Anda di halaman 1dari 16

PEMANFAATAN KANDUNGAN KITIN DALAM CANGKANG

BEKICOT SEBAGAI BAHAN PENGAWET KAYU TERHADAP


SERANGAN JAMUR
Utilization Of Chitin Content In Snail Shells As A Wood Preservative Against
Fungi Attack

Azri Desfriandra1, Sandra Melisa2


S-1 Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan ,Medan

Suler : Desfriandraaz@gmail.com
Melisacandra08@gmail.com

Abstract
The effectiveness of arganoleptis toward kitosan from the shell of snail against wood fungi,
in order to application it as a natural wood presenative similar like khitosan, effective to
separate the petroum from the wastewater (Brzeski, 1987). Because they cannot produce their
own food. They depend on a few natural materials these include leather, cotton, rottan, paper
and wood. The result of characteristic of the acquired snail shell can be seen at the table as
follows. Wood mold is also one reason for the dedine in timber quality both in distorting and
comsumption. The use of khitin and khitosan of the innocence would be widespread,
especially its development as polymer in the field of polymer technology. And with this
research, it minimize mold on wood furthermore, growth in the wood arts the economy as
well as other adverse effects so it needs to be will understood and controlled.

Keyword: kitosan, shell snail, and fungi

Abstrak

Efektifitas organoleptis terhadap kitosan dari cangkang bekicot terhadap jamur pada kayu,
dalam rangka aplikasinya sebagai pengawet alami kayu. Demikian pula dengan khitosan,
efektif untuk memisahkan petrolium dari air limbah (Brzeski, 1987). Karena jamur tidak
mampu memproduksi makanan sendiri, maka jamur bergantung pada beberapa material alam
antara lain kulit, katun, rotan, kertas dan kayu. Kitosan dari cangkang bekicot Hasil
pemeriksaan karakterisasi kitosan cangkang bekicot yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel
sebagai berikut. Jamur pada kayu juga merupakan salah satu penyebab turunnya kualitas
kayu baik dalam penyimpanan maupun dalam pemakaian. Penggunaan khitin dan khitosan
akan semakin luas terutama pengembangannya sebagai polimer dalam bidang teknologi
polimer. Dan dengan adanya penelitian ini akan meminimalisir jamur pada kayu. Selain itu,
pertumbuhan jamur pada kayu menimbulkan kerugian ekonomi serta dampak negatif lainnya,
sehingga perlu difahami dan dikendalikan dengan baik.

Kata kunci : kitosan, cangkang bekicot, dan jamur

Jurnal Teknik Sipil | 1


1. PENDAHULUAN mereka. Hal tak jarang dari mereka
mengambil bekicot untuk pangan ternak,
Bekicot termasuk hewan lunak
membuang dan bahkan membunuh bekicot
(Mollusca) yang kaya akan sumber
tersebut karena menganggu mereka pada
protein. Hewan yang tergolong kelas
saat panen padi. Biasanya Selain diguna-
Gastropoda ini tersebar di laut, air tawar,
kan sebagai pakan ternak cangkangnya da-
dan daratan lembap, hewan pemakan
pat digunakan sebagai hiasan seperti
tanaman budidaya ini berekmbang biak
gantungan kunci, tetapi tidak jarang
sangat cepat sehingga bekicot di sebut
cangkang bekicot dibuang begitu saja dan
sebagai hama.
dibiarkan membusuk yang akhirnya akan
Bekicot berasal dari Afrika Timur, menimbulkan dampak negatif bagi lingku-
tersebar keseluruh dunia dalam waktu ngan.
relatif singkat, karena berkembang biak
Salah satu alternatif upaya pemanfaa-
dengan cepat. Bekicot tersebar ke arah
tan limbah cangkang bekicot agar
Timur sampai di kepulauan Mauritius,
memiliki nilai dan daya guna limbah
India, Malaysia, akhirnya ke Indonesia.
cangkang bekicot menjadi produk yang
Bekicot sejak tahun 1933 telah ada
bernilai ekonomis tinggi adalah pengolah-
disekitar Jakarta, sumber lain menyatakan
an cangkang bekicot menjadi bahan
bahwa bekicot jenis Achatina fulica masuk
pengawet kayu dengan memanfaatkan
ke Indonesia pada tahun 1942 (masa
senyawa kitin menjadi kitosan. Cangkang
pendudukan Jepang). Sampai saat ini,
bekicot (Achatina fullica) mengandung zat
bekicot jenis Achanita fulica banyak
kitin sekitar 70% - 80% (Srijanto, 2003).
terdapat di Pulau Jawa (Kusnin Asa,
Kitin adalah senyawa karbohidrat yang
1984). Sentra peternakan bekicot banyak
termasuk dalam polisakarida tersusun atas
ditemukan di masyarakat pedesaan Jawa
monomer-nomer asetil glukosamin yang
Timur, Bogor (Jawa Barat), Sumatera
saling berikatan (Saraswathy, 2001). Kitin
Utara dan Bali. Di Indonesia potensi
merupakan bahan organik utama terdapat
bekicot ratarata meningkat sebesar 7,4
pada kelompok hewan seperti, crustaceae,
persen per tahun. Di Binjai, lebih tepatnya
insekta, fungi, mollusca dan arthropoda.
di jl. Melinjau Kel. Jati Karya Kec. Binjai
Utara di sana banyak lahan-lahan kosong Kitin dan kitosan memiliki kegunaan
yang digunakan para petani menanam yang sangat luas dalam kehidupan sehari-
padi. Pada musim panen padi petani-petani hari misalnya sebagai adsorben limbah
sering menemukan bekicot di lahan logam berat dan zat warna, pengawet, anti
Jurnal Teknik Sipil | 2
jarnur, kosmetik, farmasi, flokulan, anti dengan baik. Sehingga, pengolahan dan
kanker, dan anti bakteri (Prashantb dan Tb pemanfaatan bahan kayu dapat berlangsu-
aranatban, 2007; Stephen. 1995; Lee, et ng secara optimum dan lestari. Dan dengan
01., 1999; Liu, et 01" 2006). Banyak sekali adanya penelitian ini akan meminimalisir
permasalahan yang terjadi pada bahan jamur pada kayu.
konstruksi bangunan di indonesia, salah
penelitian ini juga dilakukan upaya
satunya permasalah jamur pada kayu.
pemanfaatan limbah cangkang bekicot
Jamur merupakan salah satu mikroorga dengan menggunakan kandungan kitosan
nisme yang menyebabkan warna kayu yang ada di dalam cangkang bekicot agar
berubah dan kemudian mengakibatkan memiliki nilai dan daya guna limbah
pembusukan apabila kuantitasnya sudah cangkang bekicot menjadi produk yang
berlebihan. Karena jamur tidak mampu bernilai ekonomis tinggi.
memproduksi makanan sendiri, maka
3. TINJAUAN PUSTAKA
jamur bergantung pada beberapa material
alam antara lain kulit, katun, rotan, kertas 3.1 Bekicot (Achatina fullica)
dan kayu. Jamur pada kayu juga merupa-
kan salah satu penyebab turunnya kualitas
kayu baik dalam penyimpanan maupun
dalam pemakaian. Aktifitasnya dapat
diminimalkan dengan pemanfaatan kitosan
yang diperoleh dari cangkang bekicot.
Efektifitas organoleptis terhadap kitosan
dari cangkang bekicot terhadap jamur pada
kayu, dalam rangka aplikasinya sebagai
Gambar 1.Hama bekicot (Achatina fullica) yang
pengawet alami kayu sudah dikumpulkan

