“ BAHASA INDONESIA “
DISUSUN OLEH:
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatNya penulis dapat menyelesaikan tulisan ini untuk memenuhi tugas Critical Book
Report (CBR) mata kuliah Bahasa Indonesia. Dalam tulisan ini penulis membandingkan buku
utama dengan judul “Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Bahasa Indonesia Untuk
Perguruan Tinggi” dengan dua buku pendampingnya yaitu “Pendidikan Bahasa Indonesia
Perguruan Tinggi” dan ”Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi: Terampil Berbahasa
Melalui Pembelajaran Berbasis Teks” . Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ika
Febrianan, M.Pd. selaku dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia, Universitas Negeri Medan
yang sudah membimbing dengan baik.
Penulis berharap tugas ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta
pengetahuan pembaca mengenai Bahasa Indonesia. Penulis menyadari, dalam pembuatan
Critical Book Report ini masih banyak kekurangan, baik pada teknik penulisan maupun
materi yang ada. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan guna penyempurnaan Critical Book Review ini dilain waktu.
Siera Nasrani
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
RINGKASAN BUKU............................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 27
PENUTUP ............................................................................................................................... 30
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Seringkali kita bingung dalam memilih buku referensi untuk kita baca dan yang kita
perlukan. Terkadang buku-buku yang sudah kita baca masih kurang cukup dengan apa
yang kita harapkan. Oleh karena itu penulis membuat CBR Analisi Struktur Dasar ini
untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi terkhusus pada pokok
bahasan tentang “ Konstruksi Statis Balok Tertentu “
1
1.4. Identitas Buku
A. Identitas Buku Utama
1. Judul buku : Buku Ajar Mata Kuliah Wajib
Umum Bahasa Indonesia Untuk
Perguruan Tinggi
2. Pengarang : Fitriani Lubis, dkk
3. Penerbit : CV. DARIS INDONESIA
4. Tahun terbit : 2022
5. Kota Terbit : Binjai
6. Tebal Buku : 190 Halaman
7. ISBN : 978-6235911-05-2
2
BAB II
RINGKASAN BUKU
BAB I. Pendahuluan
A. Asal-Usul Bahasa Indonesia dan Sejarahnya
Bahasa – bahasa di indonesia dapat di kelompokkan menjadi 3 macam bahasa,
yaitu Indonesia, bahasa daerah, dan juga bahasa asing. Dan di bawah ini setiap
kelompok bahasa akan di uraikan secara singkat.
1. Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia sendiri berasal dari bahasa Melayu dan termasuk ke dalam
rumpun bahasa Austronesia. Dalam hal ini, bahasa Melayu itu sudah lama
(berabad-abad) digunakan sebagai sebagai liguana franca “bahasa perhubungan” di
nusantara ini selama masa Sriwijaya dan Majapahit. Pada masa pemerintahan
kolonial Belanda bahasa Melayu di kenal sebagai bahasa sehari – hari dengan
istilah Melayu Pasar. Bahasa Melayu itu sendiri mudah di mengerti, memiliki
toleransi kesalahan yang sangat besar serta mudah menyerap istilah – istilah dari
bahasa lain dari para penggunanya. Karena itu juga, bahasa Melayu pasar di
katakan sebagai bahasa yang sangat lentur. Selain itu ada pula bahasa Melayu
Tinggi yang digunakan oleh para kalangan keluargakerjaan di sekitar Sumatera,
Malaya, dan Jawa. Bentuk bahasa Melayu Tinggi sedikit lebih sulit di pahami dari
pada Melayu pasar karena penggunaannya sangat halus, penuh sindiran, dan tidak
seekspresif Melayu pasar. Pemerintah Kolonial Belanda merasa bahasa Melayu
pasar yang sangat lentur bisa mengancam keberadaan bahasa dan budaya, sehingga
mereka mulai mempromosikan bahasa Melayu Tinggi namun bahasa Melayu pasar
sudah terlanjur di gunakan para pedagang yang melintasi Indonesia.
Penamaan bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari peristiwa
Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang dalam butir ketiga ikar nya
berbunyi “kami, Putra Putri Indonesia, Menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa
Indonesia. Soekarno pada saat itu tidak memilih bahasa jawa bahasa daerahnya
sendiri (pada saat itu mayoritas penggunanya sangat banyak) dan memilih bahasa
Melayu yang dituturkan di Riau. Bagi bangsa Indonesia, Bahasa Indonesia
memiliki kedudukan yang sangat tinggi karena merupakan bahasa nasional dan
bahasa negara. Bahasa Indonesia mulai dikukuhkan pada 28 Oktober 1928 melalui
sumpah pemuda yang diikrarkan. Dari kedudukannya bahasa Indonesia memiliki
fungsi sebagai :
(1) lambang kebanggaan nasional,
(2) lambang identitas nasional,
(3) alat pemersatu berbagai suku bangsa yang berbeda latar belakang sosial,
budaya, dan bahasa daerahnya,
(4) alat komunikasi antardaerah dan antar budaya.
3
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara di tetapkan pada 18 Agustus
1945, saat Undang – Undang dasar 1945 disahkan sebagai UUD Negara Republik
Indonesia. Dalam Undang – Undang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36 dinyatakan
bahwa bahasa Negara adalah Bahasa Indonesia dan kedudukannya sebagai bahasa
negara memiliki fungsi sebagai :
(1) bahasa resmi kenegaraan
(2) bahasa pengantar di dunia pendidikan,
(3) bahasa perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan, dan
(4) bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan serta teknologi modern.
2. Bahasa Daerah
Bahasa daerah adalah bahasa – bahasa suku bangsa di Indonesia yang
jumlahnya sangat banyak dan digunakan menyebar di seluruh daerah di Indonesia.
Bahasa daerah berfungsi sebagai (1) lambang kebangsaan daerah, (2) lambang
identitas daerah, (3) alat perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah,
(4) sarana pendukung budaya daerah dan bahasa Indonesia. Bahasa daerah di
gunakan sebagai pendukung bahasa Indonesia yang di ajarkan di sekolah dasar di
daerah tersebut untuk mempermudah proses penyampaian pembelajaran, dan
sumber kebahasaan dalam memperkaya bahasa daerah.
