Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Critical book report adalah mengkritik ataupun membandingkan dua buku yang berbeda
pengarang untuk membahas tentang kelebihan dan kekurangan dari buku yang ingin
dibandingkan. Laporan pengkritikan buku ini bertujuan menambah wawasan mahasiswa.

1.2 Tujuan Pembahasan

Adapun Tujuan Pembahasan dalam pengkritikan sebuah buku yaitu


- Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dari dua
buku secara ringkas

- Menguji kualitas buku dengan membandingkan terhadap karya dari


penulis yang lainnya.

1.3 Manfaat Pembahasan

Adapun Manfaat Pembahasan dalam pengkritikan sebuah buku yaitu


- Menambah ilmu pengetahuan dalam pembelajaran hidrologi.
- Mengetahui perbedaan buku yang ingin dibandingkan
- Mengetahui hidrograf

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Identitas Buku
 Buku Utama
1. Judul Buku : Hidrologi Terapan
2.Pengarang : Tim Penyusun Universitas NegeriMMedan
3.Penerbit : Beta Offset
4.Tahun Terbit : 2008
5.Kota Terbit : Medan
6.Tebal Buku : 354 halaman
7.Ukuran : (16 x 23) cm
8. ISBN : 9798541407

2
 Buku Pembanding
1. Judul :Rekayasa Hidrologi
2.Pengarang : Ir Rumila harahap M.T
3.Penerbit : Unimed Press
4.Kota terbit : Universitas negeri Medan
5.Tahun terbit : 2013
6.ISBN : 978-602-7938-28-1
7. Tebal : 185 halaman
8. Ukuran : (15 x 22,5) cm

3
2.2 RINGKASAN ISI BUKU

HIDROGRAF
Adalah kurva yang memberi hubungan antara parameter aliran dan waktu.
Terdapat 2 macam HIDROGRAF yaitu HIDROGRAF Muka Air dan HIDROGRAF Debit
1. Komponen HIDROGRAF
HIDROGRAF mempunyai 3 komponen pembentuk yaitu
1. aliran permukaan
2. aliran antara
3. aliran air tanah

Waktu nol atau zero time menunjukan awal HIDROGRAFpuncak HIDROGRAF adalah bagiam
dari HIDROGRAF yang menggambarkan debit MAX waktu capai puncak atau time to peak
adalah waktu yang diukur dari waktu nol sampai waktu terjadinya debit puncak.Sisi naik atau
risinglimb adalah bagian dari HIDROGRAF antar waktu nol dan waktu capai puncak.
Sisi turun atau Recessionlimb adalah bagian dari HIDROGRAF yang menurun antara waktu
capai puncak dan waktu dasar.
Waktu dasar atau timebase adalh waktu yang diukur dari waktu nol sampai waktu dimana
sisi turun berakhir.

Volume HIDROGRAF diperoleh dengan meng INTEGRAL kan debit aliran dari waktu nol
sampai waktu dasar.

2. Permisalan HIDROGRAF
HIDROGRAF terukur menjadi limpasan langsung dan aliran dasar

a. Cara paling sederhana dengan menarik garis lurus dari titik dimana aliran langsung
mulai terjadi (A) sampai akhir dari aliran langsung (titik B).
b. Cara kedua adalah membuat garis yang merupakan perpanjangan atau kelanjutan
dari aliran dasar sampai titik C yang berda dibawah puncak HIDROGRAF. Dari titik C
kemudian diatarik garis lurus menuju titik D pada sisi turun yang berjarak N hari
sesudah puncak. N dihitung dengan rumus :

4
N=0,8 A pangkat 0.2
Dengan
N = waktu ( hari )
A = luas DAS ( km2 )
c. Cara ketiga adalah menarik kurva resesi kebelakang yang berawal dari titik akhir
aliran langsung ( B ) sampai titik E dibawah titk balik.
Hubungkan titik A dengan garis lurus atau kurva sembarang.

Hujan efektif dan aliran langsung

Hujan efektif atau effective rainfall atau hujan lebihan atau excess rainfall adalah bagian dari
hujan yang menjadi aran langsung disungai. Hujan efektif ini sama dengan hujan total yang
jatuh dipermukaan tanah dikurangi dengan kehilangan air. Kehilangan air (Abstraction)
meliputi air yang hilang karena terinfiltrasi, tertahan didalam cekungan-cekungan
dipermukaan tanah (tampungan permukaan, depression storage ) dan karena penguapan.

Metode SCS untuk menghitung hujan efektif


The soil conservation service telah mengembangkan metode untuk menghitung
hujan efektif dari hujan deras, dalam bentuk persamaan :

p−0,2 s
Pe = ( 2 / P+0,8S
¿¿

Dengan
Pe = kedalaman hujan efektif (mm)
P = kedalaman hujan (mm)
S = retensi potensial maksimum air oleh tanah, yang sebagian besar adalah karena Infiltrasi
(mm)

Retensi potensial mempunyai bentuk :

5
S =25400/CN-254
HIDROGRAF Satuan
Hidrograf satuan didefinisikan sebagai hidrograf limpasan langsung (tanpa aliran
dasar) yang tercatat diujung hilir DAS yang ditimbulkan oleh hujan efektif sebesar 1 mm yang
terjadi secara merata dipermukaan DAS dengan intensitas tetap dalam suatu durasi tertentu.