2. TUJUAN PENELITIAN Bekicot merupakan hewan melata


dengan tubuh lunak yang dilindungi oleh
Penelitian ini dilakukan untuk
cangkang yang keras dengan warna garis
memenuhi salah satu tugas mata kuliah
pada tempurungnya tidak terlalu
Kimia Teknik. Selain itu, pertumbuhan
mencolok, dan mudah ditemukan pada
jamur pada kayu menimbulkan kerugian
daerah lembab dan pegunungan
ekonomi serta dampak negatif lainnya,
sehingga perlu difahami dan dikendalikan (Prihatman, 2000).

Jurnal Teknik Sipil | 3


Tabel 1.pembagian bekicot 3.2 Khitin dan Khitosan
Diviso Mollusca
Khitin merupakan polimer rantai
Kelas Gastropoda
panjang dari N-asetilglukosamin yang
Ordo Pulmonata
tidak bercabang dan memiliki bobot
Familia Achatinidae
molekul tinggi (Ueda et al., 1996). Hong et
Genus Achatina,
al. (1989) menyatakan bahwa bobot
Spesies Achatina fullica
molekul khitin adalah 1.036 x 10 dalton.
(Santoso, 1989).
Menurut Bastaman (1989) struktur
Bekicot banyak dimanfaatkan senyawa khitin hampir sama dengan
untuk makanan manusia sebagai sumber selulosa dibentuk oleh unit-unit
protein (dikenal sebagai Escargot ) di penyusunnya (monomer) yang berikatan
Eropa, Asia dan Afrika karena mempunyai satu sama lain melalui ikatan 1-1,4
banyak daging dan mengandung banyak glikosidik, bedanya terletak pada gugus C-
asam amino esensial. Selain dapat 2 dimana gugus hidroksil pada C-2 diganti
dimanfaatkan untuk makanan tambahan oleh gugus asciil amino (-NHCOCH3).
bagi ternak seperti itik dan ayam, bekicot
juga banyak dipakai untuk obat tradisional.
Daging dan lendirnya mujarab untuk
pengobatan abortus, sakit saat menstruasi,
gatal-gatal, jantung, sakit gigi, dan radang
selaput mata. Sedangkan cangkangnya
mujarab untuk obat tumor.
Maulie, adalah obat dari cangkang Gambar .2 Struktur Berulang Khitin (Sandford
bekicot untuk mengobati kekejangan, 1988)
jantung berdebar, insomania, keputihan Takayasu et al. (1996) menyatakan
dan leher bengkak (Prihatman, 2000). bahwa khitin merupakan biopolimer alami
Cangkang bekicot banyak mengandung yang memiliki kelimpahan terbesar di
senyawa-senyawa antara lain protein, alam setelah biopolimer selulosa. Khitin
lemak, air, kitin dan mineral-mineral banyak disintesis oleh beberapa organisme
seperti kalsium, kalium, magnesium, besi, uniseluler seperti flagellata, protozoa dan
seng dan mangan (Aboua, F., 1990). khususnya ciliata (Yoshioka et al., 1995).
Tarumingkeng (1992) menyatakan bahwa
khitin merupakan komponen struktur yang