3. Bahasa Asing
Bahasa asing mempunyai fungsi sebagai alat penghubung antarbangsa dan
sarana pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi modern untuk pembangunan
nasional. Selain dari fungsinya untuk pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern, bahasa asing hanyalah pelengkap fungsi bahasa Indonesia yang
dikembangkan menjadi sarana serupa.
Baku I (Jawa), (1) yang menjadi pokok, yang sebenarnya ; (2) sesuatu yang di
pakai sebagai dasar ukuran (nilai, harga, standar),
Baku II Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008:123), kata baku
dijelaskan sebagai berikut.
Baku III Pokok, utama ; (2) tolak ukur yang berlaku untuk kuantitas atau kualitas
dan yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan ; standar ;
4
Baku dalam bahasa baku di dalam kamus di atas bermakna sama dengan baku I.
Maka karena itu, bahasa baku adalah bahasa yang menjadi pokok, yang menjadi
dasar ukuran, atau yang menjadi standar. Jadi, bahasa Indonesia baku adalah
ragam bahasa yang menjadi pokok, yang menjadi dasar ukuran, atau yang menjadi
standar. Dengan demikian bahasa non baku adalah bahasa yang tidak menjadi
pokok, tidak menjadi dasar ukuran, atau tidak menjadi dasar standar. Dengan kata
lain merupakan ragam bahasa Indonesia yang tidak menjadi pokok, dasar ukuran,
atau menjadi standar. Bahasa baku adalah bentuk bahasa yang biasa memakai
kata-kata atau ungkapan, struktur kalimat, ejaan, dan pengucapan yang biasa di
pakai oleh mereka yang berpendidikan seperti pejabat, ahli, dosen, guru, ilmuwan,
cendikiawan, dan sebagainya.
5
4. Ciri – ciri Bahasa Indonesia Baku
Secara umum dapat diketahui bahasa Indonesia baku mempunyai tiga ciri : (1)
memiliki keunggulan wilayah dan waktu penggunaan, (2) kemantapan dinamis,
(3) cendekia. Dalam hal ini, kemantapan dinamis berarti kaidah bahasa Indonesia
baku relatif tetap tidak berubah setiap saat. Secara lebih spesifik dapat di sajikan
beberapa ciri bahasa Indonesia baku sebagai hasil sintesis dari hasil penelitian
yang di lakukan oleh Harimurti Kridalaksana, Anto M. Muliono, dan Suwito
(Barus dkk., 2014 : 13-15), yaitu sebagai berikut :
a) Pelafalan sebagai bahagian fonologi bahasa Indonesia baku yang relatif
bebas atau sedikit warna bahasa daerah. Misalnya: Kata [keterampilan]
diucapkan [katarampilan] (salah), [ketrampilan] (salah).
b) Bentuk kata berawalan me- dan ber-, dan lain-lain sebagai bahagian
morfologi bahasa Indonesia baku dituliskan jelas dan tetap dalam kalimat.
Misalnya: Banjir menyerang kampung yang banyak penduduknya Kuliah
sudah berjalan dengan baik.
c) Konjungi sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku dituliskan
jelas dan tetap dalam kalimat Misalnya: Sampai dengan hari ini ia tidak
percaya kepada siapapun, karena semua dianggapnya penipu.
d) Partikel –kah, -lah, dan –pun sebagai bahagian morfolofi bahasa Indonesia
baku dituliskan jelas dan tetap dalam kalimat Misalnya: Turunkanlah
jangkar itu! Bagaimanakah cara merawat kapal? Bagaimanapun kita harus
mengantisipasi ombak besar yang mungkin dating.
e) Preposisi atau kata depan sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia
baku dituliskan jelas dan tetap dalam kalimat. Misalnya: Saya bertemu
dengan kapten kapal itu kemarin Ia benci sekali kepada orang itu.
f) Kosakata sebagai bahagian semantik bahasa Indonesia baku dituliskan jelas
dan tetap dalam kalimat Misalnya: mengapa, kapal, harus, dirawat.
g) Ejaan resmi sebagai bahagian bahasa Indonesia baku dituliskan jelas dan
tetap dalam kalimat maupun tanda – tanda baca sesuai dengan Ejaan Bahasa
Indonesia.
BAB II. Penulisan Teks Akademik
A. Pengertian Teks Akademik
Menurut KBBI, teks berarti wacana tertulis. Kridalaksana (2011:238)
menyatakan bahwa teks adalah: (1) satuan bahasa terlengkap yang bersifat abstrak, (2)
deretan kalimat, kata dan sebagainya yang membentuk ujaran, (3) ujaran yang
dihasilkan dalam interaksi manusia. Dapat dikatakan bahwa teks adalah satuan bahasa
yang bisa berupa bahasa tulis dan bisa juga berupa bahasa lisan yang dihasilkan dari
interaksi atau komunikasi manusia. Maka, teks akademik adalah teks yang diproduksi
dan digunakan dalam keperluan akademik. Teks akademik atau teks ilmiah dapat
berwujud dalam berbagai jenis, misalnya buku, ulasan buku, proposal penelitian,
laporan penelitian, laporan praktikum dan artikel ilmiah. Teks akademik atau sering
disebut teks ilmiah adalah tulisan yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya dan
didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun
menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya /keilmiahannya.
6
B. Perbedaan Teks Akademik Dengan Teks Non-Akademik
Perbedaan teks akademik dan teks non-akademik perlu dijelaskan secara
memadai dengan mengidentifikasi ciri-ciri yang ada. Pendapat tentang teks akademik
yang berkembang selama ini adalah bahwa teks akademik mempunyai ciri-ciri antara
lain sederhana, padat, objektif dan logis. Akan tetapi, selama ini pula belum terdapat
bukti-bukti empiris yang diajukan untuk memberikan penjelasan yang memadai
secara linguistik tentang pengertian sederhana, padat, objektif dan logis itu. Akibatnya
ciri-ciri tersebeut biasanya hanya dipahami secara naluri tanpa didasarkan pada data
atau teori tertentu.