Beberapaa anggapan dalam penggunaan hidrograf satuan adalah sebagai berikut :


1. Hujan efektif mempunyai intensitas konstan selama durasi hujan efektif.
2. Hujan efektif terdistribusi secara merata pada seluruh DAS.

Dari data hujan dan hidrograf limpasan langsung setiap interval waktu tertentu ( misalnya
tiap jam), dilakukan pemilihan data untuk analisis selanjutnya. Untuk penurunan hidrograf
satuan,dipilih kasus banjir dan hujan penyebab banjir dengan kriteria berikut :
1. Hidrograf banjir berpuncak tunggal, hal ini dimaksudkan untuk memudahkan analisis
2. Hujan penyebab banjir terjadi merata diselurah DAS, hal ini dipilih untuk memenuhi
kriteria teori hidrograf satuan.
3. Dipilih kasus bajir dengan debit puncak yang relative cukup besar.

Konsep hidrograf satuan


Karakteristik bentuk hidrograf yang merupakan dasar dari konsep hidrograf satuan
sebagai berikut.
1. Hidrograf menggambarkan semua kombinasi dari karateristik fisik DAS (bentuk,
ukuran, kemiringan, sifat tanah) dan karakteristik hujan ( pola, intensitas dan durasi )
2. Sifat DAS tidak berubah dari hujan yang satu dengan hujan yang lain, maka yang
dihasilkan oleh hujan dengan durasi dan pola yang serupa memberikan bentuk dan
waktu dasar yang serupa. Dengan demikian dapat dilakukan super posisi dari
hidrograf hidrograf tersebut.
3. Fariasi sifat hujan mempunyai pengaruh signifikan pada bentuk hidrograf, yang
meliputi :
a. Durasi hujan
b. Intensitas
c. Distribusi hujan pada DAS

6
Penurunan Hidrograf satuan

Diperlukan data hujan dan debit aliran yang diperlukan. Prosedur penuranan hidrograf
satuan adalah sebagai berikut :
1. Digambar hidrograf yang berkaitan dengan hujan yang terjadi.
2. Dihitung luasan dibawah HAL yang merupakan volume aliran permukaan. Volume
tersebut dikonversi menjadi kedalaman aliran diseluruh DAS
3. Ordinat dari HAL dibagi dengan kedalaman aliran, yang menghasilkan hidrograf
satuan dengan durasi sama dengan durasi hujan.

Penurunan hidrograf satuan dari hujan sembarang

Hidrograf satuan dapat dihitung dengan persamaan berikut :

n≤M
Qn= ∑ pm x qn−m+1
m=1

n = 1,2,3,….,N
m = 1,2,3,….,M

Dengan :

Qn = hidrograf limpasan langsung


pm = hujan efektif
qn – m + 1 = HIDROGRAF SATUAN
N = jumlah ordinat dari hidrograf limpasan langsung
M = jumlah durasi hujan yang berurutan

Perubahan durasi hidrograf satuan

7
Hidrogarf satuan mempresentasikan aliran langsung yang berasal dari hujan efektif setinggi 1
mm selama durasi tertentu. Hujan dengan durasi berbeda akan menghasilkan bentuk
hidrograf satuan yang berbeda. Durasi hujan yang lebih lama akan memperpanjang waktu
dasar dan puncak yang lebih rendah, dan sebaliknya.

Dua metode untuk mengubah durasi hidrograf satuan


1. Logging method
Metode ini digunakan pada keadaan dimana durasi dikonversi menjadi durasi yang
lebih lama yang merupakan kelipatan dari durasi aslinya.
2. Metode kurva S
Dengan metode kurva S, hidrograf satuan dapat dikonversi menjadi durasi lain yang
lebih pendek atau panjang. Kurva S akan terbentuk apabila hujan terus berlanjut
sampai waktu tak terhingga.

Hidrograf Satuan Sintetis


Di daerah di mana data hidrologi tidak tersedia untuk menurunkan hidrograf satuan,
maka dibuat hidrograf satuan sintetis yang didasarkan pada karakteristik fisik dari DAS.
Berikut ini diberikan beberapa metode yang biasa digunakan.