Jurnal Teknik Sipil | 4


esensial dari dinding tubuh sebagian besar  Penicillium notatum 18.5d

invertebrata kecuali sebagian besar  Penicillium 20.1d


chrysogenium
anthozoa, scypozoa, dan echinodermata.
 Saccharomnyces 2.9d
Khitin dan khitosan juga merupakan cerevisae
penyusun utama dinding sel sebagian besar
jamur dan ragi, serta nematoda (Ueda dan (Sumber:Nack dan Shiroshi (1981) dalam Knorr

Arai, 1992). Dari sebagian banyak sumber (1984)


Keterangan:
khitin hanya Cangkang bekicot (Achatina
a = Berdasarkan bobot basah
fullica) yang mengandung zat kitin sekitar
b = Berdasarkan bobot kering
70% - 80% sedangkan dalam udang
c = Berdasarkan bobot bahan organik pada
terdapat kitin sebanyak 15% - 20% dan
kulit luar
rajungan 20% - 30% (Srijanto, 2003).
d = Berdasarkan bobot kering dari dinding

Tabel.2 Kandungan kitin dari berbagai macam


sel
sumber Menurut (Muzzarelli 1985;
Jenis Kandungan Mekawati 2000) Sumber kitin yang sangat
1.Golongan Krustacea potensial adalah kerangka luar Crustasea
 Kepiting biru 14 a
(seperti bekicot ,kepiting , udang dan
 Kepiting merah 1.3 – 1.8b
lobster ,serangga dinding Yeast dan
 Lobster
-Nephorps sp 69.8c jamur,serta Mollusca. (1992) Khitin di
- Nomarus sp 60.8 – 77.0c peroleh dengan cara menghilangkan protein
 Udang 99.1 c
(deproteinasi) dan bahan mineral (demine-
ralisas). Khitin yang di hasilkan bersifat
2.Golongan Insekta
tidak larut dalam air dan asam asam organik
 Lipas 35c
 Kumbang 27 – 35c encer. Disamping itu khitin tidak larut
 Belalang 20c dalam larutan alkali pada berbagai
 Ulat sutera 33.7 c
kepekatan.
Selanjutnya Ornum (1983) menyatakan
3.Golongan Moluska
bahwa khitin larut dalam dimetil asetamida
 Clam shell 6.1
 Kulit kerang 3.6 dan lithium khorida, serta bersifat tidak
 Rangka dalam cumi- 41.6 beracun selain itu menurut Knorr (1983)
cumi khitin memiliki ketahanan terhadap
4.Golongan Mikroba
kerusakan biologis mampu bersifat sebagai
 Aspergillus niger 42.0d
bioaktif dan surfaktan .

Jurnal Teknik Sipil | 5


Khitin yang sudah mengalami proses Sementara itu, khitosan ternyata
penghilangan gugus asetil (deasetilasi) juga memiliki kemampuan bioaktif.
disebut khitosan (Kurtetal. 1991). Polikation alami dari khitosan dapat
menghambat pertumbuhan jamur pathogen
Kitosan adalah suatu biopolimer dari
seperti Fusarium oxysporum, dan Rhizocta-
D-glukosamin yang dihasilkan dari proses
nia solani, Khitosan juga menghambat
deasetilasi kitin dengan menggunakan
germinasi spora dan pertumbuhan kapang
alkali kuat. Kitosan bersifat sebagai
Bothria cinerea dan Rhizopus stolonifer (El
polimer kationik yang tidak larut dalam
Gaouth et al., 1992). Aktivitas bioaktifnya
air, dan larutan alkali dengan pH di atas
yang optimal dicapai pada tingkat
6,5. Kitosan mudah larut dalam asam
kemasaman khitosan pada pH 5.6.
organik seperti asam formiat, asam asetat,
dan asam sitrat (Mekawati 2000). Menurut Benhamou (1992) sel
jamur dengan perlakuan khitosan secara
struktural rusak. Sel hifa tumbuh dalam
bentuk abnormal dan pembentukan sekat-
nya terganggu, terjadi perubahan membran
plasma dan deposisi abnormal zat amorſ
yang berisi banyak khitin.