Teks akademik yang dihasilkan harus memperhatikan ada/tidaknya
penggunaan kalimat minor. Kalimat minor adalah kalimat yang tidak lengkap.
Kalimat minor berkekurangan salah satu dari unsur pengisi subjek atau
finit/predikator. Akibatnya kalimat tersebut dapat dianalisis dari sudut pandang
leksikogramatika, serta tidak dapat pula dianalisis menurut jenis dan fungsinya.
Keberadaan kalimat minor pada teks akademik tidak saja menyebabkan tidak dapat
diidentifikasinya unsur-unsur leksikogramatika secara ideasional dan interpersonal,
tetapi juga menyebabkan terhentinya arus informasi secara tekstual.
Berkaitan dengan hal itu, perlu diketahui hal-hal berikut ini. Pertama, didalam
teks non- akademik banyak digunakan kata kita sebagai subjek kalimat, sedangkan di
dalam teks akademik penggunaannya dihindarkan. Kedua, untuk menyatakan proses
pada teks akademik digunakan nomina, sedangkan pada teks non akademik cenderung
menggunakan verba. Karena itu, dalam menulis teks akademik pemakai bahasa
seyogyanya selalu berusaha menggunakan nomina dalam menyatakan proses itu.
Nominalisasi digunakan dalam penulisan teks akademik untuk memadatkan
informasi. Ketiga,dalam penulisan teks akademik bentuk pasif dimanfaatkan untuk
menghilangkan pelaku manusia sehingga unsur kalimat yang berperan sebagai subjek
dijadikan pokok persoalan yang dibicarakan di dalam teks. Dengan menganggap
pelaku itu tidak penting, subjek atau pokok pembicaraan yang bukan pelaku dianggap
lebih penting, dan karenanya ditemakan. Pemilihan tema seperti itu sangat diperlukan
karena teks akademik tidak membahas para pelaku, tetapi membahas pokok persoalan
tertentu didalamnya. Pokok persoalan ditempatkan sebagai tema pada kalimat-kalimat
yang ada, dan penggunaan bentuk pasif dimaksudkan sebagai strategi pemetaan tema
tersebut. Keempat, dalam penulisan teks akademik kalimat-kalimat yang digunakan
adalah kalimat gramatikal, sedangkan dalam teks non-akademik sering terdapat juga
penggunaan kalimat yang tidak gramatikal.
7
C. Ciri-Ciri Teks Akademik Teks Akademik
9
kualitas karya atau benda yang diulas dengan karya benda lain yang sejenis. Jenis
mikro yang digunakan pada tafsiran adalah deskripsi dan rekon.
d. Evaluasi
Pada bagian evaluasi, dipaparkan penilaian pengulas terhadap karya yang diulas.
Bagian ini merupakan bagian paling penting dalam mengulas buku. Aspek-aspek
yang dinilai adalah kedalaman isi buku yang diulas, tata organisasi gagasan yang
tergambar pada penataan bab, gaya penulisan yang digunakan, keunggulan dan
kelemahan buku yang diulas. Jenis mikro yang digunakan pada bagian evaluasi
adalah deskripsi dan eksplanasi.
e. Rangkuman
Pada bagian rangkuman, penulis dirumuskan simpulan yang ditujukan kepada
pembaca karya atau benda yang telah diulas. Ulasan dibuat berdasarkan hasil
penilaian dan penafsiran yang telah dilakukan sebelumnya. Simpulan juga bisa
memaparkan rekomendasi pembaca tentang layak atau tidaknya sebuah karya atau
benda untuk dibaca, dinikmati, atau dimiliki. Jenis mikro yang digunakan pada
bagian rangkuman adalah deskripsi dan eksposisi.
10
Ringkasan buku yang diulas sebaiknya berdasarkan catatan-catatan yang telah
dibuat saat kegiatan membaca kritis. Ringkasan buku yang dibuat dapat mewakili
isi buku secara keseluruhan.
4) Menentukan kriteria penilaian
Penilaian yang dilakukan terhadap buku yang diulas harus berdasarkan
keunggulan dan kelemahannya, baik dari segi bahasa, pembatasan bab, kerangka
penulisan, sistematika, bobot ide, maupun aspek teknis lainnya.
5) Mencari Buku Pembanding Dan Referensi Untuk Rujukan
Buku pembanding akan menjadikan penilaian terhadap buku yang diulas semakin
baik dan buku pembanding harus sejenis.
6) Menulis Laporan Yang Dimaksud
Pada saat menulis resensi, peresensi harus menguasai dan mengetahui isi dan
identitas buku yang akan diresensi. Pemahaman terhadap isi buku dapat
membantu kelancaran peresensi dalam menyelesaikan tulisannya. Setelah selesai
dalam menulis ulasan, dilakukan review sehingga teks ulasan menjadi lebih baik.
Review dapat dilakukan oleh diri sendiri maupun orang lain.
B. Jenis-Jenis Proposal
Secara umum dapat dibedakan menjadi beberapa diantaranya adalah
1. Proposal kegiatan adalah proposal yang disusun sebelum melakukan kegiatan.
2. Proposal kegiatan atau bisnis adalah kegiatan yang disusun oleh panitia untuk
mendapatkan bantuan dan persetujuan dari pihak ketiga dan pihak yang berkaitan.
3. Proposal penelitian adalah sebuah ulasan atau rencana kegiatan yang akan
dilaksanakan pada waktu da momen tertentu.
4. Proposal usaha dan bisnis adalah sebuah proposal yang dibuat dengan tujuan
untuk melakukan suatu usaha untuk menambah permodalan usaha atau
mengajukan kredit, merger ataupun usaha untuk kerja sama dalam rangka
mengembangkan bisnis.
5. Proposal penelitian adalah proposal yang dibuat dalam rangka melakukan sebuah
penelitian ilmiah ataupun kegiatan bernuansa pendidikan seperti pengajuan
beasiswa, penulisan karya ilmiah ,proyek ilmiah,sripsi,tugas akhir,KTI dll .