Metode Snyder
Gupta pada tahun 1989 (dalam Triatmodjo 2006) empat parameter yaitu waktu
kelambatan, aliran puncak, waktu dasar, dan durasi standar dari hujan efektif untuk
hidrograf satuan dikaitkan dengan geometri fisik dari DAS dengan hubungan berikut.
Tp = Ct (L Lc)0,3 (3.1)
Q p = C P A / tp (3.2)

T = 3 + (tP / 8) (3.3)

8
TD = tP / 5,5 (3.4)

Apabila durasi hujan efektif trtidak sama dengan durasi standar tD, maka:

TpR = tp + 0,25 (tr - tD) (3.5)

QpR = Qp tp / tpR (3.6)

Dengan:
tD : durasi standar dari hujan efektif (jam)
tr : durasi hujan efektif (jam)
tp : waktu dari titik berat durasi hujan efektif tD ke puncakhidrograf satuan
(jam)
tpR : waktu dari titik berat durasi hujan tr ke puncak hidrograf satuan (jam)
T : waktu dasar hidrograf satuan (hari)
Qp : debit puncak untuk durasi tD
Q pR : debit puncak untuk durasi tr
L : panjang sungai utama terhadap titik kontrol yang ditinjau (km)
Lc : jaraj antara titik kontrol ke titik yang terdekat dengan titik berat DAS (km)
A : luas DAS (km2)
Ct : koefisien yang tergantung kemiringan DAS, yang bervariasi dari 1,4 sampai
1,7
Cp : koefisien yang tergantung pada karakteristik DAS, yang bervariasi antara
0,15 sampai 0,19

Dengan menggunakan rumus-rumus tersebut di atas dapat digambarkan hidrograf


satuan. Untuk memudahkan penggambaran, berikut ini diberikan beberapa rumus:
0,23 A 1,08
W50 =
Q pR1,08
(3.7)

9
1,08
0,13 A
W75 = 1,08 (3.8)
Q pR

Dengan W50 danW75 adalah lebar unit hidrograf pada debit 50% dan 75% dari debit
puncak, yang dinyatakan dalam jam. Sebagai acuan, lebar W50 dan W75 dibuat dengan
perbandingan 1:2; dengan sisi pendek di sebelah kiri dari hidrograf satuan (Trianmodjo,
2006)

Gambar 3.3 Bentuk Umum HSS Snyder(sumber:Chow, et al, 1988), (Bedient-Huber, 1992)

10
Metode GAMA I

Gambar 3.4 Hidrograf satuan sintetik GAMA I


(sumber: Triatmodjo 2006)

Hidrograf satuan sintetis Gama I dikembangkan oleh Sri Harto (1993) berdasar
perilaku hidrlogis 30 DAS di Pulau Jawa. Meskipun diturunkan dari data DAS di Pulau Jawa,
ternyata hidrograf satuan sintetis Gama I berfungsi baik untuk berbagai daerah lain di
Indonesia.
HSS Gama I terdiri dari tiga bagian pokok yaitu sisi naik (rising limb), puncak (crest)
dan sisi turun/resesi (recession limb). Gambar 3.4 menunjukkan HSS Gama I. Dalam gambar
tersebut tampak ada patahan dalam sisi resesi. Hal ini disebabkan sisi resesi mengikuti
persamaan eksponensial yang tidak memungkinkan debit sama dengan nol. Meskipun
pengaruhnya sangat kecil namun harus diperhitungkan mengingat bahwa volume hidrograf
satuan harus tetap satu.
HSS Gama I terdiri dari empat variabel pokok, yaitu naik (time of rise - TR), debit
puncak (Qp), waktu dasar (TB),dan sisi resesi yang ditentukan oleh nilai koefisien tampungan
(K) yang mengikuti persamaan berikut:

Q1 = Qp e –(t-tp)/K (3.9)

Dengan:

11
Q1 : debit pada jam ke t (m3/d)
Qp : debit puncak (m3/d)
t : waktu dari saat terjadinya debit puncak (jam)
K : koefisien tampungan

Selanjutnya hidrograf satuan dijabarkan dengan empat variabel pokok, yaitu waktu
naik (Tr), debit puncak (Qp), waktu dasar (Tb) dan koefisien tampungan (k) persamaan
tersebut:

1. Waktu puncak HSS Gama I (TR)


L
TR = 0.43 ( 100 . SF )3 + 1.0665 SIM + 1.2775 (3.10)

2. Waktu dasar (TB)


TB = 27.4132 Tr0.1457S-0.0986SN0.7344 RUA0.2574 (3.11)

3. Debit puncak banjir (QP)


QP= 0.1836 A0.5886Tr-0.4008JN0.2381 (3.12)

4. Koefisien resesi
K/C = 0.5617 A0.1798 S-0.1446SF-1.0897D0.0452 (3.14)

5. Aliran dasar
QB= 0,4715 A0,6444 D0,943 (3.15)

dengan:
A : luas DAS (km2)
L : panjang sungai utama (km)
S : kemiringan dasar sungai
SF : faktor sumber, perbandingan antara jumlah panjang sungai tingkat satu
dengan jumlah panjang sungai semua tingkat

12
SN : frekuensi sumber, perbandingan antara jumlah pangsa sungai tingkat satu
dengan jumlah pangsa sungai semua tingkat
WF : faktor lebar, perbandingan antara lebar DAS yang diukur di titik sungai yang
berjarak 0,75 L dengan lebar DAS yang diukur di sungai yang berjarak 0,25 L
dari stasiun hidrometri.
JN : jumlah pertemuan sungai
SIM : faktor simetri, hasi kali antara faktor lebar (WF) dengan luas DAS sebelah
hulu (RUA)
RUA : luas DAS sebelah hulu, perbandingan antara luas DAS yang diukur di hulu
garis yang ditarik tegak lurus garis hubung antara stasiun hidrometri dengan
titik yang paling dekat dengan titik berat DAS, melalui titik tersebut
D : kerapatan jaringan kuras, jumlah panjang sungai semua tingkat tiap satian
luas DAS