Gambar 3. Struktur berulang khitosan Tabel.3 Standart mutu khitosan yang di syaratkan

(Yashioka et al ,1995) laboratorium protan

Parameter Persyaratan

Pada saat ini khitosan memiliki


spektrum penggunaan yang luas dalam 1. Ukuran partikel Serpihan

industri dan kesehatan, lebih luas (particel size) (flake) atau

penggunaannya dibandingkan khitin bubuk

(Takayasu et al., 1996). Berbagai macam (powder)

pemanfaatan khitosan adalah sebagai bahan 2. Kadar air (moisture 10%

pelapis, perekat, dan penstabil (Wei dan content)

Hudson, 1991). Penggunaan khitin dan 3. Kadar abu (ash 2%


khitosan akan semakin luas terutama content)

pengembangannya sebagai polimer dalam 4. Warna larutan (color Jernih (clear)

bidang teknologi polimer. of solution)

Jurnal Teknik Sipil | 6


5. Derajat deasetilasi ⩾70% an limbah cair. Di Jepang, khitosan
(degree of digunakan secara resmi sebagai bahan
deasetylation; DA) penggumpal dalam sirkulasi pengolahan air
6. Rendah 200pcs limbah yang akan digunakan kembali
7. Sedang 200 – 799cps ("recycling") dalam industri pangan. Khitin
8. Tinggi 800 – telah digunakan untuk menghilangkan kon-
9. Sangat Ting 2000cps taminan (decontaminate) plutonium dan

Keterangan : Cps = centipoise (Sholeh metilmercuri-asetat dalam air limbah.

1999) Demikian pula dengan khitosan, efektif

3.3 Pemanfaatan Khitin dan Khitosan untuk memisahkan petrolium dari air

3.3.1 Bidang Kesehatan limbah (Brzeski, 1987).

Lensa kontak baik yang "hard lens" Selanjutnya Knorr (1984)

maupun yang "soft lens" dapat dibuat dari menerangkan tentang tiga hal penting untuk

polimer khitin karena khitin mempunyai aplikasi khitin dan khilosan dimasa

sifat permeabilitas yang tinggi terhadap mendatang yaitu sebagai bahan fungsional

oksigen. Selain itu khitin dan khitosan yang digunakan dalam proses "water

dapat digunakan sebagai pembungkus trearmenr", sebagai bahan yang bersifat

kapsul karena mampu melepaskan obatnya fungsional digunakan dalam industri

ke dalam tubuh secara terkontrol (Brzeski, pangan, sebagai polimer hasil temuan baru

1987) yang berguna dalam bidang teknologi

Beberapa tahun khitosan telah polimer

ditemukan mempunyai sifat antibakterial 3.3.3 Bidang Pertanian dan Peternakan

dan antikoagulan dalam darah. Kemampuan Di Amerika Serikat, khitosan

lain dari khitin dan turunannya adalah dimanfaatkan sebagai pelapis benih yang

dalam hal penggumpalan sel-sel Icukimia, akan ditanam, sehingga terhindar dari

schingga khitin dan turunannya ini cocok gangguan jamur tanah. Dengan perlakuan

sebagai bahan ant itumor. Senyawa ini produksi gandum, sorgum dan padi

khitosan diusulkan untuk digunakan berhasil ditingkatkan sampai 30 persen.

sebagai bahan pembuat membran ginjal Sedangkan di Polandia khitosan efektif

buatan (Brzeski, 1987) sebagai pemisah("separation") spermatozoa

3.3.2 Bidang Industri yang motil dan non motil dari babi jantan

Aplikasi khitin dan khitosan yang paling dan lembu jantan setelah dihancurkan

luas penggunannya adalah dalam pengolah- dalam kromatografi kolom (Brzeski, 1987).

