambat lebih cepat di dalam air laut dibandingkan
dengan saat di atmosfir. Akan tetapi, kecepatan rambatan tadi sangat dipengaruhi
oleh kadar kompresibilitas medianya. Apabila medianya, dalam hal ini adalah air
laut, semakin terkompres, maka energi yang dibutuhkan serta aktivitas yang
dilakukan untuk memindahkan gelombang suara tadi akan lebih besar dan banyak,
berimbas kepada melambatnya kecepatan rambatan gelombang tersebut.

B. SIFAT FISIK AIR LAUT 1. Salinitas Air Laut


Salinitas merupakan kadar garam yang terkandung di perairan. Salinitas dapat
didefinisikan menjadi jumlah total material solid terlarut dalam 1 kilogram air saat
seluruh karbon dikonversi menjadi oksida, seluruh bromin dan iodin digantikan
oleh klorin dan seluruh organik matter sudah teroksidasi (Thurman, 1993). Garam
di laut berasal dari dasar laut karena proses rembesan dari kulit bumi di dasar laut
yang berbentuk gas. Bersama gas ini terlarut juga hasil kikisan kerak bumi dan air
dalam perbandingan yang tetap sehingga terbentuk garam di laut. Zat-zat terlarut
tersebut dapat dibagi menjadi empat kelompok (Romimohtarto dan Juwana,
1999):

1. Konstituen utama : Cl, Na.SO2 dan Mg

2. Gas terlarut : CO2, N2 dan O2

3. Unsur hara : Si, N dan P

4. Unsur runut : I, Fe. Mn, Pb dan Hg

Salinitas di laut umumnya merupakan sejumlah garam terlarut (gram) dalam


1000 gram air laut. Salinitas di laut bervariasi antara 33‰ - 38‰ dengan rata-
rata adalah 35 ‰. Salinitas air laut mengalami perbedaan karena pengaruh
evaporasi dan presipitasi, run off dari sungai, pendinginan maupun pencairan es. Di
daerah dengan evaporasi yang tinggi (sebagai contoh Laut merah), salinitas dapat
mencapai 40‰ , tetapi yang dekat dengan muara sungai akan rendah yaitu sekitar
20‰ . Pada umumnya salinitas tinggi terjadi di ekuator (Bhatt, 1978).

Salinitas di perairan bervariasi tergantung kedalaman. Perubahan salinitas yang


besar terjadi antara 100 sampai 1000 meter. Pada zona ini variasi salinitas yang
cepat disebut dengan lapisan haloklin. Perubahan salinitas yang cepat
berhubungan dengan suhu dan oksigen terlarut (Gambar 1.20).
Gambar 1.20

Distribusi Salinitas, Suhu dan Oksigen Terlarut Berdasarkan Kedalaman (Bhatt,

1978)

Pengukuran salinitas harus dilakukan dengan akurat. Salinitas laut dapat diukur
dengan menggunakan eletrical conductivity atau juga salinometer. Perairan laut
mengalami percampuran dengan baik dan kelimpahan komponen esensial relatif
konstan, kondisi ini membuat pengukuran kimia pada salinitas menjadi sederhana.
Adanya komposisi yang konstan, maka penting untuk mengukur konsentrasi pada
satu pada salinitas air.

2. Ph dan Kadar Karbon

pH merupakan konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam air, yang besarannya


dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion H. Keberadaan ion hidrogen
menggambarkan derajat keasaman. Derajat keasaman (pH) berkaitan erat dengan
karbondioksida dan alkalinitas. Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai
alkalinitas dan semakin rendah kadar karbondioksida bebas. Besaran pH berkisar
antara 0-14, nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang asam sedangkan
nilai di atas 7 menunjukkan lingkungan yang basa, untuk pH = 7 disebut sebagai
netral.

Sebagian besar hewan akuatik sensitif terhadap perubahan pH. pH yang disukai
biota akuatik berkisar antara 7-8,5. Perubahan nilai pH sangat mempengaruhi
proses biokimiawi perairan. Pada pH netral, umumnya bakteri dapat tumbuh
dengan baik, sedangkan jamur menyukai pH yang rendah. Oleh karena itu proses
dekomposisi bahan organik dapat berlangsung dengan cepat pada kondisi pH
netral dan alkalis (Effendi, 2003).

Perairan laut maupun pesisir memiliki pH relatif lebih stabil dan berada dalam
kisaran yang sempit, biasanya berkisar antara 7,7-8,4. pH dipengaruhi oleh
kapasitas penyangga (buffer) yaitu adanya garam-garam karbonat dan bikarbonat
yang dikandungnya (Nybakken, 1992). Toleransi untuk kehidupan akuatik terhadap
pH bergantung kepada banyak faktor meliputi suhu, konsentrasi oksigen terlarut,
adanya variasi bermacam-macam anion dan kation, jenis dan daur hidup biota.
Perairan basa (7-9) merupakan perairan yang produktif dan berperan mendorong
proses perubahan bahan organik dalam air menjadi mineral-mineral yang dapat
diasimilasi oleh fitoplankton.