Gambar 3.5 Sketsa Penetapan WF (sumber: Triatmodjo 2006)

13
Gambar 3.6 Sketsa Penetapan RUA (sumber: Triatmodjo 2006)

Persamaan tambahan yang terkait dengan HSS Gama I adalah indeks infiltrasi atau Φ
indeks. Besarnya Φ indeks dapat dihitung dengan persamaan berikut:

A 4
Φ = 10,4903 – 3,859 . 10-6 A2 + 1,6985 . 10-13 ( ) (3.16)
SN

dengan:
Φ indeks : indeks infiltrasi (mm/jam)
A : luas DAS (km2)
SN : frekuensi sumber

1.7.2.3. Metode Nakayasu


Hidrograf satuan sintetis Nakayasu dikembangkan berdasarkan beberapa sungai di
Jepang (Soemarto, 1987). Penggunaan metode ini memerlukan beberapa karakteristik
parameter daerah alirannya, seperti :
a) Tenggang waktu dari permukaan hujan sampai puncak hidrograf (time of peak)
b) Tenggang waktu dari titik berat hujan sampai titik berat hidrograf (time lag)
c) Tenggang waktu hidrograf (time base of hydrograph)
d) Luas daerah aliran sungai
e) Panjang alur sungai utama terpanjang (length of the longest channel)

14
Bentuk persamaan HSS Nakayasu adalah

CA . Ro
Qp=
3,6(0,3 Tp+T 0,3 ) (3.17)
dengan :
Qp = debit puncak banjir (m3/dt)
Ro = hujan satuan (mm)
Tp = tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir(jam)
T0,3 = waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari puncak sampai 30%dari
debit puncak (jam)
CA = luas daerah pengaliran sampai outlet (km2)

Untuk menentukan Tp dan T0,3 digunakan pendekatan rumus sebagai berikut :


Tp = tg + 0,8 tr (3.18)
T0,3 = α tg (3.19)
Tr = 0,5 tg sampai tg (3.20)
tg adalah time lag yaitu waktu antara hujan sampai debit puncak banjir (jam). tg
dihitung dengan ketentuan sebagai berikut :
 sungai dengan panjang alur L > 15 km : tg =0,4 + 0,058 L
 sungai dengan panjang alur L < 15 km : tg = 0,21 L0,7
Perhitungan T0,3 menggunakan ketentuan:
α=2 pada daerah pengaliran biasa
α = 1,5 pada bagian naik hidrograf lambat, dan turun cepat
α=3 pada bagian naik hidrograf cepat, dan turun lambat

 Pada waku naik : 0 < t < Tp


Qa = (t/Tp)2,4 (3.21)
dimana Qa adalah limpasan sebelum mencapai debit puncak (m3/dt)
 Pada kurva turun (decreasing limb)
a. selang nilai : 0 ≤ t ≤ (Tp + T0,3)

15
( t−Tp )
T 0,3
Qd1 = Qp. 0,3 (3.22)

b. selang nilai : (Tp + T0,3) ≤ t ≤ (Tp + T0,3 + 1,5 T0,3)

( t−Tp+0,5T 0,3 )
1,5T 0,3
Qd2 = Qp. 0,3 (3.23)

c. selang nilai : t > (Tp + T0,3 + 1,5 T0,3)

( t−Tp+1,5T 0,3 )
2T 0,3
Qd3 = Qp. 0,3 (3.24)

Gambar 3.7 Hidrograf satuan sintetik Nakayasu (sumber: Triatmodjo 2006)

Buku Pembanding

16
Hidrograf

A. HIDROGRAF
Hidrograf merupakan grafik yang menyatakan hubungan antara elevasi (taraf) muka
air atau aliran (debit) dengan waktu. Banyak model hujan aliran untuk prakiraan banjir
rancangan yang telah dikembangkan dan diterapkan didaerah aliran sungai (DAS) untuk
perancangan bangunan hidraulik. Hidrograf adalah grafik yang menggambarkan hubungan
antara unsur-unsur aliran (tinggi dan debit) dengan waktu (stage ydrograph, ducharge
hydrograph). Teori hidrograf ini merupakan penerapan pertama dari sistem linier dalam
hidrologi.
Hidrograf terdiri dari 3 bagian :
a. Sisi naik (rising limb or concentration curve)
b. Puncak (crest or peak discharge)
c. Sisi turun (falling limb or recession curve)

Sifat-sifat hidrograf antara lain :


a. Time Lag (L) : waktu dari titik berat hujan sampai puncak hidrograf
b. Waktu naik (rising time) tp : waktu mulai hujan sampai puncak
c. Waktu konsentrasi tc : waktu dari akhir hujan sampai titik belok pada sisi turun
d. Waktu turun (recession time) tr : waktu dari puncak sampai akhir limpasan
permukaan.
e. Waktu dasar (base time) tb : waktu dari awal sampai akhir limpasan permukaan