Jurnal Teknik Sipil | 7


Di India, Khitin ditambahkan pada 3.4.1 Jamur Pelapuk Kayu
ransum makanan ternak seperti ayam Panshin dan Zeuw dalam Nandika
pedaging, sehingga dengan adanya dan Tambunan ( 1989) menyatakan bahwa
penambahan tersebut berat ayam dapat jamur yang menyerang kayu dapat
bertambah sebesar 12 persen. Di Jepang, dipisahkan menjadi dua kelompok yaitu
khitosan dan turunannya ditambahkan jamur perusak kayu (Wood destroying
dalam ransum makanan ayam petelur fungi) atau (True mold). Jamur pelapuk
sehingga meningkatkan hasil telurnya 8,8 kayu serangannya bersifat membusukkan
persen (Brzeski, 1987). dan menghancurkan bahan organik kayu ,
3.3.4 Bidang Pangan karena sebagian masa kayu dirombak
Senyawa kompleks Mikro Crystalin secara biokimia ,sedangkan jamur pewarna
Chitin (MCC) adalah salah satu turunan kayu serangannya hanya menimbulkkan
khitin yang banyak digunakan dalam warna pada kayu sebagai akibat reaksi
industri pangan sebagai bahan pengental antara kayu dengan enzim yang di
atau pembentuk gel yang sangat baik dan keluarkan oleh miselium jamur.
juga bermanfaat sebagai pengikat, penstabil 3.4.2 Tipe Tipe Jamur Pelapuk
dan pembentuk tekstur (Brzeski, 1987). a. Jamur Pelapuk Coklat (brown-rot
Polimer khitin juga dimanfaatkan fungi),
sebagai carrier (pembawa) pada bahan merupakan jamur tingkat tinggi dari kelas
makanan berkonsentrasi tinggi yang tidak Basidiomycetes yang mampu menguraikan
menyerap, misalnya sebagai pembawa selulosa sehingga warna kayu yang
zatpewarna makanan. Sedangkan khitosan diserang menjadi coklat kehitaman.
pyrazynes (khitin yang mengalami pirolisis) b. Jamur Pelapuk Putih (white-rot fungi),
dapat digunakan sebagai pembentuk aroma adalah jenis dari kelas Basidiomycetes.
yang khas pada makanan panggang Jamur ini mampu menguraikan
(Brzeski, 1987). holoselulosa dan lignin dari kayu sehingga
Khitosan dapat pula dimanfaatkan kayu yang diserang menjadi kekuning-
sebagai penyaringyang efektif terhadap zat kuningan, merah coklat atau coklat muda
zat yang tidak diinginkan seperti tanin pada c. Jamur Pelapuk Lunak (sofi-roi fungi),
kopi (Brzeski, 1987). Disamping itu merupakan jamur kelas Deuteromycetes
khitosan juga mampu memurnikan bir, dan Ascomycetes. Kelompok jamur ini
juice, anggur dan sebagainya (Knorr, 1984). mampu menguraikan selulosa(polisakarida)
3.4 Jamur Pelapuk Kayu (Schizophyllum yang berakibat kehilangan berat dari kayu
commune) yang diserang.
Jurnal Teknik Sipil | 8
Kerusakan kayu akibat serangan sepanjang sisi alat perkembang biakan
jamur dapat dilihat dengan adanya perubaha vegetatif.
sifat fisik dan kimia kayu.Perubahan 3.4.4 Schizoplıyllum commune
tersebut dapat berperngaruh terhadap Jamur ini termasuk famili
kemungkinan pemakaian kayu tersebut Schizophylaceae, tersebar luas di dunia.
3.4.3 Mekanisme Kerusakan Kayu Oleh Oleh karena itu jamur ini dianggap
Jamur kosmopolit. Jamur ini termasuk dalam
Kerusakan kayu oleh jamur dapat White rol fungi (Martawijaya, 1965).
terjadi sewaktu kayu masih di hutan, dalam Di Indonesia jenis ini kadang-
pengangkutan, di tempat penimbunan atau kadang terdapat pada kayu bangunan, tetapi
pada saat penggunaan. Tingkat serangan lebih lazim lagi pada kayu mati seperti
pada saat penggunaan. Tingkat serangan dahan yang jatuh atau tonggak-tonggak.
sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor Jamur ini sering terdapat pada dolok-dolok
lingkungan selama penyerangan berlangsu atau kayu gergajian , demikian pula pada
ng Haygreen dan Bowyer (1989) tiang pagar bahkan pada timbunan bantalan
menyatakan bahwa jamur pelapuk (Martawijaya, 1965).Pengujian yang
mengambil zat-zat makanan dari komponen dilakukan oleh Martawijaya terhadap 25
sel kayu seperti selulosa, hemiselulosa jenis kayu dari kompleks Hutan Gunung
lignin yang dirombak secara biokimia Bunder (KPH Bogor) memberikan
dengan bantuan enzim ke dalam bentuk
molekul sederhana yang dapat
dimetabolism Perombakan secara biokimia
ini diselesaikan oleh kerja katalis dari
enzim yang diproduksi hifa.Enzim
dihasilkan oleh ujung-ujung hifa pada saat
pembuatan lubang bor dan juga di

Jurnal Teknik Sipil | 9


4. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Tempat Penelitian

Gambar 4.Lokasi Jl Melinjau pada peta 3°38′36"𝑁 98°30′53"𝐸

Gambar 5.Lokasi sawah yang menjadi tempat populasi hama bekicot di Jl Melinjau

Jalan Melinjau merupakan salah dengan tingkat populasi hama bekicot


satu desa yang terdapat di daerah (Achatina fulica) yang cukup tinggi.
Kecamatan Binjau Utara, Kota Binjai, Menurut masyarakat sekitar organisme
Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera pengganggu tanaman ini merupakan salah
Utara, Indonesia. Desa yang menjadi lokasi satu faktor penghambat dalam upaya
penelitian kami merupakan desa yang peningkatan produktivitas tanaman padi
sebagian wilayahnya adalah persawahan (Oryza sativa L.)