11
BAB V. PENULISAN TEKS LAPORAN
A. Pengertian Teks Laporan
Teks laporan adalah sebuah teks yang mengandung klarifikasi mengenai suatu objek
tertentu yang berdasarkan kriteria tertentu.
12
2. Langkah-langkah penulisan teks laporan kegiatan
• Pendahuluan
• Deskripsi kegiatan
• Pelaksanaan kegiatan
• Penutup
BAB VI. TEKS ARTIKEL ILMIAH
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teks artikel ilmiah adalah tulisan lengkap
yang bersifat objektif, berdasarkan data dan penyimpulan penemuan di dalamnya
berpola induktif dan deduktif serta pembahasan datanya berdasarkan rasio.
13
Tinjauan review Menyajikan ulasan teoritis tentang dasar
pustaka pemikiran yang digunakan untuk memecahkan
masalah penelitian
14
4. Perumusan tema
5. Pengumpulan bahan
6. Penyusunan kerangka artikel konseptual
1. Penulisan pendahuluan
2. Penulisan tinjauan pustaka
3. Penulisan pembahasan
4. Penulisan penutup
F. Penulisan Kutipan, Daftar Rujukan, dan Catatan Kaki
1. Penulisan kutipan
Penulisan kutipan langsung
Sumber kutipan merujuk sumber lain
Penulisan sumber kutipan
Kutipan dari penulis berjumlah dua orang dan lebih
Kutipan dari penulis berbeda dan sumber berbeda
Kutipan dari penulis sama dengan karya yang berbeda
Kutipan dari penulis sama dengan sumber berbeda
2. Penulisan daftar rujukan
Pedoman petunjuk penulisan daftar rujukan
1. Nama penulis ditulis tanpa gelar
2. Identitas setiap buku rujukan diketik satu spasi dan jarak dua spasi untuk
identitas buku berikutnya
3. Buku-buku rujukan didaftarkan secara alfabetis dan tidak diberi nomor urut
4. Urutan identitas setiap buku dalam penulisannya dapat dituliskan sebagai
berikut
5. Nama penulis (tanpa gelar). Tahun terbit. Judul buku, nama kota tempat
penerbitan; nama penerbit. Dalam hal ini, judul buku harus digaris bawahi
atau dicetak dengan huruf miring
6. Penulisan nama akhir mendahului penulisan nama diri penulis dan dipisahkan
dengan tanda koma
7. Bila buku ini ditulis oleh dua orang penulis, disisipkan kata dan diantara kedua
nama penulis
15
8. Bila buku ini ditulis lebih dari dua orang, yang ditulis hanya nama penulis
pertama dengan menambahkan singkatan dkk., di belakangnya
3. Catatan kaki
Catatan kaki adalah “ keterangan yang dicantumkan pada margin bawah pada
halaman buku ( biasanya dicetak dengan huruf yang lebih kecil dari pada huruf di
teks guna menambahkan rujukan uraian di dalam naskah pokok)” ( KBBI Ed.
Ketiga 2002: 196). Hubungan antara catatan kaki dan teks yang diberi penjelasan ,
biasanya, dinyatakan dengan nomor penunjuk yang sama untuk teks dan catatan
kakinya
Unsur-unsur catatan kaki, umumnya, sama dengan data pustaka suatu daftar
acuan, yaitu:
1. Penulis
2. Judul
3. Daftar pustaka berupa tempat dan tahun penerbitan
4. Jilid dan nomor halaman.
Teks akademik atau teks ilmiah dapat berwujud dalam berbagai jenis, misalnya buku,
ulasan buku, proposal penelitian, laporan penelitian, laporan praktikum, dan artikel ilmiah.
Jenis- jenis tersebut merupakan genre makro yang masing-masing di dalamnya terkandung
campuran dari beberapa genre mikro seperti deskripsi, laporan, prosedur, eksplanasi,
eksposisi, dan diskusi. Genre makro adalah genre yang digunakan untuk menamai sebuah
jenis teks secara keseluruhan, dan genre mikro adalah subgenre- subgenre yang lebih kecil
yang terdapat di dalamnya dan dipayungi oleh genre makro tersebut. Teks akademik atau
yang juga sering disebut teks ilmiah berbeda dengan teks nonakademik atau teks nonilmiah.
Teks akademik dan teks nonakademik ditandai oleh ciri-ciri tertentu. Untuk
membedakan keduanya, Anda harus menelusuri ciri-ciri tersebut. Perbedaan antara teks
akademik dan teks nonakademik tidak dilihat sebagai perbedaan antara hitam dan putih.
Perbedaan tersebut dilihat dari kecenderungan ciri-ciri yang dikandung oleh teks tersebut.
Teks akademik diasosiasikan dengan teks tulis, dan teks nonakademik diasosiasikan dengan
16
teks lisan. Teks tulis bukan teks yang dimediakan dengan tulisan. Sebaliknya, teks lisan
bukan teks yang dituturkan secara lisan. Sebagai contoh, teks berita yang didengarkan di
radio adalah teks tulis yang dimediakan secara lisan, dan naskah drama dalam bentuk dialog
adalah teks lisan yang dimediakan dengan tulisan. Jenis-jenis teks yang sering dijumpai
sebagai teks akademik di lingkungan perguruan tinggi adalah antara lain buku, ulasan buku,
proposal penelitian, proposal kegiatan, laporan penelitian (yang dapat berbentuk tugas akhir,
skripsi, tesis, atau disertasi), laporan kegiatan, dan artikel ilmiah (yang sering disebut paper
atau makalah). Apabila dimasukkan ke dalam konsep genre, jenis-jenis teks tersebut
tergolong ke dalam genre makro.