Biasanya air itu dapat mencapai sungai melalui tiga jalan, yaitu :
1. Curah hujan di saluran
Adalah curah hujan yang jatuh langsung pada sungai utama dan anak sungai yang
umumnyamasuk dalam limpasan permukaan dan tidak dipisahkan sebagai komponen
hidrograf
2. Limpasa permukaan
Yaitu aliran air yang mencapai sungai dengan tanpa melalui permukaan air tanah.
Disini curah hujan terkurangi oleh sebagian dari besarnya infiltrasi, serta besarnya air
yang tertahan dan juga dalam genangan
3. Aliran tanah

17
Adalah air yang menginfiltrasi kedalam tanah, mencapai permukaan tanah dan
menuju sungai dalam beberapa hari atau lebih.

B. HIDROGRAF SATUAN
Salah satu metode yang masih banyak diterapkan untuk prakiraan banjir rancangan
adalah hidrograf satuan. Metoda hidrograf satuan merupakan metode yang sederhana, mudah
dalam penerapannya, dan memberikan hasil prakiraan hidrograf banjir yang relatif akurat jika
dibandingkan dengan banjir rancangan hasil analisis frekuensi debit.

Hidrograf satuan yang dikembangkan oleh Sherman pada tahun 1932 adalah hidrograf
limpasan langsung yang dihasilkan oleh satu unit hujan efektif dengan intensitas yang tetap,
terdistribusi merata diseluruh DAS dalam satuan waktu tertentu (Barfield et al., 1983). Di
Indonesia yang merupakan daerah tropis mempunyai variabilitas hujan yang tinggi baik
ruang dan waktu. Ini berarti diperlukan lebih banyak stasiun hujan untuk memperoleh hujan
rerata DAS yang mencerminkan sifat hujan di DAS tersebut. Kondisi ini hampir tidak
mungkin terpenuhi dimanasekarang ini tidak banyak stasiun hujan dalam suatu DAS dan
kalaupun ada lokasinya pun tidak merata di DAS. Selain itu pada umumnya data hujan yang
tersedia berupa data hujan harian, sedangkan untuk aplikasi hidrograf satuan membutuhkan
data hujan durasi yang lebih pendek misalnya jam-jaman.
Selain permasalahan data hujan, dalam teori hidrograf satuan juga melekat beberapa
anggapan yang sulit dipenuhi. Anggapan tersebut antara lain bahwa sistem yang ada
merupakan sistem linier dan tidak berubah dengan waktu (time invariant). Anggapan ini
mencerminkan bahwa hidrograf satuan merupakan sistem linier sederhana (Chow et.al.,
1988), sedangkan hubungan hujan-aliran yang linier dan time invariant tidak sepenuhnya
dapat dipenuhi di lapangan.
Yue dan Hashino (2000) menyebutkan bahwa masih ada permasalahan lain yang
muncul selain kebutuhan data hujan durasi pendek dan non-linearity dalam hidrograf satuan.
Hidrograf satuan terukur untuk suatu kejadian banjir diturunkan dari hidrograf limpasan
langsung dan hujan penyebab banjir tersebut. Kenyataannya, hidrograf yang terukur di
AWLR dapat terdiri dari banyak komponen aliran seperti limpasan permukaan, aliran antara
dan aliran air tanah atau aliran dasar. Pada waktu hujan, komponen tersebut bercampur pada
waktu dan pola yang berbeda. Oleh karena itu sebelum dilakukan analisis penurunan
hidrograf satuan komponen aliran dasar harus dipisahkan dari hidrografnya.

18
Dalam praktek, hidrograf satuan yang diturunkan dari banyak kejadian banjir akan
bervariasi dari kejadian yang satu dengan yang lain. Kejadian ini mungkin terjadi akibat
variabilitas hujan baik ruang dan waktu, pengaruh kondisi kelengasan tanah dan proses
hujan-aliran yang tidak linier. Dengan demikian, variabilitas hujan, pengaruh sifat hujan-
aliran yang tidak linier dan kontribusi komponen aliran dalam hidrograf perlu dikaji lebih
lanjut dalam penurunan hidrograf satuan dari suatu kasus banjir.

C. HYDROMETER
Hidrometer merupakan sebuah alat ukur besaran turunan yang menjadi salah astu
aplikasi dari Hukum Archimedes yang digunakan untuk mengukur massa jenis zat cair.

Sebuah benda dalam fluida (zat cair atau gas) mengalami gaya dari semua arah yang
dikerjakan oleh fluida di sekitarnya. Hukum Archimedes menyatakan bahwa sebuah benda
yang dicelupkan ke dalam zat cair akan mendapat gaya ke atas seberat zat cair yang
dipindahkan oleh benda itu.

Prinsip kerja Hidrometer menggunakan Hukum Archimedes. Nilai massa jenis suatu
zat cair dapat diketahui dengan membaca skala pada Hidrometer yang ditempatkan
mengapung pada zat cair.