Jurnal Teknik Sipil | 10


4.2 Alat dan Bahan Cangkang Bekicot selanjutnya
4.2.1 Alat dihaluskan dengan menggunakan blender
Alat-alat yang digunkan pada kemudian diayak dengan ayakan 50 mesh.
penalitian ini adalah: alat-alat gelas, tabung 4.2.3.2 Pengubahan zat kitin ke kitosan
reaksi,batang pengaduk, statif dan klem, Proses pembuatan kitosan dari
oven, tanur, timbangan, alat destilasi air, demineralisasi dengan HCl 1,5 M,
blender (Panasonic), neraca listrik, ayakan deproteinasi dengan NaOH 3,5 %, dan
Mesh 50, aluminium foil, mortir, stamfer, deasetilasi dengan NaOH 60 % (Puspawati,
spatula, lemari pengering, kertas perkamen, 2010)
pH universal, a. Penghilangan Mineral (demineralisasi)
4.2.2 Bahan Serbuk cangkang yang telah di haluskan
Bahan-bahan yang digunakan dalam hingga berukuran 50 mesh tersebut
penelitian ini adalah: Cangkang bekicot ditambahkan larutan HCl 1,5 N dengan
(Achatina fulica) yang dikumpulkan dari jl. perbandingan 1:15 (b/v). Campuran
Melinjau. Kelurahan jati karya, Kecamatan dipanaskan pada suhu 40-50°C selama 4
binjai utara kota binjai, HCl p.a, NaOH p.a, jam sambil dilakukan pengadukan dengan
AgNO3 untuk mengidentifikasi ion Cl-, kecepatan 50 rpm kemudian dilakukan
Indikator Fenolftalein (PP) untuk mengiden sentrifugasi selama 15 menit pada
tifikasi kandungan OH- , dan Aquades. kecepatan 2000 rpm, sehingga diperoleh
4.2.3 Tahapan Penelitian dalam bentuk supersenatan. Padatan yang
Penelitian ini di lakukan dengan diperoleh dicuci dengan aquades untuk
tahap tahap sebagai berikut . menghilangkan HCl yang tersisa
4.2.3.1 Persiapan Limbah Cangkang Selanjutnya padatan dikeringkan pada oven
Bekicot dengan temperatur 80°C selama 24 jam
Bahan baku cangkang bekicot yang b. Penghilangan proteinasi (deproteinasi)
telah dikumpulkan lalu di cucidengan air Serbuk cangkang yang didapatkan dari
yang mengalir untuk menghilangkan tanah hasil demineralisasi ditambahkan larutan
dan bendaasing lainnya yang melekat, lalu NaOH 3,5% dengan perbandingan 1:10
ditiriskan.Kemudian dihaluskan hingga (b/v) pelarut dengan sampel. Campuran
ukuran lebih kecil dan selanjutnya tersebut dipanaskan pada suhu 90°C selama
dimasukkan kedalam lemari pengering 4 jam sambil dilakukan pengadukan dengan
dengan suhu 40-50°C. kecepatan 50 rpm kemudian dilakukan
sentrifugasi selama 15 menit pada kecepat-

Jurnal Teknik Sipil | 11


an 2000 rpm, sehingga diperoleh padatan
dalam bentuk supersenatan. 4.2.4.3 Penjenuhan toluen
c. Deasetilasi Sebanyak 200 ml toluena dan 2 ml
Hasil yang diperoleh dari proses akuades, dimasukkan ke dalam labu alas
demineralisasi dan deproteinasidilanjutkan kemudian didestilasi selama 2 jam. Toluena
dengan proses deasetilasidengan menambah di dinginkan dan volume air pada tabung
kan NaOH 60% dengan perbandingan 1:20 penerima dibaca.
(b/v). Campuran diaduk dan dipanaskan 4.2.4.4 Penetapan Kadar Air Kitosan
pada suhu 40-50°C selama 4 jam dengan Kedalam labu dimasukkan 5 g
kecepatan pengadukan 50 rpm kemudian serbuk kitosan, dipanaskan slama 15
dilakukan sentrifugasi selama 15 menit menit.Setelah toluena mendidih, kecepatan
pada kecepatan 2000 rpm, sehingga tetesan diatur kurang lebih 2 tetes untuk
diperoleh padatan dalam bentuk tiap detik, hingga sebagian air tersuling,
supersenatan. Padatan yang diperoleh kemudian naikkan kecepatan penyulingan
dinetralkan dengan aquades sampai pH hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua
netral. Padatan kemudian dikeringkan tersuling, bagian dalam pendingin di bilas
dalam oven pada suhu 80°C selama 24 jam dengan toluena yang telah jenuh.
(Agustina dan Kurniasih, 2013). Penyulingan dilanjutkan selama 5 menit,
4.2.4 Karakterisasi Kitosan kemudian didinginkan (WHO, 1992). Sete-
Karakterisasi kitosan yang dilaku- lah air dan toluen memisah sempurna,
kan meliputi: uji organoleptis terhadap volume air dibaca. Selisih kedua volume
kitosan dari cangkang bekicot (uji bau, dibaca sesuai dengan kandungan air yang
bentuk, warna, dan rasa), kadar air, kadar terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar
abu, dan rendemen. air dihitung dalam persen (WHO, 1992).
4.2.4.1 Uji organoleptis 4.2.4.5 Penetapan Kadar Abu
Pemeriksaan organoleptis dilakukan Sebanyak 2 g serbuk simplisia yang
terhadap kitosan dari cangkang Bekicot ditimbang seksama, dimasukkan kedalam
(Achatina fulica) dengan cara memperhati- kurs porselin yang telah di pijar dan ditara,
kan bentuk, bau, warna, dan rasa. lalu diratakan.Kurs dipijar pada suhu 600°C
4.2.4.2 Kadar Air Kadar sampai arang habis, dinginkan, dan
merupakan salah satu parameter yag ditimbang sampai diperoleh bobot tetap,
sangat penting untuk menentukan mutu kadar abu dihitung dalam persen terhadap
kitosan. Standar kadar air pada kitosan ialah bahan yang telah dikeringkan diudara
≤ 10 % (Sugita dkk, 2009). (DepkesRI, 1995).
Jurnal Teknik Sipil | 12
4.2.4.6 Rendemen
Rendamen kitosan di tentukan
berdasarkan persentase berat kitosan yang
dihasilkan terhadap berat bahan baku
sebelum di proses ( Zahiruddin, 2008)
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑖𝑡𝑜𝑠𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛
%Rendemen = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
X100