Teks ulasan juga disebut teks review. Ulasan pada umumnya ditulis dalam bentuk artikel,
sehingga teks ulasan dapat disebut artikel ulasan. Ulasan merupakan teks yang berfungsi
untuk menimbang, menilai, dan mengajukan kritik terhadap karya atau peristiwa yang diulas
tersebut (Gerot & Wignell, 1994; Hyland & Diani, 2009). Ulasan buku memaparkan tujuan
buku ditulis, menguraikan strukturnya, menjelaskan gaya penulisannya, dan meletakkan
isinya ke dalam konteks yang lebih luas dengan cara membandingkannya dengan buku-buku
lain yang sejenis.
Untuk menguji bahwa Anda telah menguasai semua materi Bab II ini, Anda diminta untuk
membuat rangkuman yang menggambarkan isi bab itu secara keseluruhan. Selain ringkas,
rangkuman yang Anda buat hendaknya ditulis dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Dari segi isi, rangkuman Anda harus ringkas tetapi lengkap, dan dapat mewakili semua
materi yang disajikan pada bab ini. Dari segi bahasa, rangkuman itu hendaknya Anda tulis
dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia.
Proposal pada dasarnya adalah sebuah usulan, rencana, atau tawaran. Akan tetapi, kini
kata proposal lebih sering digunakan daripada ketiga kata yang lain itu. Dalam bahasa
Inggris, kata proposal diberi makna “something (such as a plan or suggestion) that is
presented to a person or group of people to consider” atau “the act of presenting a plan,
suggestion, etc., to a person or group of people” (Webster, 2012). Makna itu juga digunakan
dalam bahasa Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memberikan makna
17
proposal sebagai “rencana yang dituangkan dalam bentuk rancangan kerja”. Proposal
penelitian atau proposal kegiatan dinyatakan layak apabila dirancang dengan baik dan
mengikuti kelaziman yang telah disepakati dalam tradisi akademik di Indonesia.Melaporkan
hasil penelitian atau hasil kegiatan (termasuk pengolahan dan analisis data) dalam bentuk
tulisan yang berterima tidaklah mudah. Menelusuri Model Teks Laporan, yaitu: Laporan
penelitian dan laporan kegiatan disusun menurut struktur teks tertentu. Struktur teks itu terdiri
atas tahapan-tahapan yang direalisasikan oleh genre mikro yang sesuai dengan isi dan fungsi
tahapan-tahapan tersebut. yaitu: menelusuri model teks laporan penelitian, menelusuri model
teks laporan kegiatan.
Menganalisis Hubungan Genre pada Setiap Tahapan Teks Laporan, yaitu: menganalisis
hubungan gengre pada setiap tahapan teks laporan penelitian, landasan teori dan tinjauan
pustaka, metodologi penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, penutup, daftar pustaka dan
lampiran, simpulan tentang struktur teks dan hubungan gengre pada laporan penelitian.
Artikel jenis ini disebut artikel penelitian, yaitu artikel yang didasarkan pada penelitian. Jenis
artikel lainnya adalah artikel konseptual, yaitu artikel sebagai hasil pemikiran secara
konseptual. Artikel jenis yang kedua ini tidak merupakan laporan penelitian. Dengan
demikian, terdapat dua jenis artikel ilmiah, yaitu artikel penelitian dan artikel konseptual.
Sesungguhnya, masih terdapat jenis artikel lain, yaitu artikel ilmiah populer. Artikel yang
terakhir ini pada dasarnya sama dengan artikel konseptual tetapi disajikan dengan gaya yang
lebih informal.
Agar Anda mendapatkan gambaran awal tentang artikel ilmiah, terlebih dahulu kerjakanlah
tugas di bawah ini. Selain pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada tugas ini, Anda boleh
mengembangkan pertanyaan-pertanyaan sendiri. Untuk mencapai hasil yang lebih baik,
kerjakanlah tugas tersebut dalam diskusi kelompok. Artikel ilmiah merupakan salah satu jenis
teks akademik. Artikel ilmiah biasanya diterbitkan pada jurnal ilmiah, yaitu terbitan berkala
yang berisi kajian-kajian ilmiah di bidang tertentu (Rifai, 1995: 57-95). Jenis- jenis teks
akademik yang lain adalah buku, laporan penelitian, tesis, disertasi, ulasan, dan sebagainya.
Telah Anda ketahui bahwa artikel ilmiah dapat digolongkan menjadi artikel penelitian dan
artikel nonpenelitian (serta artikel ilmiah populer, sebagai subjenis yang lain).
Artikel ilmiah merupakan salah satu genre. Sebagai genre makro, artikel ilmiah mengandung
genre mikro yang terletak pada tahapan-tahapan atau bab-bab di dalamnya (abstrak,
18
pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, hasil ,pembahasan, simpulan untuk
artikel penelitian dan abstrak, pendahuluan, tinjauan pustaka, pembahasan, simpulan untuk
artikel non-penelitian). Setiap tahapan mengandung genre mikro yang berbeda-beda. Artikel
ilmiah dalam ketiga jenis itu dapat diterbitkan di berbagai forum dan media. Selain
dipublikasikan di jurnal-jurnal ilmiah, artikel ilmiah (baik yang berupa penelitian maupun
yang konseptual) dapat disajikan di forum seminar, konferensi, dan lokakarya. Kegiatan itu
pada umumnya dilaksanakan secara periodik. Brosur tentang forum itu diedarkan secara luas,
dan bahkan ditayangkan di media maya. Brosur seperti itu berfungsi sebagai undangan (calls
for papers) untuk mempresentasikan artikel ilmiah.
PENDAHULUAN
Keterampilan berbahasa merupakan sebuah keterampilan yang wajib dimiliki peserta
didik. Keterampilan berbahasa terdiri dari keterampilan menyimak, membaca, berbicara dan
menulis. Keempat keterampilan tersebut, memiliki keutamaan, dan kaitan satu sama lain yang
harus dikuasai oleh seorang pembelajar. Keempat keterampilan tidak serta merta dikuasai
tetapi perlu latihan yang intensif. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1993:1) bahwa
keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak latihan.