 Prinsip kerja hidrometer merupakan salah satu dari aplikasi hukum Archimedes yang
sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Jadi prinsip kerjanya menggunakan
Hukum Archimedes, yang menyatakan bahwa benda yang tercelup ke dalam fluida
mengalami gaya ke atas seberat fluida yang dipindahkan. Ketika hidrometer
dicelupkan ke dalam fluida, maka fluida akan memberikan gaya ke atas yang
besarnya sama dengan berat hydrometer. Gaya ini terkonversikan menjadi massa jenis
zat cair yang diukur, karena di dalam hidrometer terdapat zat cair yang massa jenisnya
sudah diketahui dan tertuang dalam skala yang tertera pada hidrometer.

 Pengukuran Debit aliran merupakan satuan untuk mendekati nilai-nilai hidrologis


proses yang terjadi di lapangan. Kemampuan pengukuran debit aliran sangat
diperlukan untuk mengetahui potensi sumberdaya air di suatu wilayah DAS. Debit
aliran dapat dijadikan sebuah alat untuk memonitor dan mengevaluasi neraca air suatu
kawasan melalui pendekatan potensi sumberday aair permukaan yang ada.
19
 Pengukuran Kecepatan Arus Sungai
Perlu diingat bahwa distribusi kecepatan aliran di dalam alur tidak sama arah
horisontal maupun arah vertikal. Dengan kata lain kecepatan aliran pada tepi alur
tidak sama dengan tengah alur, dan kecepatan aliran dekat permukaan air tidak sama
dengan kecepatan pada dasar alur.
 Distribusi Kecepatan Aliran
A : teoritis
B : dasar saluran kasar dan banyak tumbuhan
C : gangguan permukaan (sampah)
D : aliran cepat, aliran turbulen pada dasar
E : aliran lambat, dasar saluran halus
F : dasar saluran kasar/berbatu

Ada beberapa metode pengukuran debit aliran sungai yaitu :

o Area-velocity method
o Tracer method
o Slope area method
o Weir dan flume
o Volumetric methodArea

1. Velocity Method

Pada prinsipnya adalah pengukuran luas penampang basah dan kecepatan


aliran. Penampang basah (A) diperoleh dengan pengukuran lebar permukaan air dan
pengukuran kedalaman dengan tongkat pengukur atau kabel pengukur. Kecepatan
aliran dapat diukur dengan metode : metode current-meter dan metode apung.
Current meter adalah alat untuk mengukur kecepatan aliran (kecepatan arus).
Ada dua tipe current meter yaitu tipe baling-baling (proppeler type) dan tipe canting
(cup type). Oleh karena distribusi kecepatan aliran di sungai tidak sama baik arah
vertikal maupun horisontal, maka pengukuran kecepatan aliran dengan alat ini tidak
cukup pada satu titik. Debit aliran sungai dapat diukur dengan beberapa metode.
Tidak semua metode pengukuran debit cocok digunakan. Pemilihan metode

20
tergantung pada kondisi (jenis sungai, tingkat turbulensi aliran) dan tingkat ketelitian
yang akan dicapai.

2. Pengukuran Debit dengan Cara Apung (Float Area Methode)

Jenis-jenis pelampung dapat dilihat pada Gambar 30.


Prinsip :kecepatan aliran (V) ditetapkan berdasarkan kecepatan pelampung (U)
luas penampang (A) ditetapkan berdasarkan pengukuran lebar saluran (L) dan
kedalaman saluran (D)debit sungai (Q) = A x V atau A = A x k dimana k adalah
konstanta
Q=AxkxU
Q = debit (m3/det)
U = kecepatan pelampung (m/det)
A = luas penampang basah sungai (m2)
k = koefisien pelampung

3. Pengukuran Debit dengan Current-meter


Prinsip :kecepatan diukur dengan current meter luas penampang basah ditetapkan
berdasarkan pengukuran kedalaman air dan lebar permukaan air. Kedalaman dapat diukur
dengan mistar pengukur, kabel atau tali.
Pengukuran :

Ada 4 cara pengukuran kecepatan aliran yang disajikan dalam Tabel berikut :
Cara Pengukuran Kecepatan Aliran
Keterangan :
Vs di ukur 0,3 m dari permukaan air
Vb di ukur 0,3 m di atas dasar sungai

Kecepatan aliran dihitung berdasarkan jumlah putaran baling-baling per waktu


putarannya (N = putaran/dt). Kecepatan aliran V = aN + b dimana a dan b adalah nilai
kalibrasi alat current meter. Hitung jumlah putaran dan waktu putaran baling-baling
(dengan stopwatch).

21
4. Pengukuran Debit dengan Metode Kontinyu

Current meter diturunkan kedalam aliran air dengan kecepatan penurunan yang
konstant dari permukaan dan setelah mencapai dasar sungai diangkat lagi ke atas dengan
kecepatan yang sama.
Pengukuran Debit dengan Metode Kontinyu
Current meter diturunkan kedalam aliran air dengan kecepatan penurunan yang
konstant dari permukaan dan setelah mencapai dasar sungai diangkat lagi ke atas dengan
kecepatan yang sama.