4.2.4 Uji Aplikasi Kitosan


4.2.4.1 Pembuatan Contoh Uji Kayu
Pengambila contoh uji kayu di
Gambar 6. kayu jati muda
usahakan dalam satu arah memanjang
4.2.4.2 Pembuatan Larutan Kitosan
(aksial) kayu, dipilih dari bagian kayu yang
Khitosan dilarutkan dalam asam
berserat lurus dan bebas cacat .Kayu dalam
asetat 5% dengan konsentrasi khitosan
bentuk sortimen sortimen (balok berukuran
0%,2%, 4% dan 6% , dan larutan kitosan
5 x 5 x 300cm) yang tersedia di pilih secara
tersebut di biarkan sampai gelembung
acak untuk dibentuk menjadi contoh uji
gelembung menghilang
berukuran 2x2x2 cm untuk pengujian abso-
rbsi, retensi warna dan tekstur permukaan-
4.2.4.3 Pengujian Absorbsi Larutan
nya berdarsarkan ukuran contoh uji bebas
Khitosan
cacat (British standart 373 tahun 1957)
Contoh uji kayu jati muda yang
Contoh uji dibuat dari jenis kayu
berjumlah 48 buah tadi di timbang, lalu di
jati muda, dengan perlakuan tingkat
rendam, kemudian di timbang lagi untuk
konsentrasi khitosan 0%, 2%, 4%, dan 6%
mengetahui besarnya absrobsi. Besarnya
dan lama perendaman 6 jam, 12 jam, 18
absorbsi dihitung dengan rumus :
jam, dan 24 jam, sehingga jumlah contoh (Ba−Bb)
Absorbsi Larutan Khitosan =
uji yang di perlukan sebanyak 4 (tingkat V
(Ba−Bb)
konsentrasi) x 4(lama perendaman) x Retensi Khitosan = VXK
3(ulangan) atau sebanyak 48 contoh uji, Keterangan :
contoh uji selanjutnya digunakan untuk uji Ba = Berat sebelum di rendam
warna dan tekstur Bb = Berat sesudah direndam
V = Volume contoh uji (kayu jati muda)
K = Konsentrasi khitosan (Zahiruddin,
2008)

Jurnal Teknik Sipil | 13


4.2.4.4 Pengamatan Warna
Tabel 4 Hasil karakterisasi khitosan dari cangkang
Pengamatan warna di lakukan secara
bekicot
kualitatif dengan mata biasa dan
Spesifikasi Deskripsi
dibandingkan secara deskriptif
Warna Putih kecoklatan
4.2.4.5 Pengamatan Tekstur
Bau Tidak berbau
Pengujian Tekstur dilakukan secara
Bentuk Kristal
kualitatif dengan cara meraba permukaan
Kadar air 7,33%
contoh uji (kayu jati muda) dan di
Rendemen 15,6%
bandingkan secara deskriptif.
Berat molekul 889,78
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar abu total 1,99%
5.1. Karakteristik Khitosan
Hasil pemeriksaan makroskopik
Tabel .menunjukkan bahwa hasil
kitosan dari cangkang bekicot diketahui
karakterisasi kitosan dari cangkang bekicot
bahwa serbuk kitosan berwarna putih
diperoleh kadar air, kadar abu dan
kecoklatan, tidak berbau dan tidak berasa,
rendamen secara berurutan sebesar 7,33;
namun demikian jika di bandingkan dengan
1,99; dan 15,6%. Hal ini menunjukkan
bahan bakunya ukuran partikel khitosan
bahwa hasil karakterisasi kitosan dari
lebih kecil, Hal ini di sebabkan mineral
cangkang bekicot memenuhi syarat standar
mineral seperti kalsium, magnesium,
mutu kitosan sehingga dapat digunakan
pospor dan mineral lain yang terdapat pada
pada proses selanjutnya (Sugita, 2009).
cangkang bekicot telah dihilangkan. Hasil
5.2 Aktivitas Biologis Khitosan Pada
pemeriksaan makroskopik terlihat pada
Jamur
gambar dibawah ini.
Fenomena penghambatan pertumbuhan
jamur merupakan akibat dari aktivitas
polakation alami khitosan. Khitosan
merangsang aktivitas hidrolase antijamur
seperti, khitosanase, khitinase (Benhamou
1992).
Konsentrasi khitosan yang lebih
tinggi mempengaruhi peningkatan
perkembangan hifa, dan pada beberapa
kasus terjadi sel lysis (Benhamou 1992).
Gambar 7. Kitosan dari cangkang bekicot
Benhamou (1992) juga menyatakan bahwa