Tidak optimalnya pH air akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan


perkembangbiakan ikan. pH air berfluktuasi mengikuti kadar CO2 terlarut dan
memiliki pola hubungan terbalik. Semakin tinggi kandungan CO2 perairan, maka pH
akan menurun dan demikian pula sebaliknya. Fluktuasi ini akan berkurang apabila
air mengandung garam CaCO3

Saat matahari bersinar terjadi pelepasan oksigen oleh proses fotosintesis yang
berlangsung secara intensif pada lapisan eufotik lebih besar daripada oksigen yang
dikonsumsi melalui proses respirasi. Kadar oksigen terlarut ini dapat melebihi kadar
oksigen jenuh (saturasi) sehingga perairan akan mengalami super saturasi. Karbon
berasal atmosfer dan perairan terutama lautan. Laut mengandung lima puluh kali
lebih banyak daripada karbon di atmosfer. Perpindahan karbon dari atmosfer ke
laut terjadi melalui proses difusi. Oleh karena itu karbon yang terdapat di laut
dapat berpengaruh terhadap karbondioksida di atmosfer (Effendi, 2003).
Terkait dengan pH, hubungannya dengan karbondioksida dalam perairan dapat
terjadi asidifikasi. Asidifikasi itu sendiri merupakan proses turunnya kadar pH air
laut yang terjadi akibat penyerapan karbondioksida di atmosfer akibat dari
kegiatan manusia (seperti penggunaan bahan bakar fosil). Proses asidifikasi secara
sederhana adalah karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil terakumulasi
dalam atmosfer, menyebabkan pemanasan global, kemudian berpengaruh
terhadap perairan. Karbon dioksida yang diserap oleh laut kemudian bereaksi
dengan air laut membentuk asam karbonat dan meningkatkan keasaman air laut.
karbondioksida dapat berasal dari berbagai aktivitas, di antaranya hasil buangan
industri, peternakan, kendaraan, pembukaan lahan; dapat dikatakan bahwa
sesuatu yang sifatnya menghasilkan energi dapat menghasilkan gas ini. Bahkan
manusia juga menyuplai CO2 melalui proses pernapasan. Asidifikasi secara tidak
langsung dapat menghancurkan ekosistem laut dan mengancam produktivitas
perikanan.

Hal tersebut terjadi karena berkurangnya persediaan karbonat, sebagai zat yang
digunakan oleh puluhan ribu spesies hewan laut untuk membentuk cangkang dan
tulang (kerangka). Dampak yang dapat ditimbulkan akibat Asidifikasi antara lain air
laut menjadi korosif dan dapat melarutkan cangkang (jika keasaman lautan cukup
tinggi), melemahkan pertumbuhan hewan laut dan terumbu karang beserta jutaan
spesies hewan laut yang bergantung kepadanya. Asidifikasi samudra dapat
mengganggu efektivitas organisme laut dalam melakukan reproduksi. Proses
pengasaman tersebut dapat mengganggu indra penciuman spesies laut.

-Kadar Karbon

Laut mengandung sekitar 36.000 gigaton karbon, di mana sebagian besar dalam
bentuk ion bikarbonat. Karbon anorganik, yaitu senyawa karbon tanpa ikatan
karbon-karbon atau karbon-hidrogen, adalah penting dalam reaksinya di dalam air.
Pertukaran karbon ini menjadi penting dalam mengontrol pH di laut dan juga dapat
berubah sebagai sumber (source) atau lubuk (sink) karbon. Karbon siap untuk
saling dipertukarkan antara atmosfer dan lautan. Pada daerah upwelling, karbon
dilepaskan ke atmosfer. Sebaliknya, pada daerah downwelling karbon (CO2)
berpindah dari atmosfer ke lautan. Pada saat CO2 memasuki lautan, asam karbonat
terbentuk:

CO2 + H2O ⇌ H2CO3

Reaksi ini memiliki sifat dua arah, mencapai sebuah kesetimbangan kimia.
Reaksi lainnya yang penting dalam mengontrol nilai pH lautan adalah pelepasan ion
hidrogen dan bikarbonat. Reaksi ini mengontrol perubahan yang besar pada pH:

H2CO3 ⇌ H+ + HCO3−

3. Oksigen Terlarut Dan Karbon Dioksida

Oksigen merupakan salah satu gas yang terlarut di dalam air. Oksigen terlarut
merupakan banyaknya oksigen yang terlarut dalam air. Kadar oksigen yang terlarut
di perairan bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi dan tekanan
atmosfer. Kadar oksigen terlarut semakin kecil saat suhu dan ketinggian semakin
besar, serta tekanan atmosfer semakin kecil. Sumber oksigen terlarut dapat berasal
dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer dan aktivitas fotosintesis oleh
tumbuhan air dan fotosintesis. Oksigen terlarut akan berkurang karena
berkurangnya fotosintesis akibat terbatasnya cahaya matahari yang masuk ke
perairan. Kadar terendah cahaya matahari pada kedalaman 500-1.000 m. Di bawah
zona tersebut kadar oksigen akan kembali meningkat. Oleh karena itu kedalaman
memberikan pengaruh terhadap kadar oksigen (Gambar 1.21).