MODUL I
PENGANTAR BAHASA INDONESIA
A. Sejarah Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia berawal dari bahasa Melayu Riau yang kemudian secara
sistematis diperbaharui seiring dengan perkembangan zaman. Pembaharuan tersebut
dilakukan dengan menstandarkan bahasa Indonesia melalui Tata Bahasa dan Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Secara umum ada beberapa alasan bahasa Melayu Riau dipilih
menjadi bahasa Indonesia :
1. bahasa Melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan,
dan bahasa perdagangan;
2. sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam bahasa melayu
tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus);
19
3. jika bahasa Jawa yang digunakan sebagai bahasa nasional, suku-suku lain akan
merasa dijajah oleh suku Jawa yang merupakan suku mayoritas di Republik
Indonesia;
4. suku jawa, suku sunda, dan suku-suku yang lainnya dengan sukarela menerima
bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional;
5. bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan
dalam arti yang luas.
Bahasa Melayu digunakan sebagai sarana perhubungan luas, termasuk bahasa
surat kabar pada masa penjajahan Belanda. Selanjutnya pada tanggal 28 Oktober 1928
oleh para pemuda, nama bahasa Melayu diubah menjadi bahasa Indonesia dan diikrarkan
sebagai bahasa Nasional. Momen tersebut tepat pada hari Sumpah Pemuda. Meskipun
bahasa Indonesia telah dicanangkan sebagai bahasa nasional pada saat sumpah pemuda,
secara Yuridis bahasa Indonesia baru diakui pada tanggal 18 Agustus 1945 atau sehari
setelah Kemerdekaan Indonesia.
20
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi/ negara didasarkan pada
yuridis konstitusional, yakni Bab XV pasal 36 UUD 1945. Bahasa Indonesia sebagai
bahasa resmi/negara, berfungsi sebagai berikut1.
1. bahasa resmi negara ;
2. bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan;
3. bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan
dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan;
4. Bahasa resmi dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu dan
teknologi.
21
MODUL II
DASAR-DASAR BAHASA INDONESIA
A. Ejaan
Jika tulisan adalah pohon maka ejaan adalah daunnya. Sebuah pohon akan
terlihat gersang bahkan mati tanpa daun. Begitu pun dengan tulisan. Sebuah tulisan akan
bermakna, dan apik jika menggunakan ejaan yang tepat. Ejaan cukup luas cakupannya.
Untuk pembahasan kali ini kita hanya membahas ; penggunaan huruf kapital, huruf
miring, huruf tebal, tanda baca, dan penulisan kata.
C. Penulisan Kata
Secara umum bentuk kata terdiri atas dua macam, yaitu kata dasar, dan kata
bentukan. Kata dasar merupakan suatu kata yang utuh dan belum mendapat imbuhan,
pengulangan ataupun pemajemukan. Dalam proses pembentukan kata, kata dasar dapat
diartikan sebagai kata yang menjadi dasar bagi bentukan kata lain yang lebih luas. Kata
dasar lazim pula disebut sebagai bentuk dasar, kata asal, dan ada pula yang menyebutnya
sebagai dasar kata. Berbeda dengan kata dasar, kata bentukan merupakan kata yang sudah
dibentuk dari kata dasar dengan menambahkan imbuhan tertentu, ataupun mengalami
proses pengulangan, dan pemajemukan. Kata bentukan seperti ini lazim pula disebut
denganbeberapa istilah yang berbeda-beda, misal ada yang menyebutnya sebagai kata
turunan, kata berimbuhan, dan ada pula yang menyebutnya kata jadian (Mustakim,
2015:11).
D. Diksi/Pilihan Kata
Diksi adalah kata-kata yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, cara
menggabungkan kata yang tepat, dan gaya yang paling baik digunakan dalam situasi
tertentu (Keraf:2009).Diksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
22
Departemen Pendidikan Indonesia adalah pilihan kata yang tepat, dan selaras (dalam
penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti
yang diharapkan). Jadi, pengertian diksi adalah pemilihan kata yang tepat , dan selaras
penggunaannya.
Diksi atau pilihan kata sangat berperan penting dalam pembentukan kalimat.
Berikut fungsi diksi,
1. membuat pembaca, atau pendengar mengerti secara benar, dan tidak salah paham
terhadap hal yang disampaikan oleh pembicara, atau penulis;
2. untuk mencapai target komunikasi yang efektif;
3. melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal;
4. membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi)
sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
1. Makna Leksikal : Makna leksikal adalah kata secara lepas tanpa kata yang lainnya
di dalam struktur bahasa (frasa, klausa, kalimat. Makna leksikal bisa juga disebut
makna dasar (kata dasar)
2. Makna gramatikal Makna baru yang timbul akibat proses gramatika
(pengimbuhan, pengulangan, atau pemajemukan)
3. Denotatif Makna denotatif adalah makna yang merujuk langsung pada makna
dasar. Dengan kata lain makna denotatif adalah makna sebenarnya.
4. Konotatif Makna konotatif adalah makna kiasan atau makna tambahan terhadap
makna dasar.
E. Kalimat
Hakikat Kalimat
23
Finoza (2008:142) menyatakan bahwa unsur kalimat adalah struktur
gramatikal pada kalimat yang dalam buku-buku tata bahasa lama lazim disebut jabatan
kata dan kini disebut peran kata, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap
(pel), dan keterangan (Ket). Kalimat baku sekurang-kurangnya terdiri dari dua unsur,
yakni S dan P. Unsur lain (O, Pel, dan Ket) dapat wajib hadir/ tidak wajib hadir
Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah satuan bahasa (kalimat) yang secara tepat harus mewakili gagasan
atau perasaan penulis dan harus pula dimengerti oleh pembaca sebagaimana yang
dimaksudkan penulis. Arifin dalam Amir (2011:452) menyatakan bahwa kalimat efektif
adalah kalimat yang jelas, sesuai kaidah, ringkas dan mudah dibaca. Lebih lanjut
dipaparkan beberapa ketentuan kalimat efektif:
Jenis Kalimat
a. Kalimat tunggal Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu subjek (S)
dan satu predikat (P). Pola pembentukan kalimat tunggal dapat berpola S + P atau
P + S. Contoh : Kami sedang belajar.
b. Kalimat majemuk Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua pola
kalimat atau lebih. Kalimat majemuk dapat bersifat setara (koordinatif), tidak
setara (subordinatif), ataupun campuran (koordiatif-subordinatif).