Jurnal Teknik Sipil | 14


sel jamur dengan perlakuan khitosan secara menjadi kuning sampai kecoklatan,
stukural rusak. Kerusakan lain yang di pewarnaan ini di sebabkan oleh adanya zat
akibatkan khitosan adalah perubahan warna karotenoid yang terdapat pada
membran plasma dan deposisi abnormal zat bekicot (Isler 1971 dalam purwatiningsih
amorf yang berisi banyak khitin. 1993). konsentrasi yang lebih tinggi
5.3 Absorbsi Dan Pengaruh Khitosan mengandung bahan kitosan yang lebih
Pada Kayu banyak sehingga memberikan warna yang
5.3.1 Absorbsi Larutan Khitosan lebih kuat
Absorbsi larutan kitosan menunjuk- 5.3.3 Tekstur kayu
kan peningkatan dengan menurunnya Tekstur kayu dengan aplikasi khitosan
konsentrasi dan peningkatan lama menjadi lebih halus. Tingkat kahalusan
perendaman. Dari analisis perendaman di meningkat dengan meningkatnya konsentra
ketahui bahwa faktor lama perendaman dan si khitosan. Hal ini terjadi karena konsentra
faktor konsentrasi khitosan mau pun si yang tinggi mengandung khitosan lebih
interaksi kedua faktor berpengaruh sangat banyak dan dapat melapisi permukaan kayu
nyata terhadap absorbsi larutan khitosan. yang relatif tebal. Khitosan melapisi
Namun demikian antara perlakuan permukaan kayu sehingga menutupi pori
konsentrasi 4% dan 6% tidak berbeda jauh . pori dan serat kayu yang tidak merata.
Hal ini menunjukkan konsentrasi khitosan Meningkatnya kehalusan tekstur kayu
4% merupakan konsentrasi terbesar untuk sesuai dengan sifat khitosan yang dapat
mendapatkan absorbsi tertentu pada metode membentuk lapisan film yang licin dan
pengawetan kayu secara rendaman ( Isler transparan. Hal ini menunjukkan bahwa
1971 dalam purwatiningsih 1993) khitosan memiliki potensi sebagai
Faktor lama perendaman juga bahan finishing yang berfungsi meningkat-
berpengaruh nyata terhadap absorbsi larutan kan tekstur permukaan kayu.
khitosan, perendaman lebih lama memberi- 6. KESIMPULAN
kan kesempatan larutan masuk kedalam Khitosan yang di hasilkan memiliki
kayu lebih besar. keluarnya gas gas terlarut karakteristik warna putih kecoklatan,
selama pengawetan merupakan faktor yang ukuran partikel berupa serpihan yang relatif
mengurangi laju cairan dalam kayu halus, khitosan yang dihasilkan telah
(Nicholas, 1978). memenuhi persyaratan laboratorium protan
5.3.2 Warna kayu kecuali kadar air yang masih relatif tinggi
Kayu jati muda yang di beri Aktivitas biologis khitosan mampu meng-
perlakuan khitosan berubah warnanya hambat pertumbuhan jamur, pengaplikasian
Jurnal Teknik Sipil | 15
khitosan pada kayu dapat meningkatkan merkusii), Mangium (A. mangium)
penampilan kayu dengan pewarnaan yang , 5.

menarik dan tekstur permukaan yang relatif Handayani, H. (2000). Kajian awal
halus .Mengingat sifat khitosan yang non pemanfaatan khitosan dari limbah
cangkang udang sebagai bahan
toksik (pengendalian bersifat jangka panja-
pengawet kayu. bogor: Insitut
ng), biodegradable (Dapat terurai), sumber Pertanian Bogor .
melimpah serta mampu menghambat
Hasri. (2010). Jurnal Kimia. Prospek
pertumbuhan jamur palapuk kayu maka Kitosan dan Kitosan Termodifikasi
senyawa khitosan memiliki potensi besar Sebagai Biopolimer Alami yang
Menjanjikan , 10.
untuk dimanfaatkan sebagai bahan
pengawet kayu. Pratiwi, R. (2014). Sumber daya Laut.
Manfaat kitin dan khitosan bagi
DAFTAR PUSTAKA
kehidupan manusia , 43.
Abdul Azis, T. P., & Hadikusumo, M. S.
(2013). Jurnal Ilmu Kehutanan. uji Priadi, T. (2005). pelapukan kayu oleh
ekstrak etanol kumis kucing jamur dan strategi
(orthosiphon sp.) sebagai pengendaliannya , 22.
pengawet alami kayu , 10.
Stevano Victor M, B. A. (1, April 2016).
Amri Aji, M. (November 2012). Jurnal pemanfaatan kitosan dari limbah
Teknologi Kimia Unimal. cangkang bekicot (achatina fulica)
pembuatan kitosan dari limbah sebagai adsorben logam berat seng
cangkang kepiting , 12. (zn) , 5.

Darmono, S. A. (2013). pemanfaatan Titik Suryani, R. I. (Oktober 2018).


campuran boraks dan asam borat Keanekaragaman Jamur Kayu.
sebagai bahan pengawetan kayu Studi Keanekaragaman Jamur
terhadap serangan rayap , 18. Kayu Makroskopis di Edupark
Universitas Muhammadiyah
Djarwanto, S. S. (Desember 2014). Surakarta , 7.
Penelitian hasil hutan . kemampuan
pelapukan 10 strain jamur pada
lima jenis kayu asal kalimantan
timur , 8.

Elis Nina Herliyana, L. F. (2011). Jurnal


Silvikultur Tropika. Schizophyllum
commune Fr. Sebagai Jamur Uji
Ketahanan Kayu Standar Nasional
Indonesia pada Empat Jenis Kayu
Rakyat : Sengon (P. falcataria),
Karet (H. brasiliensis), Tusam (P.

Jurnal Teknik Sipil | 16

Anda mungkin juga menyukai