D. Tahapan pengukuran dengan menggunakan current meter


1. Siapkan peralatan yang akan digunakan untuk pengukuran yaitu:

 satu) set alat ukur arus atau current meter lengkap


 2 (dua) buah alat penduga kedalaman (stang/stick) panjang masing-
masing 1 m
 Kartu Pengukuran
 Alat Tulis
 Alat pengambilan sample air
 Botol tempat sample air
 Peralatan penunjang lainnya seperti topi, sepatu lapangan dll.
2. Bentangkan kabel pada lokasi yang memenuhi persyaratan dan posisi tegak
lurus dengan arah arus air dan tidak melendut
3. Tentukan titik pengukuran dengan jarak antar vertikal ± 1/20 dari lebar sungai
dan jarak minimum = 0.50 m
4. Berikan tanda pada masing-masing titik
5. Baca ketinggian muka air pada pelskal
6. Tulis semua informasi/keterangan yang ada pada kartu pengukuran seperti
nama sungai dan tempat, tanggal pengukuran, nama petugas dll.
7. Catat jumlah putaran baling – baling selama interval waktu yang telah
ditentukan (40 – 70 detik), apabila arus air lambat waktu yang digunakan lebih
lama (misal 70 detik), apabila arus air cepat waktu yang digunakan lebih
pendek (misal 40 detik)
22
8. Hitung kecepatan arus dari jumlah putaran yang didapat dengan menggunakan
rumus baling – balingtergantung dari alat bantu yang digunakan (tongkat
penduga dan berat bandul)

9. Hitung kecepatan (v) rata-rata pada setiap vertikal dengan rumus :

 Apabilapengukuran dilakukan pada 1 titik (0.5 atau 0.6 d) contoh


(vertikal 2) maka v rata – rata = v pada titik tersebut
 Apabilapengukuran dilakukan pada 2 titik (0.2 dan 0.8 d) contoh
(vertikal 3) maka v rata – rata = (v0.2 + v0.8) /2
 Apabilapengukuran dilakukan pada 3 titik (0.2 – 0.8 d dan 0.6 d)
contoh (vertikal 4) maka v rata – rata = [{(v0.2 + v0.8) / 2} + (v0.5
atau v0.6 )] / 2
10. Hitung luas sub/bagian penampang melintang
11. Hitung debit pada setiap sub/bagian penampang melintang
12. Ulangi kegiatan pada butir 10 sampai dengan butir 12 untuk seluruh sub
bagian penampang
13. Hitung debit total (Q total)
Debit total dihitung dengan cara menjumlahkan debit dari seluruh debit pada
sub/ bagian penampang
Q (total) = q1 + q2 + q3 + … + qn

14. Hitung luas seluruh penampang melintang (A)


Luas seluruh penampang melintang dihitung dengan cara menjumlahkan
seluruh luas pada sub/bagian penampang dengan : A = a1 + a2 + a3 +
… + an
15. Hitung kecepatan rata-rata seluruh penampang melintang (V)
Kecepatan rata-rata seluruh penampang melintang = debit total / luas seluruh
penampang melintang atau V = Q total / A
16. Catat waktu dan tinggi muka air pada pelskal segera setelah pengukuran
selesai pada kartu pengukuran.
17. Catat hasil perhitungan butir 14 sampai dengan 16 pada kartu pengukuran

23
E. INTENSITAS CURAH HUJAN
Intensitas curah hujan adalah jumlah curah hujan yang dinyatakan dalam
tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan waktu, yang terjadi pada satu kurun
waktu air hujan terkonsentrasi (Wesli, 2008). Besarnya intensitas curah hujan
berbeda-beda tergantung dari lamanya curah hujan dan frekuensi kejadiannya.
Intensitas curah hujan yang tinggi pada umumnya berlangsung dengan durasi
pendek dan meliputi daerah yang tidak luas. Hujan yang meliputi daerah luas,
jarang sekali dengan intensitas tinggi, tetapi dapat berlangsung dengan durasi
cukup panjang. Kombinasi dari intensitas hujan yang tinggi dengan durasi panjang
jarang terjadi, tetapi apabila terjadi berarti sejumlah besar volume air bagaikan
ditumpahkan dari langit. (Suroso, 2006)
Salah satu metode yang umum digunakan untuk memperkirakan laju aliran
puncak (debit banjir atau debit rencana) yaitu Metode Rasional USSCS (1973).
Metode ini digunakan untuk daerah yang luas pengalirannya kurang dari 300 ha
(Goldman et.al., 1986, dalam Suripin, 2004). Metode Rasional dikembangkan
berdasarkan asumsi bahwa curah hujan yang terjadi mempunyai intensitas
seragam dan merata di seluruh daerah pengaliran selama paling sedikit sama
dengan waktu konsentrasi (tc). Persamaan matematik Metode Rasional adalah
sebagai berikut :
Q=0,278.C.I.A
dimana :
Q : Debit (m3/detik)
0,278 : Konstanta, digunakan jika satuan luas daerah menggunakan km2
C : Koefisien aliran
I : Intensitas curah hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)
A : Luas daerah aliran (km2)