F. Paragraf
Hakikat Paragraf
Arifin & Amran (2010) mengungkapkan bahwa paragraf adalah seperangkat
kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik, sedangkan Tarigan (2008:4)
24
berpendapat bahwa paragraf adalah seperangkat kalimat logis-sistematis yang
merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan, dan mendukung pikiran
pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan.
Paragraf memiliki fungsi yang sangat signifikan sebagai;
1. penampung dari sebagian kecil jalan pikiran, atau ide pokok keseluruhan karangan;
2. memudahkan pemahaman jalan pikiran, atau ide pokok pengarang;
3. alat bagi pengarang melahirkan jalan pikirannya secara sistematis;
4. pedoman bagi pembaca untuk mengikuti, dan memahami alur pikiran pengarang;
5. sebagai penyampai pikiran, atau ide pokok pengarang kepada pembaca;
6. sebagai penanda bahwa pikiran baru dimulai;
7. dalam rangka keseluruhan karangan, paragraf dapat berfungsi sebagai pengantar,
transisi; dan penutup .
MODUL III
A. Teks
Kemendikbud (2014) menyatakan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia
berbasis teks dilaksanakan dengan menerapkan prinsip bahwa (1) bahasa hendaknya
dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan kata-kata atau kaidah-kaidah
kebahasaan, (2) penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk
kebahasaan untuk mengungkapkan makna, (3) bahasa bersifat fungsional, yaitu
penggunaan bahasa yang tidak pernah dapat dilepaskan dari konteks karena dalam
bentuk bahasa yang digunakan itu tercermin ide, sikap, nilai, dan ideologi
penggunanya, dan (4) bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir
manusia. Paradigma pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks tentu memiliki
tujuan yang baik guna mempertinggi derajat bahasa Indonesia dalam dunia
pendidikan.
B. Jenis-Jenis Teks
Teks atau genre dapat digolongkan menjadi teks faktual dan teks fiksional.
Teks faktual adalah teks yang berisi kejadian nyata atau peristiwa yang terjadi,
sedangkan teks fiksional adalah teks yang berisi imajinasi atau khayalan. Teks faktual
terdiri dari laporan, deskripsi, prosedur, rekon, eksplanasi, dan diskusi, sedangkan
25
teks fiksional terdiri dari rekon, anekdot, cerita, dan eksemplum.teks fiksional terdiri
dari rekon, anekdot, cerita, dan eksemplum.
C. Teks Genre Mikro
1. Teks naratif terbagi menjadi teks pencerita ulang, anekdot, exemplum
2. Teks non naratif dibagi menjadi pantun, syair, puisi
3. Genre faktual terdiri atas teks deskripsi, teks prosedur, protokoler, resep
4. Teks genre tanggapan
Teks eksposisi . Teks ekposisi adalah teks yang berisi paparan gagasan, atau
usulan yang bersifat pribadi. Teks ini oleh ahli biasa pula disebut argumentasi.
Struktur teks: judul, tesis/pernyataan pendapat, argumentasi/ alasan, dan
pengulangan pendapat.
Teks eksplanasi. Teks eksplanasi adalah teks yang berisi tentang analisis, atau
penjelasan mengenai proses muncul atau terjadinya sesuatu (Mahsun, 2013:
33). Struktur teks eksplanasi adalah judul, pernyataan umum, deretan penjelas,
dan interpretasi.
Wawancara. Wawancara merupakan salah satu bagian penting dalam teks
karena dapat menjadi panduan seseorang untuk mengambil data dari orang lain
(pihak yang diinginkan).
Diskusi Teks diskusi merupakan sebuah teks yang berisi tentang sebuah
wacana yang berisi tentang suatu permasalahan. Teks diskusi membahas
sebuah isu permasalahan yang berisi dua argumen yaitu argumen pendukung
dan argumen penentang.
D. Teks Genre Makro
1. Teks naratif : cerpen, sejarah
2. Teks akademik : skripsi, tesis disertasi, laporan hasil penelitian, artikel
penelitian/kepustakaan
3. Berita
4. Review
26
BAB III
PEMBAHASAN
1. Dilihat Dari Aspek Tampilan Buku (Face Value), Buku Yang Di-review
Buku utama mempunyai tampilan cover yang menarik dan terkesan modern
sedangkan pada buku pembanding 1 dan 2 tampilanya kurang menarik dan
terkesan jadul. Hal tersebut dapat mengurangi minat pembaca untuk
menelusuri materinya lebih jauh.
2. Dari Aspek Layout dan Tata Letak, Serta Tata Tulis, Termasuk
Penggunaan Font
27
Pada buku utama tata letak pengaturan tiap baris sudah runtun, menggunakan
font Calibri dengan ukuran font yang cukup besar sehingga pembaca dapat
membaca dengan mudah. Secara keseluruhan dari segi aspek layout dan tata
letak, serta tata tulis, termasuk penggunaan font sudah sangat bagus. Sama
halnya dengan pada buku pembanding 1 tata letak pengaturannya sudah
bagus, menggunakan beberapa varian warna selain warna hitam sehinggga
tampilannya lebih menarik. Buku pembanding p1 ini juga ditata dengan
kreatif. Pada buku pembanding 2 dari segala aspek sudah cukup baik hanya
saja format pada daftar isi berbeda dari buku lainnya.
Terdapat beberapa kesalahan penulisan pada buku pembanding ketiga
contohnya seperti penulisan kata genre, ditulis „gendre‟ terdapat pada
halaman 125 dan di beberapa halaman lainnya.
3. Dari Aspek Isi Buku
Pada buku pendamping 1 terdapat daftar tabel, daftar gambar sedangkan pada
buku utama dan buku pembanding 1 tidak ada.