Gambar 1.21

Pengaruh Kedalaman Terhadap Kadar Oksigen Terlarut


Sekitar 30% gas terlarut di perairan laut adalah oksigen, tetapi sekitar 100 kali
bahkan lebih oksigen di atmosfer lebih besar daripada yang terlarut di lautan. Rata-
rata 6 mg oksigen terlarut pada setiap liter air laut (6 per million oksigen per liter
air laut, oleh berat). Sejumlah kecil oksigen sangat dibutuhkan oleh hewan dan
organisme lain yang hidup di perairan. Sumber oksigen terlarut di laut karena
aktivitas fotosintesis tanaman dan organisme lain yang menyerupai tanaman dan
difusi oksigen dari atmosfer (Garrison, 2006) (Gambar 1.22).

Gambar 1.22

Konsentrasi Oksigen dan Karbondioksida Terhadap Kedalaman (Garrison, 2006)

Oksigen di dekat permukaan melimpah karena adanya aktivitas fotosintesis oleh


tanaman laut. Konsentrasi oksigen menurun seiring dengan menurunnya lapisan
cahaya karena adanya respirasi organisme laut dan bakteri. Di sisi lain tanaman
menggunakan karbondioksida untuk fotosintesis sehingga kadar karbondioksida di
permukaan relatif rendah. Fotosintesis tidak dapat terjadi di tempat gelap,
sementara itu CO2 yang dihasilkan oleh hewan dan bakteri dihasilkan oleh
kedalaman yang tidak ada cahaya. Kadar CO2 juga meningkat seiring dengan
bertambahnya kedalaman sebab adanya peningkatan tekanan dan penurunan
suhu (Garrison, 2006).

-Karbondioksida

Karbondioksida adalah suatu komposisi campuran kimia yang terdiri atas dua atom
oksigen kovalent yang terikat pada satu atom karbon. Gas ini berada diatmosfir
bumi pada suhu dan tekanan standar. Pada saat sekarang diperkirakan
diperkirakan konsetrasi rata-rata secara global berkisar 383 ppm dari volume
atmosfer bumi (Whorf, T.P., Keeling, CD,2005), meskipun ha ini bervariasi terhadap
lokasi dan waktu.karbo dioxida adalah gas rumah kaca yang penting karena
melewatkan cahaya tampak dan menyerap secara kuat cahaya infra merah.

Kelarutan CO2 merupakan salah satu komponen yang mempunyai siklus yang
sangat kompleks. Tidak semua aspek dapat dipelajari pada siklus CO2 tersebut.
Secara umum kontribusi CO2 total di atmosfer berasal dari juvenil CO2, biosfer,
pembakaran fossil, proses-proses industri, kebakaran hutan, aktivitas pertanian,
proses respirasi dan up take langsung oleh perairan dari udara melalui permukaan
laut.

4. Nutrient

Nutrien merupakan unsur atau senyawa kimia yang digunakan untuk metabolisme
atau fisiologi organisme. Nutrien merupakan komponen yang dibutuhkan untuk
memproduksi bahan organik (Garrison, 2006). Beberapa nutrien dibutuhkan untuk
membantu pertumbuhan organisme, beberapa menghasilkan bahan kimia yang
secara langsung menjadi energi dan beberapa fungsi lain. Nutrien inorganik
dihasilkan pada produktivitas primer termasuk nitrogen (seperti Nitrat, NO- ) dan
Fosfor (seperti Fosfat, PO3-/4 ).

Tanaman melakukan fertilisasi membutuhkan nitrat dan fosfor. Nitrogen dan fosfor
sering habis karena adanya eutrofikasi saat produksi tinggi dan reproduksi yang
cepat. Sedikitnya pasokan silikat terlarut, kalsium dan trace elemen seperti iron,
magnesium, cope yang digunakan dalam enzim, vitamin dan molekul besar lainnya.
Tanaman laut tidak punya andil untuk siklus nutrien (Garrison, 2006).

Hampir semua unsur kimia, terutama yang penting untuk kehidupan, seperti
karbon, fosfor, nitrogen dan sulfur yang mengalir dalam biosfer dari lingkungan
untuk organisme akan kembali ke lingkungan. Peredaran elemen ini dikenal dengan
siklus biogeokimia (Modul 2). Ini merupakan serangkaian arus bolak-balik reaksi
kimia organik dan anorganik dari elemen (Bhatt, 1978). Arus bolak-balik tersebut
biasa disebut dengan siklus nutrien.
5. Konduktivitas Air Laut

Konduktifitas merupakan kapasitas dari air laut untuk memindahan arah aliran
elektris dan air laut bergantung pada jumlah ion-ion terlarut per volumenya dan
mobilitas ion-ion tersebut. Satuannya adalah mS/cm (milli-Siemens per
centimeter). Konduktivitas bertambah dengan jumlah yang sama dengan
bertambahnya salinitas sebesar 0,01, temperatur sebesar 0,01 dan kedalaman
sebesar 20 meter. Secara umum, faktor yang paling dominan dalam perubahan
konduktivitas di laut

Anda mungkin juga menyukai