Biasanya dalam perencanaan bangunan pengairan (misalnya drainase), debit


rencana sangat diperlukan untuk mengetahui kapasitas yang seharusnya dapat ditampung
oleh sebuah drainase, agar semua debit air dapat ditampung dan teralirkan. Oke kita masuk
ke intinya, metode yang biasa digunakan dalam perhitungan intensitas curah hujan adalah
sebagai berikut:

24
Metode Mononobe

_
dimana :
I : Intensitas curah hujan (mm/jam)
T : Lamanya curah hujan / durasi curah hujan (jam)
Curah hujan rencana dalam suatu periode ulang,
yang nilainya didapat dari tahapan sebelumnya
R24 : (tahapan analisis frekuensi)

Keterangan :
·R24 , dapat diartikan sebagai curah hujan dalam 24 jam (mm/hari)
Contoh kasusnya seperti ini, jika anda ingin mengetahui intensitas curah hujan dari
data curah hujan harian selama 5 menit, pengerjaannya adalah sebagai berikut (jika diketahui
curah hujan selama satu hari bernilai 56 mm/hari) :

_
Ket :
Ubah satuan waktu dari menit menjadi jam. Contoh durasi selama 5 menit menjadi durasi
selama 5/60 atau selama 0,833 jam.

·Metode Van Breen


Berdasarkan penelitian Ir. Van Breen di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, curah hujan
terkonsentrasi selama 4 jam dengan jumlah curah hujan sebesar 90% dari jumlah curah hujan
selama 24 jam (Anonim dalam Melinda, 2007).
Perhitungan intensitas curah hujan dengan menggunakan Metode Van Breen adalah sebagai
berikut :

_
dimana :

25
IT : Intensitas curah hujan pada suatu periode ulang (T tahun)
RT : Tinggi curah hujan pada periode ulang T tahun (mm/hari)
Oke, dengan nilai yang sama dengan nilai yang digunakan dalam Metode Mononobe, maka
perhitungan intensitas curah hujan dengan Metode Van Breen, menghasilkan nilai sebagai
berikut :

_
Udah liat kan, ternyata nilai intensitas curah hujan selama 5 menit dengan nilai curah hujan
harian mencapai 56 mm/hari dengan menggunakan Metode Van Breen, nilainya lebih besar
dibandingkan dengan perhitungan intensitas curah hujan menggunakan Metode Mononobe.
Oke, metode ketiga adalah sebagai berikut :

·Metode Haspers dan Der Weduwen


Metode ini berasal dari kecenderungan curah hujan harian yang dikelompokkan atas dasar
anggapan bahwa curah hujan memiliki distribusi yang simetris dengan durasi curah hujan
lebih kecil dari 1 jam dan durasi curah hujan lebih kecil dari 1 sampai 24 jam ( Melinda,
2007 )
Perhitungan intensitas curah hujan dengan menggunakan Metode Haspers & der Weduwen
adalah sebagai berikut :

26
_

dimana :
I : Intensitas curah hujan (mm/jam)
R, Rt : Curah hujan menurut Haspers dan Der Weduwen
T : Durasi curah hujan (jam)
Xt : Curah hujan harian maksimum yang terpilih (mm/hari)
Dengan nilai contoh yang sama, akan tetapi dengan ditambah dengan durasi 60 menit :

27
2.3 PENILAIAN TERHADAP BUKU

Buku Utama Buku Pembanding


Kekurangan Kekurangan
1. Isi terlalu banyak 1. Pembahasannya teralalu sedikit
2. Tidak menarik untuk membacanya 2. Tidak menarik
Kelebihan 3. Tidak memberikan contoh soal
1. Desain cover menarik Kelebihan
2.Gambar sesuai 1. Penulisan jelas
3.Penulisan karakter rapi 2. Mudah dimengerti
4.Penggunaan warna kontras 3. Singkat tetapi jelas
5.Penggunaan kertas formal (putih)
6.Penulisan rapi dan jelas.
7. Setiap bab penulis memberikan soal atau
topic diskusi.

28
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hidrograf adalah kurva yang memberi hubungan antara parameter aliran waktu.
Parameter tersebut bias berupa kedalaman aliran atau debit aliran kurva tersebut memberikan
gambaran mengenai berbagai kondisi yang ada di daerah tersebut kegunaan utama hidrograf
satuan adalah untuk menganalisis proyek-proyek pengendalian banjir. Faktor utama untuk
menentukan bentuk hidrograf adalah karakteristik DAS dan iklim. Unsur iklim yang perlu
diketahui adalah jumlah curah hujan,intensitas hujan dan lama waktu hujan.

3.2 Saran
Dalam penulisan sebaiknya kata-katanya diketik dalam bahasa yang mudahdan
langsung dipahami oleh pembaca. Dan tidak terlalu berlebihan
dalammelakukan pemilihan kata dalam suatu materi. Dalam melakukan Critical BookReview
penulis seharus berkonsentrasi dalam menyimak kedua buku yang akan dikritik.
Dalam Critical Book Review penulis harus mempunyai keahlian dalam,menyimak, membaca
dan menulis, sehingga tidak menimbulkan salah paham dan mengandung pengertian yang
salah.

29
30

Anda mungkin juga menyukai