Hanya terdapat beberapa gambar pada buku utama yang tidak disertai dengan
sumber yang jelas, sedangkan pada buku pembanding 1 terdapat banyak
gambar sebagai ilustrasi disertai dengan sumber data yang jelas. Pada buku
pembanding 2 tidak terdapat gambar/ilustrasi.
Di bagian pendahuluan, pada buku pendamping 1 memaparkan pengantar
dasar tentang bahasa Indonesia dan juga menjelaskan tentang konseptual,
visi, dan tujuan pembuatan buku tersebut, selain itu terdapat penjelasan per-
tiap bab sehingga pembaca dapat melihat gambaran besar isi buku melalui
penjelasan tersebut tanpa membaca setiap bab satu-persatu. Sedangkan pada
buku utama pada pendahuluan tidak terdapat pengantar, tetapi langsung
membahas topik pengantar bahasa Indonesia. Hanya saja pada halaman vii-ix
pada buku utama, terdapat peta kompetisi mata kuliah sebagai peta capaian
pada mahasiswa dan terdapat pula penjelasan tugas yang berkaitan langsung
dengan Kurikulum KKNI UNIMED pada Mata Kuliah Bahasa Indonesia.
Pada buku pendamping 2, pendahuluan berangkat dari masalah-masalah
umum yang dihadapi seseorang khususnya mahasiswa, dan betapa
pentingnya ketrampilan berbahasa itu sendiri.
28
Pada buku utama terdapat rangkuman di beberapa bab, sehingga
memudahkan pembaca memahami dan mereview kembali isi buku yang telah
dibaca. Sedangkan pada buku pembanding 1 dan 2 tidak terdapat rangkuman.
Ketiga buku, baik buku utama maupun buku pendamping memberikan tugas
ataupun projek pada setiap akhir bab, sehingga lewat tugas tersebut pembaca
dapat menilai, dan mengetes sejauh apa pemahaman pembaca dengan materi
yang sudah mereka baca.
Pada akhir bab buku utama terdapat tes formatif yang mencakup keseluruhan
materi sehingga pembaca dapat menguji kemampuannya mengenai seluruh
materi yang sudah mereka baca. Sedangkan pada buku pendamping 1 dan 2
tidak terdapat tes formatif.
Cakupan materi yang dipaparkan pada buku utama lebih banyak, kita dapat
melihat hal itu dari segi bab-bab yang dipaparkan di dalam buku. Salah satu
contohnya adalah pada pembahasan Bagian 6 mengenai teks artikel ilmiah,
halaman 103-139 pada buku utama dengan buku pendamping 1 Bab V
mengenai mengaktualisasikan diri melalui artikel ilmiah. Terlihat bahwa
buku utama tidak hanya membahas struktur, pengertian, langkah-langkah
membuat teks artikel ilmiah tetapi juga membahas tentang publikasi karya
ilmiah, bagaimana cara menulis kutipan, daftar rujukan, dan catatan kaki
yang mana topik-topik tersebut tidak tercantum dalam buku pembanding.
Sedangkan pada buku pembanding 2 cakupan materi tidak merangkum
keseluruhan materi pada RPS Mata Kuliah Bahasa Indonesia, hanya sekitar
60%. Namun buku pembanding 2 lebih detail membahas tentang dasar-dasar
bahasa. Hal itu terlihat dari jumlah halaman pada Modul 2 yaitu mulai dari
halaman ke-15 sampai halaman ke-120 hanya untuk membahas hal tersebut.
4. Dari Aspek Tata Bahasa
Tata bahasa yang digunakan pada kedua buku sudah baik, namun pada buku
utama tata bahasanya cukup ilmiah dan banyak menggunakan istilah-istilah
khusus yang membuat pembaca kesulitan dalam memahaminya.
Pada buku pendamping 1 penulis menggunakan tata bahasa yang sederhana,
lugas sehingga lebih mudah dimengerti
Pada buku pembanding 2, penulis menggunakan bahasa yang cukup baik dan
mudah dipahami.
29
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang saya dapat dari tugas Critical Book Report ini adalah bahwa dari
ketiga buku yang saya bandingkan mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing
tetapi pada dasarnya saling berhubungan. Ada beberapa materi yang lebih mudah dipahami
jika kita membaca buku pembanding 1 dan 2 dari pada buku utama begitu juga sebaliknya.
Menurut saya, buku pembanding 1 sudah cukup untuk merangkum seluruh materi tentang
mata kuliah Bahasa Indonesia seperti buku utama. Namun buku pembanding 2 belum
cukup untuk merangkum keseluruhan materi di RPS Bahasa Indonesia.
4.2. Rekomendasi
Menurut saya, buku utama dan buku pembanding 1 sama-sama mumpuni untuk
dijadikan buku referensi utama pada mata kuliah Bahasa Indonesia karena materi yang
terangkum dalam kedua buku sudah bersesuaian dengan RPS Mata Kuliah Bahasa
Indonesia Khususnya di Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan. Hanya saja, cakupan
materi pada buku utama lebih luas karena telah dilakukan perbaikan baik dari segi isi,
maupun tata penulisan. Sedangkan buku pembanding 2 hanya bisa dijadikan buku
tambahan saja untuk memperkaya ilmu, Saya sarankan untuk membaca buku utama dan
buku pembanding 1, karena walaupun isi buku hampir mirip tetapi pembawaan serta
penjelasan ataupun tugas dan projek di setiap buku berbeda. Hanya saja jika pembaca
ingin mengetahui lebih detail tentang dasar-dasar bahasa, pembaca boleh membaca buku
ketiga sebagai referensi.
30
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Intan. (2016). Pendidikan Bahasa Indonesia Perguruan Tinggi. Jakarta : Direktorat
Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset Teknologi dan Perguruan
Tinggi.
Lubis, Fitriani.,dkk. (2022). Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Bahasa Indonesia Untuk
Perguruan Tinggi. Binjai : CV. DARIS INDONESIA.
Suhartina. (2018). Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi: Terampil Berbahasa Melalui
Pembelajaran Berbasis Teks. Makasar : Aksara Timur.
31